Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL ILMIAH

APOTEKER DAN NARKOBA


DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM

Penyusun :
Izharudin Wahid Rasyid 1800023221 6C
Ditya Oktaviani 1800023222 6C
Fita Damahayuningrum 1800023223 6C
Salsa Melina Gayuh A 1800023224 6C

FAKULTAS FARMASI
UNIVERISTAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
Abstrak

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai


apoteker dan telah mengucapkan sumpah apoteker. Ilmu farmasi sendiri
terpisah dari ilmu Kedokteran di era kehalifahan Abbassiyah (abad ke 8 M).
Dalam perkembanganya farmasi terbagi menjadi berbagai cabang ilmu yang
saling berkaitan satu sama lainnya. Cabang ilmu tersebut antra lain mencakup
Farmakologi (Farnakodinamik, Farmakokinetik, Toksikologi farmasi,
Farmakoginemik), Kimia farmasi, Farmasetika, Farmakognosi. Farmakologi
bidang ilmu mempelajari efek biokimia dan fisiologis dari obat pada manusia
yang didalamnya mencakup Farmakodinamik. Pengertian Narkoba Menurut
BNN. Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat/bahan berbahaya.
Dalam istilah lain yang diterangkan oleh kementrian kesehatan Republik
Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika, dan zat adiktif. Dari kedua istilah ini baik "narkoba" "napza"
semua mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki resiko
kecanduan bagi pengunanya. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Narkoba
sama halnya dengan zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan
kesepakatan para ulama. Bahkan setiap zat yang dapat menghilangkan akal,
haram untuk dikonsumsi walau tidak memabukkan” (Majmu’ Al Fatawa, 34:
204).

Kata Kunci : Apoteker, Narkoba,pandangan islam


A. Pendahuluan
Peradaban Islam dikenal karena perkembangan ilmu pengetahuan, salah
satunya adalah farmasi. Ilmu tentang obat-obatan ini menjadi acuan
perkembangan kedokteran di Berbagai peradaban. Dengan menguasai tradisi
farmasi dan kedokteran, kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. Banyak orang
terlindungi dari serangan penyakit dan ancaman kesehatan. Islam merupakan
peradaban yang sangat memperhatikan perkembangan farmasi (Munandar
Nasution, 2020).
Eksistensi ilmu farmasi tidak bisa dilepaskan dari kejayaan peradaban
Islam di masa dinasti Abbasiyyah yang melakukan gerakan penerjemahan secara
besar-besaran. salah satu karya penting yang diterjemahkan pada waktu itu,
adalah De Material Medica karya Dioscorides. Selain itu, para ilmuwan muslim
juga melakukan transfer pengetahuan tentang obat-obatan dari berbagai naskah
yang berasal dari Yunani, China, Persia. Pada abad ke-7 sampai ke-17, para
ilmuwan muslim secara khusus memberi perhatian khusus untuk melakukan
investigasi atau pencarian, terhadap beragam produk alam yang dapat digunakan
sebagai obat-obatan. Apa yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim ini adalah
bentuk dari manifestasi dari sabda Rasulullah SAW, “Bahwa setiap penyakit pasti
ada obatnya”(Munandar Nasution, 2020).
Banyak tokoh-tokoh besar Islam, yang mempunyai andil besar dalam
kemajuan bidang farmasi. Diantaranya adalah Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi
yang mengembangkan obat-obatan, Abu al-Qosim al-Zahrawi yang merintis
tentang distiliasi dan sublimasi, al-Biruni yang menulis buku tentang farmakologi
yang bernama al-Saydalah (kitab tentang obat-obatan) dan berbagai ilmuwan
muslim lainnya yang menekuni bidang farmasi (Munandar Nasution, 2020).
Disisi lain pun ada obat-obatan yang dianggap terlarang karena dapat
menyebabkan efek yang tidak baik jika digunakan tidak sesuai aturan yang
sering disebut narkoba, namun karena zaman sekarang banyak sekali yang
menggunakan hanya untuk mendapatkan efek sesaat yang ditimbulkan.
Manusia dengan rasionya dan akal budinya selalu berusaha
mengembangkan ilmu pengetahuan agar mampu mengolah alam semesta demi
kepentingan hidup manusia. Demikian pula halnya dengan narkoba, zat ini pada
awalnya merupakan hasil dari pengembangan pengetahuan manusia terhadap
pelbagai tumbuhan demi kepentingan medis, tetapi sebagian manusia lain
menyalahgunakan hasil temuan tersebut, demi kepentingan sesaat. Di antara
tujuannya adalah memperoleh keuntungan yang sangat besar(Saifullah, 2013).
Fenomena kompleksitas peredaran narkoba laksana benang kusut yang
harus segera diurai. Berdasarkan hal tersebut, problematika pencegahan dan
penanggulangan tindak pidana (jinâyah), narkoba menjadi hal yang signifikan
untuk dikaji dan diteliti, mengingat permasalahan tersebut bukan saja
menyangkut kepentingan nasional (Saifullah, 2013).
B. Tujuan
Mengetahui perspektif islam tentang apoteker dab penggunaan terapi penyakit
dengan obat golongan narkoba
C. Metode
Metode penulisan artikel ilmiah ini dilakukan dengan review jurnal dan artikel
D. Isi dan Pembahasan

a. Pengertian Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah apoteker. Keberadaaan apoteker di apotek tidak
hanya terkait dengan permasalahan obat, namun apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat
menjalankan profesi secara professional dan berinteraksi langsung dengan
pasien, termasuk untuk pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien yang membutuhkan Standar pelayanan kefarmasian menurut
Permenkes RI nomor 35 tahun 2014 adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan
kefarmasian dari drug oriented menjadi patient oriented. Perubahan
paradigma ini dikenal dengan nama Pharmaceutical care atau asuhan
kefarmasian. Pharmaceutical care (PC) adalah program layanan kefarmasian
yang berorientasi kepada pasien dimana apoteker bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya dalam menyelenggarakan promosi kesehatan, mencegah
penyakit, menilai, memonitor, merencanakan dan memodifikasi pengobatan
untuk menjamin rejimen terapi yang aman dan efektif. Tujuan dari PC adalah
mengoptimalkan kualitas hidup pasien dan mencapai hasil klinik yang baik.
b. Pengertian Narkoba
Pengertian Narkoba Menurut BNN. Narkoba adalah singkatan dari
Narkotika dan obat/bahan berbahaya. Dalam istilah lain yang diterangkan oleh
kementrian kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan
singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif. Dari kedua istilah ini
baik "narkoba" "napza" semua mengacu pada kelompok senyawa yang
umumnya memiliki resiko kecanduan bagi pengunanya.
Pengertian narkoba menurut Kurniawan (2008). Narkoba adalah Zat
kimia yang dapat mengubah psikologi seperti perasaan, fikiran, suasana hati
serta prilaku jika masuk kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan,
diminum, dihirup, suntik, intravena dan lain sebagainya.
Pengertian narkoba menurut Jackobus (2005). Narkoba adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman dan bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Pengertian narkoba menurut Ghoodse (2002). Narkoba adalah zat
kimia yang dibutuhkan untuk merawat kesehatan, ketika zat tersebut masuk
kedalam organ tubuh maka terjadi satu atau lebih perubahan fungsi didalam
tubuh. lalu dilanjutkan lagi ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh,
sehingga bila zat tersebut dihentikan pengkonsumsiannya maka akan terjadi
gangguan secara fisik dan psikis.
c. Penggolongan narkotika

Berikut golongan narkotika yang diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 35


Tahun 2009 tentang narkotika:

 Narkotika Golongan I
Golongan narkotika ini hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Heroin, Kokain, Daun Kokain, Opium, Ganja, Jicing, Katinon,
MDMDA/Ekstasi, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.
 Narkotika Golongan II
Golongan narkotika ini berkhasiat untuk pengobatan, namun
digunakan sebagai pilihan terakhir. Selain itu, dapat digunakan untuk
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan.
Mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon.

 Narkotika Golongan III


Golongan narkotika ini berkhasiat untuk pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Kodein, Buprenorfin, Etilmorfina, Nikokodina,
Polkodina, Propiram, dan ada tiga belas macam termasuk beberapa
campuran lainnya.
d. Pandangan islam terhadap apoteker
Kesehatan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan itu
mahal harganya sehingga tidak seorangpun ingin sakit. Tetapi, seringkali penyakit
datang dengan tiba-tiba hanya karena manusia lalai untuk menjaga kesehatan.
Tanpa disadari, kadang pola hidup dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit. Pola
hidup sehat merupakan kebiasaan hidup yang berpegang pada prinsip menjaga
kesehatan. Menjalani pola hidup sehat merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
The United Nations Development Programme (UNDP) mengklasifikasikan
kesehatan sebagai salah satu dimensi dalam pengukuran indeks pembangunan
manusia (Klasen 2018), seperti Human Development Index (HDI), Gender
Development Index (GDI), Gender Inequality Index (GII), dan Multidimensional
Poverty Index (MPI). Tingkat kesehatan masyarakat salah satunya ditentukan oleh
kualitas layanan kesehatan yang ditunjang oleh berbagai asuhan, termasuk asuhan
kefarmasian. Farmasi adalah salah satu ilmu kombinasi antara ilmu kesehatan dan
ilmu kimia yang mempelajari tentang tata cara penyediaan obat menjadi bentuk
terentu sehingga siap untuk dijadikan obat untuk setiap penyakit. Praktik
kefarmasian yang semula berfokus pada pegelolaan obat sebagai komoditi
menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dari pasien yang dikenal dengan asuhan kefarmasian (Depkes
2004). Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
dijelaskan bahwa pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien
atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar
dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan.
Ilmu farmasi sendiri terpisah dari ilmu Kedokteran di era kehalifahan
Abbassiyah (abad ke 8 M). Dalam perkembanganya farmasi terbagi menjadi
berbagai cabang ilmu yang saling berkaitan satu sama lainnya. Cabang ilmu
tersebut antra lain mencakup Farmakologi (Farnakodinamik, Farmakokinetik,
Toksikologi farmasi, Farmakoginemik), Kimia farmasi, Farmasetika,
Farmakognosi. Farmakologi bidang ilmu mempelajari efek biokimia dan
fisiologis dari obat pada manusia yang didalamnya mencakup Farmakodinamik.
1. Farmakokinetik yang mempelajari faktor-faktor yang mengontrol
konsentrasi obat di berbagai tempat di dalam tubuh.
2. Toksikologi farmasi yang mempelajari efek toksik dari obat, serta
Farmakoginemik yang mempelajari karateristik antar obat dan
organisme.
3. Kimia farmasi merupakan studi desain obat untuk mengoptimalkan
faramakokinetik dan farmakodinamik dan sintesis dari molekul baru.
Farmasetika merupakan studi dan desain formulasi obat.
4. Farmakognosi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki
bahan-bahan baik yantg berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun
hewan dan juga beberapa mineral yang mempunyai khasiat obat.
Semua cabang farmasi ini memiliki keterkaitan yang kuat untuk
menghasilkan obat yang bermutu dan aman.
Banyak tokoh-tokoh besar Islam, yang mempunyai andil besar dalam
kemajuan bidang farmasi. Diantaranya adalah Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi
yang mengembangkan obat-obatan, Abu al-Qosim al-Zahrawi yang merintis
tentang distiliasi dan sublimasi, al-Biruni yang menulis buku tentang farmakologi
yang bernama al-Saydalah (kitab tentang obat-obatan) dan berbagai ilmuwan
muslim lainnya yang menekuni bidang farmasi (Munandar Nasution, 2020).
Farmasi yang dimaksud bukanlah Nabi berbicara tentang suatu penyakit
dan obatnya sebagaimana yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan saat
sekarang ini, tetapi Rasulullah berbicara tentang khasiat sesuatu. Khasiat sesuatu
benda ini dikenal dalam farmasi dengan istilah farmakognosi yaitu khasiat dari
tumbuh-tumbuhan, hewan dan beberapa mineral yang memiliki khasiat obat.
Contoh hadist yang berhubungan dengan pengobatan suatu penyakit dan
khasiat dari beberapa tumbuhan,hewa dan mineral

1. Hadist tentang khasiat kurma ajwa

Kurma merupakan salah satu dari sepuluh spesies buah yang disebutkan
di dalam Al-Quran (Marwat, et al., 2009). Kurma juga merupakan tanaman tertua
yang dibudidayakan oleh manusia dan buahnya telah digunakan selama 6000
tahun sebagai bahan makanan. Buah kurma kaya akan nutrisi, mengandung
karbohidrat, garam, mineral, serat, 6 vitamin, 14 jenis asam lemak danprotein
dengan 23 jenis asam amino. Kandungan karbohidrat yang terdapat dalam kurma
terdiri atas gula pereduksi seperti glukosa, fruktosa, manosa, dan maltosa, serta
gula non-pereduksi (sukrosa primer) dan sebagian kecil polisakarida
sepertiselulosa dan amilum (Al-Shahib dan Marshall, 2003)
Hadis menyebutkan bahwa “Barang siapa yang bangun pagi memakan 7
butir kurma ajwa tidak akan membahayakannya pada hari itu racun maupun sihir.
Selain itu, kurma memiliki aktivitas sebagai antipiretik, diuretik, kontrasepsi,
fungisid, estrogenik, ekspektoran, laksatif (Duke, 2004), antibakteri (Al-Daihan
dan Bath, 2012), melindungi dan mengobati hati dari CCl4 -agen penyebab
hepatoksik (Al-Qarawi, et al., 2004). Ekstrak air buah kurma menunjukkan
aktifitas antioksidan dan antimutagenik (Vayalil, 2002). Kurma varietas ajwa
memiliki kandungan fruktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan glukosa
pada jumlah total gula yang terkandung di dalamnya, sehingga mengkonsumsi
kurma tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Selain itu, kurma ajwa juga sangat
berpotensi sebagai antiinflamasi.
2. Hadist tentang khasiat habbatussauda

Habbatusauda adalah sejenis tumbuh-tumbuhan dikenal dengan nama Jintan


Hitam, jenis tanaman ini memiliki khasiat yang sangat ampuh untuk mengatasi
berbagai masalah kesehatan dan kecantikan. Habbatussauda merupakan salah satu
jenis tanaman yang sering ditemukan di Iindonesia, tanaman ini dijadikan sebagai
salah satu bumbu masakan. Tanaman herbal ini telah dimanfaatkan untuk pengobatan
sejak 2000 sampai 3000 SM, sejak itulah tanaman jintan hitam ini mulai
dikembangkan untuk dijadikan sebagai obat herbal yang mujarab.
Kandungan senyawa yang terdapat pada Habbatussauda cukup banyak,
tanaman ini memiliki senyawa aktif yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
Berikut ini merupakan beberapa kandungan senyawa yang terkandung di dalam biji
buah Habbatussauda, diantaranya yaitu ;minyak asiri, saponin, thimoquinone, minyak
padat, nigellone, minyak lemak, dan alkaloid. Terdapat banyak penelitian dalam
mencari khasiat biji jintan hitam ini.
Dalam Kitab At Tibbun Nabawi karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah menyebutkan
bahwa habbatussaudah dapat mengobati 50 jenis penyakit tanpa disertai efek
samping. The Journal of American Scientist melaporkan bahwa habatussaudah
memiliki khasiat untuk berbagai penyakit karena mengandung senyawa antihistamin,
antioksidan, antibiotik, antimitotik, antikanker dan bronkodilator. Dr. Micheal Tierra
penulis buku “Planetary Herbalogy” menuliskan bahwa habbatussaudah atau black
seed mengandung betasitosterol yang merupakan zat antikanker.

3. Hadist tentang madu

Madu memiliki kandungan gizi utama berupa aneka senyawa karbohidrat


seperti fruktosa (41%), glukosa (35%), sukrosa (1,9%), dan dekstrin (1,5%).
Kadar protein dalam madu relatif kecil sekitar 2,6% akan tetapi kandungan
asam aminonya beragam, baik asam amino essensial maupun non essensial.
Kandungan vitamin yang terdapat dalam madu antara lain vitamin B1, vitamin
B2, B3, B6, dan vitamin C. Sementara mineral yang terkandung dalam madu
antara lain kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor.
Meskipun jumlahnya sedikit, komposisi mineral madu merupakan sumber ideal
bagi tubuh karena perbandingan dan jumlah mineral madu mendekati
komposisi yang terdapat dalam darah manusia.
4. Hadist tentang khasiat buah zaitun
Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa tidak tersabunkan
seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen dan squalen yang memegang peranan
penting dalam kesehatan. Minyak zaitun juga mengandung asam lemak tak jenuh,
asam oleat sebesar 55-83% dari total asam lemak dalam zaitun. Komponen yang
penting dalam minyak zaitun yakni tokoferol yang terdiri atas tokoferol a,b,c dan
d. Diantara keempat jenis itu tokoferol a yang paling tinggi sekitar 90% dari total
tokoferol dalam minyak zaitun. Tokoferol a dikenal sebagai vitamin E yang
berkhasiat sebagai antioksidan alami.
5. Hadist tentang cendawan

Rasulullah saw bahwa air cendawan ini dapat mengobati mata, Ibnu Sina
menyebutkan bahwa (bertolak dari hadis ini) kaum muslimin pada masa lalu
sering memanaskan air cendawan, kemudian mendinginkannya. Air cendawan
yang sudah dingin ini ini dicampur dengan batu ismid kemudian dipakai
sebagai celak mata. Selain itu ada juga yang meneteskan secara langsung ke
mata.

e. Pandangan islam terhadap penggunaan narkoba


Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan
dalam keadaan darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Narkoba
sama halnya dengan zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan
kesepakatan para ulama. Bahkan setiap zat yang dapat menghilangkan akal,
haram untuk dikonsumsi walau tidak memabukkan” (Majmu’ Al Fatawa,
34: 204).
Dalil-dalil yang mendukung haramnya narkoba:
1. Allah Ta’ala berfirman,
َ ِ‫ت َويُ َح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ْال َخبَائ‬
‫ث‬ ِ ‫َويُ ِح ُّل لَهُ ُم الطَّيِّبَا‬
“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk” (QS. Al A’rof: 157). Setiap
yang khobits terlarang dengan ayat ini. Di antara makna khobits adalah yang
memberikan efek negatif.
2. Kedua: Allah Ta’ala berfirman:
f‫م إِلَى الت َّ ْهلُ َك ِة‬fْ ‫َواَل تُ ْلقُوا بِأ َ ْي ِدي ُك‬
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS.
Al Baqarah: 195).
‫َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu” (QS. An Nisa’: 29).
Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau
membinasakan diri sendiri. Yang namanya narkoba sudah pasti merusak badan
dan akal seseorang. Sehingga dari ayat inilah kita dapat menyatakan bahwa
narkoba itu haram.
3. Ketiga: Dari Ummu Salamah, ia berkata,
‫َن ُك ِّل ُم ْس ِك ٍر َو ُمفَتِّ ٍر‬fْ ‫ ع‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫نَهَى َرسُو ُل هَّللا‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari segala yang
memabukkan dan mufattir (yang membuat lemah)” (HR. Abu Daud no. 3686
dan Ahmad 6: 309. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini  dho’if).
Jika khomr itu haram, maka demikian pula dengan mufattir  atau narkoba.
4. Keempat: Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam  bersabda,
‫ َل‬f َ‫ َو َم ْن تَ َحسَّى ُس َّم ا فَقَت‬f,‫ فِيهَا َخالِدًا ُم َخلَّدًا فيهَا اَبَدًا‬f‫َار َجهَن َّ َم يَتَ َر َّدى‬ ِ ‫و في ن‬fَ ُ‫ن َجبَ ٍل فَقَتَ َل نَ ْف َسهُ فَه‬fْ ‫َم ْن تَ َر َّد ى ِم‬
‫ه‬fِ ‫ ِد‬fَ‫ فِي ي‬fُ‫ه‬fُ‫ة فَ َح ِد ْي َدت‬fٍ ‫ َد‬f‫هُ بِ َح ِد ْي‬f‫ل نَ ْف َس‬fَ fَ‫ و َم ْن قَت‬f,‫دًا‬fَ‫ فيهَا أَب‬f‫ ُم َخل َّ ًدا‬f‫َار َجهَن َّ َم َخالِ ًدا‬
ِ ‫ه يَتَ َحسَّاهُ في ن‬fِ ‫نَ ْف َسهُ فَ ُس َّمهُ في يَ ِد‬
f‫َار َجهَن َّ َم خَ الِدًا ُم َخلَّدًا فِ ْيهَا أَبَ ًدا‬ ْ َ‫يَتَ َو َّجأ ُ في ب‬
ِ ‫طنِ ِه فِ ْي ن‬
“Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati,
maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung
dalam) neraka itu, kekal selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja
menenggak racun hingga mati maka racun itu tetap ditangannya dan dia
menenggaknya di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama
lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu
akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam
dalam keadaan kekal selama lamanya” (HR Bukhari no. 5778 dan Muslim no.
109).
Hadits ini menunjukkan akan ancaman yang amat keras bagi orang yang
menyebabkan dirinya sendiri binasa. Mengkonsumsi narkoba tentu menjadi
sebab yang bisa mengantarkan pada kebinasaan karena narkoba hampir sama
halnya dengan racun. Sehingga hadits ini pun bisa menjadi dalil haramnya
narkoba.
5. Kelima: Dari Ibnu ‘Abbas, Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam  bersabda,
‫ضرا َر‬
ِ ‫ض َر َر وال‬
َ ‫ا‬
“Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh memberikan dampak
bahaya” (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al
Hakim 2: 66. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih). Dalam hadits ini dengan
jelas terlarang memberi mudhorot pada orang lain dan narkoba termasuk dalam
larangan ini.
Seputar Hukum bagi Pecandu Narkoba

Jika jelas narkoba itu diharamkan, para ulama kemudian berselisih dalam
tiga masalah:

(1) bolehkah mengkonsumsi narkoba dalam keadaan sedikit,

(2) apakah narkoba itu najis, dan

(3) apa hukuman bagi orang yang mengkonsumsi narkoba.

Menurut –jumhur- mayoritas ulama, narkoba itu suci (bukan termasuk najis),
boleh dikonsumsi dalam jumlah sedikit karena dampak muskir (memabukkan)
yang ditimbulkan oleh narkoba berbeda dengan yang ditimbulkan oleh narkoba.
Bagi yang mengkonsumsi narkoba dalam jumlah banyak, maka dikenai
hukuman ta’zir (tidak ditentukan hukumannya), bukan dikenai had (sudah ada
ketentuannya seperti hukuman pada pezina). Kita dapat melihat hal tersebut
dalam penjelasan para ulama madzhab berikut:
Dari ulama Hanafiyah, Ibnu ‘Abidin berkata, “Al banj (obat bius) dan
semacamnya dari benda padat diharamkan jika dimaksudkan untuk mabuk-
mabukkan dan itu ketika dikonsumsi banyak. Dan beda halnya jika dikonsumsi
sedikit seperti untuk pengobatan”.
Dari ulama Malikiyah, Ibnu Farhun berkata, “Adapun narkoba (ganja), maka
hendaklah yang mengkonsumsinya dikenai hukuman sesuai dengan keputusan
hakim karena narkoba jelas menutupi akal”. ‘Alisy –salah seorang ulama
Malikiyah- berkata, “Had itu hanya berlaku pada orang yang mengkonsumsi
minuman yang memabukkan. Adapun untuk benda padat (seperti narkoba) yang
merusak akal –namun jika masih sedikit tidak sampai merusak akal-, maka
orang yang mengkonsumsinya pantas diberi hukuman. Namun narkoba itu
sendiri suci, beda halnya dengan minuman yang memabukkan”.
Dari ulama Syafi’iyah, Ar Romli berkata, “Selain dari minuman yang
memabukkan yang juga diharamkan yaitu benda padat seperti obat bius (al
banj), opium, dan beberapa jenis za’faron dan jawroh, juga ganja (hasyisy),
maka tidak ada hukuman had (yang memiliki ketentuan dalam syari’at) walau
benda tersebut dicairkan. Karena benda ini tidak membuat mabuk (seperti pada
minuman keras, pen)”. Begitu pula Abu Robi’ Sulaiman bin Muhammad bin
‘Umar –yang terkenal dengan Al Bajiromi- berkata, “Orang yang
mengkonsumsi obat bius dan ganja tidak dikenai hukuman had berbeda halnya
dengan peminum miras. Karena dampak mabuk pada narkoba tidak seperti
miras. Dan tidak mengapa jika dikonsumsi sedikit. Pecandu narkoba akan
dikenai ta’zir (hukuman yang tidak ada ketentuan pastinya dalam syari’at).”
Sedangkan ulama Hambali yang berbeda dengan jumhur dalam masalah ini.
Mereka berpendapat bahwa narkoba itu najis, tidak boleh dikonsumsi walau
sedikit, dan pecandunya dikenai hukuman hadd –seperti ketentuan pada
peminum miras-. Namun pendapat jumhur yang kami anggap lebih kuat
sebagaimana alasan yang telah dikemukakan di atas.

Mengkonsumsi Narkoba dalam Keadaan Darurat

Kadang beberapa jenis obat-obatan yang termasuk dalam napza atau


narkoba dibutuhkan bagi orang sakit untuk mengobati luka atau untuk
meredam rasa sakit. Ini adalah keadaan darurat. Dan dalam keadaan tersebut
masih dibolehkan mengingat kaedah yang sering dikemukakan oleh para
ulama,
‫ المحظورات‬f‫الضرورة تبيح‬

“Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang”

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Seandainya dibutuhkan untuk


mengkonsumsi sebagian narkoba untuk meredam rasa sakit ketika
mengamputasi tangan, maka ada dua pendapat di kalangan Syafi’iyah. Yang
tepat adalah dibolehkan.” Al Khotib Asy Syarbini dari kalangan Syafi’iyah
berkata, “Boleh menggunakan sejenis napza dalam pengobatan ketika tidak
didapati obat lainnya walau nantinya menimbulkan efek memabukkan
karena kondisi ini adalah kondisi darurat”.

E. Kesimpulan dan Saran,


1. Ilmu farmasi sendiri terpisah dari ilmu Kedokteran di era kehalifahan
Abbassiyah (abad ke 8 M). Dalam perkembanganya farmasi terbagi menjadi
berbagai cabang ilmu yang saling berkaitan satu sama lainnya. Cabang ilmu
tersebut antra lain mencakup Farmakologi (Farnakodinamik, Farmakokinetik,
Toksikologi farmasi, Farmakoginemik), Kimia farmasi, Farmasetika,
Farmakognosi. Farmakologi bidang ilmu mempelajari efek biokimia dan
fisiologis dari obat pada manusia yang didalamnya mencakup
Farmakodinamik.
2. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Narkoba sama halnya dengan zat
yang memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan
setiap zat yang dapat menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau
tidak memabukkan” (Majmu’ Al Fatawa, 34: 204).

3. Kadang beberapa jenis obat-obatan yang termasuk dalam napza atau


narkoba dibutuhkan bagi orang sakit untuk mengobati luka atau untuk
meredam rasa sakit. Ini adalah keadaan darurat. Dan dalam keadaan tersebut
masih dibolehkan mengingat kaedah yang sering dikemukakan oleh para
ulama
DAFTAR PUSTAKA
Munandar Nasution, H. (2020). Farmasi Dalam Perspektif Islam. In Africa’s potential
for the ecological intensification of agriculture (Vol. 53, Issue 9).
Saifullah, A. (2013). Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif :
Sebuah. Al-’Adalah, XI.
Dominica,D.Prima,D.Yulihasri.Pengaruh Kehadiran Apoteker Terhadap Pelayanan
Kefarmasian di Apoteker Terhadap Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Kota
Padang.Universitas Andalas.2016
Yeni,D.Hadis – Hadis Farmasi; Sebuah Kajian Integratif Dalam Memahami Hadis
Rasulullah.Batusangkar Internatonal Conference.2016
Ajeng,G.Syaripuddin,M.Peranan Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 15, No. 1. 2019
Syahrir,A.Rahem,A.Prayoga,A.Perilaku Apoteker Terhadap Labelisasi Halal Pada
Sediaan Kefarmasian. Journal of Halal Product and Research Volume 2. Nomor
1.2019.

An Nawazil fil Asyribah, Zainal ‘Abidin bin Asy Syaikh bin Azwin Al Idrisi Asy
Syinqithiy, terbitan Dar Kunuz Isybiliya, cetakan pertama, tahun 1432 H, hal.
205-229.

Artikel di situs resmi Badan Narkotika Nasional www.bnn.go.id

Anda mungkin juga menyukai