Influence of Seed Addition Gung Leucaena (Leucaena Leucocephala) at Tempe Fermentation Process
Influence of Seed Addition Gung Leucaena (Leucaena Leucocephala) at Tempe Fermentation Process
2016
ABSTRAK
Pada umumnya masyarakat menggunakan kedelai sebagai bahan pembuatan tempe,
permintaan tempe semakin meningkat mengakibatkan semakin banyak impor kedelai. Usaha
yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan mengganti atau mencampur
bahan baku (kedelai) dengan bahan yang lain. Salah satu bahan pengganti kedelai adalah
biji lamtoro gung. Diversifikasi produk tempe dapat dilakukan dengan cara menambahkan
lamtoro gung dalam tempe kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
proporsi biji kedelai : lamtoro gung terhadap lama fermentasi dan kualitas tempe. Penelitian
ini menggunakan rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dimana terdiri dari 3 faktor
Perlakuan yaitu prosentase biji lamtoro gung 10%, 15% dan 20% dan lama fermentasi 18 Jam
dan 36 Jam. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji sidik ragam dan dilanjutkan uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT) 5 %. Berdasarkan hasil analisa fisikokimia diperoleh tempe lamtoro
yang disukai konsumen yaitu pada perlakuan A1B2 (prosentase biji lamtoro gung 10 % dan
lama fermentasi 36 jam) dengan kualitas sebagai berikut : kadar Air 70,57 %, kadar protein
23,43 %, kadar lemak 5,46 %, kadar karbohidrat 10,34 %, dan berdasarkan hasil uji
organoleptik diperoleh tempe lamtoro yang disukai konsumen yaitu pada perlakuan A1B1
(Prosentase biji lamtoro gung 10% dan lama fermentasi 18 jam) dengan karakteristik sebagai
berikut : nilai kesukaan rasa 4,75 (Menyukai); nilai kesukaan aroma 4,35 (Menyukai) ; nilai
kesukaan warna 4,75 (Menyukai) ; nilai kesukaan tekstur 3,95 (Netral).
Kata Kunci : Kedelai, Tempe, Biji Lamtoro Gung, Fermentasi
46
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan pangan semakin masyarakat terhadap satu jenis pangan
meningkat dengan bertambahnya jumlah pokok tertentu (Marwanti, 2012).
penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi Diversifikasi produk tempe dapat
dengan meningkatkan kuantitas serta dilakukan dengan cara menambahkan biji
kualitasnya untuk memenuhi kebutuhan lamtoro gung tanpa kulit dalam tempe
pangan masyarakat. Selain dengan kedelai. Penambahan biji lamtoro tanpa kulit
meningkatkan jumlahnya, pemenuhan diharapkan dapat mengurangi proporsi
kebutuhan pangan juga dapat dilakukan penggunaan kedelai sebagai bahan baku
dengan mengoptimalkan penggunaan dalam pembuatan tempe.
sumber bahan pangan yang beraneka ragam. Lamtoro gung merupakan tanaman
Hal ini dilakukan sebagai upaya diversifikasi yang dapat tumbuh baik dan banyak ditemui
pangan dengan memanfaatkan sumber daya di berbagai tempat di Indonesia. Lamtoro
pangan lokal. gung telah dimanfaatkan oleh masyarakat
Bahan pangan berprotein nabati yang sebagai pohon peneduh, pencegah erosi,
banyak dipergunakan sebagai bahan dasar sumber kayu bakar dan pakan ternak. Biji
fermentasi pangan adalah: kedelai atau jenis lamtoro gung dapat dijadikan sebagai bahan
kacang-kacangan lain, seperti kacang tanah, makanan manusia yang biasanya hanya
kara benguk dan kacang gude. Di antara dalam bentuk makanan yang disebut botok,
bahan-bahan tersebut, kedelai paling sering tetapi biji lamtoro gung ini kurang diminati
digunakan sebagai bahan dasar makanan- dan terbuang sia-sia sehingga biji lamtoro
makanan fermentasi dibeberapa negara, gung merupakan salah satu limbah yang
karena kadar proteinnya yang sangat tinggi kurang dimanfaatkan manusia (Anonymous,
(Kasmidjo, 1990). Salah satu produk 2015b).
fermentasi berbahan dasar kedelai di Pemanfaatan biji lamtoro gung yang
Indonesia adalah tempe. sangat terbatas ini sangat disayangkan
Tempe merupakan bahan makanan karena biji lamtoro gung mengandung
hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis protein tinggi. Pada hasil penelitian Anny
kacang-kacangan lainnya menggunakan Rahayu dkk (1993) menunjukkan bahwa
jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus kecap yang menggunakan biji lamtoro gung
oryzae. Tempe umunya dibuat secara mengandung protein sebesar 20,86%. Hal ini
tradisional dan merupakan sumber protein menunjukkan bahwa kandungan protein
nabati. Tempe mengandung berbagai macam lamtoro gung sangat tinggi, demikian juga
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti terhadap produk pangan yang dihasilkannya.
protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat penambahan biji lamtoro gung pada tempe,
gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap dan supaya dapat memanfaatkan dan
dimanfaatkan tubuh. Hal ini dikarenakan meningkatkan nilai tambah dari biji lamtoro
kapang yang tumbuh pada kedelai gung. Tujuan penelitian adalah mengetahui
menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks prosentase dan lama proses fermentasi biji
menjadi senyawa sederhana yang mudah lamtoro gung yang tepat serta sifat fisiko
dicerna oleh manusia (Kasmidjo, 1990). kimia pada pembuatan tempe, mengetahui
Diversifikasi pangan merupakan prosentase dan lama proses fermentasi biji
salah satu instrumen penting untuk lamtoro gung yang tepat serta uji
mengurangi tekanan atas permintaan dan organoleptik pada pembuatan tempe dan
harga pangan. Diversifikasi pangan mMengetahui kombinasi perlakuan manakah
dimaksudkan untuk memperoleh keragaman yang terbaik terhadap sifat fisiko, kimia dan
zat gizi sekaligus melepas ketergantungan uji organoletik pada pembuatan tempe biji
lamtoro gung.
47
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
48
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
49
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
Kadar Karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen
bahan pangan yang merupakan sumber
energi utama dan serat makanan yang
mempengaruhi proses fisiologis tubuh.
Karbohidrat mempunyai sifat fungsional
yang penting dalam proses pengolahan
makanan, seperti sebagai bahan pengisi,
pengental, penstabil emulsi pengikat air,
pembentuk flavor, aroma dan tekstur. Gambar 2. Rerata kadar karbohidrat (%)
Karbohidrat juga penting sebagai sumber tempe lamtoro
pemanis alami, bahan baku proses
fermentasi, berperan dalam menentukan Gambar 2 menunjukkan bahwa kadar
karakteristik reologi dari berbagai jenis karbohidrat tertinggi diperoleh pada
bahan atau produk pangan (Winarno, 2004). kombinasi perlakuan A1B1 (prosentase biji
Berdasarkan analisa kadar karbohidrat lamtoro gung sebesar 10 % dan lama
yang dilkukan pada tempe lamtoro diperoleh fermentasi 18 jam) yaitu sebesar 14,51 %
rata-rata kadar karbohidrat antara 5,69 % sedangkan kadar karbohidrat terendah
sampai 14,51% berdasarkan analisa sidik diperoleh pada kombinasi perlakuan A3B2
ragam kadar protein tempe lamtoro bahwa (prosentase biji lamtoro gung sebesar 20 %
perlakuan prosentase biji lamtoro gung (A) dan lama fermentasi 36 jam) yaitu sebesar
dan lama fermentasi tempe (B) 5,69 %.
menunjukkan pengaruh sangat berbeda Dari Gambar 2 diketahui bahwa
nyata. Rata–rata kadar protein berbagai semakin lama fermentasi maka kadar
kombinasi perlakuan dapat dilihat pada karbohidrat pada sampel tempe lamtoro
Tabel 2. semakin menurun, hal ini dikarenakan
50
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
karbohidrat yang telah banyak dimanfaatkan Histagram rata-rata kadar lemak pada
oleh mikroba sebagai nutrisi untuk hidup berbagai perlakuan lama fermentasi dan
selama proses fermentasi berlangsung. prosentase biji lamtoro gung disajikan pada
Semakin sedikit prosentase biji Gambar 3. Gambar menunjukkan bahwa
lamtoro gung yang digunakan maka kadar kadar lemak tertinggi diperoleh pada
karbohidrat pada tempe lamtoro juga kombinasi perlakuan prosentase biji lamtoro
semakin meningkat hal ini terjadi karena gung sebesar 15 % dan lama fermentasi 36
kandungan karbohidrat pada kedelai lebih jam yaitu sebesar 8,23 % sedangkan kadar
besar dari pada kandungan protein dalam biji karbohidrat terendah diperoleh pada
lamtoro gung. kombinasi perlakuan prosentase biji lamtoro
Kadar Lemak gung sebesar 10 % dan lama fermentasi 18
jam yaitu sebesar 6,13 %.
Lemak atau minyak memiliki peranan
yang sangat besar dalam kehidupan manusia.
Lemak atau minyak adalah salah satu
komponen gizi utama sebagai penyumbang
energi dalam tubuh. Konversi energi dari
lemak yang mencapai 9 kkal/g jauh lebih
efisien dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat yang masing-masing hanya
mencapai 4 kkal/g. Lemak atau minyak
merupakan senyawa yang larut dalam
pelarut organik tetapi tidak larut air sifat
kelarutan lipid sangat tergantung pada
struktur umumnya dan ini menjadi dasar
penggolongan jenis lipid (Budijanto dkk,
2001).
Berdasarkan analisa kadar lemak yang Gambar 3. Rerata kadar lemak (%) tempe
dilkukan pada tempe lamtoro diperoleh rata- lamtoro
rata kadar lemak antara 6,13 % sampai 8,23
Berdasarkan data pada Gambar 3
% berdasarkan analisa sidik ragam kadar
kadar lemak tempe lamtoro dengan
protein tempe lamtoro bahwa perlakuan
perlakuan lama fermentasi dan prosentase
prosentase biji lamtoro gung (A) dan lama
biji lamtoro gung dapat diketahui bahwa
fermentasi tempe (B) menunjukkan
semakin lama waktu fermentasi kadar lemak
pengaruh sangat berbeda nyata (lampiram
tempe semakin menurun dan semakin sedikit
6). Rata-rata kadar lemakberbagai kombinasi
prosentase biji lamtoro gung yang digunakan
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
maka kadar lemak pada tempe lamtoro juga
Tabel 3 Rata-rata kadar Lemak (%) tempe
semakin meningkat hal ini terjadi karena
lamtoro
Prosentase kandungan lemak pada kedelai lebih besar
Rerata dari pada kandungan protein dalam biji
Lama Biji DMRT
Kadar lamtoro gung. Hal ini dikarenakan lemak
Fermentasi Lamtoro 5%
Lemak tidak mudah langsung digunakan oleh
Gung
mikroba untuk kelangsungan hidup
10% 6,18f 3,36 dibandingkan dengan protein dan
18 Jam 15% 5,75e 3,33 karbohidrat (Budijanto dkk., 2001).
20% 5,24d 3,22
10% 5,46c 3,28 Kadar Air
36 Jam 15% 4,84b 2,98 Keberadaan air sangat penting bagi
kehidupan umat manusia dan fungsinya
20% 4,59a 3,13
tidak dapat digantikan dengan senyawa lain.
51
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
52
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
kedalam dinding sel kedelai (Steinkraus, kombinasi A1B1 (prosentase biji lamtoro 10
1983). % dan lama fermentasi 18 jam).
Dari hasil pengamatan dapat
Organoleptik Rasa disimpulakan bahwa semakin kecil
Menurut Kartika dkk (1988), makanan prosentase biji lamtoro gung yang digunakan
merupakan gabungan dari berbagai macam dan 18 jam lama fermentasi dlakukan maka
rasa bahan-bahan yang digunakan dalam rasa tempe lamtoro yang dihasilkan semakin
makanan tersebut. De Mann (1989) disukai panelis, hal ini dikarenakan semakin
mendefinisikan flavor atau rasa sebagai lama fermentasi akan menciptakan rasa
rangsangan yang ditimbulkan oleh bahan masam pada tempe lamtoro, sehingga
yang dimakan, yang dirasakan oleh indra semakin lama fermentasi yang dilakukan
pengecap atau pembau, serta rangsangan akan merusak rasa asli pada tempe lamtoro.
lainnya seperti perabaan dan penerimaan Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
derajat panas oleh mulut. bahwa panelis yang telah mencicipi tempe
Hasil analisa uji organoleptik lamtoro dari tiap perlakuan yang berbeda
menyajikan bahwa rata-rata ranking merasakan rasa khas tempe pada lama
kesukaan panelis terhadap rasa dari fermentasi 18 jam dan sekidit masam ketika
perlakuan berbagai kombinasi antara mencicipi tempe lamtoro pada lama
prosentase biji lamtoro gung dan lama fermentasi 36 jam.
fermentasi berkisar antara 3,5 % sampai 4,75
%. Organoleptik Aroma
Semakin tinggi rata-rata nilai kesukaan Menurut de Mann (1989), dalam
panelis terhadap rasa tempe lamtoro, maka industri pangan pengujian aroma atau bau
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa dianggap penting karena cepat dapat
tempe lamtoro semakin besar. Rata-rata memberikan hasil. Penilaian terhadap
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa produk terkait diterima atau tidaknya suatu
tempe lamtoro ditunjukkan pada Gambar 5 produk. Timbulnya aroma atau bau ini
karena zat bau tersebut bersifat volatil
(mudah menguap). Hasil analisa uji
organoleptik menyajikan bahwa rata-rata
ranking kesukaan panelis terhadap aroma
dari perlakuan berbagai kombinasi antara
prosentase biji lamtoro gung dan lama
fermentasi berkisar antara 3,55 % sampai
4,35 %.
Semakin tinggi rata-rata nilai kesukaan
panelis terhadap aroma tempe lamtoro, maka
tingkat kesukaan panelis terhadap aroma
tempe lamtoro semakin besar. Rata-rata
tingkat kesukaan panelis terhadap aroma
tempe lamtoro ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 5. Rerata organoleptik rasa
53
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
54
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
tekstur tempe lamtoro ditunjukkan pada lemak 6,18 % ; kadar karbohidrat 14,51 % ;
Gambar 8. nilai kesukaan rasa 4,75 (Menyukai); nilai
kesukaan aroma 4,35 (Menyukai).
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil uji fisikokimia
didapatkan bahwa prosentase biji lamtoro
gung terbaik dalam pembuatan tempe
lamtoro adalah 10 % dan lama fermentasi
terbaik dalam pembuatan tempe lamtoro
adalah 36 jam.
2. Berdasarkan hasil uji organoleptik
didapatkan bahwa prosentase biji lamtoro
Gambar 8. Rata-rata organoleptik tekstur gung terbaik dalam pembuatan tempe
Rata-rata nilai kesukaan panelis lamtoro adalah 10 % dan lama fermentasi
terhadap tektur tempe lamtoro mempunyai terbaik dalam pembuatan tempe lamtoro
nilai terendah sebesar 3,95 % dari kombinasi adalah 18 jam.
A1B1 ( prosentase biji lamtoro 10 % dan 3. Berdasarkan hasil uji fisikokimia dan
lama fermentasi 18 jam) sedangkan nilai organoleptik didapatkan bahwa
tertinggi sebesar 4,35 % didapatkan dari kombinasi prosentase biji lamtoro gung
kombinasi A3B2 (prosentase biji lamtoro 20 dan lama fermentasi terbaik pada
% dan lama fermentasi 36 jam). pembuatan tempe lamtoro adalah
Dari hasil pengamatan dapat prosentase sebesar 10 % dan lama
disimpulakan bahwa semakin kecil fermentasi 18 jam dengan kualitas
prosentase biji lamtoro gung yang digunakan sebagai berikut : kadar Air 67,78 % ;
dan 18 jam lama fermentasi dlakukan maka kadar protein 17,27 % ; kadar lemak 6,18
tektur tempe lamtoro yang dihasilkan % ; kadar karbohidrat 14,51 % ; nilai
semakin tidak disukai panelis, hal ini kesukaan rasa 4,75 (menyukai); nilai
dikarenakan semakin lama fermentasi akan kesukaan aroma 4,35 (menyukai) ; nilai
menciptakan tekstur yang semakin solid kesukaan warna 4,75 (menyukai) ; nilai
pada tempe lamtoro, sehingga semakin lama kesukaan tekstur 3,95 (netral).
fermentasi yang dilakukan tekstur tempe
lamtoro akan semakin baik. Sesuai dengan Saran
penelitian yang dilakukan bahwa panelis Perlunya dilakukan penelitian lanjutan
yang telah merasakan tekstur tempe lamtoro terutama tentang biji-biji seperti kacang
dari tiap perlakuan yang berbeda merasakan merah, kacang polong dan beras yang bisa
tekstur tempe pada lama fermentasi 18 jam dijadikan tempe yang mempunyai kualitas
lebih keras dari pada tekstur tempe lamtoro lebih baik dari tempe lamtoro sebagai usaha
pada lama fermentasi 36 jam. diversifikasi pangan.
Perlakuan Terbaik
DAFTAR PUSTAKA
Kombinasi perlakuan terbaik
fisikokimia dan organoleptik pada .Anonymous,2015b.Lamtoro.
pembuatan tempe lamtoro diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Lamtoro.
perlakuan A1B1 (prosentase biji lamtoro Diakses pada tanggal 12 Maret
gung 10% dan lama fermentasi 18 jam) 2015.
dengan karakteristik sebagai berikut : kadar
Air 67,78 % ; kadar protein 17,27 % ; kadar
55
Jurnal Teknologi Pangan Vol 7 (1): 46-56 Th. 2016
AOAC. 2005. Official methods of analysis. Komari. 1999. Proses fermentasi biji
Association of official analysis lamtoro gung dengan Rhizopus oryzae.
chemistry. Wasinghton Jurnal Mikrobiologi Indonesia 4 (1):
Budijanto, Andarwulan, N. dan Herawati, D. 19-21.
2001. Bab praktikum kimia dan Marwanti. 2012. Diversifikasi pengolahan
teknologi lipida. Departemen bahan pangan lokal.
Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas http://staff.uny.ac.id/sites/defa
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian ult/files/Diversifikasi.pdf. Diakses
Bogor. pada tanggal 26 Februari 2015.
DeMann, J. M. 1989. Principle of food Rahayu, E.S., Indrati, R. Utami, T.
chemistry. Penerjemah; Kosasih Harmayani, E. dan Cahyanto, M.N.
Padmawinata. Institut Teknologi 2005. Bahan pangan hasil
Bandung, Bandung. fermentasi. Yogyakarta: PAU UGM.
Fardiaz, D., Andarwulan, N. Wijaya, C.H. Santoso. 2005. Teknologi pengolahan
dan Puspita, N.L. 1992. Teknik kedelai. Fakultas Pertanian
analisis sifat kimia dan fungsional Universitas Wdyagama,Malang.
komponen pangan. Pusat Antar Steinkraus, K.H., 1983. Indonesian tempeh
Universitas Pangan dan Gizi IPB, and related fermentation. Dalam:
Bogor. Handbook of Indigenous Fermented
Kartika, B., Hastuti P., dan Supartono, W. Foods. UGM, Yogyakarta.
1988. Pedoman uji indrawi bahan Winarno, F.G. 2004. Kimia pangan dan
pangan. Pusat Antar Universitas gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta. Jakarta.
Kasmidjo, R.B. 1990. Tempe:
mikrobiologi dan biokimia
pengolahan serta pemanfaatannya.
Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi.
56