Penyusun :
Izharudin Wahid Rasyid 1800023221 6C
Ditya Oktaviani 1800023222 6C
Fita Damahayuningrum 1800023223 6C
Salsa Melina Gayuh A 1800023224 6C
FAKULTAS FARMASI
UNIVERISTAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
Abstrak
a. Pengertian Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah apoteker. Keberadaaan apoteker di apotek tidak
hanya terkait dengan permasalahan obat, namun apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat
menjalankan profesi secara professional dan berinteraksi langsung dengan
pasien, termasuk untuk pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien yang membutuhkan Standar pelayanan kefarmasian menurut
Permenkes RI nomor 35 tahun 2014 adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan
kefarmasian dari drug oriented menjadi patient oriented. Perubahan
paradigma ini dikenal dengan nama Pharmaceutical care atau asuhan
kefarmasian. Pharmaceutical care (PC) adalah program layanan kefarmasian
yang berorientasi kepada pasien dimana apoteker bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya dalam menyelenggarakan promosi kesehatan, mencegah
penyakit, menilai, memonitor, merencanakan dan memodifikasi pengobatan
untuk menjamin rejimen terapi yang aman dan efektif. Tujuan dari PC adalah
mengoptimalkan kualitas hidup pasien dan mencapai hasil klinik yang baik.
b. Pengertian Narkoba
Pengertian Narkoba Menurut BNN. Narkoba adalah singkatan dari
Narkotika dan obat/bahan berbahaya. Dalam istilah lain yang diterangkan oleh
kementrian kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan
singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif. Dari kedua istilah ini
baik "narkoba" "napza" semua mengacu pada kelompok senyawa yang
umumnya memiliki resiko kecanduan bagi pengunanya.
Pengertian narkoba menurut Kurniawan (2008). Narkoba adalah Zat
kimia yang dapat mengubah psikologi seperti perasaan, fikiran, suasana hati
serta prilaku jika masuk kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan,
diminum, dihirup, suntik, intravena dan lain sebagainya.
Pengertian narkoba menurut Jackobus (2005). Narkoba adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman dan bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Pengertian narkoba menurut Ghoodse (2002). Narkoba adalah zat
kimia yang dibutuhkan untuk merawat kesehatan, ketika zat tersebut masuk
kedalam organ tubuh maka terjadi satu atau lebih perubahan fungsi didalam
tubuh. lalu dilanjutkan lagi ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh,
sehingga bila zat tersebut dihentikan pengkonsumsiannya maka akan terjadi
gangguan secara fisik dan psikis.
c. Penggolongan narkotika
Narkotika Golongan I
Golongan narkotika ini hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Heroin, Kokain, Daun Kokain, Opium, Ganja, Jicing, Katinon,
MDMDA/Ekstasi, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.
Narkotika Golongan II
Golongan narkotika ini berkhasiat untuk pengobatan, namun
digunakan sebagai pilihan terakhir. Selain itu, dapat digunakan untuk
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan.
Mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon.
Kurma merupakan salah satu dari sepuluh spesies buah yang disebutkan
di dalam Al-Quran (Marwat, et al., 2009). Kurma juga merupakan tanaman tertua
yang dibudidayakan oleh manusia dan buahnya telah digunakan selama 6000
tahun sebagai bahan makanan. Buah kurma kaya akan nutrisi, mengandung
karbohidrat, garam, mineral, serat, 6 vitamin, 14 jenis asam lemak danprotein
dengan 23 jenis asam amino. Kandungan karbohidrat yang terdapat dalam kurma
terdiri atas gula pereduksi seperti glukosa, fruktosa, manosa, dan maltosa, serta
gula non-pereduksi (sukrosa primer) dan sebagian kecil polisakarida
sepertiselulosa dan amilum (Al-Shahib dan Marshall, 2003)
Hadis menyebutkan bahwa “Barang siapa yang bangun pagi memakan 7
butir kurma ajwa tidak akan membahayakannya pada hari itu racun maupun sihir.
Selain itu, kurma memiliki aktivitas sebagai antipiretik, diuretik, kontrasepsi,
fungisid, estrogenik, ekspektoran, laksatif (Duke, 2004), antibakteri (Al-Daihan
dan Bath, 2012), melindungi dan mengobati hati dari CCl4 -agen penyebab
hepatoksik (Al-Qarawi, et al., 2004). Ekstrak air buah kurma menunjukkan
aktifitas antioksidan dan antimutagenik (Vayalil, 2002). Kurma varietas ajwa
memiliki kandungan fruktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan glukosa
pada jumlah total gula yang terkandung di dalamnya, sehingga mengkonsumsi
kurma tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Selain itu, kurma ajwa juga sangat
berpotensi sebagai antiinflamasi.
2. Hadist tentang khasiat habbatussauda
Rasulullah saw bahwa air cendawan ini dapat mengobati mata, Ibnu Sina
menyebutkan bahwa (bertolak dari hadis ini) kaum muslimin pada masa lalu
sering memanaskan air cendawan, kemudian mendinginkannya. Air cendawan
yang sudah dingin ini ini dicampur dengan batu ismid kemudian dipakai
sebagai celak mata. Selain itu ada juga yang meneteskan secara langsung ke
mata.
Jika jelas narkoba itu diharamkan, para ulama kemudian berselisih dalam
tiga masalah:
Menurut –jumhur- mayoritas ulama, narkoba itu suci (bukan termasuk najis),
boleh dikonsumsi dalam jumlah sedikit karena dampak muskir (memabukkan)
yang ditimbulkan oleh narkoba berbeda dengan yang ditimbulkan oleh narkoba.
Bagi yang mengkonsumsi narkoba dalam jumlah banyak, maka dikenai
hukuman ta’zir (tidak ditentukan hukumannya), bukan dikenai had (sudah ada
ketentuannya seperti hukuman pada pezina). Kita dapat melihat hal tersebut
dalam penjelasan para ulama madzhab berikut:
Dari ulama Hanafiyah, Ibnu ‘Abidin berkata, “Al banj (obat bius) dan
semacamnya dari benda padat diharamkan jika dimaksudkan untuk mabuk-
mabukkan dan itu ketika dikonsumsi banyak. Dan beda halnya jika dikonsumsi
sedikit seperti untuk pengobatan”.
Dari ulama Malikiyah, Ibnu Farhun berkata, “Adapun narkoba (ganja), maka
hendaklah yang mengkonsumsinya dikenai hukuman sesuai dengan keputusan
hakim karena narkoba jelas menutupi akal”. ‘Alisy –salah seorang ulama
Malikiyah- berkata, “Had itu hanya berlaku pada orang yang mengkonsumsi
minuman yang memabukkan. Adapun untuk benda padat (seperti narkoba) yang
merusak akal –namun jika masih sedikit tidak sampai merusak akal-, maka
orang yang mengkonsumsinya pantas diberi hukuman. Namun narkoba itu
sendiri suci, beda halnya dengan minuman yang memabukkan”.
Dari ulama Syafi’iyah, Ar Romli berkata, “Selain dari minuman yang
memabukkan yang juga diharamkan yaitu benda padat seperti obat bius (al
banj), opium, dan beberapa jenis za’faron dan jawroh, juga ganja (hasyisy),
maka tidak ada hukuman had (yang memiliki ketentuan dalam syari’at) walau
benda tersebut dicairkan. Karena benda ini tidak membuat mabuk (seperti pada
minuman keras, pen)”. Begitu pula Abu Robi’ Sulaiman bin Muhammad bin
‘Umar –yang terkenal dengan Al Bajiromi- berkata, “Orang yang
mengkonsumsi obat bius dan ganja tidak dikenai hukuman had berbeda halnya
dengan peminum miras. Karena dampak mabuk pada narkoba tidak seperti
miras. Dan tidak mengapa jika dikonsumsi sedikit. Pecandu narkoba akan
dikenai ta’zir (hukuman yang tidak ada ketentuan pastinya dalam syari’at).”
Sedangkan ulama Hambali yang berbeda dengan jumhur dalam masalah ini.
Mereka berpendapat bahwa narkoba itu najis, tidak boleh dikonsumsi walau
sedikit, dan pecandunya dikenai hukuman hadd –seperti ketentuan pada
peminum miras-. Namun pendapat jumhur yang kami anggap lebih kuat
sebagaimana alasan yang telah dikemukakan di atas.
An Nawazil fil Asyribah, Zainal ‘Abidin bin Asy Syaikh bin Azwin Al Idrisi Asy
Syinqithiy, terbitan Dar Kunuz Isybiliya, cetakan pertama, tahun 1432 H, hal.
205-229.