BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pola Pembelajaran
a. Pengertian Pola Pembelajaran
Pola adalah bentuk atau model rancangan yang bisa dipakai untuk
membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu,
khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang
sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana
sesuatu itu dikatakan memamerkan pola.
Desain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kerangka
bentuk, rancangan. Menurut Hamdani (2011 : 172) desain berarti
membuat sketsa, pola, outline, atau rencana pendahuluan.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola
memiliki arti yang sama dengan desain yaitu suatu bentuk atau rancangan
yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang
dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Dalam arti
luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru)
dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan
suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta
didik, baik di kelas maupun diluar kelas, dihadiri guru secara fisik atau
tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan (Zaenal Arifin,
2009 : 10). Sedangkan pengertian pembelajaran menurut UU RI tahun
2003 Bab 1, pasal 1, ayat 20 adalah adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
10
11
Dalam kehidupan sendiri, nilai dan norma itu sangat bermanfaat sebagai
control social terhadap interaksi (perilaku) individu sehingga terciptanya
keteraturan sosial bermasyarakat. Sehingga terjadinya kehidupan yang dinamis,
stabil dan harmonis. Adapun peta konsep Nilai dan Norma yaitu sebagai berikut :
13
Nilai Norma
a. Nilai
(d) Pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang berperilaku sesuai dengan nilai yang
dianutnya.
a) Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang ada didalam kejiwaan manusia yang
terdiri dari nilai estetika, nilai normal, nilai religius, dan nilai kebenaran
ilmiah atau logika.
b) Nilai Material
Nilai material adalah nilai yang ada atau yang muncul karena materi
tersebut. Nilai material berfungsi sebagai ukuran untuk memberikan
nilai atau penghargaan terhadap semua benda yang ada di muka bumi
ini baik dilihat dari jumlahnya maupun dilihat dari kemanfaatannya dari
16
c) Nilai vital
Nilai vital adalah nilai yang ada karena kegunaannya. Nilai vital
berfungsi untuk menjadi dasar penilaian atau ukuran terhadap tinggi
rendahnya suatu barang yang dilihat dari fungsinya.
Menurut Kin Maryati (2007 : 26) beberapa ahli juga membagi nilai
sosial atas nilai immaterial dan nilai material, seperti pada bagan berikut
ini:
Ajaran/Ideologi
Membentuk:
Kegunaan
Menghasilkan
Material sesuatu yang dapat
Kenikmatan digunakan dan
dinikmati oleh
panca indera
Dari bagan diatas, kita ketahui bahwa nilai tidak hanya terkandung
dalam sesuatu yang berwujud benda material saja atau yang bersifat
konkret, tetapi juga terkandung dalam sesuatu yang tidak berwujud
(abstrak). Nilai immaterial atau nilai rohani menggunakan nurani dan juga
indera, akal, perasaan, kehendak, dan keyakinan. Nilai immaterial adalah
nilai yang sulit untuk berubah. Contohnya, ideologi, gagasan (ide),
pemikiran dan sistem politik, dan peraturan-peraturan.
Nilai material atau nilai jasmani adalah nilai yang berwujud, mudah
dilihat dan diraba, dan memiliki karakteristik mudah berubah. Contoh nilai
material antara lain karya seni, gedung, jembatan, rumah, alat-alat
elektronik, dan pakaian.
18
b. Norma
1) Pengertian dan Fungsi Norma
(b) Norma adalah standar perilaku yang mapan yang dipelihara oleh
masyarakat.
(a) Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang
berlaku;
(a) Norma agama adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran kaidah
suatu agama. Norma ini bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan
bagi para pemeluk atau penganutnya.
(c) Norma kesopanan, adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah
laku yang berlaku didalam masyarakat seperti cara berpakaian, cara
bersikap dalam pergaulan, dan berbicara. Norma ini bersifat relatif.
Maksudnya, penerapannya berbeda di berbagai tempat, lingkungan,
dan waktu.
(e) Norma hukum, adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan
larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara).
Sanksi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Sanksi ini
dilaksanakan oleh suatu lembaga yang memiliki kedaulatan, yaitu
negara.
22
Asal Usul Dari Tuhan Diri sendiri Kekuasaan luar yang memaksa
(a) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala nonsosial
(b) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala nonsosial;
d) Struktur sosial yang terdiri dari system nilai norma, system kedudukan
dan peran dari masing-masing masyarakat dari lapisan bawah hingga
lapisan atas.
c. Ciri-Ciri Sosiologi
1) Bersifat Empiris
2) Bersifat Teoritis
3) Bersifat Kumulatif
4) Bersifat Non-etis
(http://agsasman3yk.wordpress.com/pembelajaran-sosiologi-di-smama/
diakses tanggal 02/06/2014 23:47):
4. Perubahan Sikap
a. Pengertian Sikap
Menurut Alex Sobur (2003 : 369) sikap memiliki tiga fungsi penting.
Pertama, sikap mempunyai fungsi organisasi. Keyakinan yang terkandung
dalam sikap kita memungkinkan kita untuk mengorganisasikan pengalaman
sosial kita---membebnkan padanya perintah tertentu dan memberinya
makna.
a) Fungsi Instrumental
Sikap yang kita pegang karena alasan praktis atau manfaat dikatakan
memiliki fungsi instrumental. Sikap ini semata-mata mengekspresikan
keadaanspesifik keinginan umum kita untuk mendapatkan manfaat atau
hadiah dan menghindari hukuman.
b) Fungsi Pengetahuan
c) Fungsi Nilai-Ekspresif
Sikap yang melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagi harga
diri kita dikatakan memiliki fungsi pertahanan ego. Konsep pertahanan
ego berasal dari teori psikoanalisis Freud salah satu mekanisme
pertahanan ego yang dijelaskan oleh Freud adalah proyeksi: individu
merepresi implus yang tidak dapat diterima kemudian mengekspresikan
sikap bermusuhan kepada orang lain yang dirasakan memiliki implus
yang sama.
31
1) Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu
sendiri. Faktor ini berupaya selecivity atau daya pilih seseorang untuk
menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
4) Hasil peniruan terhadap sikap pihak lain secara sadar atau tidak sadar).
Efektivitas pengendalian sangat bergantung pada kesiapan seseorang
dan penyerasiannya dengan keadaan mental yang bersangkutan.
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa sikap tidak dibawa sejak
dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang
bersangkutan. Untuk dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya sikap akan
dapat jelas diikuti pada bagian sikap berikut ini:
34
Faktor Internal:
- Fisiologis
P ik l i
Faktor Eksternal:
- Pengalaman reaksi
- Situasi
- Norma-norma
- Hambatan
P d
Dari bagan tersebut dapat dikemukakan bahwa sikap yang ada pada
diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan
psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang
dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-
hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya
ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada siri seseorang.
Perubahan sikap pada individu, ada yang terjadi dengan mudah, ada
yang sukar. Hal ini bergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima
atau menolak rangsangan yang datang kepadanya. Selain itu, perubahan
sikap tidak hanya menyebabkan perubahan yang terjadi pada diri seseorang,
tetapi juga menyebabkan terjadinya perubahan pada masyarakat dan
kebudayaan. Terjadinya perubahan sikap individu ini seiring dengan
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut
35
Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah bahwa setiap orang akan
berusaha memelihara harmoni internasional, yaitu keserasian atau
keseimbangan (kenyamanan) dalam dirinya apabila keserasiannya
terganggu, maka ia akan menyesuaikan sikap dan perilakunya demi
kelestarian harmonisnya itu.
36
Menurut pendekatan teori ini, bahwa sikap seseorang itu akan berubah
atau tidak, sangat tergantung pada hubungan fungsional (kemanfaatan)
objek itu bagi dirinya atau pemenuhan kebutuhan dirinya.
memberi tuntunan kepada manusia mana yang harus dilakukan dan mana
yang tidak. Dengan kata lain nilai dan norma merupakan standar, patokan,
atau pedoman bagi manusia untuk bertindak atau berprilaku dalam suatu
interaksi sosial (Siti Ngadiati,2004 : 46).
Semua yang kita lakukan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain
baik disadari ataupun tidak selalu didasarkan pada nilai dan norma. Dalam
berinteraksi dengan ayah dan ibu misalnya kita menghormatinya, berkata
sopan, menuruti perintah dan nasihat-nasihatnya, membantunya, berkata serta
bersikap yang jujur kepadanya, dan sebagainya. Apa yang kita lakukan
terhadap orang tua kita itu didasari oleh nilai dan norma yang pada umumnya
berlaku di masyarakat kita. Jika kamu bertindak yang sebaliknya maka kamu
akan menerima celaan atau teguran dari orang tua dan masyarakat, hal itu
merupakan pertanda bahwa ada nilai dan norma yang terlanggar.
1) Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti bahwa seseorang yang belajar
akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekarang kurangnya ia
merasakan telah terjadinya adalah suatu perubahan dalam dirinya.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Ini berarti tingkah laku itu
terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
C. Kerangka Pikir
Salah satu tujuan dari adanya pendidikan adalah merubah sikap manusia
yang tidak baik menjadi sikap yang lebih baik lagi. Dalam hubungannya dengan
alam, manusia hendaknya mengikuti aturan yang sudah ada Ini berarti bahwa
pendidikan mampu membentuk suatu kepribadian yang dihasilkan dari proses
pembelajaran yang baik kepada manusia dari kecil hingga dewasa. Dalam
pembelajaran terjadi proses internalisasi yang dapat menumbuhkan suatu
pandangan, wawasan, pengetahuan dan pemahaman kepada manusia dalam
berpikir, bertindak dan memutuskan suatu masalah sesuai dengan kerangka
pengetahuan yang didapatkannya (Ahmad Fauzi, 2012 : 12).
John Dewey yng dikutip oleh Hamdani (2013 : 173) menyatakan bahwa
pendidikan memerlukan linking science antara teori belajar dan praksis
pendidikan. Desain pembelajaran dianggap sebagai penghubung antara keduanya
karena desain pembelajaran adalah pengetahuan yang merumuskan tindakan
pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran.
dalam posisi yang baik tanpa bertentangan dengan norma-norma yang ada
sehingga siswa mampu menjadi sosok yang berbudi pekerti dan mampu bersikap
sesuai Nilai dan Norma dengan baik dengan lingkunganya sebagai cerminan
bahwa positif siswa sebagai penerus bangsa.
Jadi dengan adanya pola pembelajaran nilai dan norma dalam mata
pelajaran sosiologi diharapkan siswa dapat mengamalkannya sehingga siswa
dapat mengubah sikap negatif menjadi sikap positif.
Perubahan Sikap
Indikator:
• Siswa dapat mengidentifikasi nilai dan
norma yang ada di masyarakat
• Siswa mampu memiliki sikap sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat
• Siswa dapat merubah sikap menjadi lebih
positif
Bagan. 2.4 Hubungan pola pembelajaran nilai dan norma dalam mata pelajaran
sosiologi terhadap perubahan sikap siswa
43
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua
arah yaitu Hipotesis alternative dan hipotesis nol. Hipotesis benar jika Hipotesis
alternative (Ha) terbukti kebenarannya.
2. Hipotesis Nihil (Ho) : Tidak adanya hubungan antara Pola Pembelajaran Nilai
dan Norma dalam Mata Pelajaran Sosiologi Terhadap Perubahan Sikap Siswa
Di MA Madinatunnajah Kota Cirebon.