RHEUMATOID ARTHRITIS
disusun untuk memenuhi tugas Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Koordinator: Ismafiaty, S.Kep., Ners., M.Kep.,
Dosen Pembimbing: M. Budi Santoso, S.Kep., Ners., M.Kep.,
Disusun Oleh:
Kelompok B
Ketua : Desy Permatasari (213118019)
Scriber 1 : Neng Sri Agustin (213118024)
Scriber 2 : Iqbal Sanjaya (213118022)
Anggota :
Iis Midiawati (213118017) Tasya Anggraini (213118027)
Linda Fitriani (213118018) Ditta Ayu Pratiwi (213118028)
Ayu Dini A.N (213118020) Putri Nur Insani S (213118029)
Gita Eka Fitria T (213118021) Puti Meida (213118030)
Asriyani (213118023) Euis Awang (213118031)
Frisda Auni R.N (213118025) Reyzamasie Dara P (213118032)
Sevia Mariana (213118026)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya pula laporan diskusi kelompok mengenai “Rheumatoid
Arthritis” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata, kami berharap semoga laporan “Rheumatoid Arthritis” dapat
bermanfaat untuk masyarakat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Batasan Masalah .......................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
D. Tujuan .......................................................................................................... 2
E. Metode Penyusunan .................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................. 4
A. Skenario Kasus ............................................................................................ 4
B. Pembahasan ................................................................................................. 4
1. Step 1: Klasifikasi Istilah ........................................................................ 4
2. Step 2: Identifikasi Masalah ................................................................... 5
3. Step 3: Analisa Masalah ......................................................................... 5
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................... 25
A. Simpulan...................................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Bali memiliki prevalensi penyakit rematik di atas angka nasional yaitu
32,6%, namun tidak diperinci jenis rematik secara detail. Papua (2,3%),
sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara
laki-laki dengan perempuan hampir sama (Kemenkes, 2013).
Walaupun penyebab RA masih belum diketahui secara pasti,
namun banyak faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian RA.
Diantaranya adalah faktor genetik, usia lanjut, jenis kelamin perempuan,
faktor sosial ekonomi, factor hormonal, etnis, dan faktor lingkungan
seperti merokok, infeksi, faktor diet, polutan, dan urbanisasi (Tobon
etal,2009).
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
2
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi Rheumatoid Arthritis;
5. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis;
6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan diagnostik Rheumatoid
Arthritis;
7. Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan Rheumatoid
Arthritis.
E. Metode Penyusunan
1. Studi Pustaka
Metode studi pustaka yaitu suatu pengumpulan data yang diperoleh
dengan cara penelusuran buku-buku, jurnal, dan karya ilmiah lainnya
untuk memperoleh informasi..
2. Pencarian Dari Internet
Metode pencarian data dari internet yaitu penelusuran dari berbagai
macam alamat web yang mengenai materi tentang tata tulis karya
ilmiah yang ada di dalam internet untuk memperoleh materi yang
dihadapi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario Kasus
B. Pembahasan
Jawaban:
a. Gangguan inflamasi yang mempengaruhi banyak sendi termasuk di
tangan dan kaki atau biasa disebut dengan rematik. (Sevia Mariana
213118026)
b. Nodul adalah pertumbuhan jaringan yang tidak normal dapat berupa
tonjolan atau benjolan. Nodul dapat tumbuh dan berkembang tepat di
bawah kulit. Nodul juga dapat berkembang pada jaringan kulit yang
lebih dalam atau bahkan dapat tumbuh pada organ tubuh. (Gita Eka
Fitria 213118021)
Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta artikuler. (Euis Awang
213118031)
4
2. Step 2 : Identifikasi Masalah
a. jelaskan tentang gambaran gangguan sesuai kasus, meliputi:
1) Definisi/pengertian penyakitnya
2) Etiologi
3) Tanda dan Gejala
4) Patofisiologi
5) Penatalaksanaan
6) Pemeriksaan diagnostic
b. Buatlah asuhan keperawatan sesuai kasus di atas!
5
2) Etiologi
a) Hormon
Radang rematik umumnya dialami wanita terutama karena
adanya tingkat estrogen yang lebih tinggi dalam sistem mereka,
tapi cenderung menyebabkan gejala yang lebih berat di kalangan
penderita laki-laki.
b) Lingkungan
Berdasarkan angka resmi, perokok dan orang-orang setengah
baya lebih rentan terhadap penyakit.
c) Keturunan
Para ahli sebelumnya telah mengajukan bukti yang
menghubungkan gen dengan radang rematik. Namun, penelitian
mereka menegaskan bahwa risiko mewarisi penyakit ini cukup
rendah
d) Infeksi virus atau bakteri
Karena serangan utama terjadi awalnya pada sistem kekebalan
tubuh, maka infeksi tertentu juga diduga memicu penyakit.
(Neng Sri A. 213118024, Sevia 213118026, Tasya 213118027,
Dita Ayu 213118028)
6
kekakuan sering kali lebih parah di pagi hari atau setelah
penderita berhenti beraktivitas. Kondisi ini bisa berlangsung
lebih lama dari 30 menit.
c) Pembengkakan
Penyakit rheumatoid artritis adalah penyakit autoimun, oleh
karena itu rentan menyebabkan kerusakan pada sendi. Lapisan
sendi yang terkena rheumatoid artritis akan meradang, sehingga
dapat menyebabkan sendi membengkak dan menjadi panas.
Pada bagian sendi yang bengkak, jaringan kapsul yang melapisi
sendi atau disebut sinovium dan tulang lunak yang melapisi
sendi akan mengalami kerusakan. Peradangan dari jaringan
sinovium yang berlebihan akan membengkak, yang dalam dunia
medis disebut dengan pannus. Selain itu, kondisi ini juga disertai
penghancuran tulang rawan, tulang, tendon, ligamen, dan
pembuluh darah.
d) Kemerahan pada bagian sendi
Akibat peradangan, sendi yang terkena rheumatoid artritis akan
menjadi merah. Selain itu, sendi yang berwarna kemerahan
karena rusak ini menandakan adanya infeksi sendi. Karena
terjadi infeksi, penderita akan mengeluhkan adanya rasa nyeri
dan kesulitan bergerak.
e) Nodul rheumatoid
Nodul rheumatoid adalah benjolan keras yang muncul pada
bagian subkutan (yaitu di bawah kulit). Sekitar 20 persen pasien
dengan rheumatoid artritis mengalaminya. Nodul ini biasanya
terjadi pada sendi yang mengalami trauma, seperti sendi jari dan
siku. Terkadang nodul ini dapat terjadi di tempat lain seperti
bagian belakang tumit dan dapat menyebabkan rasa sakit. (Putri
Nur Insani 213118029, Ayu Dini 213118020, Linda Fitriani
213118018, dan Asriyani 213118023)
7
4) Patofisiologi
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang
sendi. Reaksi autoimun yang terjadi dalam jaringan sinovial.
Kerusakan sendi mulai terjadi dari ploriferasi makrofag dan fibrosis
sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi
ploriferasi sel-sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi.
Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh
bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat
terjadinya pertumbuhan yang irregular pada jaringan sinovial yang
mengalami inflamasi. Pannus kemudian meninvasi dan merusak
sendi rawn dan tulang. Respon imunologi melibatkan peran sitokin,
interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini
mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik (Surjana,
2009). Berikut adalah gambar patofisiologi terjadinya reumatoid
artritis (Surjana, 2009):
8
yang dapat menimbulkan gangguan kardiovaskular, paru,
psikologis, dan skeletal. Penyebab pasti dari keadaan ini masih
belum diketahui namun RA melibatkan interaksi yang kompleks
antara faktor genetik, faktor lingkungan, dan beberapa faktor
predisposisi. (Isbagio H dkk:2014).
Pada patofisiologi rheumatoid arthritis, terjadi migrasi sel
inflamasi yang dipicu oleh aktivasi endotel pada pembuluh darah
mikro sinovial yang meningkatkan ekspresi molekul adhesi
(termasuk integrin, selektif, dan anggota superfamili
imunoglobulin) dan kemokin serta menimbulkan proliferasi
leukosit pada kompartemen sinovial. Keadaan ini sebagian besar
melibatkan sistem imun adaptif dan dimediasi oleh sel T-helper
tipe 1 (Th-1). Terjadi aktivasi makrofag oleh sitokin Th-1, seperti
interferon-g (IFN-g), interleukin 12 (IL-12), dan IL-18, yang
menyebabkan aktivasi sel T oleh antigen presenting cells.
Makrofag juga dapat diaktivasi melalui kontak langsung dengan sel
T, kompleks imun, atau produk bakterial di cairan sinovial.
Aktivasi makrofag ini melepaskan beberapa sitokin dan mediator
inflamasi seperti interleukin, faktor nekrosis tumor (TNF),
transforming growth factor-β (TGF-β), fibroblast growth factor
(FGF), platelet-derived growth factor (PDGF), dan interferon (IFN-
α dan IFN-β). (McInnes B dan Schett G:2011). (Iqbal Sanjaya
213118022 dan Iis Midiawati 213118017)
5) Penatalaksanaan
a) Terapi Non-Farmakologis
Terapi Non-Farmakologis menurut Rekomendasi Ikatan
Reumatologi Indonesia tahun 2014 yaitu:
i. Edukasi Pasien.
9
Edukasi pasien meliputi penjelasan mengenai penyakit RA
terhadap pasien, bagaimana perjalanan penyakitnya, dan
kondisi pasien saat ini. Pasien juga diberitahu tentang
resiko dan keuntungan pemberian obat.
10
iv. Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persendian yang
terlibat agar dapat menjadi normal kembali
6) Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang yang membantu dalam diagnosis
rheumatoid arthritis meliputi hasil laboratorium seperti faktor
rheumatoid dan penanda inflamasi seperti CRP dan studi radiologi
demonstrasi sinovitis dan erosi periartikular.
a) Pemeriksaan darah
Temuan yang mungkin ada pada pemeriksaan laboratorium
darah adalah: Peningkatan LED, protein C-reaktif atau
viskositas plasma Anemia normokromik normositik,
trombositosis reaktif, dan peningkatan ringan alkali fosfatase
dan gamma-GT umum ditemukan pada keadaan akut.
b) Lakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menjadi
nilai dasar sebelum inisiasi terapi serta pemeriksaan asam
urat/cairan sinovial untuk menyingkirkan kemungkinan gout
polyarticular
c) Pemeriksaan mikroskopis urin dapat menunjukan adanya
penyakit jaringan konektif Faktor rheumatoid – positif pada 70-
80% pasien.
d) Radiologi
Temuan radiologi yang mungkin didapatkan adalah X-ray:
osteopenia dan/atau erosi periartikular. Lakukan pula foto polos
dada untuk menyingkirkan keterlibatan paru. USG dan MRI
memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi sinovitis, erosi
serta tanda inflamasi yang mungkin tidak terdeteksi dengan X-
ray. Puti Meida (213118030)
11
b. Buatlah asuhan keperawatan dari kasus tersebut
DS :
1. klien mengeluh adanya kekakuan dan nyeri di area sendi jari
tangan simetris kiri dan kanan
2. Klien mengatakan keluhan ini biasanya timbul pada pagi hari
dengan durasi lebih dari 1 jam
3. Klien mengatakan mudah lelah
4. Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan,
penurunan berat badan dan keluhan-keluhan ini sudah
dirasakan sejak 6 bulan yang lalu
DO:
1. Klien berusia 55 tahun
2. adanya pembengkakan, nodul, kemerahan dan nyeri di area
sendi jari tangan simetris kiri dan kanan
3. kadar Rhematoid Factor 1/80 positif.
12
kiri dan kanan resepttor nyeri
2. Klien
mengatakan Pelepasan zat
keluhan ini gradikinin, serotin
biasanya timbul dan histamine
pada pagi hari disampaikan ke
dengan durasi pusat saraf
lebih dari 1 jam
3. Klien Rangsangan pada
mengatakan thalamus
mudah lelah
DO: Nyeri dipersepsikan
1. adanya di cortex cerebri
pembengkakan,
nodul, Nyeri
kemerahan dan
nyeri di area
sendi jari
tangan simetris
kiri dan kanan
2. kadar
Rhematoid
Factor 1/80
positif.
2 DS : Agen pencedera Gangguan
1. klien mengeluh fisiologis mobilitas fisik
adanya (D.0054)
kekakuan dan Inflamasi/kerusakan
nyeri di area jaringan
sendi jari
tangan simetris
13
kiri dan kanan Merangsang
2. Klien resepttor nyeri
mengatakan
keluhan ini Pelepasan zat
biasanya timbul gradikinin, serotin
pada pagi hari dan histamine
dengan durasi disampaikan ke
lebih dari 1 jam pusat saraf
3. Klien
mengatakan Rangsangan pada
mudah lelah thalamus
4. Klien
mengatakan Nyeri dipersepsikan
mengalami di cortex cerebri
penurunan
nafsu makan, Nyeri dan kaku
penurunan berat
badan dan
Keengganan
keluhan-
bergerak
keluhan ini
sudah dirasakan
Gangguan mobilitas
sejak 6 bulan
fisik
yang lalu
DO :
1. adanya
pembengkakan,
nodul,
kemerahan dan
nyeri di area
sendi jari
14
tangan simetris
kiri dan kanan
2. kadar
Rhematoid
Factor 1/80
positif.
3 DS: Agen pencedera Gangguan citra
1. klien mengeluh fisiologis tubuh
adanya (D.0083)
kekakuan dan Inflamasi/kerusakan
nyeri di area jaringan
sendi jari
tangan simetris Reaksi peradangan
kiri dan kanan
2. Klien Synovial menebal
mengatakan
keluhan ini Nodul
biasanya timbul
pada pagi hari
Deformitas sendi
dengan durasi
lebih dari 1 jam
Gangguan citra
DO:
tubuh
1. Klien berusia
55 tahun
2. adanya
pembengkakan,
nodul,
kemerahan dan
nyeri di area
sendi jari
tangan simetris
15
kiri dan kanan
3. kadar
Rhematoid
Factor 1/80
positif.
16
4. Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan,
penurunan berat badan dan keluhan-keluhan ini sudah
dirasakan sejak 6 bulan yang lalu
DO :
1. adanya pembengkakan, nodul, kemerahan dan nyeri di
area sendi jari tangan simetris kiri dan kanan
2. kadar Rhematoid Factor 1/80 positif.
3 Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan tubuh,
sendi, bengkok,
Deformitas ditandai dengan:
DS:
1. klien mengeluh adanya kekakuan dan nyeri di area sendi
jari tangan simetris kiri dan kanan
2. Klien mengatakan keluhan ini biasanya timbul pada pagi
hari dengan durasi lebih dari 1 jam
DO:
1. Klien berusia 55 tahun
2. adanya pembengkakan, nodul, kemerahan dan nyeri di
area sendi jari tangan simetris kiri dan kanan
3. kadar Rhematoid Factor 1/80 positif.
17
4) Rencana Asuhan Keperawatan (ayu dini amelia 213118020,
putri nur insani septi 213118029, euis awang 213118031)
Diagnosa
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
No. Keperawatan
NOC NIC
1 Gangguan rasa No Dx Kep 1. Lakukan
nyaman nyeri (SDKI) pengkajian
berhubungan D. 0077 nyeri secara
dengan 1. Pain level, komprehensif
perubahan 2. Pain control termasuk
patologis oleh 3. Comfort level lokasi,
arthritis Kriteria hasil : karakteristik,
rheumatoid 1. Mampu durasi,
ditandai mnegontrol frekuensi,
dengan : nyeri ( tahu kualitas dan
DS: penyebab nyeri, factor prespitasi
1. klien mampu 2. Observasi
mengeluh menggunakan reaksi
adanya teknik nonverbal dari
kekakuan nonfarmakologi ketidaknyaman
dan nyeri untuk an
di area mengurangi 3. Kaji kultur
sendi jari nyeri, mencari yang
tangan bantuan) memperngaruhi
simetris 2. 2. Melaporkan respon nyeri
kiri dan bahwa nyeri 4. Kurangi factor
kanan berkurang prespitasi nyeri
2. Klien dengan 5. Evaluasi
mengataka menggunakan pengalaman
18
n keluhan manajemen nyeri masa
ini nyeri lampau
biasanya 3. Mampu 6. Pilih dan
timbul mengenali lakukan
pada pagi nyeri (skala, penanganan
hari intensitas, nyeri
dengan frekuensi dan (farmakologi,
durasi tanda nyeri) nonfarmakologi
lebih dari 1 4. Menyatakan dan inter
jam rasa nyaman personal)
3. Klien setelah nyeri 7. Ajarkan teknik
mengataka berkurang nonfarmakologi
n mudah 8. Tingkatkan
lelah istirahat
DO: 9. Evaluasi
1. adanya keefektifan
pembengka control nyeri
kan, nodul,
kemerahan
dan nyeri
di area
sendi jari
tangan
simetris
kiri dan
kanan
kadar
2. Rhematoid
Factor 1/80
positif.
19
2 Gangguan 1. 1. Kaji faktor
mobilitas fisik penyebab
b.d kekakuan a. Trauma (mis,
sendi ditandai robekan,kartila
dengan: go,fraktur,
DS : amputasi)
1. klien b. Prosedur
mengeluh pembedahan
adanya (mis, perbaikan
kekakuan letak
dan nyeri sendi,reduksi
di area fraktur,bedah
sendi jari vaskuler)
tangan c. Penyakit yang
simetris melemahkan
kiri dan (mis,
kanan diabetes,kanker
2. Klien , artritis
mengataka reumatoid,
n keluhan skeloris
ini multipel,stroke)
biasanya 2. Kaji kekuatan
timbul otot pasien
pada pagi 3. Kaji skala nyeri
hari 4. Tingkatkan
dengan mobilitas
durasi ekstremitas :
lebih dari 1 a. Menginstruksik
jam an klien untuk
3. Klien melakukan
mengataka latihan ROM
20
n mudah aktif pada
lelah ekstremitas
4. Klien yang sehat
mengataka sedikitnya tiga
n kali sehari
mengalami b. Lakukan ROM
penurunan pasif pada
nafsu ekstremitas
makan, yang sakit
penurunan c. Upayakan
berat badan memasukan
dan latihan ROM
keluhan- kejadwal
keluhan ini kesehatan klien
sudah d. Berikan
dirasakan kompres hangat
sejak 6 untuk
bulan yang meredakan rasa
lalu nyeri
DO : 5. Lakukan
1. adanya mobilisasi
pembengka progresif :
kan, nodul, a. Bantu
kemerahan pasien
dan nyeri bangkit ke
di area posisi
sendi jari duduk
tangan secara
simetris perlahan
kiri dan b. Berikan
kanan kesempatan
21
2. kadar pasien
Rhematoid menggantun
Factor 1/80 gkan
positif. tungkainya
disisi
tempat tidur
selama
beberapa
menit
sebelum
berdiri
c. Anjurkan
latihan
ambulasi
dengan
melakukan
jalan-jalan
yang sering
dan singkat
6. Anjurkan
penggunaan
esktremitas
yang sakit
7. Kolaborasi
dengan tenaga
kesehatan
8. Memberikan
penyuluhan
kesehatan
sesuai indikasi
22
3 Gangguan citra No Dx Kep 1. Kaji secara
tubuh b.d (SDKI) verbal dan non
perubahan D. 0083 verbal respon
penampilan 1. Body image klien terhadap
tubuh, sendi, 2. Self esteem tubuhnya
bengkok, 2. Monitor
Deformitas Kriteria hasil: frekuensi
ditandai 1. Body image mengkritik
dengan: positif dirinya
DS: 2. Mampu 3. Jelaskan
1. klien mengidentifikas tentang
mengeluh i kekuatan pengobatan,
adanya personal perawatan,
kekakuan 3. Mendiskripsika kemajuan, dan
dan nyeri n secara faktual prognosis
di area perubahan penyakit
sendi jari fungsi tubuh 4. Dorong klien
tangan 4. Mempertahank mengungkapka
simetris an interaksi n perasaannya
kiri dan sosial identifikasi arti
kanan pengurangan
2. Klien melalui alat
mengataka bantu
n keluhan 5. Fasilitasi
ini kontak dengan
biasanya individu lain
timbul dalam
pada pagi kelompok kecil
hari
dengan
durasi
23
lebih dari 1
jam
DO:
1. Klien
berusia 55
tahun
2. adanya
pembengka
kan, nodul,
kemerahan
dan nyeri
di area
sendi jari
tangan
simetris
kiri dan
kanan
3. kadar
Rhematoid
Factor 1/80
positif.
24
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Rheumatoid arthritis (RA) adalah suatu penyakit yang bersifat
progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendih serta
jaringan lunak. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit multisistem yang
keronis karena dapat menyebabkan sejumlah gejala diseluruh tubuh dengan
manifestasi sistemik yang bervariasi.
B. Saran
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan
angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini
berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan
meningkatnya jumlah penduduk golongan usia lanjut. Demikian makalah
artritis reumatoid dapat diuraikan semoga bermanfaat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Etal, Tobon. 2009. Peningkatan Kenyaman dengan Nyeri Rheumatoid Arthritis.
[pdf]. Sumber: https://jik.ub.ac.id
Isbagio H, dkk. 2014. Analisis Penyebab Rheumatoid Arthritis. [pdf]. Sumber:
http://ejournal.helvetia.ac.id
Kemenkes. 2013. Rheumatoid Arthritis .Jakarta: Salemba Medika
Mclnness dan Schett. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Reumatoid
Arthritis pada Lansia di Puskesmas Kassi. [pdf]. Sumber:
http://eprints.ums.ac.id
Mclnness. 2011. Rheumatoid Arthritis .Gema Teknik Vol 2: 28-29
Nainggolan. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Rudan, dkk. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Rheumatoid Arthritis
.Volume 10, No. 2, Juli 2015
Surjana. 2009. Tingkat Pengetahuan Terhadap Penanganan Penyakit Reumatoid
Arthritis. [pdf]. Sumber: http://jurnal.untad.ac.id
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
26