LAPORAN PBAP
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Bisnis Agroindustri dan
Perkebunan
Disusun oleh :
Kelompok 1 TEP-B
Intan Ambarikma 161710201021
Afrizal Aldi 161710201043
Verynikaningrum 161710201046
Habib Yuman 161710201045
Dwi Arief 161710201016
2.1 Produk
CV. Bara Briket merupakan perusahaan penyedia bahan bakar briket yang
bahan dasarnya berasal dari limbah berupa kulit kopi. Briket kulit kopi dijual
secara offline maupun online. Penjualan briket dapat dijual per kemasan maupun
perdus yang berisi 10 kemasan/dusnya. Untuk dus menggunakan kemasan karton
sedangkan untuk kemasan ecer menggunakan kertas semen yang didalamnya
terdapat kemasan primer berupa plastik. Briket kulit kopi ini di produksi setiap
hari dengan menggunakan teknologi modern. Harga yang dipasarkan pun relatif
murah apabila dibandingkan dari segi manfaatnya.
Berdasarkan diagram alir diatas, terdapat beberapa tahapan pada alur produksi
dalam proses pembutan briket oleh CV. Bara Gemilang, antara lain pemasokan
(suppliying), pengecilan ukuran (size reduction), pencampuran (mixing),
pencetakan (forming), pengeringan (drying), pengemasan (packaging) dan
penggudangan (warehousing).
2.3.1 Pemasokan (Suppliying)
Pemasokan bahan baku dilakukan setiap tiga hari sekali yaitu pada hari
senin, rabu dan jumat. Pada saat pengambilan kulit kopi sudah dalam kondisi
kering. Kulit kopi dibeli langsung kepada perusahaan kopi di Sidomulyo yang
lokasinya tidak jauh dari perusahaan sehingga tidak membutuhkan waktu, tenaga
dan biaya yang besar. Selain pemasokan bahan baku, CV. Bara Gemilang juga
memasok bahan perekat yang berupak tepung tapioka. Pemasokan tepung tapioka
dilakukan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari senin. Bahan-bahan tersebut
diletakkan di tempat penggudangan awal yang sudah disediakan khusus untuk
bahan baku dan bahan perekat yang digunakan untuk pembuatan briket.
2.3.2 Pengecilan ukuran (Size reduction)
Proses selanjutnya yaitu pengecilan ukuran. Pada proses ini, sebelumnya
kulit kopi ditimbang terlebih dahulu sebanyak 500 kg-an dengan total yang
dibutuhkan yaitu 2000 kg. Penimbangan dilakukan di tempat penggudangan awal,
kemudian kulit kopi tersebut langsung dibawa ke ruang pengecilan ukuran.
Kapasitas alat pengecilan ukuran yaitu 500 kg/jam sehingga membutuhkan 4 kali
pengulangan yang membutuhkan waktu 4 jam untuk mengubah kulit kopi menjadi
tepung kulit kopi.
2.3.3 Pencampuran (mixing)
Proses penampuran merupakan proses lanjutan dari pengecilan ukuran.
Setelah menjadi tepung kulit kopi, bahan yang sudah jadi kemudian dicampur
dengan perekat yang berasal dari tepung tapioka. Tepung tapioka yang dibutuhkan
untuk 2000 kg tepung kulit kopi yaitu sebanyak 400 kg. Tujuan pemberian
perekat agar briket dapat membentuk secara sempurna serta memiliki kerapatan
yang baik. Karena pada kerapatan yang tepat, briket dapat menghasilkan bara api
yang baik pula sert tidak cepat habis. Pencampuran bahan ini menggunakan alat
pengaduk yang memiliki berkapasitas 100 kg dengan waktu 15 menit. CV. Bara
Gemilang memiliki dua alat pengaduk, sehingga untuk proses pencampuran
membutuhkan waktu 3 jam dengan masing-masing 12 kali pengulangan pada
setiap alat.
2.3.4 Pencetakan (forming)
Proses pencetakan merupakan proses yang harus dilakukan dengan hati-
hati karena apabila adonan yang dimasukkan dalam pencetak kurang ataupun
lebih maka bentuk yang dihasilkan akan memiliki dimensi yang berbeda, dimensi
yang dikehendaki yaitu dengan tinggi 10 cm dan diameter 5 cm, briket ini
berbentuk tabung atau bias disebut blok. Alat pencetak ini memiliki kapasitas
1000kg/jam. Maka dari itu untuk proses pencetakan membutuhkan waktu 3 jam.
Setelah proses pencetakan selesai dilakukanlah proses sortasi untuk memisahkan
briket yang gagal dan briket yang baik yang kemudian briket yang baik akan
dilanjutkan pada tahap pengeringan dan yang gagal akan dijadikan limbah.
2.3.5 Pengeringan (drying)
Pengeringan merupkan tahap akhir dalam pembuatan briket. Setelah
selesai dilakukan proses penyortiran, briket yang berada dalam kondisi baik
kemudian dipindahkan ke tempat pengeringan. Alat pengeringan berbentuk seperti
oven berkapasitas besar yaitu 2000 kg/proses dengan waktu 24 jam dengan suhu
oven 4000C. Pada proses ini cukup dilakukan satu kali pengulangan saja. tujuan
dilakukannya pengeringan agar kadar air dalam briket menurun, kadar air pada
briket harus kurang dari 5% agar dapat dikatakan layak untuk dipasarkan.
2.3.6 Pengemasan (Packaging)
Setelah dinyatakan layak untuk dipasarkan, briket dapat dikemas. Terdapat
tiga kemasan pada briket yaitu kemasan primer, sekunder, tersier. Kemasan
primer berasal dari bahan plastik digunakan untuk membungkus briket, kemudian
kemasan sekunder berupa kertas semen yang digunakan untuk membungkus
kemasan primer yang telah diisi briket. Spada kemasan sekunder ini berisi
informasi-informasi yang diberikan oleh perusahaan mengenai produk briket kulit
kopi. Sedangkan kemasan tersier berasal dari dusboks yang diisi masing-masing
10 briket kemasan. Pada proses pengemasan ini membutuhkan waktu 4 jam
hingga sampai pada proses pengemasan tersier.
2.3.7 Penggudangan (Warehousing)
Tahap akhir pada proses produksi briket kulit kopi yaitu penggudangan.
Setelah dilakukan pengemasan, selanjutnya briket tersebut dibawa ke ruang
penggudangan akhir. Pada ruangan ini terdapat penyetabil suhu ruang yang
bertujuan agar kondisi suhu pada briket tetap terjaga dengan baik.
BAB 3. LINIER PROGRAMMING DAN CRITICAL PRODUCT
METHOD (CPM)
v f k
1 0 z= Rp16.000.000 4 <= 4
2 0 2000 >= 2000
3 1 0 >= 0
0 >= 0
1 >= 0
Dari hasil perhitungan linear programming dengan metode simpleks pada mesin pengeringan/oven yang paling efektif
digunakan yaitu alat Z dengan kebutuhan 1 unit seharga Rp 16.000.000 yang mampu mengolah dengan kapasitas maksimum 2000 kg
setiap prosesnya.
v f k
1 1,333333 z= Rp12.100.000 4 <= 4
2 0 1333,333 >= 2000
3 0 1,333333 >= 0
0 >= 0
0 >= 0
Dari hasil perhitungan linear programming dengan metode simpleks pada alat pencetak briket yang paling efektif digunakan
yaitu alat X sejumlah 2 unit dengan kapasitas produksi sebesar 1000 kg/jam seharga Rp 9.075.000 untuk setiap alatnya.
Tabel 3.5 Hasil Linier Programming Alat Timbangan
Fungsi Z= 220.000X + 1.800.000Y + 7.500.000Z
Batasan : 5000x +2000y + 5000z >=2000
4x +3y+6z<=4
X, y >= 0
v f k
1 0,4 z= Rp88.000 1,6 <= 4
2 0 2000 >= 2000
3 0 0,4 >= 0
0 >= 0
0 >= 0
Dari hasil perhitungan linear programming dengan metode simpleks pada alat penimbangan didapatkan hasil alat yang paling
efisien yaitu alat X dengan kapasitas produksi sebesar 5000 kg untuk setiap prosesnya, pada perusahaan ini membutuhkan 1 unit
timbangan agar lebih menyingkat waktu yang dibutuhkan. Setiap unit alat timbang ini yaitu dengan harga Rp 220.000,00.
v f k
1 0 z= Rp12.000.000 4 <= 4
2 0,666667 200 >= 2000
3 0 0 >= 0
0,666667 >= 0
0 >= 0
Dari hasil perhitungan linear programming dengan metode simpleks pada alat pengaduk adonan briket yang paling efisien
digunakan yaitu alat Y dengan jumlah alat 1 unit kapasitas produksi sebesar 300 kg per proses, dengan harga Rp 18.500.000,00.
3.2 Penentuan Alat dan Investasi Peralatan
Jadi hasil perhitungan linear programming dengan metode simpleks pada
seluruh alat dan mesin, didapatkan alat dan mesin yang lebih efisien, diantaranya :
Tabel 3.7 Spesifikasi Alat Yang Terpilih
No Alat Jumlah Kapasitas Daya Energi Harga Total Gambar
Jadi total biaya investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk investasi alat
dan mesin pada proses produksi yaitu Rp 56.170.000
Dari tabel 3.9 dapat di lihat bahwa jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk
memproduksi Bara Briket per harinya membutuhan sejumlah 8 orang pekerja,
untuk menyamakan pendapatan setiap pekerja yaitu dengan pembagian cakupan
kerja yang sama untuk setiap orangnya, sehingga jam kerja ada setiap pekerja
sama perhitungannya.
BAB 4. DESAIN PABRIK