Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BESAR I – PAJAK KONTEMPORER

“Pembetulan Spt”

Dosen: Prof. Dr. Apollo., M.Si. Ak


Mata Kuliah: Pajak Kontemporer

Oleh: Imelda Lamapaha


NIM: 55520110018
Magister Akuntansi
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2021
PENDAHULUAN
Sistem perpajakan Indonesia menggunakan sistem self assessment, dimana wajib pajak
secara mandiri melaksanakan kewajiban perpajakan, seperti melakukan pencatatan,
penghitungan, pembayaran dan pelaporan pajak. Sistem self assessment ini memberikan
nilai yang positif bagi para Wajib Pajak (WP) yakni meningkatkan pengetahuannya dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan, karena WP sendirilah yang melakukan pencatatan,
perhitungan dan secara mandiri membayar dan melaporkannya kepada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP). Pelaporan kewajiban perpajakan WP dimasukkan dalam Surat Pemberitahuan
(SPT). Dalam pelaksanan kewajiban pajak tersebut kenyataanya tidak berjalan sesuai
dengan yang diharapkan, karena sistem perpajakan self assessment maka tak heran dalam
pengisisan SPT masih banyak terjadi kesalahan yang mungkin disebabkan minimnya
pengetahuan tentang kewajiban perpajakan ataupun kesalahan karena human eror seperti
salah melakukan perhitungan pajak. Bagi WP yang telah melaporkan SPT namun ternyata
terdapat kesalahan tidak perlu kahwatir, karena menurut peraturan perundang-undangan
perpajakan di Indonesia memungkinkan WP untuk melakukan perbaikan terhadap SPT
yang salah dan yang telah dilaporkan tersebut berupa pembetulan SPT. Berikut rangkuman
penjelasan mengenai Pembetulan SPT dari beberapa sumber sebagai informasi bagi WP
sebagai pengetahuan tambahan terkait kesalahan pengisian SPT yang telah dilaporkan.

PENGERTIAN PEMBETULAN SPT


Pembetulan SPT adalah pembetulan yang dilakukan oleh WP
terhdapa SPT masa atau tahunan guna memperbaiki atau merevisi
kembali SPT yang sebelumnya telah dilaporkan. Pembetulan terhadap SPT tersebut tidak
dibatasi yakni dapat dilakukan beberapa kali dengan syarat Direktur Jendral Pajak (DJP)
belum melakukan pemeriksaan pajak (Pasal 8 UU KUP).

DASAR PEMBETULAN SPT


Dasar pembetulan SPT dibuat berdasarkan pada Pasal 16 UU KUP karena adanya kesalahn
dan kekeliruan yang diakibatkan dari:
1. Kesalahan tulis: kesalahan tulis dapat berupa nama, alamat, Nomor Pokok Wajib
Pajak, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa Pajak atau Tahun Pajak, dan
tanggal jatuh tempo;
2. Kesalahan perhitungan: berupa kesalahan yang berasal dari penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan;
3. Kekeliruan penerapan ketentuan tertentu peraturan perundang-undangan perpajakan:
kekeliruan dapat berupa kekeliruan dalam pengenaan tarif, kekeliruan pengenaan
persentase Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan terhadap penerapan sanksi
administrasi, kekeliruan terhadap Penghasilan Tidak Kena Pajak, kekeliruan
penghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam
pengkreditan pajak.
Dasar pembetulan SPT tersebut membolehkan WP untuk menambahkan, mengurangkan,
atau menghapuskan, tergantung pada kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan oleh WP pada
SPT yang sudah dilaporkan sebelumnya.

SANKSI PEMBETULAN SPT


Konsekuensi yang akan dihadapi oleh
WP yang melakukan pembetulan adalah
dapat dikenai sanksi tarif bunga pajak
apabila setelah dilakukannya pembetulan
tersebut menimbulkan hutang pajak atau
kurang bayar pajak. Tarif bunga sanksi pajak
digunakan sebagai dasar penghitungan sanksi
administrasi berupa bunga dan pemberian imbalan bunga pada periode tertentu selama satu
bulan. Ketentuan ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja. Melalui UU Cipta Kerja Klaster Perpajakan yang mengubah dan menambah beberapa
pasal dalam UU No. 6/1983 yang diubah dengan UU No. 16/2009 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Perpajakan (KUP), sanksi atau denda mengacu pada Suku Bunga Acuan Bank
Indonesia (BI-7days reserve repo rate) per bulan, jika dibandingkan dengan yang berlaku
sebelumnya sebagaimana diatur dalam UU KUP maka pengenaan tarif sanksi pajak ini
berbeda, yakni sebelumnya tarif sanksi pajak sesuai UU KUP adalah single tarif sebesar 2%
setiap bulan untuk sanksi pembetulan SPT yang menimbulkan utang pajak lebih besar.
Berikut adalah daftar tarif sanksi pajak yang berlaku untuk tanggal 1 April 2021 - 30 April
2021:

Sumber tabel: Badan Kebijakan Fiskal - KMK Tarif Bunga (kemenkeu.go.id)

Penjelasan Pasal 8 UU KUP Terkait sanksi Pembetulan SPT adalah sebagai berikut:
 Bagi WP yang melakukan pembetulan sendiri terhadap SPT Tahunan dan
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka dikenai sanksi administrasi
berupa bunga. Tarif bunga dikenakan per bulan berdasarkan tarif yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan atas jumlah pajak kurang dibayar dan dihitung saat penyampaian
SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran dan paling lama 2 tahun (Pasal 8 ayat
2 UU KUP).
 Bagi WP yang melakukan pembetulan sendiri terhadap SPT Masa dan mengakibatkan
utang pajak menjadi lebih besar, maka WP dikenai sanksi
administrasi berupa bunga. Tarif bunga dikenakan per bulan berdasarkan tarif yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan atas jumlah pajak kurang bayar dan dihitung sejak
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan dikenakan paling
lama 2 tahun (Pasal 8 ayat 2a UU KUP).
Rumus Perhitungan tarif untuk sanksi pembetulan SPT adalah Tarif bunga per bulan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada pasal 8 ayat 2 dan pasal 8 ayat 2a dihitung
berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen) dan dibagi 12 (dua belas) yang
berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan sanksi (Pasal 8 ayat 2b UU KUP).

CONTOH PERHITUNGAN TARIF BUNGA SANKSI


PEMBETULAN SPT
Berikut adalah contoh Wajib Pajak yang Membetulkan
Sendiri SPT Tahunan Pajaknya dan Mengakibatkan
Angsuran Pajak Menjadi Lebih Besar dari Angsuran Pajak
Sebelum dilakukan Pembetulan SPT.
 SPT Tahunan PPh PT.XXX tahun pajak 2020 telah
disampaikan pada tanggal 20 Maret 2021, dengan data
sebagai berikut:

Penghasilan Neto/Penghasilan Kena Pajak 600.000.000


Pajak Penghasilan Terutang: 25% x Rp 150.000.000
600.000.000
PPh Pasal 22,23, dan 24 yang dapat 52.500.000
dikreditkan
 PPh Pasal 25 masa Desember 2020 yaitu sebesar Rp 13.000.000
 PT.XXX melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh 25 tahun pajak 2020 pada tanggal 16
Agustus 2021, dengan data baru sebagai berikut:
Penghasilan Neto/Penghasilan Kena Pajak 750.000.000
Pajak Penghasilan Terutang: 25% x Rp 187.500.000
750.000.000
PPh Pasal 22,23, dan 24 yang dapat 52.500.000
dikreditkan
 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak 2021 dihitung sebagai berikut:
a) Angsuran PPh Pasal 25 untuk masa Januari sampai Februari 2021 sama besar
dengan jumlah angsuran PPh Pasal 25 untuk masa Desember 2020 masing-masing
sebesar Rp 13.000.000.
b) Angsuran PPh Pasal 25 untuk masa Maret sampai Juli 2021 dihitung berdasarkan
SPT Tahunan PPh tahun pajak 2020 sebelum pembetulan sebagai berikut:
Pajak penghasilan terhutang 2020 150.000.000
Kredit Pajak -52.500.000
Dasar perhitungan PPH pasal 25 tahun 2021 97.500.000
PPh Pasal 25 untuk masa Maret sampai dengan Desember 2021 sebesar Rp
97.500.000/12 = Rp 8.125.000.
 Angsuran PPh Pasal 25 untuk masa Maret sampai dengan Desember 2021 dihitung
kembali berdasarkan SPT Tahunan PPh 2020 setelah adanya pembetulan, yaitu sebagai
berikut:
Pajak penghasilan terhutang 2020 187.500.000
Kredit Pajak -52.500.000
Dasar perhitungan PPH pasal 25 tahun 2021 135.000.000
PPh Pasal 25 untuk masa Maret sampai dengan Desember 2021 sebesar Rp
135.000.000/12 = Rp 11.250.000.
 PPh Pasal 25 masa Maret sampai dengan Juli 2021 yang telah disetor masing-masing
sebesar Rp 8.125.000, namun yang seharusnya dibayarkan adalah sebesar Rp 11.250.000,
sehingga menyebabkan kekurangan masing-masing sebesar Rp 3.125.000 yang masih
harus disetor kembali dan dikenakan tarif sanksi bunga sebesar:
Tarif Sanksi bunga = (Suku Bunga Acuan pasal 8 ayat 2+ 5%) / 12bulan
= (0,97% + 5%)/12 bulan
= 5,97%/12 bulan
= 0,4975% Perbulan
a. Untuk masa Maret 2021 terutang bunga 0,4975% per bulan dihitung sejak 16 April
2021 sampai dengan tanggal penyetoran.
b. Untuk masa April 2021 terutang bunga 0,4975% per bulan dihitung sejak 16 Mei
2021 sampai dengan tanggal penyetoran.
c. Untuk masa Mei 2021 terutang bunga 0,4975% per bulan dihitung sejak 16 Juni
2021 sampai dengan tanggal penyetoran.
d. Untuk masa Juni 2021 terutang bunga 0,4975% per bulan dihitung sejak 16 Juli
2021 sampai dengan tanggal penyetoran.
e. Untuk masa Juli 2021 terutang bunga 0,4975% per bulan dihitung sejak 16 Agustus
2021 sampai dengan tanggal penyetoran.

CARA MELAKUKAN PEMBETULAN SPT


Pembetulan SPT masa ataupun tahunan dapat dilakukan melalui program e-SPT yang telah
disediakan oleh DJP, berikut adalah cara melakukan pemebetulan SPT di program e-SPT:
 WP login ke program e-SPT
 Buka Kembali SPT yang sudah dibuat sebelumnya untuk dilakukan pembetulan.
 Isi formulir sesuai data-data yang seharusnya, pastikan bahwa WP sudah terlebih
dahulu melakukan pembayaran atas kekurangan angsuran pajak beserta sanksi
bunga akibat adanya pembetulan.
 Setelah input semua formulir, data SPT pembetulan berupa CSV dan pdf dapat WP
laporkan kembali melalui website DJP Online untuk masa dan tahun yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009.

Keputusan Mentri Keuanagan Republik Indonesia Nomor 540/KMK.010/2020 Tentang


Tarif Bungan Sebagai Dasar Perhitungan Sanksi Administrasi Berupa Bunga Dan
Pemberian Imbalan Bunga.

PERATURAN Direktur Jendral PajakNomor PER-02/PJ/2019 Tentang Tata Cara


Penyampaian, Penerimaan, dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.”

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009.”

KMK Nomor 20/KMK.10/2021 “Tarif bunga sanksi pajak yang berlaku 1April 2021 – 30
April 2021. Badan Kebijakan Fiskal - KMK Tarif Bunga (kemenkeu.go.id)

Anda mungkin juga menyukai