2. Faktor penyebab:
a. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang
berasal dari diri pelaku pelanggar HAM, di antaranya sebagai berikut.
1) Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri
2) Rendahnya kesadaran HAM
3) Sikap tidak toleran
b. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, di
antaranya sebagai berikut.
1) Penyalahgunaan kekuasaan
2) Ketidaktegasan aparat penegak hukum
3) Penyalahgunaan teknologi
4) Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi
3. Contoh Pelanggaran:
a. ( Lingkungan Keluarga )
- Pengksplotasian anak untuk bekerja.
- Seorang anak yang dilarang untuk menuntut ilmu.
- Kekerasan dalam rumah tangga baik yang dilakukan ayah terhadap
keluarga maupun ibu terhadap anak.
- Anggota keluarga yang membunuh anggota keluarga lainnya.
- Pemerkosaan anak oleh sang ayah.
b. ( Lingkungan Sekolah )
- Kasus bullying antar siswa atau siswi.
- Kasus kekerasan yang dilakukan guru terhadap murid tanpa alasan dan
tujuan yang jelas.
- Tawuran antar kelas, antar tingkatan, maupun antar sekolah.
- Guru yang membeda – bedakan siswanya.
- Pengkorupsian uang beasiswa oleh guru.
c. ( Lingkungan Masyarakat )
- Tawuran antar RT, RW, antar Kampung
- Penghilangan kebebasan dalam beribadah.
- Pencurian
- Pemerkosaan
- Pembunuhan
4. Konsep HAM:
a. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah adalah hak asasi semua umat manusia
yang sudah ada sejak lahir.
b. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang status, suku bangsa, gender atau perbedaan lainnya.
c. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan
kepada pihak lain.
d. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah
hak sipil dan politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.
5. SAMA NO 3
7. .
8. .
9. Penenggak HAM:
- Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut.
a. Melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah.
b. Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi.
c. Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi
manusia kepada pemerintah dan DPR untuk ditindaklanjuti.
d. Memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan
sengketa di pengadilan
15. Faktor penyebab: Faktor-faktor budaya politik di Indonesia pada pemerintahan saat
ini dalam mengupayakan tercapainya good governance saat ini adalah mempunyai
pengaruh yang sangat kuat, dimana pemerintah sebagai pemegang kekuasaan
berupaya memberikan yang terbaik dalam pelayanan dan manajemen pembangunan
yang sesuai dengan prinsip demokrasi yang kita anut, namun ada beberapa faktor
lain juga seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang dapat mengikis kepercayaan
masyarakat teradap pemerintah.
16.
17.
18. Fungsinya:
- Sarana Komunikasi politik
- Sarana Sosialisasi politik
- Sarana Rekrutmen politik
- Sarana pengatur politik
24. Penerapan:
Sila pertama adalah sila yang berkaitan dengan sikap kita sebagai umat pada Tuhan
nya. Warga Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Warga negara Indonesia harus
memahami akan pentingnya agama sebagai pondasi awal sikap warga terhadap
tuhan Yang maha esa dan dari hal itu akan memunculkan sikap toleransi antar umat
beragama dan saling hormat menghormati antara satu agama dengan agama yang
lain.
Sila ke- dua berhubungan terhadap perilaku kita sebagai manusia yang pada
hakikatnya semua sama di Dunia ini. Dari sila kedua ini, setiap warga negara
Indonesia harus memperhatikan akan pentingnya sikap kemanusiaan antar warga
negara.
Sila ke-tiga adalah nilai penting yang harus semua pahami. Setiap wanita negara
Indonesia harus berupaya sesuai kemampuan mereka untuk membangun negeri ini
menjadi negeri yang makmur dan sejahtera. Jadi, setiap warga harus memiliki
kontribusi dalam membangun negeri menjadi negara yang mampu bersaing dengan
negara lain baik di asia tenggara bahkan mampu bersaing dengan negara-negara
besar dunia lainnya.
Pada sila ke-empat berkaitan dengan perilaku kita untuk selalu bermusyawarah
dalam menyelesaikan masalah. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama , mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan, menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. Melalui hasil musyawarah mufakat
inilah akan terciptanya lingkungan masyarakat yang damai tentram dan akan
berdampak baik bagi kelangsungan hidup masyarakat.
Sila ke-lima adalah perilaku kita dalam bersikap adil terhadap semua orang. Seperti
yang kita tahu bersama, bahwa negara kita dibangun dengan bedasarkan keadilan
yang di junjung di seluruh negeri. jadi, untuk itu kita harus memiliki perbuatan yang
luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan,
sikap adil terhadap sesama. Tingkatkan rasa kerjasama kepada siapapun untuk
meningkatkan keadilan satu sama lain, tidak saling melempar kesalahan. Dan yang
terpenting adalah sikap kekeluargaan yang harus terus dijaga agar negara kita
menjadi negara kuat dan di segani oleh bangsa lain.
Dalam hukum perdata, putusan yang dijatuhkan oleh hakim dapat berupa:
1. putusan condemnatoir yakni putusan yang bersifat menghukum pihak yang
dikalahkan untuk memenuhi prestasi (kewajibannya). Contoh: salah satu pihak
dihukum untuk membayar kerugian, pihak yang kalah dihukum untuk membayar
biaya perkara
2. putusan declaratoir yakni putusan yang amarnya menciptakan suatu keadaan
yang sah menurut hukum. Putusan ini hanya bersifat menerangkan dan menegaskan
suatu keadaan hukum semata-mata. Contoh: putusan yang menyatakan bahwa
penggugat sebagai pemilik yang sah atas tanah sengketa
3. putusan constitutif yakni putusan yang menghilangkan suatu keadaan hukum
dan menciptakan keadaan hukum baru. Contoh: putusan yang memutuskan suatu
ikatan perkawinan.
Jadi, dalam hukum perdata, bentuk sanksi hukumnya dapat berupa:
kewajiban untuk memenuhi prestasi (kewajiban)
hilangnya suatu keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya suatu keadaan
hukum baru
Sedangkan untuk sanksi administrasi/administratif, adalah sanksi yang dikenakan
terhadap pelanggaran administrasi atau ketentuan undang-undang yang bersifat
administratif. Pada umumnya sanksi administrasi/administratif berupa;
- denda (misalnya yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2008),
- pembekuan hingga pencabutan sertifikat dan/atau izin (misalnya yang diatur
dalam Permenhub No. KM 26 Tahun 2009),
- penghentian sementara pelayanan administrasi hingga pengurangan jatah
produksi (misalnya yang diatur dalam Permenhut No. P.39/MENHUT-II/2008 Tahun
2008),
- tindakan administratif (misalnya yang diatur dalam Keputusan KPPU No.
252/KPPU/KEP/VII/2008 Tahun 2008)
26. Sama no 27
27. Penggolongan Hukum:
a. Berdasarkan sumbernya
1) Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan.
2) Hukum kebiasaan, yaitu hukum yang terletak dalam aturan-aturan kebiasaan.
3) Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu
perjanjian antarnegara (traktat).
4) Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan Hakim.
f. Berdasarkan sifatnya
1) Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak. Misalnya, melakukan pembunuhan maka
sanksinya secara paksa wajib dilaksanakan.
2) Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-
pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
Atau dengan kata lain, hukum yang mengatur hubungan antarindividu yang baru
berlaku apabila yang bersangkutan tidak menggunakan alternatif lain yang
dimungkinkan oleh hukum (undangundang). Misalnya, ketentuan dalam pewarisan
ab-intesto (pewarisan berdasarkan undang-undang), baru mungkin bisa dilaksanakan
jika tidak ada surat wasiat (testamen).
g. Berdasarkan wujudnya
1) Hukum objektif, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua orang atau
lebih yang berlaku umum. Dengan kata lain, hukum dalam suatu negara yang berlaku
umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu.
2) Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang atau lebih. Hukum subjektif sering juga disebut hak.
h. Berdasarkan isinya
1) Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan
individu (warga negara), menyangkut kepentingan umum (publik). Hukum publik
terbagi atas:
a) Hukum Pidana, yaitu mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan, memuat
larangan dan sanksi.
b) Hukum Tata Negara, yaitu mengatur hubungan antara negara dengan bagian-
bagiannya.
c) Hukum Tata Usaha Negara (administratif), yaitu mengatur tugas kewajiban
pejabat negara.
d) Hukum Internasional, yaitu mengatur hubungan antar negara, seperti hukum
perjanjian internasional, hukum perang internasional, dan sebagainya.
2) Hukum privat (sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara individu satu
dengan individu lain, termasuk negara sebagai pribadi. Hukum privat terbagi atas
a) Hukum Perdata, yaitu hukum yang mengatur hubungan antarindividu secara
umum. Contoh, hukum keluarga, hukum kekayaan, hokum waris, hukum perjanjian,
dan hukum perkawinan.
b) Hukum Perniagaan (dagang), yaitu hukum yang mengatur hubungan antarindividu
dalam perdagangan. Contoh, hukum tentang jual beli, hutang piutang, pendirian
perusahaan dagang, dan sebagainya.
28. Wilayah Hukum:
a. Lembaga peradilan di bawah Mahkamah Agung
1) Peradilan Umum, yang meliputi:
a) Pengadilan Negeri berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kotadan
b) Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibu kota provinsi.
2) Peradilan Agama yang terdiri atas:
a) Pengadilan Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
b) Pengadilan Tinggi Agama yang berkedudukan di ibu kota provinsi.
3) Peradilan Militer, terdiri atas:
a) Pengadilan Militer,
b) Pengadilan Militer Tinggi,
c) Pengadilan Militer Utama, dan
d) Pengadilan Militer Pertempuran.
4) Peradilan Tata Usaha Negara yang terdiri atas:
a) Pengadilan Tata Usaha Negara yang berkedudukan di ibu kota kabupaten
atau kota, dan
b) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang berkedudukan di ibu kota
provinsi.
5) Mahkamah agung berkedudukan sebagai puncak semua peradilan dan sebagai
pengadilan tertinggi untuk semua lingkungan peradilan dan memberi pimpinan
kepada pengadilan-pengadilan yang bersangkutan.
31. Dasar pengembangan dan pelaksanaan demokrasi yang berjalan di Indonesia yaitu :
Pasal ke 4 Pancasila yang mengandung nilai musyawarah dan demokrasi yang
berbunyi = Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
f. Berdasarkan sifatnya
1) Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak. Misalnya, melakukan pembunuhan maka
sanksinya secara paksa wajib dilaksanakan.
2) Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-
pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
Atau dengan kata lain, hukum yang mengatur hubungan antarindividu yang baru
berlaku apabila yang bersangkutan tidak menggunakan alternatif lain yang
dimungkinkan oleh hukum (undangundang). Misalnya, ketentuan dalam pewarisan
ab-intesto (pewarisan berdasarkan undang-undang), baru mungkin bisa dilaksanakan
jika tidak ada surat wasiat (testamen).
g. Berdasarkan wujudnya
1) Hukum objektif, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua orang atau
lebih yang berlaku umum. Dengan kata lain, hukum dalam suatu negara yang berlaku
umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu.
2) Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang atau lebih. Hukum subjektif sering juga disebut hak.
h. Berdasarkan isinya
1) Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan
individu (warga negara), menyangkut kepentingan umum (publik). Hukum publik
terbagi atas:
a) Hukum Pidana, yaitu mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan, memuat
larangan dan sanksi.
b) Hukum Tata Negara, yaitu mengatur hubungan antara negara dengan bagian-
bagiannya.
c) Hukum Tata Usaha Negara (administratif), yaitu mengatur tugas kewajiban
pejabat negara.
d) Hukum Internasional, yaitu mengatur hubungan antar negara, seperti hukum
perjanjian internasional, hukum perang internasional, dan sebagainya.
2) Hukum privat (sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara individu satu
dengan individu lain, termasuk negara sebagai pribadi. Hukum privat terbagi atas
a) Hukum Perdata, yaitu hukum yang mengatur hubungan antarindividu secara
umum. Contoh, hukum keluarga, hukum kekayaan, hokum waris, hukum perjanjian,
dan hukum perkawinan.
b) Hukum Perniagaan (dagang), yaitu hukum yang mengatur hubungan antarindividu
dalam perdagangan. Contoh, hukum tentang jual beli, hutang piutang, pendirian
perusahaan dagang, dan sebagainya.