Anda di halaman 1dari 54

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

LAPORAN LITERATUR REVIEW KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

Pengaruh Terapi Musik dengan Masalah Nyeri terhadap Pasien Kanker

KARYA ILMIAH AKHIR

OLEH :

LIANANDA INDRI PUTRI


04064881820002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

i
Pengaruh Terapi Musik dengan Masalah Nyeri terhadap Pasien Kanker

ABSTRAK

Kanker merupakan salah satu penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-
sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal diluar batas kewajaran. Kanker
diketahui dapat menimbulkan berbagai macam keluhan diantaranya nyeri. Nyeri adalah
keluhan utama yang paling sering diutarakan oleh penderita . Dalam perjalanan
penyakitnya, 45-100% penderita mengalami nyeri yang sedang sampai dengan berat.
Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah nyeri tersebut adalah
dengan melakukan intervensi terapi musik.Telaah literatur ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi msuik terhadap pasien kanker dengan masalah nyeri.
Penelitian kualitatif dengan pendekatan literature review dengan metode pencarian
menggunakan electronic data base. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu
menggunakan jurnal intervensi untuk mengatasi masalah nyeri dengan permasalahan
kanker yang dapat diakses full text. Tahun jurnal yang digunakan dibatasi 2010-2018.
Berdasarkan telaah literatur pada 10 jurnal didapatkan bahwa terapi musik dapat
diberikan kepada pasien kanker dengan cara mendengar lagu atau instrumen dengan
headphone,dan mp3 player. Selain itu dengan memainkan alat musik tertentu, seperti
gitar, gambang.Terapi musik dapat diberikan dalam 2-20 sesi. Setiap sesi dapat
dilakukan selama 15- 45 menit . Penilaian skala nyeri dapat menggunakan skala NRS
(Numerical Pain Rating Scale) FLACC,dan FPS. Hasil telaah literatur menunjukkan
bahwa terapi musik dapat mengurangi skala nyeri pada pasien kanker. Diharapkan
perawat lebih memperhatikan keadaan pasien kanker yang mengalami nyeri dan
mengaplikasikan tindakan terapi musik, sehingga tercapainya asuhan keperawatan yang
bersifat holistik.
Kata Kunci :Music Therapy, pain, cancer, oncology
Daftar Pustaka : (2009-2017).

ii
Effects of Music Therapy on Pain Problems with Cancer Patients

ABSTRACT

Cancer is one of the diseases or abnormalities in the body as a result of cells of the
body that grow and develop abnormally beyond the limits of reasonableness. Cancer
is known to cause a variety of complaints including pain. Pain is the main complaint
most often expressed by sufferers. In the course of the disease, 45-100% of patients
experience moderate to severe pain. One therapy that can be used to overcome the
problem of pain is to do music therapy interventions. The literature aims to determine
the effect of medical therapy on cancer patients with pain problems. Qualitative
research with a literature review approach with a search method using electronic data
base. The inclusion criteria used are using intervention journals to overcome pain
problems with cancer problems that can be accessed in full text. The journal year
used is limited to 2010-2018. Based on literature review in 10 journals, it was found
that music therapy can be given to cancer patients by listening to songs or
instruments with headphones, and mp3 players. Besides that by playing certain
musical instruments, such as guitars, xylophone. Music therapy can be given in 2-20
sessions. Each session can be done for 15-45 minutes. Assessment of pain scale can
use FLACC, and FPS NRS (Numerical Pain Rating Scale). The results of the
literature review show that music therapy can reduce the scale of pain in cancer
patients. It is expected that nurses pay more attention to the state of cancer patients
who experience pain and apply acts of music therapy, so that the achievement of
nursing care is holistic.

Keywords: Music Therapy, pain, cancer, oncology

Bibliography:40 (2009-2017).

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur atas ke hadirat allah swt karena berkat
rahmat dan karunia-nya maka penulis dapat menyelesaikan literature review yang
berjudul “Pengaruh Terapi Musik dengan Masalah Nyeri terhadap Pasien Kanker”.

Peneliti menyadari dalam penyusunan literature review masih banyak terdapat


kekurangan baik teknik penulisan maupun isinya. Hal ini karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki, untuk itu peneliti mengharapkan
saran dan kritik yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa yang akan datang,
dan juga dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta saran baik secara tertulis maupun secara tidak tertulis, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hikayati, Skep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2. Caroline Adhisty, Skep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing laporan literature review
yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mendidik dan
mengarahkan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Jum Natoshba, S.Kep.,Ns., M.Kep. , Sp.Mat selaku penguji laporan literature
reviewyang telah bersedia menjadi penguji, memberikan arahan, dan saran-saran
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Semua staf dosen dan staf administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
5. Rekan – rekan Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah bersuka hati menjadi
tempat berbagi dan saling melengkapi dalam menyelesaikan skripsi penelitian.

iv
Akhirnya peneliti hanya bisa berharap semoga Allah SWT melimpahkan

karunia serta rahmat-Nya untuk kita semua dan semoga skripsiini berguna bagi kita

semua. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Palembang, Maret 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................................ii

ABSTRACT ............................................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI............................................................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 2

C. Manfaat Penulisan .............................................................................................................. 2

D. Metode Penulisan ............................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 4

A. Konsep Teori Nyeri ........................................................................................................... 4

B. Konsep Teori Musik .......................................................................................................... 9

C. Konsep Kanker ...................................................................................................... 12

BAB III TELUSURAN EVIDANCE BASE LEARNING ................................................... 15

A. Analisa Jurnal ........................................................................................................................ 15

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................ 38

A. Pembahasan Hasil Telaah Evidance Base Berdasarkan Teori dan Hasil Penelitian ............. 38

vi
B. Implikasi Keperawatan .......................................................................................................... 41

BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 42

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 42

B. Saran ...................................................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 43

vii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal Terkait
2. Manuskrip
3. Lembar Konsultasi

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat
dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal diluar batas kewajaran
(Andreas,2014).

Menurut WHO (World Health of Organization), jumlah penderita kanker


didunia terjadi pertambahan tahun sekitar 6,25 juta orang dan diperkirakan dalam 10
tahun mendatang sebanyak 10 tahun mendatang sebanyak 9 juta orang akan meninggal
akibat penyakit yang mengerikan ini. Berdasarkan data GLOBOCAN , International
Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa tahun 2012 terdapat
14.067.894 kasus baru kanker dan8.201.575 kematian akibat kanker diseluruh dunia.
Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya disebabkan oleh kanker
paru,hati,kolorektal dan payudara (Kemenkes, 2015). Jumlah penderita kanker didunia
pada umumnya terdapat dinegara-negara berkembang, seperti Indonesia. Indonesia
sebagai negara berkembang memiliki angka prevalensi yang tinggi yaitu, 100
penderita kanker yang baru dari 100.000 jumlah penduduk (Husniati,2008).

Kanker diketahui dapat menimbulkan berbagai macam keluhan diantaranya nyeri.


Nyeri adalah keluhan utama yang paling sering diutarakan oleh penderita . Dalam
perjalanan penyakitnya, 45-100% penderita mengalami nyeri yang sedang sampai
dengan berat, dan 80-90% nyeri dapat ditanggulangi dengan penanganan nyeri kanker
yang tepat sesuai dengan pedoman dari WHO, seperti penggunaan medikasi dengan
tepat, pemberian terapi relaksasi maupun distraksi, serta terapi musik klasik yang telah
dilakukan penelitian oleh beberapa ahli (Saragih, 2010).

Nyeri yang tidak tertangani akan berdampak pada kecemasan,


depresi,helplessness, hopelessness, keinginan untuk mengakhiri kehidupan, dan
ketakutan pada pasien maupun keluarga mereka. Pasien dengan kanker stadium lanjut
melaporkan nyeri yang lebih berat. Saat ini, terapi musik merupakan bagian dari terapi
komplementer pada perawatan kanker yang berdampingan dengan terapi medis. Terapi
musik memiliki kelebihan sebagai intervensi yang dapat diterapkan secara sederhana,

1
noninvasif, perangsang relaksasi nonfarmakologis yang aman, murah, dan efektif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menelaah jurnal yang
berhubungan dengan terapi musik untuk mengatasi nyeri pada pasien kanker.

B. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan informasi dengan evidence based di area keperawatan terkait dengan


masalah nyeri pada pasien dengan permasalahan onkologi.
2. Mampu mengidentifikasi jurnal yang terkait dengan masalah nyeri pada pasien
dengan permasalahan onkologi
3. Mampu menelaah jurnal yang terkait dengan masalah nyeri pada pasien dengan
permasalahan onkologi

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai terapi
nonfarmakologi untuk mengatasi masalah nyeri pada pasien dengan masalah
onkologi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Informasi dari penulisan ini diharapkan dapat berguna bagi instansi pendidikan
sebagai laporan akhir evidence basedmahasiswa Profesi Ners pada pasien
dengan permasalahan onkologi serta diharapkan penulisan ini menjadi sumber
referensi institusi sebagai informasi khususnya kepada peserta didik yang
sedang mengikuti mata kuliah keperawatan maternitas.
b. Bagi Mahasiswa
Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan sebagai
sumber informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
terapi nonfarmakologi untuk mengatasi masalah nyeri dengan permasalahan
onkologi.

D. Metode Penulisan

2
Penelitian kualitatif dengan pendekatan literature review dengan
metodepencarian menggunakan electronic data base. Metode Pencarian jurnal melalui
NCBI, PubMed, Springer, Google Scholar, ProQuest dan Ebsco. Katakunci yang
digunakan dalam pencarian jurnal yaitu pain,music therapy, cancer dan oncology yang
berjumlah 934 jurnal tetapi penulis hanyamenggunakan 10 jurnal sesuai dengan
kriteria inklusi yaitu jurnal intervensi untuk mengatasi masalah nyeri dengan
permasalahan onkologi yang dapat diakses full text. Tahun jurnal yang digunakan
dibatasi 2010 – 2018. Jurnal yang digunakan dalam literature review diperoleh dari
berbagai jurnal penelitian diantaranya Indian Journal of Palliative Care, Journal
Biomed Science, Indonesian Journal Cancer, Nitte University Journal of Health
Science, International Journal of Current Research, International Journal of Caring
Science.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Nyeri


1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu fenomena kompleks yang berpengaruh hanya pada jaringan
yang mengalami cedera atau penyakit. Persepsi klien terhadap nyeri dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial, budaya, faktor kepribadiaan, dan status psikologis (Waugh
1990; Maryunani 2013).
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan (Maryunani 2013). Menurut
Smeltzer (2002) Kategori dasar nyeri yang secara umum:
a. Nyeri Akut adalah nyeri secara tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi.
Nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan, nyeri ini
umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan.
Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara
spontan atau dapat memerlukan pengobatan.
b. Nyeri Kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik.
Nyeri kronis sebagai nyeriyang berlangsung selama enam bulan atau lebih.
Nyeri kronis dapat terjadi pada kanker tetapi nyeri jenis ini biasanya mempunyai
penyebab yang dapat di identifikasi.
2. Skala Nyeri
a.Word Grapic Rating Scale

4
Menggunakan deskripsi kata untuk menggambarkan intensitas nyeri

Gambar 2.1

b.Face Pain Rating scale


Menurut wong dan baker (1998) pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain
Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga
wajah yang menangis untuk “nyeri berat” (Maryunani 2013).

Gambar 2.2
c. Skala nyeri menurut bourbanis

Gambar 2.3

Perawat menanyakan kepada klien tentang nilai nyerinya dengan menggunakan


skala 0 sampai 10 yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya. d.
Skala intensitas nyeri Numerical Ranting Scale (NRS) NRS digunakan untuk menilai
intensitas atau keparahannyeri dan memberi kebebasan penuh klien
untukmengidentifikasi keparahan nyeri (Potter & Perry 2006). Skala penilaian NRS

5
(Numerical Ranting Scale) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata
(Maryunani 2013). Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri
ringan pada skala 1 sampai 3, intensitas nyeri sedang pada skala 4sampai 6, intensitas
nyeri berat pada skala 7 sampai 10 (Potter & Perry 2006).

d. Skala Visual Analog Scale (VAS)


VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus. Skala ini memberikan kebebasan penuh pada klien untuk mengidentifikasi
keparahan nyeri. VAS merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif
karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik padarangkaian dari pada dipaksa
memilih satu kata (Potter & Perry 2006). Mengkaji intensitas nyeri sangat penting
walaupun bersifat subyektif dan banyak dipengaruhi berbagai keadaan seperti
tingkat kesadaran, konsentrasi dan harapan keluarga, intensitas nyeri dapat
dijabarkan di dalam sebuah skala nyeri dengan deskriptif: tidak nyeri, ringan,
sedang, sangat nyeri tetapi masih dapat terkontrol dan sangat nyeri tetapi tidak dapat
dikontrol oleh pasien berdasarkan VAS. Penjelasan tentang intensitas digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 2.4
Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri ringan
pada skala 1 sampai 3, intensitas nyeri sedang pada skala 4 sampai 6, intensitas
nyeri berat pada skala 7 sampai 9 intensitas nyeri sangat berat pada skala 10
nyeri tidak terkontrol. Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas
nyeri pada skala 1 sampai 3, rasa nyeri seperti gatal atau tersetrum atau nyut-
nyutan atau melilit atau terpukul atau perih. Intensitas nyeri pada skala 4 sampai
6, seperti kram atau kaku atau tertekan atau sulit bergerak atau terbakar atau
ditusuk-tusuk. Sangat nyeri pada skala 7 sampai 9 tetapi masih dapat dikontrol
oleh klien. Intensitas nyeri sangat berat pada skala 10 nyeri tidak terkontrol.
3. Mengkaji Persepsi Nyeri

6
Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi nyeri
seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus
memenuhi kriteria berikut: mudah dimengerti dan digunakan, memerlukan
sedikit upaya pada pihak pasien, mudah di nilai dan sensitif terhadap perubahan
kecil dalam intensitas nyeri. Alat-alat pengkajian nyeri dapat di gunakan untuk
mendokumentasikan kebutuhan intervensi, untuk mengevaluasi efektivitas
intervensi dan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan intervensi alternatif atau
tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif dalam meredakan nyeri.
Deskripsi verbal tentang nyeri, individu merupakan penilai terbaik dari nyeri
yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan
membuat tingkatnya. Informasi yang diperlukan harus mengambarkan nyeri
individual dalam beberapa cara yang berikut:
a. Intensitas nyeri.
Individu dapat di minta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal (
misalnya: tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat atau sangat hebat atau 0 : tidak
ada nyeri; 10 : nyeri sangat hebat).
b. Karakteristik nyeri, termasuk letak, durasi, irama (misal: terus menerus, hilang
timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari
nyeri) dan kualitas (misal: nyeri seperti ditusuk, seperti terbakar, sakit,nyeri
seperti di gencet).
c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri misalnya: gerakan, kurang bergerak,
pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas dan apa yang dipercaya pasien
dapat membantu mengatasi nyerinya.
d. Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari, misalnya : tidur, nafsu
makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan
aktivitas-aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri
kronis dengan depresi.
e. Kekhawatiran individu tentang nyeri, dapat meliputi berbagai masalah yang
luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan
citra tubuh (Potter & Perry 2006).

4. Mengkaji Respon Fisiologi dan Perilaku Terhadap Nyeri

7
Banyak pemberi perawat kesehatan lebih mengenal nyeri akut
dibandingkan nyeri. Akibatnya, pemberi perawatan kesehatan yang tidak
mengenal respon fisiologi dan perilaku nyeri. Indikator fisiologi nyeri,
perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indikator nyeri yang lebih
yang akurat dibanding laporan verbal pasien. Respon involunter ini seperti
meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, pucat, dan berkeringat adalah
indikator rangsangan sistem saraf. Pasien yang mengalami nyeri akut hebat
mungkin tidak menunjukkan frekuensi pernafasan yang meningkat tetapi akan
menahan nafasnya. Respon fisiologis terhadap nyeri akut yang pasien tunjukan
dapat berlangsung hanya beberapa menit, bahkan bila nyeri berlanjut. Respon
fisiologi harus digunakan sebagai pengganti untuk laporan verbal dari nyeri
pada pasien tidak sadar dan jangan digunakan untuk mencoba menvalidasi
laporan verbal dari nyeri individu. Karena reaksi fisiologi yang dalam terhadap
nyeri tidak dapat dipertahankan selama berminggu-minggu atau bahkan
beberapa jam, pasien biasanya berespon secara berbeda terhadapnyeri akut dan
nyeri kronis. Pasien dengan nyeri kronis yang sangat dalam dapat menunjukkan
perubahan fisiologi, meskipun perubahan fisiologi yang berkaitan dengan
respon stress dapat terjadi pada beberapa orang dengan nyeri akut, perubahan
seperti itu tidak selalu terjadi, perubahan tersebut terjadi pada nyeri kronis.
Respon perilaku terhadap nyeri, dapat mencakup seperti verbal, perilaku
vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau
perubahan respon terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri akut
dapat menangis, merintih, merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh,
mengepal, atau menarik diri. Individu yang mengalami nyeri dengan mendadak
dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa
menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat
individu terlalu letih untuk merintih atau menangis merupakan respon normal
terhadap nyeri (Smeltzer, 2002).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri.
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terhadap
pengalaman masa lalu dengan nyeri, ansietas, usia, dan pengharapan tentang
penghilang nyeri (efek plasebo). Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau
menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi
terhadap nyeri dan pengaruh sikap respon terhadap nyeri (Smeltzer, 2002).
8
6. Strategi Pelaksanaan Nyeri.
a. Strategi penatalaksanaan nyeri dengan pendekatan farmakologi meliputi
obat analgesik. Pendekatan ini diseleksi berdasarkanpada kebutuhan dan
tujuan pasien secara individu. Pendekatan farmakologis dapat mencakup
pemberian obat analgesik sesuai yang diresepkan. Obat analgesik ialah
istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan
sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang non-
steroid (NSAID). NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan
saja melegakan sakit, malah obat ini juga bisa mengurangi demam dan
kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti opoid dan opidium bisa
menekan sistem saraf utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan
(noisepsi) (Ishak 2010).
b. Pendekatan non farmakologis mencakup terapi es dan panas, teknik
relaksasi, teknik distraksi. Tehnik distraksi meliputi penggunaan terapi
musik.

B. Konsep Teori Musik


1. Definisi Musik
Musik adalah suatu komponen yang dinamis yang bisa mempengaruhi
baik psikologis maupun fisiologis bagi pendengarnya (Wilgram 2002; Novita
2012). Musik adalah paduan rangsang suara yang membentuk getaran yang
dapat memberikan rangsang pada pengindraan, organ tubuh dan juga emosi. Ini
berarti, individu yang mendengarkan musik akan memberi respon, baik secara
fisik maupun psikis, yang akan menggugah sistem tubuh, termasuk aktivitas
kelenjar-kelenjar di dalamnya (Yuanitasari 2008).
Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Apalagi musik
memiliki tiga komponen penting yaitu beat, ritme, dan harmoni. Beat atau
ketukan mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni
mempengaruhi roh (Yuanitasari 2008). Musik merupakan suatu bentuk seni
yang menyangkut organisasi atau kombinasi dari suara atau bunyi dan keadaan
diam yang dapat menggambarkan keindahan dan ekspresi dari emosi dalam alur
waktu dan ruang tertentu.
Musik dapat menyebabkan terjadinya kepuasan estetis melalui indera
pendengaran dan memiliki hubungan waktu untuk menghasilkan komposisi
9
yang memiliki kesatuan dan kesinambungan (Campbell 2001). Musik
didefinisikan sebagai suara dan diam yang terorganisir melalui waktu yang
mengalir (dalam ruang), beberapa kesimpulan sementara dan pertanyaaan yang
muncul adalah musik berasal dari suara, suara berasal dari vibrasi dan vibrasi
adalah esensi dari segala sesuatu (Amsila 2011). Musik adalah bunyi atau nada
yang menyenangkan untuk didengar. Musik dapat keras, ribut, dan lembut yang
membuat orang senang mendengarnya. Orang cenderung untuk mengatakan
indah terhadap musik yang disukainya. Musik ialah bunyi yang diterima oleh
individu dan berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera
seseorang (Farida 2010). Melalui musik juga seseorang dapat berusaha untuk
menemukan harmoni interna (inner harmony). Jadi, musik adalah alat yang
bermanfaat bagi seseorang untuk menemukan harmoni di dalam dirinya. Hal ini
dirasakan perlu, karena dengan adanya harmoni di dalam diri seseorang, ia akan
lebih mudah mengatasi stress, ketegangan, rasa sakit, dan berbagai gangguan
atau gejolak emosi negatif yang dialaminya. Selain itu musik melalui suaranya
dapat mengubah frekuensi yang tidak harmonis tersebut kembali ke vibrasi yang
normal, sehat, dan dengan demikian memulihkan keadaan yang normal (Merrit
2003). Musik merupakan media untuk mengekspresikan diri dan membangkitkan
semangat dalam bentuk suara. Musik juga sangat efektif untuk menenangkan diri dan
mendatangkan inspirasi bagi banyak orang (Yuanitasari 2008). Mengingat banyaknya
manfaat dari musik, kini musik mulai digunakan juga untuk terapi. Berbagai penelitian
memperlihatkan bukti-bukti pemanfaatan musik untuk menangani berbagai masalah:
kecemasan, kanker, tekanan darah tinggi, nyeri kronis, disleksia, bahkan penyakit
mental (Yuanitasari 2008). Musik sangat bisa merangsang dan menghanyutkan jiwa,
musik juga bisa mempengaruhi fisik maupun mental. Sehingga musik mampu berperan
bagi kehidupan manusia.
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “Terapi” dan “Musik”. Kata terapi
berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong
orang. Terapi musik adalah sebuah pekerjaan yang menggunakan musik dan aktivitas
musik untuk mengatasi kekurangan dalam aspek fisik, emosi, kognitif dan sosial pada
anak-anak serta orang dewasa yang mengalami gangguan atau penyakit (Yuanitasari,
2008).

2. Cara Kerja Terapi Musik

10
Musik bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan, salah satu alasanya karena
musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian di tangkap melalui organ
pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar otak yang selanjutnya
mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarannya. Ritme internal
ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan
lebih baik. Dengan metabolisme yang lebih baik, tubuh akan mampu membangun sistem
kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalan yang lebih baik menjadi lebih
tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma 2002). Sebagian besar
perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivitas dua sistem neuroendokrin yang
dikendalikan oleh hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal
(Prabowo & Regina 2007).
Hipotalamus juga dinamakan pusat stress otak karena fungsi gandanya
dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya mengaktifkan cabang simpatis dan
sistem otonom. Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus-nukleus di
batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom. Cabang simpatis
saraf otonom bereaksi langsung pada otot polos dan organ internal yang
menghasilkan beberapa perubahan tubuh seperti peningkatan denyut jantung dan
peningkatan tekanan darah. Sistem simpatis juga menstimulasi medulla adrenal
untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ke dalam
pembuluh darah.
3. Cara Kerja Terapi Musik
Musik bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan, salah satu alasanya karena
musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian di tangkap melalui organ
pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar otak yang selanjutnya
mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarannya. Ritme internal
ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan
lebih baik.
Dengan metabolisme yang lebih baik, tubuh akan mampu membangun sistem
kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalan yang lebih baik menjadi lebih
tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma 2002). Sebagian besar
perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivitas dua sistem neuroendokrin yang
dikendalikan oleh hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal (Prabowo
& Regina 2007).
Hipotalamus juga dinamakan pusat stress otak karena fungsi gandanya dalam
keadaan darurat. Fungsi pertamanya mengaktifkan cabang simpatis dan sistem otonom.
Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus-nukleus di batang otak yang

11
mengendalikan fungsi sistem saraf otonom. Cabang simpatis saraf otonom bereaksi
langsung pada otot polos dan organ internal yang menghasilkan beberapa perubahan tubuh
seperti peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah. Sistem simpatis juga
menstimulasi medulla adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan
norepinefrin ke dalam pembuluh darah, sehingga berdampak meningkatkan denyut jantung
dan tekanan darah, dan norepinefrin secara tidak langsung melalui aksinya pada kelenjar
hipofisis melepaskan gula dari hati. Adrenal Corticotropin Hormon (ACTH) menstimulasi
lapisan luar kelenjar adrenal (korteks adrenal) yang menyebabkan pelepasan hormon
(salah satu yang utama adalah kortisol) yang meregulasi kadar glukosa dan mineral tertentu
(Primadita 2011). Salah satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-mastery yaitu
kemampuan untuk mengendalikan diri. Musik mengandung vibrasi energi, vibrasi ini juga
mengaktifkan sel-sel di dalam diri seseorang, sehingga dengan aktifnya sel-sel tersebut
sistem kekebalan tubuh seseorang lebih berpeluang untuk aktif dan meningkat fungsinya.
Selain itu, musik dapat meningkatkan serotonin dan pertumbuhan hormon yang sama
baiknya dengan menurunkan hormon ACTH (Setiadarama 2002).
4. Tata Cara Pemberian Terapi Musik
Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam pemberian terapi
musik. Seringkali durasi yang diberikan dalam pemberian terapi musik adalah selama 20-
35 menit, tetapi untuk masalah kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan
dengan durasi 30 menit sampai 45 menit. Ketika mendengarkan terapi musik klien
berbaring dengan posisi yang nyaman, sedangkan tempo harus sedikit lebih lambat, 50-70
ketukan/menit, menggunakan irama yang tenang (Schou 2007).

C. Konsep Kanker

1. Definisi Kanker
Kanker merupakan penyakit dengan pertumbuhan sel yang abnormal yang akan
berpengaruh pada sel yang normal. Sel kanker merupakan sel ganas yang mempunyai
sifat anaplastic, invasi, serta metastasis tetapi kanker bukan suatu penyakit menular.
Selain itu, kanker adalah sekumpulan sel (massa) abnormal dari jaringan yang terjadi
ketika sel-sel membelah lebih dari yang seharusnya atau tidak mati ketika mereka
seharusnya mati, pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinir dengan
pertumbuhan jaringan normal, dan tidak berguna bagi tubuh (Sunaryati, 2011)

12
2. Pentahapan kanker
Untuk mengetahui cara penanganannya, setiap kanker dibagi ke dalam tahap-tahap.
Sebuah sistem internasional yang disebut sistem TNM, untuk mengklasifikasi hampir
semua neoplasma ganas yang padat.Sistem TNM, penahapan tumor (staging) dinilai dari:
a. Ukuran (T)
T1 adalah tumor kecil, T3 dan T4 adalah tumor besar.
b. Keterlibatan getah bening (N)
N1, tumor melibatkan kelenjar getah bening di sekitarnya, pada N2 dan N3 tumor
telah menyerang kelenjar getah bening yang lebih jauh.
c. Penyebarannya (M)
M1 berarti tumor masih berada di satu tempat di tubuh, pada M2 dan M3 berarti sel-
sel kanker telah menyebar (metastasis).
d. Kanker juga dapat dinilai dari segi keganasannya (G).
G1 adalah kanker dengan keganasan rendah dan G4 adalah keganasan berat (Sunaryati,
2011).

3. Pertumbuhan Penyakit Kanker.


Pertumbuhan sel kanker tidak terkendali disebabkan kerusakan deoxyribose nucleic acid
(DNA), sehingga menyebabkan mutasi gen vital yang mengontrol pembelahan sel.
Beberapa mutasi dapat mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut
diakibatkan agen kimia maupun fisik yang edisebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara
spontan maupun diwariskan (Sunaryati, 2011: 12).
Sel-sel kanker membentuk suatu masa dari jaringan ganas yang kemudian menyusup
ke jaringan di dekatnya dan menyebar ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker sebenarnya dibentuk
dari sel normal melalui proses transformasi terdiri dari dua tahap yaitu tahap iniasi dan
promosi. Tahap inisiasi, pada tahap ini perubahan bahan genetis sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan sel genetis disebabkan unsur pemicu kanker yang terkandung
dalam bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar matahari (Sunaryati, 2011: 13). Pada tahap
promosi, sel menjadi ganas disebabkan gabungan antara sel yang peka dengan karsinogen.
Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh berusaha merusak sebelum sel berlipat
ganda dan berkembang menjadi kanker. Sistem kekebalan tubuh yang tidak berfungsi
normal menjadikan tubuh rentan terhadap kannker (Sunaryati, 2011: 14).

4. Jenis-jenis Penyakit Kanker


13
Jenis-jenis kanker yaitu; karsioma, limfoma, sarkoma, glioma, karsinoma in situ.
Karsinoma merupakan jenis kanker berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh atau
permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar
mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas (Akmal,
dkk., 2010: 188). Limfoma termasuk jenis kanker berasal dari jaringan yang membentuk
darah, misalnya sumsum tulang, lueukimia, limfoma merupakan jenis kanker yang tidak
membentuk masa tumor, tetapi memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel
darah normal (Akmal, dkk., 2010: 80). Sarkoma adalah jenis kanker akibat kerusakan
jaringan penujang di permukaan tubuh seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang.
Glioma adalah kanker susunan saraf, misalnya sel-sel glia (jaringan panjang) di susunan
saraf pusat. Karsinoma in situ adalah istilah untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang
masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (kelainan/ luka yang
belum menyebar) (Akmal, dkk., 2010: 81).
Jenis kanker menurut penulis dibedakan berdasarkan sel penyebab awal dan organ
yang diserang. Dengan demikian, jenis kanker dapat dibedakan menjadi karsioma,
limfoma, sarkoma, glioma, karsinoma in situ.

5. Gejala-gejala Penyakit Kanker


Gejala kanker timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai dengan jenis kanker,
gejala kanker pada tahap awal berupa kelelahan secara terus menerus, demam akibat
sel kanker mempengaruhi sistem pertahanan tubuh sebagai respon dari kerja sistem
imun tubuh tidak sesuai (Akmal, dkk., 2010: 188).

6. Faktor Penyebab Penyakit


Kanker Penyebab kanker berupa gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan
lingkungan (Akmal, dkk., 2010: 80). Harmanto dalam Sunaryati (2011: 16)
menyebutkan bahwa, faktor penyebab tumbuhnya kanker bersifat internal dan
eksternal. Faktor internal diantaranya yaitu faktor keturunan, baik dari pihak orang
tua secara langsung maupun nenek moyang, daya tahan tubuh yang buruk. Faktor
eksternal seperti pola hidup tidak sehat di antaranya mengonsumsi makanan dengan
bahan karsinogen, makanan berlemak, minuman beralkohol, kebiasaan merokok,
diet salah dalam waktu lama; sinar ultraviolet dan radioaktif; infeksi menahun/
perangsangan/ iritasi; pencemaran lingkungan atau polusi udara; obat yang
mempengaruhi hormon; berganti-ganti pasangan (Sunaryati 2011: 16).
14
BAB III
TELUSURAN EVIDANCE BASE LEARNING

A. Analisa Jurnal
Tabel 3.1 Analisa PICO

Journal Biography Population Intervention Comperator Outcome


Effect of Music Populasi dalam penelitian ini Intervensi keperawatan yang Pada kelompok kontrol, Hasil penelitian ini
Therapy on Pain and terdiri dari 14 orang , 7 orang diberikan adalah pasien diberikan terapi musik menunjukkan bahwa
Anxiety Levels of untuk kelompok uji terdiri didengarkan musik selama 20 selama 20 menit dan Analisis secara statistik
Cancer : A Pilot Study dari 5 orang perempuan dan menit melalui headphone dan diberi kesempatan untuk terlihat signifikan
2 orang laki-laki dan 7 orang dihubungkan dengan pemutar berbicara dengan mereka untuk mengurangi nyeri
Author : untuk kelompok kontrol musik mp3. Semua subjek satu sama lain selama 20 pada kelompok uji
Priyadharshini terdiri dari 3 orang dibuat mendengarkan lantunan menit. setelah terapi musik (P
Krishnaswamy dan perempuan dan 4 orang laki- musik yang sama. Musik yang = 0,003).
Shoba Nair (2016) laki. Kriteria inklusiuntuk dipilih adalah musik-Veena Sedangkan, pada
pemilihan subyek adalah and Flute yang merupakan kelompok kontrol,
pasien kanker yang telah kombinasi dari Musik Analisis secara statistik

15
menyetujui tindakan tradisional Indian Raga tidak signifikan untuk
penelitian. Selain itu, Pasien Anandabhairavi yang mengurangi nyeri pada
memiliki nyeri sedang dipercaya mempunyai efek kelompok kontrol (P =
hingga berat (peringkat skala terapeutik. Setelah itu pasien 0,356). Hal ini dapat
nyeri numerik [NRS] 4–10) dikaji skala nyeri dan cemas disimpulkan bahwa ada
dan diberikan morfin 3 jam dengan menggunakan skala pengurangan nyeri
sebelum intervensi. NRS (Numerical Pain Rating post-intervensi pada
Scale) dan HAM (Hamilton kelompok uji
Anxiety Rating Scale) dibandingkan dengan
kelompok kontrol
(P = 0,034). Penurunan
tingkat kecemasan pada
kedua kelompok setelah
intervensi tidak
signifikan secara
statistik. Hal ini terlihat
pada nilai (P =0,200).

16
Pengaruh Self- Populasi dalam penelitian ini Terapi SeLIMuT adalah prosedur Kelompok kontrol tidak Hasil penelitian ini
Selected Individual sebanyak 46 orang, dibagi pemberian terapimusik yang mendapatkan terapi menunjukkan bahwa
Music dalam dua kelompok, mudah, murah, dan efektif apapun. terdapat perbedaan nilai
denganmendengarkan jenis musik
Therapy (SeLIMuT) yaitu kelompok SeLIMuT rerata selisih nyeri pre-
slow tempo stabil, levelsuara
terhadap Tingkat (n=23) dan kelompok post yang signifikan
rendah dan soft dynamic, serta
Nyeri kontrol (n=23)kriteria secarastatistik pada
teksturkonsisten (kombinasi suara
Pasien Kanker Paliatif inklusi: pasien terdiagnosis kedua kelompokdengan
dan instrumental). Terapi ini
di RSUP Dr. Sardjito, kanker stadium III dan atau diberikan selama 15-20 menit dan nilai p=0,001
Yogyakarta IV oleh dokter, mengalami memberikankebebasan pasien (p<0,05). Pada
nyeri ringan sampai berat, untuk memilih musik yang kelompok SeLIMuT,
Author : Nuzul Sri berusia 18 tahun ke atas, disukaidan dikombinasikan sebanyak 23orang
Hertanti, Sri tidak mengalami gangguan dengan nafas dalam, didapatkan skor selisih
Setiyarini, dan pendengaran, menyukai IntervensiSeLIMuT diberikan nyeri pre-post dengan
Martina Sinta musik, dan bersedia terlibat empat kali selama dua hari mean (SD) sebesar
Kristanti(2015). dalam penelitian melalui MP3 Player dan 2,144 (0,91). Nilai
earphone.Intervensi Selimut tersebutmenunjukkan
diberikan sebagai terapi bahwa skor nyeri post-
komplementer setelah denganmean(SD) yaitu
responden minum obat 1,16 (1,26) lebih kecil
analgesik sesuai dengan dosis daripada skornyeri pre-,
dokter, kira-kira 1-2 jam setelah yaitu 3.30 (1.81). Hal

17
jam terapi farmakologi. Setiap ini berarti terdapat
sesi terapi berlangsung selama penurunan nyeri yang
15-20 menit. Sebelum dialami pasien setelah
dan sesudah terapi, dilakukan mendapatkanSeLIMuT.
pengukuran nyeri dan
napas dalam selama 1 menit
The Efficacy Of Populasi dalam penelitian Intervensi keperawatan yang Kelompok kontrol hanya Hasil penelitian
Music Interventions ini adalah pasien yang diberikan kepada kelompok menerima pengobatan menunjukkan bahwa
On Pain In Cancer menderita kanker darah intervensi menerima 20 sesi medis rutin berupa kedua jenis terapi musik
Patients Undergoing Setidaknya enam bulan atau terapi musik aktif atau reseptif kemoterapi dan memiliki pengaruh yang
Therapeutic Treatment sedang menjalani dengan setiap sesi 15-30 menit. radioterapi. signifikan
kemoterapi dan terapi . Jenis musik dalam terapi berdampak pada rasa
Author : Seema radiasi serta dirawat di musik reseptif adalah musik sakit di antara pasien
Vinayak, Farnaz rumah sakit. Sampel diambil pop yang disukai oleh pasien kanker karena ada yang
Dehkhoda dan dari semua pasien, dan instrument yang digunakan signifikanperubahan
RohinVinayak(2017). memenuhi dalam terapi musik aktif adalah dari skor pre-test ke skor
kriteria inklusi, yang gitar. Setelah itu partisipan post-test di kedua
dirawat karena kanker darah diberikan kuesioner Skala kelompok musik
kemoterapi atau terapi analog nyeri McGill. Skor intervensi. Dengan
radiasi di rumah sakit di diperoleh sebelum dan sesudah menggunakan banyak
kota Gorgan terapi musik. perbandingan tes

18
dari Iran. 180 pasien kanker Bonferroni post-hoc,
darah dewasa (dengan perbedaannya
jumlah yang sama adalahsignifikan secara
pria dan wanita) yang statistik (p <0,01).
menerima kemoterapi atau Terapi musik aktif
terapi radiasi dipilih secara adalah
purposive sampling paling efektif
dansecara acak ditugaskan dibandingkan dengan
ke tiga kelompok yaitu. dua terapi musik reseptif dan
kelompok intervensi(yaitu kondisi kontrol dalam
terapi musik aktif atau pengurangan rasa sakit
reseptif) dan kelompok pada pasien kanker
kontrol. Para peserta berada darah.
dalam kisaran usia 20 hingga
40 tahun menjalani
kemoterapi atau radioterapi
sebagaiselama minimal
enam bulan, tidak menderita
kronis
gangguan psikologis dan
tertarik dengan musik.

19
Music Therapy Populasi dalam penelitian Intervensi yang diberikan Kelompok kontrol tidak Hasil penelitian
Reduces the Intensity ini adalah pasien dengan adalah tiga hari sebelum mendapatkan terapi menunjukkan bahwa
of Pain Among jumlah 60 orang, sampel intervensi, rasa sakit musik. tidak ada perbedaan
Patients With Cancer minimum subyek dinilai dengan yang signifikan dalam
ukuran untuk masing- menggunakan kuesioner VAS. variabel demografis
Author :Madineh masing kelompok Kemudian, pasien dari antara kelompok
Jasemi , Samereh diperkirakan 30 kelompok intervensi intervensi dan
Eghtedar , Nader pasien.Kriteria inklusi mendengarkan musik favorit kelompok kontrol.
Aghakhani , Farzaneh adalah sebagai berikut: usia mereka selama tiga hari Intensitas
Khodabandeh , Leyla 18 - 65 tahun, pasien dalam berikutnya dan dievaluasi rasa sakit pada
Sayadi dan Neda stadium satu, dua atau tiga kembali setiap hari. . Alat kelompok intervensi
Kheir khahi(2013). kanker, mampu intervensi termasuk walkman yaitu menunjukkan

20
berkomunikasi (jika buta Sony dan headphone. Rekaman penurunan nyeri tiga
huruf), tidak ada riwayat musik 20 menit disiapkan kali lipat dibandingkan
sebelumnyagangguan berat dengan mempertimbangkan dengan kelompok
termasuk keganasan lain dan komentar dari para pakar, yaitu kontrol dengan nilai (P
didiagnosis dalam tiga bulan Musik Mozzart (termasuk <0,001); tetapi pada
terakhir. Dalam studi suara laut, suara hujan dan kelompok kontrol,
ini,kami memilih pasien suara air) intensitas nyeri tidak
dengan kanker jaringan dan dimainkan di samping berubah selama
lunak, kanker tulangdan tempat tidur para peserta. penelitian (P = 0,12).
leukemia yang mengalami Tigahari sebelum dan sesudah
nyeri.Dua kelompok terapi musik, intensitas nyeri
perbandingan hampir sama adalah
dalam usia, jenis kelamin, dinilai untuk keduakelompok.
pendidikan dan stadium Jumlah konsumsi
kanker .Sebagian besar obat analgesik dan jenisnya
subyek memiliki kanker juga dicatat dalamdua
jaringan lunak (kelompok kelompok selama penelitian.
intervensi = 48%, kelompok
kontrol = 54%) dansebagian
besar pasien memiliki
kanker stadium tiga

21
(kelompok intervensi = 44%,
kelompok kontrol = 40%).
Setelah
mendapatkandiinformasikan
persetujuan tertulis, para
peserta dibagike dalam
kelompok intervensi dan
kontrol dengan
menggunakan
sederhanapengambilan
sampel acak.

22
Manajemen Nyeri Sampel dalam penelitian ini Intervensi keperawatan yang Pada penelitian ini tidak Hasil penelitian
Pada Pasien Kanker adalah berjumlah dua pasien diberikan adalah kedua pasien menggunakan kelompok menunjukkan bahwa
Payudara dan mengumpulkan sampel diberikan terapi musik klasik. kontrol. pemberian terapi tehnik
Dengan Menggunakan dengan cara wawancara distraksi dengan
Tehnik Distraksi terstruktur, studi dokumen, distraksi musik selama
Terapi danobservasi menggunakan 15-30 menit dapat
Musik Di Rsud Koja instrumen yang sudah menurunkan skala nyeri
ditetapkan. pasien kanker payudara
Author : Labora sebanyak 2 poin.
Sitinjak, Leo Rulino
dan Regina
Masliah(2018).
Effect of music Sampel terdiri dari 40 wanita Kelompok perlakuan menerima Kelompok kontrol tidak Hasil penelitian
therapy for patients antara kelompok umur 30-50 20 menit terapi musik (musik mendapatkan terapi menunjukkan bahwa
with cancer pain tahun dengan kanker klasik) dua kali sehari pada jam musik. Nilai yang dihitung dari
payudara dan leher rahim 7 pagi dan 7 malam selama tiga "t" lebih besar dari nilai
Author : Raji yang menjalani kemoterapi hari di lingkungan yang yang ditabulasikan pada
Kaliyaperumal dan pertama kali, kondusif melalui headphone. 2,09 level. Ada
Jaya Gowri direkomendasikan untuk Nyeri dicatat sebelum dan 5 perbedaan yang
Subash(2010) yang mendengarkan musik menit setelah diintervensi signifikan antara
(n = 20) dan hanya dengan menggunakan skala eksperimenkelompok

23
mendapatkan asuhan intensitas nyeri numerik pada dalam pre test dan post
keperawatan rutin (n = 20). kelompok perlakuan. test pain pada hari 1,
Data demografis dasar hari 2 dan hari 3.Selain
seperti usia, status itu disimpulkan bahwa
perkawinan, pendidikan, terapi musik adalah
sumber kesehataninformasi, intervensi yang efektif
tahap penyakit, dukungan untuk mengurangi rasa
psikologis, tempat kanker sakit di antara pasien
dan jumlah anak kanker.
dikumpulkan berdasarkan
jadwal wawancara dan
catatan kesehatan.

24
Effect of Music Populasi dalam penelitian Intervensi yang diberikan Kelompok kontrol tidak Hasil penelitian
Therapy on Pain and ini berjumlah 50 orang adalah kelompok perlakuan menerima intervensi menunjukkan bahwa
Quality of Life among dengan penderita kanker diberikan terapi musik selama apapun. adanya penurunan nyeri
Cancer Survivor berumur 30-70 tahun, tanpa 15-20 menit selama dua kali saat peserta diintervensi
memandang jenis kelamin, sehari ( pagi dan sore hari ) terapi musik. Hal ini
Author : Samrika dan dengan nyeri yang selama 5 hari dalam satu dibuktikan nilai statistik
Bareh dan Fatimah D` dirasakan dari sedang periode. .Nyeri kemudian sebesar (p<0,05) dan
Silva (2017) hingga berat dipilih dengan dikaji dengan menggunakan untuk kualitas hidup
teknik purposive skala NRS sebelum dan dapat memperbaiki
sampling.Jumlah kelompok sesudah intervensi untuk kedua kualitas hidup pasien
kontrol berjumlah 25 orang. kelompok selama 5 hari dan kanker setelah
untuk kualitas hidup dikaji diintervensi terapi
dengan kuesioner Mc Gill pada musik dengan nilai
hari ke 6 dan ke 10 sesudah (p<0,05)
intervensi.

25
Music Therapy Populasi dalam penelitian ini Intervensi yang diberikan Kelompok kontrol Hasil penelitian
Reduces Pain in berjumlah 200 orang terdiri adalah setelah mendapatkan diberikan terapi musik menunjukkan bahwa
Palliative dari kelompok kontrol dan persetujuan dari responden . yang sama dengan terjadi penurunan nyeri
Care Patients: A kelompok perlakuan. Pasien dikaji dengan kelompok perlakuan, yang lebih besar pada
Randomized Masing-masing kelompok menggunakan kuesioner NRS, namun tidak diberikan kelompok perlakuan
Controlled Trial berjumlah 100 orang dan FLACC dan FPS.Jika skor terapi relaksasi autogenik dibandingkan dengan
terdiri dari penyakit kanker nyeri peserta masih tiga atau yang merupakan bagian kelompok
Author : berjumlah 174 orang dan 26 lebih NRS, Peneliti membuka integral dari terapi musik. kontrol.terlihat pada
Kathy Jo Gutgsell, orang bukan kanker. Kriteria sebuah amplop berisi nomor kelompok terapi musik
RN, MT-BC, Mark inklusi adalah 1) diagnosis urut untuk membagi pasien (perbedaan rata-rata
Schluchter, penyakit lanjut yang kedalam kelompok tertentu. [95% CI]! 1,4 [! 2,0,
PhD,Seunghee berpotensi membatasi Apabila pasien, mengalami ! 0.8]; P <0,0001).
Margevicius, MA, kehidupan, 2) 18 tahun atau nyeri <3, maka akan Berarti perubahan
MSN, Peter A. lebih, 3) nyeri tiga atau lebih dikeluarkan dari responden dalam skor Wajah,
DeGolia, MD, Beth besar yang diukur pada skala penelitian. Peneliti memberi Kaki, Aktivitas,
McLaughlin, MD, angka numerik (NRS) nol tahu pasien Untuk menlakukan Menangis,
Marie Harris, MD, JD, hingga 10, 4) tidak dapat terapi musik pada kelompok Konsolabilitas
Janice Mecklenburg, memahami bahasa Inggris, intervensi dan kemudian tidak berbeda antara
CNP, CHPN dan dan 5) waspada dan melanjutkan dengan intervensi. kelompokperlakuan dan
Clareen Wiencek, berorientasi pada orang dan Setelah menempatkan tanda ‘‘ kelompok kontrol
tempat dan mampu menilai Jangan Ganggu ’

26
PhD, CNP, CHPN rasa sakit pada skala di pintu dan mempersiapkan (perbedaan rata-rata
(2013). numerik pasien dan 0,3, [95% CI]! 0,8, 0,1;
lingkungan (menyesuaikan P> 0,05).
lampu, selimut, mematikan
ponsel, dan sebagainya), terapis
akan memainkan instrumen
drum laut dan memberikan
pasien pilihan apakah ingin
mendengarkan atau tidak musik
drum laut,
untuk memasukkannya
kedalam intervensi karena
beberapa pasien
mengekspresikan keengganan
untuk itu dan menemukan
bahwa itu menghambat
kemampuan mereka untuk
rileks. Terapis kemudian
memfasilitasi musik 20 menit
tunggal intervensi terapi
diarahkan untuk menurunkan

27
rasa sakit. Intervensi, untuk
semua peserta, dimulai dengan
instruksi verbal untuk relaksasi
autogenik. Terapis musik
meminta pasien untuk
memperhatikan bernafas sekitar
satu menit. Kemudian terapis
memimpin pasien secara
autogenic relaksasi otot dengan
meminta pasien membayar
memperhatikan otot-otot kulit
kepala dan membiarkannya
untuk melepaskan, dan
bergerak ke bawah dengan
fokus yang sama pada
kelompok otot tertentu, diakhiri
dengan kaki. Selanjutnya,
pasien diajak membayangkan
tempat aman yang dipilihnya
sendiri. Itu

28
terapis meminta pasien untuk
membayangkan apa dia
melihat, mencium, mendengar,
merasakan, dan merasakan
pada kulit dan merasakan di
tempat yang aman. Lalu terapi
musik memberi tahu pasien
bahwa dia akan memainkan
instrumen drum laut, jika
dipilih, dan kemudian
dilanjutkan dengan harpa.
Responden mendapatkan
potongan musik harpa yang
sama. potongan musik harpa ini
dipilih berdasarkan pengalaman
klinis terapis , di mana pasien
menggambarkan mereka
sebagai menenangkan, damai,
dan menenangkan. Semua
potongan itu dimainkan pada
volume yang lembut dalam

29
tempo lambat dan dijelaskan
sebagai berikut: 1) improvisasi
dalam mode G Mixolydian
dengan duple meter, 2) empat
potongan prekomposisi dalam
kunci C yang dapat
digambarkan sebagai ‘‘ musik
klasik ringan’ dan tidak dikenal
oleh sebagian besar pendengar:
‘‘ Andante ’oleh Waddington
dalam duple meter,‘ ‘Passing
Bye’ dan ‘Revery’ oleh
Grandjany di duple meter, dan
‘‘ Barcarolle ’oleh Grandjany
dalam rangkap tiga meter. Di
akhir musik, terapis dengan
lembut mengundang peserta
untuk meninggalkan tempat
aman imajinasinya dan
kembali ke rumah sakit.
Kemudian ahli terapi musik

30
meninggalkan ruangan dan
memberi tahu CNS yang sama
untuk kembali ke pasien untuk
menilai kembali rasa sakit
dengan menggunakan hal yang
sama tiga ukuran: NRS, Skala
FLACC, dan FPS. Setelah
menyelesaikan posttests, terapis
masuk kembali ke Ruang
pasien untuk memproses secara
verbal intervensi terapi musik
dan menawarkan perawatan
lanjutan. Peneliti memberi
masing-masing peserta studi
CD intervensi untuk
penggunaan di masa depan dan
memberikan CD pemain
berdasarkan permintaan.
Pembaca yang tertarik dapat
menghubungi penyelidik untuk
meminta rekaman intervensi.

31
The impact of music Populasi penelitian ini Terapi musik yang disediakan Pada penelitian ini Hasil penelitian
therapy versus music berjumlah 31 orang. Pasien adalah terapis musik membandingkan menunjukkan bahwa
medicine on memenuhi syarat jika bersertifikat dan masing- intervensi terapi musik data kuantitatif
psychological mereka saat ini menerima masing berlangsung 30 hingga dan intervensi musik menunjukkan bahwa
outcomes and pain in perawatan rawat inap atau 45 menit. Tujuan sesi adalah dengan pengobatan. pada kedua intervensi sama-
cancer patients:a rawat jalan; cakap berbahasa untuk membantu pasien dua kelompok masing- sama efektif dalam
mixed methods study Inggris; dan tidak memiliki mengelola stres, suasana hati, masing dengan intervensi meningkatkan hasil
gangguan kognitif, dan rasa sakit dan untuk terapi musik dengan target. (p=<0,005)
Author : Joke Brad gangguan psikotik, atau memberikan dukungan musik dan pengobatan. Namun, 77,4% dari
&NoahPotvin&Amy gangguan pendengaran. Usia psikososial. Setelah diskusi peserta menyatakan
Kesslick&Minjung rata-rata adalah 53,8 tahun singkat tentang masalah saat preferensi untuk sesi
Shim&DonnaRadl&E dan 67,7% adalah ini, terapis musik menawarkan Terapi musik. Data
milySchriver&Edward perempuan. musik berdasarkan kebutuhan kualitatif menunjukkan
J.Gracely&Lydia pasien. Dia mengundang bahwa musik
T.KomarnickyKocher peserta untuk memainkan dan / meningkatkan
(2015). atau memainkan instrumen manajemen gejala,
(mis., Gambang dan instrumen mewujudkan harapan
perkusi kecil) bersama dengan untuk bertahan hidup,
lagu yang sudah dikenal atau dan membantu
improvisasi . Pengalaman- terhubung dengan diri
pengalaman ini diikuti oleh sebelum sakit, tetapi

32
lagu-lagu tambahan, juga dapat mengakses
improvisasi instrumental atau kenangan kehilangan
vokal yang diciptakan bersama, dan trauma. Pada data
penulisan lagu, atau latihan kualitatitif terdapat 8
pernapasan yang dipandu tema terdiri dari
musik. Terapis memberikan manajemen gejala
banyak kesempatan untuk (mendengarkan musik
pemrosesan emosi dan pikiran dan memperbaiki nyeri,
secara verbal yang ditimbulkan suasana hati pasien.
oleh musik. Sementara itu Tema kedua adalah
Pengobatan musik (Medical ingatan (musik kembali
Music ) Pada awal penelitian, membawa ingatan),
peserta diminta untuk membuat Tema ketiga adalah
daftar preferensi musik mereka harapan untuk masa
pada lembar informasi depan. Tema keempat
demografis. Berdasarkan adalah konektivitas
informasi ini, kami membuat interpersonal (peserta
daftar putar individual. Terapis menghargai kehadiran
musik bertemu dengan masing- seorang terapis musik
masing peserta pada awal sesi yang peduli dengan
MM untuk memberikan iPod mereka). Tema kelima

33
dengan daftar putar pasien. adalah ekspresi
Terapis musik memastikan emosional dan
pasien dapat mengoperasikan pengolahan , tema
iPod, tetapi tidak ada penilaian keenam adalah estetika
lebih lanjut. Peserta diminta musik,tema ke 7 adalah
untuk tidak terlibat dalam keakraban dan
kegiatan lain saat musik kenyamanan peserta dan
dimainkan. Terapis musik tema ke 8
kemudian meninggalkan mendengarkan musik
tempat. Sesi berlangsung 30-45 dalam kesendirian. Sesi
menit. 31 responden terapi musik membantu
menyelesaikan 2 sesi terapi partisipan merasakan
musik dan terapi musik kegembiraan dan
pegobatan selama 2 minggu. kreativitas. Pembuatan
musik interaktif juga
memungkinkan untuk
ekspresi emosional.
Beberapa peserta lebih
menyukai keakraban
dan kemampuan
prediksi mendengarkan

34
musik yang direkam
sebelumnya.

The Effects of Music Populasi penelitian ini Intervensi yang diberikan Kelompok kontrol hanya Hasil penelitian
on Cancer Patients berjumlah 34 orang dengan adalah musik yang diberikan diberikan obat menunjukkan bahwa
Submitted to kriteria inklusi terdiri dari a) kepada pasien termasuk: (1) kemoterapi dan tidak mendengarkan musik
Chemotherapy diagnosis kanker, b) 18 tema musik instrumental, (2) diberikan intervensi tidak dapat mengatasi
Treatment tahun atau lebih tua, c) musik tradisional, (3) suara musik. nyeri pada pasien
dirawat di UnitKemoterapi , alam santai, (4) musik vokal kanker yang menjalani
Author : d) keadaan kesadaran normal santai zaman baru, (5) musik kemoterapi (p=0,362).
Evangelia D. Spilioti, (Glasgow Coma Scale: 15), klasik serta ( 6) Musik gereja Sedangkan pengaruh
RN, MPH ,Greece f) mau dan mampu menjadi ortodoks Yunani. Pasien emosional, kesehatan
Petros A. Galanis, responden penelitian. kelompok intervensi memilih jiwa memiliki analisis
RN, MPH, PhD , salah satu dari enam jenis musik statistik yang signifikan
Greece Olympia K. ini, sesuai dengan preferensi yaitu (p<0,005).
Konstantakopoulou, musik mereka. Selama
MSc, PhDc; Greece mendengarkan musik, mereka
Athina G. mengontrol volume suara

35
Kalokairinou, RN, sendiri. Agar tidak
PhD (2017). mengganggu pasien kelompok
kontrol yang menerima
kemoterapi di ruangan yang
sama, mereka semua
menggunakan earphone
mereka. Kemudian pasien
mengisi data demografi dan
kuesioner SF-12v2. Kemudian,
mereka semua ditempatkan di
tempat tidur untuk menerima
pra-terapi intravena selama
sekitar 30 menit. Lima belas
menit setelah dimulainya
kemoterapi, parameter
fisiologis tekanan darah dan
denyut nadi pasien diukur (pra-
tes). Kemudian, Pemasangan
headphone untuk kelompok
eksperimen agar, bisa
mendengarkan musik yang

36
direkam selama 20 menit.
Sementara itu, kelompok
kontrol hanya menerima obat
kemoterapi. Setelah
menyelesaikan intervensi
berbasis musik, parameter
fisiologis dari kedua kelompok
diambil kembali (post-test).
Prosedur ini diulang selama
pertemuan kedua dengan
pasien, sekitar dua minggu
kemudian. Setelah
menyelesaikan dua sesi
kemoterapi berturut-turut, para
peserta diminta untuk
menyelesaikan SF-12v2 sekali
lagi (post-tes).

37
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Hasil Telaah Evidance Base Berdasarkan Teori dan Hasil
Penelitian

Onkologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang bidang khusus
pengobatan yang fokus pada diagnosis dan perawatan bagi pasien yang menderita
kanker. Kanker merupakan penyakit dengan pertumbuhan sel yang abnormal yang akan
berpengaruh pada sel yang normal. Kanker dapat bermetastase ke organ reproduksi,
muskuloskeletal,otak,paru-paru serta organ lain disekitarnya. Salah satu dampak yang
muncul pada pasien kanker adalah diantaranya nyeri. Nyeri adalah keluhan utama yang
paling sering diutarakan oleh penderita . Dalam perjalanan penyakitnya, 45-100%
penderita mengalami nyeri yang sedang sampai dengan berat, dan 80-90% nyeri dapat
ditanggulangi dengan penanganan nyeri kanker yang tepat sesuai dengan pedoman dari
WHO, seperti penggunaan medikasi dengan tepat, pemberian terapi relaksasi maupun
distraksi, serta terapi musik klasik yang telah dilakukan penelitian oleh beberapa ahli
(Saragih, 2010).

Musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta
dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat
menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga
memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks,
dan menidurkan (Sari dan Adilatri, 2012).

Mendengarkan musik juga dapat menurunkan stimulus sistem saraf simpatis.


Respon yang muncul dari penurunan aktifitas tersebut adalah menurunnya heart rate,
respiratory rate, metabolic rate, konsumsi oksigen menurun, ketegangan otot menurun,
level sekresi epineprin menurun, asam lambung menurun, meningkatkan motilitas,
penurunan kerja kelenjar keringat, dan penurunan tekanan darah (Novita, 2012).

Musik harus diperdengarkan minimal 15 menit supaya memberikan efek


terapeutik. Dalam keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat memberikan
hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri (Nilsson, 2003). Berdasarkan
jurnal yang didapatkan bahwa dari 10 jurnal pemberian terapi musik paling efektif
minimal 15 menit. Hal ini dapat disimpulkan sesuai dengan teori yang ada.

38
Pelaksanaan penggunaan musik untuk mengontrol nyeri dalam meningkatkan
kenyamanan, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini (Potter dan Perry, 2006)
:

a. Pilih musik klasik yang sesuai dengan selera klien. Pertimbangkan usia dan latar
belakang
b. Gunakan earphone/headphone supaya tidak menganggu klien atau staf yang lain
dan membantu klien berkonsentrasi pada musik.
c. Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape mudah ditekan.
dimanipulasi dan dibedakan.
d. Apabila nyeri klien rasakan akut, kuatkan volume musik. Apabila nyeri berkurang,
kurangi volume.
e. Minta klien berkonsentrasi pada musik dan mengikuti irama dengan mengetuk-
ngetukkan jari atau menepuk-nepuk paha.
f. Instruksikan klien untuk tidak menganalisa musik ”Nikmati musik kemana pun
musik membawa anda”.
g. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek
terapeutik.

Hasil penelitian menurut Priyadharshini terhadap pasien kanker untuk


mengurangi nyeri didengarkan musik selama 20 menit melalui headphone dan
dihubungkan dengan pemutar musik mp3. Semua subjek dibuat mendengarkan
lantunan musik yang sama. Musik yang dipilih adalah musik-Veena and Flute yang
merupakan kombinasi dari Musik tradisional Indian Raga Anandabhairavi yang
dipercaya mempunyai efek terapeutik. Setelah itu pasien dikaji skala nyeri dan
cemas dengan menggunakan skala NRS (Numerical Pain Rating Scale) dan HAM
(Hamilton Anxiety Rating Scale)

Mendengarkan musik yang disukai juga berpengaruh terhadap sistem


limbik dan saraf otonom. Pada sistem limbik, musik dapat membangkitkan respons
psikofisiologi melalui pengaruh pitch dan ritme musik. Musik juga menstimulasi
sistem neurohormonal dan pelepasan endorphin yang bereaksi pada reseptor
spesifik di otak untuk mengubah emosi,mood, dan fisiologi. Adanya respons
psikofisiologi ini juga dapat berpengaruh terhadap persepsi dan respons pasien
terhadap nyeri yang dirasakan. Pengaruh musik di saraf otonom dapat membantu

39
menurunkan aktivitas sistem saraf otonom yang berlebih. Mendengarkan musik
dapat mencegah adanya adrenal cascade dan mencegah pelepasan hormon
sehingga pasien dapat relaks dan terjadi toleransi terhadap rasa nyeri (Nuzul, 2015).

Musik menciptakan suasana rileks, aman, dan menyenangkan sehingga


merangsang pusat rasa ganjaran (sistem analgesia) dan merangsang pelepasan
substrat kimia seperti gamma amino butyric acid (GABA), enkephalin, dan
endorfin yang dapat mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri. Jenis musik juga
memengaruhi penurunan nyeri pada responden kelompok intervensi. Jenis musik
yang digunakan pada terapi ini terdiri dari jenis musik pilihan yang terlebih dahulu
dipilih oleh peneliti sesuai dengan kriteria musik yang relaxing dan meditative.
Musik yang dipilih juga harus memberikan ketenangan bagi pasien, misalnya
musik-musik yang berirama rohani agar pasien merasa dekat dengan Tuhan
sehingga hal tersebut mampu mengurangi tingkat nyeri maupun stres yang
dihadapi, musik yang lembut (dengan pitch dan volume terkontrol), familiar, aman,
efektif, dan disukai oleh pasien. Ada bermacam-macam jenis musik yang dapat
dipilih, mulai dari jenis musik pop, klasik, keroncong, campursari, religi, dangdut,
hingga jazz. Jenis musik perlu diperhatikan karena menurut penelitian Huron
musik heavy metal, hard rock atau trash dapat meningkatkan kadar testosteron
sehingga akan meningkatkan sikap agresif, konflik, dan konfrontasi (Novita,
2012).

Penelitian baru-baru ini juga menyatakan bahwa pemilihan musik yang akan
digunakan untuk terapi terlebih dahulu dipilih oleh peneliti. Selanjutnya, peneliti
akan menawarkan musik yang telah diseleksi kepada pasien agar mereka dapat
memilih sesuai dengan kesukaan. Tempo dan mode musik juga memengaruhi
kondisi emosional responden. Penelitian menyebutkan bahwa tempo musik yang
lebih cepat dapat meningkatkan pernapasan, tekanan darah, dan denyut jantung.
Fluktuasi tempo dan tinggi rendahnya nada memengaruhi stimulus gelombang alfa
di otak yang dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan. Oleh karena itu,
musik yang lambat (60-80 beat per menit dengan pitch dan volume terkontrol) lebih
direkomendasikan untuk digunakan dalam terapi karena musik lambat dengan
tempo stabil bersifat relaxing dan meditative (Nuzul, 2015).

40
Terapi musik yang diberikan bersamaan dengan napas dalam dapat
meningkatkan relaksasi. Kondisi relaks dapat meminimalkan aktivitas sistem saraf
simpatis yang ditandai dengan penurunan permintaan oksigen, memperlambat nadi
dan pernapasan, serta menurunkan tekanan darah. Relaksasi dapat mengeliminasi
stresor fisik maupun emosional sehingga pasien akan merasa nyaman
(Kweekeboom, 2010).

Dalam literatur review pada 10 jurnal ini yang membahas tentang pengaruh
terapi musik didapatkan hasil bahwa pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi tidak efektif dalam pemberian terapi musik. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Evangelia et.al tahun 2017 dengan pemberian terapi
musik pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi didapatkan bahwa lebih
efektif menangani pengaruh emosional dan kesehatan jiwa dibandingkan dengan
nyeri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang perbandingan antara pengaruh
terapi musik dan musik untuk pengobatan bahwa kedua intervensi tersebut
memiliki kemampuan yang sama untuk mengatasi nyeri pada pasien kanker.

B. Implikasi Keperawatan

Berdasarkan analisa jurnal terdapat implikasi keperawatan yang telah


dibandingkan dari sepuluh jurnal didapatkan bahwa tindakan non farmakologi
untuk mengatasi nyeri berupa tindakan musik dapat diaplikasikan perawat dalam
mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Teknik dalam terapi
musik seperti, pemberian terapi musik klasik, mozart, maupun Selimut
memberikan efek yang positif dalam mengatasi nyeri.Sehingga menimbulkan
kenyamanan dan relaksasi pada pasien.
Terapi musik pada pasien kanker dilakukan pada perawat yang harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan teknik-teknik
tindakan terapis dan harus sesuai dengan standar operasional prosedur sebagai
alternatif terapi dalam manajemen nyeri pada pasien kanker. Terapi musik bukan
hanya bermanfaat untuk menurunkan nyeri tetapi, membantu pasien dalam
menurunkan cemas yang dirasakan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari studi literatur review penerapan terapi musik dengan nyeri pada pasien
kanker dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi musik bermanfaat untuk mengurangi nyeri,
mengurangi cemas dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien kanker. Terapi musik
yang diberikan pada pasien kanker berkisar antara 15-30 menit dan dilanjutkan dengan
intervensi pada pasien dengan mendengarkan lagu, seperti musik mozart,klasik dan
pemilihan lagu berdasakan keinginan pasien, kemudian dikaji dengan menggunakan
skala NRS untuk mengevaluasi seberapa efektif terapi musik untuk mengatasi pasien
kanker dengan keluhan nyeri.
B. Saran
1. Bagi penelitian keperawatan

Peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil Karya Ilmiah Literature Review

ini sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian terkait terapi dalam

penatalaksanaan nyeri pada pasien kanker.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Bidang keperawatan maternitas dapat menjadikan hasil Karya Ilmiah Literature

Review ini sebagai landasan untuk pengembangan ilmu keperawatan yang aplikatif

terhadap penatalaksanaan intervensi kolaborasi dalam hal mengatasi nyeri pada

pasien kanker terhadap terapi musik.

42
DAFTAR PUSTAKA

Abu,ahmadi.(2007). Psikologi sosial. Jakarta:Rineka Cipta

Aditia,rahargian (2012). Manfaat Musik Instrumental.Dibuat 16 April 2012, Diakses 15


Maret 2019, http://aditiarahargian.com/?p=52

Agustina, Tri, (2009).Gambaran Sikap Pasien Diabetes Militus Di Poli Penyakit Dalam
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi,
Surakarta: karya Tulis Ilmiah

Amsila,N (2011). Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Pop Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Spasial Ditinnjau Dari Dimensi Kepribadian Ekstrovert Dan
Introver.Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi
2010) hal 173, Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifudin (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Campbell,D (2001) Efek Mozart,Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam


Pikiran, Meningkatkan Kreativitas, Dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama.

Depkes R, (2001). Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,


Depatemen Kesehatan RI.

Djohan (2006) Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:Galang Press.

Endarto, Andreas.(2014). Perbedaan Intensitas Nyeri Pada Pasien Kanker Sebelum Dan
Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik Di Rumah Sakit Telogorejo Semarang
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/42

43
Faradisi,Firman 2012, Efektivitas Terapi Murotal Dan Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi Di Pekalongan. Vol V no.2. diakses
16 Maret 2019, .

Farida,A (2010). Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Nyeri Post Operasi Pada
Anak Usia Sekolah Di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Greer, Sarah (2007) The Effect of Music on Pain Perception.http/www.hubel.sfasu.Diakses


20 November 2013.

Hus, A, (2007). The relationship between music therapy and post operative pain
management. Music is an analgesic: health and psychology home page
(http://healthpsych.psy.vanderbilt.edu/web2007/musicpain.htm, diperoleh pada
tanggal 26 Maret 2019

Husna , ulya (2008) Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap Perbedaan Nyeri
Persalinan Fase Aktif Kala Ipada Primigravida Diwilayah Kerja Puskesmas Dangung
Tahun 2010. Skripsi Universitas Andalas Padang.

Husniati. (2008). Sintesis senyawa analog UK-3A : 3-hidroksi –N-oktil Pikolinamida,.388.

Ishak, (2010). Jenis-Jenis Obat Analgesik Pereda Nyeri. http://ishak.unpad.ac.id/?p=886

Kamien,R (2004). Music: an appreciation (4th ed). New York:Mcgraw-Hill.

Kate & Richard Mucci, 2002, The Healing Sound of Music Manfaat Musik untuk
Kesembuhan, kesehatan, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Li, Liu & Herr, (2007), Post Operatif Pain Intensity Assessment: A Comparison Of Four
Scale In Chinese adult. Diunduh tanggal 26 Maret 2019 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

Maharani,Anjar (2013). Durasi Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Anak. Skripsi, Universitas Jenderal Soedirman.

Mander, Rosemar ( 2003). Nyeri Persalinan, Jakarta:EGC

Maryunani, Anik. (2013). Perawatan Luka Modern (Modern Woundcare) Sebagai Bentuk
Tindakan Keperawatan Mandiri, In Media.

Merrit,S. (2003). Simfoni Otak, Bandung:Kaifa.


44
Morison, Moya J (2003). Manajemen luka,Florinda, et al. (eds), tyasmono, A F.
(Penerjemah), 2004, Jakarta:EGC

Musbikin,I (2009). Kehebatan Musik Untuk Mengasah Kecerdasan Anak,


Yogyakarta:Power Books (IHDINA)

Novita, Dian (2012). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open
Reduction And Internal Fixation (ORIF) Di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung.

Potter Patricia A dan Perry Anne G. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik, Yasmin Asih, dkk (penterjemah), 2005, Edisi 4, Vol. 1, Jakarta: EGC

Potter and Perry (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses dan
Praktek,Volume 2.Jakarta:EGC.

Prabowo, H & Regina ,H.S (2007) Tritmen meta musik untuk menurunkan stress,
http://repository.gunadarma.ac.id

Pratiwi, Ni Made, (2013) Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap Tingkat


Kecemasan Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Angsoka
III RSUP Sanglah Denpasar. Skripsi. Stikes Wika PPNI Bali.

Primadita,A 2011, Efektivitas Intervensi Terapi Musik Klasik Terhadap Stres, skripsi,
Universitas Diponegoro.

Purwanto,edi 2012, Efek Musik Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Di Ruang Bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Diakses 26 Maret 2019, <
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1039/1109>

Saragih, S. D. (2010). Efektifitas terapi musik terhadap intensitas nyeri pada pasien kanker
nyeri kronis di RSUP H. Adam Malik Medan. http://repository.usu.ac.id/.pdf.

Satiadarma Monty P ( 2004). Terapi alternatif. Jakarta: Yayasan Spiritia

Satiadarma,M (2002). Terapi Musik,.Cetakan Pertama, Jakarta:Milenia Populer.

Schou,K (2008). Music Therapy For Post Operative Cardiac Patients, A Randomized
Controlled Trial Evaluating Guided Relaxation With Music And Music Listening On

45
Anxiety, Pain, And Mood.Dissertation Thesis. Department Of Communication: Aalborg
University

46

Anda mungkin juga menyukai