Anda di halaman 1dari 4

Nama : Pujawati Nur L P

NIM : E1A018013/11

Kelas :A

Mata Kuliah : Penalaran Hukum

1. Penalaran hukum dimaknai  3 pengertian, antara lain proses menarik kesimpulan dari
     
pernyataan-pernyataan. Berikut ini pernyataan-pernyataan dan kesimpulan:

Kebebasan adalah hak asasi manusia

Hukum adalah peraturan yang membatasi kebebasan manusia

Yang membatasi kebebasan manusia itu bertentangan dengan hak asasi manusia

Jadi Hukum itu bertentangan dengan hak asasi manusia

Pertanyaan: Apakah pernyataan dan kesimpulan tersebut salah atau benar, apabila salah,
bagaimana supaya pernyataan dan kesimpulan benar? 

Menurut saya pernyataan dan kesimpulan di atas adalah salah, dimana hukum berpedoman
kepada hak asasi manusia sehingga tidak mungkin hukum bertentangan dengan manusia.
Jadi supaya pernyataan dan kesimpulan tersebut benar harus diubah sebagai berikut :

Kebebasan adalah hak asasi manusia

Hukum adalah peraturan yang membatasi kebebasan manusia

Jadi hukum adalah peraturan yang membatasi hak asasi manusia

2.       Salah satu langkah dalam penalaran hukum adalah mengkualifikasi dari peristiwa kongkrit
menjadi peristiwa hukum.  Kasus Posisi :

Ardan bekerja di sebuah toko alat-alat tulis kantor, ia bertugas melayani pembeli dan
menganantarnya. Enam bulan terakhir toko tersebut kehilangan barang-barang
dagangannya, Pada suatu hari Ardan ketangkap tangan sedang menjual barang-barang
milik toko tersebut kepada seorang pembeli dengan harga murah.Modus yang digunakan
Ardan adalah membawa barang-barang dari toko tersebut melebihi pesanan pembeli,
kemudian barang tersebut ditawarkan dengan harga murah dan uang hasil menjual barang
tersebut tidak disetorkan ke pemilik toko.

Pertanyaan: Kualifikasikanlah perbuatan Ardan tersebut, memenuhi rumusan Pasal 362


KUHP, atau Pasal 372 KUHP.

Menurut saya perbuatan yang dilakukan Ardan tersebut memenuhi rumusan pasal 372
KUHP yang artinya yang dilakukan Ardan adalah tindak pidana penggelapan. Mengapa
demikian? Pencurian dan penggelapan memanglah mirip namun disini terdapat perbedaan
yang mana pencurian dilakukan saat objek benda tidak berada di penguasaan kita,
sedangkan penggelapan terjadi saat objeknya berada di penguasaan kita. Dalam kasus ini,
barang-barang yang ada di Toko berada di bawah penguasaan Ardan dimana Ardan
membawa barang – barang toko melebihi pesanan dan menjualnya lalu uangnya tidak
disetorkan. Semua itu baik barang toko maupun uang penghasilan penjualan berada di
bawah kuasa Ardan, sehingga menurut saya perbuatan Ardan lebih tepat dikualifikasikan
kedalam tindak pidana penggelapan dengan dasar hukum Pasal 372 KUHP.

3.       Dalam menghubungkan struktur kasus dan sumber hukum haruslah diperhatikan struktur
peraturan-perundang-undangannya. Berikut ini Pasal 39 ayat (1) KUHPerdata, apakah
mempunyai makna hukum yang sama:

a.      Anak-anak luar kawin yang diakui dengan sah, selama belum dewasa,
diperbolehkan kawin dengan izin dari bapak dan ibu, yang mengakui mereka.

b. Anak-anak luar kawin yang diakui dengan sah, selama belum dewasa, tidak
     
diperbolehkan kawin tanpa izin dari bapak dan ibu yang mengakui mereka.

Pertanyaan : apakah keduanya mempunyai akibat hukum yang sama, mohon


dijelaskan?

Keduanya memiliki akibat hukum yang berbeda. Pada pilihan pertama memiliki
akibat hukum yaitu dimana perkawinan yang dilakukan belum dewasa selama
memperoleh izin dari orang tua dianggap sebagai sah, sedangkan pilihan kedua
pekawinan antara keduanya tidak diperbolehkan setanpa izin dari bapak dan ibunya.
Artinya pada pilihan kedua ini apabila keduanya melangsungkan pernikahan maka
pernikahannya dianggap tidak sah.

4. Berikut ini pasal 660 KUHPerdata: “ Tiap-tiap parit  atau selokan milik bersama harus
     
dipelihara dengan biaya bersama’

Pertanyaan: Uraikan unsur-unsurnya, untuk adanya akibat hukum terebut sifatnya kumulatif
atau alternatif?

 Tiap taip parit atau selokan

 Milik bersama

 Dipelihara dengan biaya bersama

Akibat hukum pada pasal tersebut bersifat kumulatif

5. Dalam menghubungkan struktur kasus dengan sumber hukum sering dihadapkan pada
     
persoalan UU tidak jelas, maka diperlukan penafsiran/intepretasi. Berikut ini intepretasi
Otentik terhadap pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara: “Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh badan atau pejabat tata usaha negara  yang berisi tindakan hukum tata usaha negara
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat kongkrit, individual
dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”

Pertanyaan: Apakah Akta Kelahiran tersebut merupakan Keputusan Tata Usaha Negara,
uraikan dengan pengertian pasal 1 angka 9 tersebut?

Menurut saya akta kelahiran merupakan KTUN dimana telah memenuhi unsur yang
tercantum dalam pasal 1 angka 9 tersebut. Akta kelahiran adalah suatu penetapan tertulis
yang mana dibuat oleh pegawan pencatatan sipil yang berdsarkan peraturan perundang
undangan yang berlaku yang mana akta kelahiran tersebut dijadikan bukti atas kelahiran
seseorang.

6.       Pasal 3 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatip Penyelesaian Sengketa
menyatakan “Pengadilan Negeri tidak berwenang  mengadili sengketa antara para pihak
yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase.

Pertanyaan: Fahmi dan Idrus dalam suatu perjanjian jual beli mencantumkan klausul:
“Apabila terjadi sengketa dalam perjanjian ini akan diselesaikan dengan mediasi yanag akan
difasilitasi oleh Pusat Mediasi Nasional’, Ternyata kemudian terjadi sengketa antara Fakmi
dan Idrus. Apakah hal tersebut dapat diselesaikan di Pengadilan Negeri, mengingat ada
klausul tersenut, dan di UU No.30.1999 hanya mengatur perjanjian Arbitrase, berikan
analisis saudara dengan menggunakan metode Argumentum a contrario?

Menurut pendapat saya apabila didasarkan pada metode argumentum a contrario maka
sengketa antara fahmi dan idrus tersebut dapat diselesaikan oleh pengadilan negeri. Karena
apabila keduanya bersengketa tidak diliputi dengan pasal tersebut maka hal ini dapat
diselesaikan oleh pengadilan negeri yang mana nantinya akan diliputi oleh peraturan lain di
luar peraturan tersebut. Selain itu seorang hakim pengadilan tidak boleh menolak untuk
menyelesaikan suatu perkara.

7.      Berikan masing-masing satu contoh dalam kesesatan pada umumnya merupakan


kesesatan tetapi dalam penalaran hukum, bukanlah merupakan kesesatan: Argumentum ad
baculum, Argumentum ad misserordiam, dan argumentum ad ignorantiam?

Argumentun ad baculum contohnya adalah di perempatan Purwokerto terdapat peringatan


perihal Perda ttg pengemisan

Argumentum ad misserordiam contohnya adalah apabila digunakan untuk meminta


keringanan hukuman

Argumentum ad ignorantiam dapat dilakukan dalam hukum acara

8. Pasal 222 KUHP “Barang siapa dengan sengaja  mencegah, menghalang-halangi atau
     
menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”

Pertanyaan: Dalam pasal tersebut keadaan apa saja yang dapat mempunyai akibat hukum
untuk dapat dijatuhi pidana, dan bersifat alternatif atau kumulatif?

Dalam pasal tersebut keadaan yang dapat dijatuhi pidana yaitu:

 Dengan sengaja mencegah pemeriksaan mayat untuk pengadilan

 Dengan sengaja Menghalang halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk


pengadilan

Dalam pasal tersebut bersifat alternatif

9. A menggugat ganti rugi pembebasan tanah kepada Instansi Pemerintah B pada bulan
     
Jaanuari 2010, karena ganti rugi yang diterima per meter sebesar Rp 200.000,- dirasa masih
kurang layak, maka A menuntut ke PN(Pengadilan Negeri) sebesar Rp. 250.000,- per meter.
Dalam Putusan hakim PN, pada bulan Maret 2010 , gugatan ganti rugi ditolak karena
menurut majelis hakim ganti rugi sudah sesuai dengan kesepakatan antara A dan  Instansi
B, kemudian A Banding dan di Putus oleh Hakim PT(Pengadilan Tinggi) bulan Juli 2012
diputus ganti rugi sebesar Rp.225.00,-per meter sesuai dengan NJOP (NILai Jual Obyek
Pajak), kemudian A Kasasi ke MA (Makamah Agung), diputus oleh MA pada bulan JUNi
2015 , ganti rugi sebesar Rp. 280.000,- per meter, karena mengikuti harga tanahyang
dibebaskan dan nilai dimasa akan datang.

Pertanyaan: Berikan analisa Model penalaran hukum yang digunakan oleh hakim PN, PT
dan MA tersebut menggunakan Model apa dengan melihat 3 (tiga) aspek: Ontologis,
Epistemologis  dan aspek aksiologis?

Apabila dilihat dari 3 aspek tersebut maka :

a) PN menggunakan model kepastian yaitu aliran positivisme hukum karena memang


telah tercantum dalam kesepakatan

b) PT menggunakan model kepastian yaitu aliran positivisme hukum dimana sesuai


dengan NJOP

c) MA menggunakan model kepastian diikuti kemanfaatan, dimana disini MA memutus


berdasarkan pertimbangan dari upaya-upaya hukum sebelumnya yaitu yg diputus
oleh PN dan PT dan MA juga memikirkan kemanfaatan yaitu nilai dimasa yang akan
datang. Model nya adalah aliran Utilitarianisme

Anda mungkin juga menyukai