Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si.
Dr. Sowiyah, M.Pd. & Dr. Sulton Djasmi, M.Pd.
Disusun oleh:
Heru Siswanto (1923012010)
Nur Handayani (1923012009)
Zulaika Fitriyani (1923012005)
Lilis Afriyanti (1923012013)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena hanya atas limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
Memahami Aspek-Aspek Kebijakan Pendidikan, pada mata kuliah tugas
Pengambilan Keputusan dan Analisis Pengambilan Kebijakan
Selain untuk memenuhi syarat-syarat penilaian dalam mata kuliah
Pengambilan Keputusan dan Analisis Pengambilan Kebijakan, kami juga berharap
makalah ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pembahasan mengenai kajian
Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan. Dalam berbagai teori pendidikan khususnya
bagi para praktisi maupun pembelajaran. Semoga ke depannya kita dapat semakin
baik dalam memahami Pengambilan Keputusan dan Analisis Pengambilan Kebijakan.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah, bapak/ibu
Prof. Dr.Bujang Rahman, M.Si., Dr.Sowiyah, M.Pd dan Dr.Sulton Jasmi, M.Pd atas
segala bimbingan, dan mohon maaf jika masih ditemukan banyak kekurangan dalam
pembahasan maupun penarikan kesimpulan yang kami lakukan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Pendidikan Dari Ilmu Praktis......................................................... 3
2.2 Kebijakan Pendidikan Mempunyai Faliditas................................................... 5
2.3 Kebijakan Pendidikan Memiliki Keterbukaan................................................ 7
2.4 Kebijakan Pendidikan Didukung Riset Dan Pengembangan.......................... 9
2.5 Pendekatan Kebutuhan Sosial......................................................................... 13
2.6 Pendekatan Pengambilan Kebijakan............................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat komplek.Hampir seluruh
dimensi kehidupan manusia terlibat dalm proses pendidikan,baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam prosespendidikan,ada unsur
politik,ekonomi, hukum, sosial, budaya, kesehatan, psikologis, sosiologis
bahkan agama. Bagaimanapun penanganan pebdidikan harus
mempertimbangkan dimensi-dimensi terseut agar strategi dan kebijakan yang
ditempuh benar-benar mengantarkan Indonesi pada tujuan yang dicitacitakan.
Tilaar (2008:1390)mendefinisikan kebijakan pendidikan merupakan
keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategi pendidikan
yang dijabarkan dari visi misi pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan
tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu asyarakat untuk suatu kurun waktu
tertentu.(Prasojo, 2010)
Begitu penting dan urgen pendidikan bagi manusia,maka kebutuhan
akan pendidikan bermutu selain harapan semua orang juga merupakan sarana
utama untuk menghasilkan sumberdaya alam secara bijaksana.Hal ini sejalan
dengan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya sisten pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia berkembang menjadi manusia Indonesia yang
berkualitas,sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah.
Aspek kehidupan pendidikan merupakan suatu wilayah yang tidak saja
penting tetapi juga menarik bagi kehidupan lain.Dalam bahasa Paulo
Freire,sebagaimana dikutip Escobar dkk(1998:33)”Pendidikan pada dasarya
selalu bersinggungan dengan kekuasaan”.Kekuasaan tentu saja mempunyai
makna yang luas,termasuk diadalnya kekuasaan dalam bidang pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2) Suatu penjelasan hipotesis tentang fenomena atau sebagai hipotesis yang belum
teruji secara empiris.
3) Suatu eksposisi tentang prinsip-prinsip umum atau prinsip-prinsip abstrak ilmu
humaniora yang berasal dari praktik.
4) Suatu rencana atau sistem yang dapat dijadikan suatu metode bertindak.
5) Suatu doktrin atau hukum yang hanya didasarkan atas renungan spekulatif.
Dagobert Runes mengemukakan tiga pengertian teori yaitu :
1) Teroi merupakan suatu hipotesis tentang segala masalah, dapat diuji tetapi
tidak perlu diuji
2) Merupakan lawan dari praktik, merupakan pengetahuan yang disusun secara
sistematis dari kesimpulan umum relatif.
3) Teori diartikan sebagai lawan dari hukum-hukum dan observasi, suaru dedukdi
dari aksioma-aksioma dan teorema-teorema suatu sistem yang pasti (tidak
perlu diuji), secara relatif kurang problematif dan lebih banyak diterima atau
diyakini.
Menurut Kneller, teori memiliki dua pengertian, antara lain ; teori itu
empiris, dalam arti sebagai suatu hasil pengujian terhadap hipotesis dengan melalui
observasi dan ekserimen, cara berpikir yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
metode induktif, maka teori di sini sama dengan makna teori dalam sains. Seorang
guru tidakboleh dikacaukan dengan isu-isu yang tidak dapat dibuktikan secara
ilmiah. Kedua, teori dapat diperoleh melalui berpikir sistematis spekulatif, dengan
metode deduktif, dalam hal ini kneller mengemukakan bahwa teori merupakan “a
set of coherent thought”, seperangkat berpikir koheren yang sesuia dengan teori
koherensi tentang kebenaran.
Jadi, teori tidak sebatas diartikan sebagai suatu penjelasan terhadap
fenomena, melainkan merupakan petunjuk untuk membangun atau mengontrol
pengalaman.
tekniknya riset jenis ini sama dengan yang digunakan dalam riset ilmiah pada
umumnya. Namun, ditinjau dari kepentingan, jenis riset ini dilakukan bukan untuk
kepentingan pengembangan sains, melainkan untuk kepentingan yang bersifat
spesifik dan praktis yaitu untuk mencari dasar membuat kebajikan,
menganalisisnya, mengkritisisny atau mengevaluasi kebijakan itu sendiri maupun
implementasinya. Pada umumnya hasil riset ini diarahkan kepada pemecahan
masalah yang lebih bersifat melayani kepentingan calon pemakai, klien atau
pelanggan. Pada umumnya pelanggan jenis riset ini adalah para perencana dan
pembuat kebijakan politik, kebijakan ekonomi, kebijakan pendidikan, kebijakan
kesehatan dan semacamnya.
2.4.1. Hakekat
Riset kebijakan dapat dipandang sebagai suatu riset yang menggabungkan
antara kegiatan analisis kebijakan dengan evaluasi program. Riset ini dilakukan
dalam upaya menelaah atau menelisik keberadaan berbagai alternatif kebijakan
publik yang akan dibuat, berbagai faktor yang mendukung dibuatnya kebijakan itu,
serta berbagai akibat dan dampak yang diantisipasi akan muncul apabila suatu
alternatif kebijakan itu akan dipilih.
Oleh sebab itu riset kebijakan menggunakan pendekatan multisiplin, pelaku
riset kebijakan biasanya memiliki kepakran khusus dalam bidang-bidang terkait,
dan biasanya dilakukan oleh satu tim yang anggota kepakaran beragam. Latar
kepakaran anggota tim itu diantaranya adalah dalam bidang-bidang yang terkait
dengan analisis kebijakan, evalusai program, sosiologi, psikologi, ekonomi,
pendidikan, geografi, antropologi, hukum, ilmu politik, pekerjaan sosial,
perencanaan lingkungan dan administrasi negara.
Mengapa riset kebijakan itu penting dilakukan? Para perencana dan pembuat
kebijakan sering kali dihadapkan pada persoalan yang terkait untuk diambil dalam
menjalankan roda organisasi, baik publik maupun swasta. Persoalan ini dihadapi
karena kurangnya atau adanya keterbatasan pengetahuan tentang berbagai dampak
yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari kebijakan yang akan dibuatnya.
11
Dalam kondisi seperti ini apabila suatu kebijakan itu tetap dibuat, maka peluang
terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan, sebagai dampak dari kebijakan yang
dibuatnya akan cukup besar.
Agar dapat menghindari berbagai dampak yang tidak diharapkan dari suatu
kebijakan, maka sebelum suatu kebijakan itu direncanakan dan dibuat perlu
dilakukan analisis secara mendalam dan komprehensif. Patton dan Sawicki (1993)
memandang, bahwa analisis kebijakan merupakan suatu proses sirkuler dalam
merencanakan, membuat, melaksanakan dan memonitor serta mengevaluasi
pelaksanaan suatu kebijakan. Suatu kebijakan sebaiknya dibuat dengan
mempertimbangkan data hasil riset. Setelah kebijakan itu dilaksanakan, juga perlu
dilakukan minitoring dan evaluasi agar pelaksanaan kebijakan itu selain terus
berada dalam jalurnya, juga memberi dampak secara positif. Analisis yang
dilakukan secara mendalam itu didasarkan atas data hasil riset atau studi kebijakan.
Istilah kebijakan digunakan untuk menggambarkan tentang suatu kegiatan
yang mencakup penentuan tujuanm penentuan prioritas, penyusunan rencana dan
menspesifikasi aturan-aturan dalam pembuatan keputusan ( Gorda, Lewis, dan
Young, 1993). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siapapun yang memiliki
otoritas atau kewenangan dalam pembuatan kebijakan, yang merentang dari mulai
penentuan tujuan sampai pembuatan keputusan, yang didalamnya mencakup
kegiatan menentukan skala prioritas, penyusunan rencana dan penentuan aturan-
aturan dalam penggambilan keputuasan ini semua disebut dengan kebijakan. Jadi
pada hakekatnya kebijakan itu merupakan bidang yang menjadi kewenangan
pemerintah pada berbagai level, dan pemegang otoritas kewenangan pada sektor
swasta, yaitu para pimpinan organisasi ataupun para manajer pada berbagai level
organisasi atau lembaga.
Riset kebijakan (policy research) atau disebut juga dengan studi kebijakan
(policy studies) pada dasarnya merupakan kebijakan dan evaluasi program. Riset
kebijakan dapat dipandang sebagai suatu sistem standar, aturan, dan prosedur untuk
menciptakan, menilai secara kritis dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan (Pardon, Lessof, Woodfield, dan Bryson, 2001). Karena
12
Apabila dilihat dari segi tujuan dan berbagai kategori pelanggannya, ada lima
kategori kegiatan yang terkait dengan riset kebijakan, yaitu:
1) Advokasi kebijakan
2) Informasi untuk kebijakan
3) Penentuan kebijakan
4) Analisis isi kebijakan
5) Monitoring dan evaluasi kebijakan
1) Advokasi Kebijakan
Advokasi kebijakan menunjukan kepada riset yang dilakukan dengan tujuan
akhir adalah melakukan pembelaan atau untuk menentang suatu kebijakan atau
sekelompok kebijakan yang sejenis. Riset advokasi yang dilakukan untuk
memberikan dukungan atau pembelaan kebijakan dilakukan, karena riset
memandang bahwa kebijakan itu memilki nilai positif, sehingga perlu didukung
atau dibela. Hasil riset dibuat dalam bentuk rekomendasi yang disampaikan kepada
pembuat kebijakan. Meskipun demikian, tidak semua rekomendasi itu
ditindaklanjuti oleh pembuat kebijakan.
kepentingan ini dilakukan oleh suatu lembaga- lembaga pemerintahan. Hasil riset
semacam ini dianggap penting sebagai dasar dalam membuat kebijakan.
b. Tahap Implementasi
1) Perumusan Kebijakan: Rencana kebijakan yang sudah disepakati
bersama dirumuskan kedalam strategi dan pilihan tindakan beserta
pedoman peraturan pelaksanaannya.
2) Perancangan dan Implementasi Program: Kegiatan utama pada tahap
ini adalah mengoperasionalkan kebijakan ke dalam usulan-usulan
program (program proposals) atau proyek sosial untuk dilaksanakan
atau diterapkan kepada sasaran program.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi dan Tindak Lanjut: Evaluasi dilakukan baik terhadap proses
maupun hasil implementasi kebijakan. Penilaian terhadap proses
kebijakan difokuskan pada tahapan perumusan kebijakan, terutama untuk
melihat keterpaduan antar tahapan, serta sejauhmana program dan
pelayanan sosial mengikuti garis kebijakan yang telah ditetapkan.
Penilaian terhadap hasil dilakukan untuk melihat pengaruh atau dampak
kebijakan, sejauh mana kebijakan mampu mengurangi atau mengatasi
masalah. Berdasarkan evaluasi ini, dirumuskanlah kelebihan dan
kekurangan kebijakan yang akan dijadikan masukan bagi penyempurnaan
kebijakan berikutnya atau permusan kebijakan baru.
Contoh nya :
Pendekatan Social Demand Approach, artinya walaupun kebijaksanaan
perencanaan dilakukan pemerintah, namun pengambilan keputusan
kebijaksanaan didasarkan atas pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu pemerintah membuat keputusan menambah
jumlah sekolah-sekolah dasar, sebagai bukti mensukseskan Program
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil
perumusan langkah-langkah strategi pendidikan yang dijabarkan dari visi misi
pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan
dalam suatu asyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.Landasan kebijakan
pendidikan yaitu Ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1983 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara sebagai pola umum Pembangunan Nasional
mengarahkan rangkaiana program pembangunana di segala bidang untuk
mewujudkan tujuan nasioanl seperti tercantum di dalaam Pembukaan Undang-
undang Dasar 1945.
3.2. Saran
Kebijakan-kebijakan dalam pendidikan harus dilaksanakan sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan demi terwujudnya pembelajaran yang
terarah dan tercapainya tujuan yang menjadi target dalam sebuah pendidikan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Madjid, Abd. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Samudra Biru (Anggota IKAPI)
Setyono, Sujati., "Pentingnya Integritas dan Keterbukaan dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah",
http://jatisusetyono.wordpress.com/2011/01/16/pentingnya-integritas-dan-
keterbukaan-dalam-kepemimpinan-kepala-sekolah/ jam 22.05 tgl 16-02-2014
Suharto, Edi (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekrjaan Sosial: Spektrum
Pemikiran, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan.
20