AgroPlantae
website : www.agroplantaeonline.com situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae
Histori Artikel : The aim of this study is to determine the level of production of
rubber latex at various age levels of plants. The study was
Diterima 25 Maret 2019 compiled using Complete Randomized Design, with observations
Disetujui 31 Maret 2019 of latex harvest at various plant ages (years) consisting of: 9, 10,
23, and 37. The results showed that the weight of latex before
and after grinding and after the highest fumigation was obtained
at 37 years old plants (1979 planting year) which were 238.48 kg,
Keywords : 221.05 kg, and 218.58 g, respectively. However, the heaviest dry
Latex rubber content (K3) was obtained at 23 years old plants (1983
dry rubber content planting year), which was 97%.
age
menjadi sumber lapangan kerja bagi sekitar tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2
1,4 juta kepala keluarga. Tanaman karet juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di antaranya 85% merupakan
Indonesia, terutama di pulau Sumatra dan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya
juga di pulau lain yang diusahakan baik 7% perkebunan besar negara serta 8%
oleh perkebunan negara, swasta maupun perkebunan besar milik swasta. Produksi
rakyat. Sejumlah areal di Indonesia karet secara nasional pada tahun 2005
memiliki keadaan yang cocok dimanfaatkan mencapai angka sekitar 2.2 juta ton
untuk perkebunan karet yang kebanyakan (Setyamidjaja, 1993).
terdapat di Sumatra dan beberapa daerah
di Jawa. Perkebunan Karet di Pulau Tingkat produksi tanaman selain ditentukan
Sumatra meliputi Sumatra Utara, Sumatra oleh faktor edafik, juga dipengaruhi oleh
Barat, Riau, Jambi dan Sumatra Selatan. faktor genetik tanaman yang berhubungan
Dalam skala yang lebih kecil perkebunan dengan umur produktif tanaman. Umur
karet didapatkan pulau di Jawa, Kalimantan produktif sangat berpengaruh terhadap
dan Indonesia Bagian Timur. tingkat produksi tanaman termasuk
produksi lateks yang dapat disadap pada
Tanaman karet mulai disadap pada umur 5 tanaman karet. Penyadapan dilakukan
tahun. Penyadapan dapat dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai
selama 25 sampai 35 tahun. Sebelum batas kambium dengan menggunakan
disadap, kulit karet harus dibersihkan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam
terlebih dahulu agar tidak terjadi pengotoran dapat membahayakan kesehatan tanaman,
lateks. Tebal irisan sadap yang dianjurkan dan juga untuk mempercepat kesembuhan
1,5-2 mm. Sebaiknya, kedalaman sadap luka sayatan maka diharapkan sadapan
sedalam mungkin, tetapi tidak menyentuh tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi
kambium. Kedalaman yang dianjurkan 1-1,5 paling dalam 1,5 mm sebelum kambium
mm dari lapisan kambium. Penyadapan (Syam, 2009).
dilakukan pada pagi hari antara pukul
05.00-06.00, sedangkan pengumpulan Secara teoritis, apabila didukung dengan
lateks dilaksanakan antara 08.00-10.00. kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik,
Hasil sadapan lateks yang berada tanaman karet telah memenuhi kriteria
dimangkuk sadap dituangkan kedalam matang sadap pada umur 5 - 6 tahun.
ember aluminium bersih bertutup. Kontak Dengan mengacu pada patokan tersebut,
dengan udara menyebabkan lateks berarti mulai pada umur 6 tahun tanaman
menggumpal. Pada perkrbunan besar, karet telah menjadi tanaman menghasilkan
lateks dalam ember dikumpulkan ke dalam atau TM (Deptan, 2006).
tangki dan dibawah kepengolahan dengan
truk (Suhendry, 2002). Menurut (Syam, 2009), mulai umur 16
tahun produksi lateks dapat dikatakan stabil
Permasalahan yang timbul pada tahun dan setelah berumur 26 tahun produksinya
2005 tersebut adalah hasil panen per akan menurun. Untuk mendapatkan data
pohon yang terlalu rendah, harga beli dari dan informasi tentansg produksi lateks
pihak pabrik yang terbatas hanya pada tanaman karet pada berbagai tingkat umur
kisaran di Rp 2.500,- per kg nya panen tanaman, dilakukan percobaan perhitungan
yang panjang hingga 5 bulan. Karet hasil panen pada berbagai umur tanaman
merupakan komoditi ekspor yang mampu karet.
memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor BAHAN DAN METODE
karet indonesia selama 36 tahun terakhir
terus menunjukkan adanya peningkatan Penelitian dilaksanakan di Kebun Karet
dari 2.0 juta ton pada tahun 1979. Sumber Tengah PT.Perkebunan Nusantara
Pendapatan devisa dari komoditi ini pada XII (Persero) dari bulan April hingga Mei
tahun 1979 mencapai US$ 2.25 milyar, 2016. Bahan yang digunakan dalam
yang merupakan 5% dari pendapatan penelitian ini adalah lateks, asam asesat,
devisa non-migas. Sejumlah lokasi di bambu, dan kayu bakar. Sedangkan alat
Indonesia memiliki keadaan lahan yang yang digunakan adalah mangkuk,
cocok untuk pertanaman karet, sebagian timbangan, mesin penggiling, kamera dan
besar berada di wilayah Sumatera dan alat tulis menulis.
Kalimantan. Luas area perkebunan karet
http://www.agroplantaeonline.com
http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae
20 Kafrawi, Z. Kumalawati, Sufyan dan Arham
Percobaan ini dilaksanakan dengan jika di dalam lateks telah ditambahkan zat
menggunakan Rancangan Acak Lengkap antikoagulan sebelumnya. Asam dalam
(RAL), dengan pengamatan panen lateks hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion
pada berbagai umur tanaman karet (K) per OH- pada protein dan senyawa lainnya
pohon yang terdiri dari : tahun 2005/9 untuk menetralkan muatan listrik sehingga
tahun (K1), tahun 2006/10 tahun (K2), terjadi koagulasi pada lateks.
tahun 1993/23 tahun (K3), dan tahun Penambahan larutan asam diikuti dengan
1979/37 tahun (K4). Setiap perlakuan pengadukan agar tercampur ke dalam
terdiri dari 2 unit perlakuan yang diulang lateks secara merata serta membantu
sebanyak 3 kali sehingga terdapat 18 unit mempercepat proses pembekuan.
percobaan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali
maju dan mundur secara perlahan untuk
Panen Lateks mencegah terbentuknya gelembung udara
yang dapat mempegaruhi mutu sheet yang
Melakukan penyadapan pada malam hari dihasilkan. Kemudian tunggu kurang lebih
pada pukul 02.00 agar sel pembulu lareks 1 jam lateks sudah mengalami pembekuan
mudah kelur dikarenakan semakin tinggi dan siap untuk di giling.
suhu yang didapat semakin cepat lateks
mengeluarkan. Melakukan penyadapan Penggilingan Lateks
dengan sudut kemiringan irisan sadap
berpengaruh terhadap produksi. Sudut Penggilingan di lakukan menggunakan
kemiringan yang paling baik berkisar antar mesin penggiling dengan 5 tahap penipisan.
30 – 40 derajat terhadap bidang datar untuk Setelah satu jam gumpalan lateks
bidang sadap bawah dan 45 derajat pada mengalami pembekuan kemudian
bidang sadap atas. Sudut kemiringan sadap gumpalan lateks tersebut di giling, Adapun
juga berpengarug pada aliran lateks kearah tahap-tahap penggilinan yaitu:
mangkuk sadap. Meletakkan mangkuk 1. Bekuan lateks yang akan digiling harus
dibatang pohong karet dengan jarak yang diangkat secara hati-hati agar tetap utuh
baik dari hasil sadapan ke mangkuk 10 cm. untuk memperoleh lembaran hasil
Kemudian dilakukan pemanenan pada gilingan tipis merata.
hasil penyadapan, pemanenan dilakukan 2. Lembaran sheet keluar gilingan dibilas
pada waktu dipagi hari pukul 06.00 agar air dalam bak berisi air yang mengalir
lateks tidak mengalami pembekuan, lateks untuk menghilangkan sisa-sisa serum.
disatukan ditempat drum kecil yang sudah 3. Sheet selesai digiling ditiriskan agar air
disiapkan melalui ember kemudian diangkut dan serum yang tersisa sudah tuntas
lateks melalaui mobil ketempat penerimaan waktu masuk ruang pengasapan.
lateks.
Pengasapan Lateks
Pembekuan Lateks
Proses pengasapan di lakukan dengan
Hasil panen yang dilakukan di pagi hari meletakkan sheet diatas bambu yang sudah
diangkut ke tempat penerimaan lateks, disiapkan didalam ruang pengasapan.
kemudian saring melalui bak penampungan Ruang pengasapan dipanaskan
lateks pertama. Setelah lateks tertampung menggunakan kayu bakar yang diletakkan
dialirkan menuju bak penampungan lateks di bagian bawah ruang pengasapan. Suhu
ke dua. Melakukan pembekuan asam ditentukan menggunakan pedoman pada
asesat yang berbahan larutan asam semut seperti pada tabel 1.
atau asam asetat dengan konsentrasi 1-2%
ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet
kering . Jumlah tersebut dapat diperbesar
http://www.agroplantaeonline.com
http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae
Produksi lateks karet pada berbagai umur tanaman 21
4 55-60 C
0
24 jam Atas buka 25%; bawah tutup 25%
250,00
212,26
Berat Lateks Sebelum Giling (g)
200,00
150,00
112,87
100,00 74,41
63,75
50,00
0,00
37 23 11 10
Umur Tanaman Karet
Gambar 1. Rata-rata Produksi Lateks Karet Sebelum Giling Pada Berbagai Umur
Tanaman Karet
http://www.agroplantaeonline.com
http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae
22 Kafrawi, Z. Kumalawati, Sufyan dan Arham
250,00
150,00
95,24
100,00
60,56
46,36
50,00
0,00
37 23 11 10
Umur Tanaman Karet
Gambar 2. Rata-rata Produksi Lateks Karet Setelah Giling Pada Berbagai Umur
Tanaman Karet
30,00 27,41
25,00
Kadar Air Lateks (%)
18,86
20,00
16,31
15,00
9,23
10,00
5,00
0,00
37 23 11 10
Umur Tanaman Karet
Gambar 3. Rata-rata Kadar Air Lateks Karet pada Berbagai Umur Tanam Karet
http://www.agroplantaeonline.com
http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae
Produksi lateks karet pada berbagai umur tanaman 23
umur 10 tahun (58.86 g) dan umur 11 tahun minimal 28% dan mutu II dengan kadar
(43.84 g). kering minimal 20% atau di bawah 28%.
Nilai K3 menjadi salah satu ukuran
5. Kadar Kering Karet (K3) kualitas lateks karena K3 menggambarkan
besar kandungan air dalam lateks.
Kualitas karet dapat ditentukan dengan
cara analisis Kadar Karet Kering. K3 adalah K3 oleh beberapa faktor diantaranya jenis
kandungan padatan karet per satuan klon, musim, waktu penyadapan, suhu, dan
berat (%). Mutu bahan baku karet yang umur pohon. Jenis klon sangat
diekspor ke luar negeri sangat ditentukan berpengaruh karena masing-masing klon
oleh pengelolaan tanaman, proses memiliki kualitas atau banyaknya lateks di
pemanenan serta pengolahan pasca panen dalamnya berbeda-beda. Selain itu faktor
bahan olah karet. Kualitas karet yang baik musim juga sangat berpengaruh utamanya
harus terbebas dari kontaminan air maupun musim hujan. Proses penyadapan
kontaminan lainnya. (Pusari dan Haryanti, terganggu akibat kulit batang basah juga
2014) berpengaruh terhadap kandungan air yang
meningkat, sedangkan lateks-nya dapat
Berdasarkan Maspanger (2005) klasifikasi terbuang bersama air (Nefftalia et al.,
mutu lateks kebun berdasarkan kadar 2015).
kering yaitu mutu I dengan kadar kering
Gambar 4. Grafik Rata-rata Berat dan Kadar Air Lateks Karet pada
Berbagai Umur Tanaman Karet
http://www.agroplantaeonline.com
http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae
24 Kafrawi, Z. Kumalawati, Sufyan dan Arham
200,00 186,78
0,00
37 23 11 10
Umur Tanaman Karet
98,00
96,94
97,00
Kadar Kering Karet (%)
95,76
96,00
95,00 94,25
94,00 93,38
93,00
92,00
91,00
37 23 11 10
Umur Tanaman Karet
Gambar 7. Grafik Rata-rata Berat setelah Pengasapan, Kadar Air Lateks dan Kadar
Kering Karet (K3) pada berbagai Umur Tanaman Karet
http://www.agroplantaeonline.com
http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae
Produksi lateks karet pada berbagai umur tanaman 25
http://www.agroplantaeonline.com
http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae
26 Kafrawi, Z. Kumalawati, Sufyan dan Arham
http://www.agroplantaeonline.com
http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae