Makalah - Blok Kelainan Jaringan Keras Dan Jaringan Pulpa I - Topik 3 - Kelompok 1 - Kelas e
Makalah - Blok Kelainan Jaringan Keras Dan Jaringan Pulpa I - Topik 3 - Kelompok 1 - Kelas e
Fasilitator:
Dr. Rina Permatasari, drg, SpKG
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nurul Irba Somadinata (201911121) Putri Novthalia (201911126)
KELAS E
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan akan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Anamnesis dan
Pemeriksaan Klinis Untuk Menegakkan Diagnosis” dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
pada mata pelajaran blok Kelainan Jaringan Keras Gigi dan Jaringan Pulpa I. Dalam
penyusunan makalah ini, pastinya kami mengalami hambatan selama penyusunan
berjalan. Namun, dengan ketekunan serta pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kami selaku penulis dan
umumnya bagi pihak yang membaca. Mohon maaf dan harap dimaklumi atas segala
kekurangan dalam makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1. 3 Tujuan Pembelajaran ............................................................. 2
1. 4 Manfaat Pembelajaran ........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Anamnesis Untuk Menegakkan Diagnosis ............................... 3
2.2 Macam-Macam Pemeriksaan Klinis......................................... 6
2.2.1 Pemeriksaan Subjektif..................................................... 6
2.2.2 Pemeriksaan Objektif ...................................................... 9
2.3 Cara Pemeriksaan Status Oklusi ............................................... 16
2.3.1 Hubungan Gigi Posterior Sulung .................................... 16
2.3.2 Hubungan Gigi Anterior ................................................. 18
2.3.3 Hubungan Gigi Molar Satu Permanen ............................ 21
2.3.4 Cara dan Kegunaan Pemeriksaan Radiografis ................ 21
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
aspek penting dalam interaksi antara dokter dengan pasiennya, karena dapat
memberikan kepuasan tersendiri bagi pasien.2
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pasien yang berisi nama, umur, jenis kelamin, dan nama, umur
kependudukan, pekerjaan, agama, suku bangsa yang dimiliki orang tua.
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis dan
terarah dengan dengan berpedoman pada lima pokok pikiran (The
Fundamental Five) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven).
Lima pokok pikiran yang dimaksud adalah melakukan anamnesis dengan cara
mencari data:3,6
1. Riwayat Penyakit Saat Ini (RPS)
Pentingnya riwayat penyakit saat ini diperlukan karena acapkali
yang disampaikan pasien dalam keluhan utamanya tidak
menggambarkan kapan pertama kali dirasakannya keluhan tersebut,
tetapi lebih berhubungan dengan munculnya kondisi yang dirasakan
mengganggu. Misalnya, pada keluhan demam, pasien mengeluh ketika
demam sudah dirasakan mengganggu aktivitasnya. Oleh karena itu,
untuk keluhan demam seorang dokter harus menggali informasi kapan
saat pertama pasien merasa suhu tubuhnya meningkat, walaupun belum
dirasakan cukup mengganggu.
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Ditanyakan apakah pasien pernah mengalami sakit yang serupa
sebelumnya. Bila pernah, bila dan kapan terjadinya dan sudah berapa kali
dan telah diberi obat apa saja. Juga ditanyakan apakah pernah mengalami
penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik,
seperti hipertensi, diabetes melitus, stroke, perawatan lama, rawat inap,
imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi dan melahirkan
(untuk perempuan).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari tahu ada tidaknya
penyakit keturunan atau faktor genetik dari pihak keluarga (diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, asma, kanker, dan
lainlain) atau riwayat penyakit yang menular dalam keluarga, seperti
tuberkulosis paru. Keluarga dalam hal ini adalah vertikal (ayah, ibu,
4
kakek dan nenek, serta saudara ayah dan saudara ibu) dan horizontal
(saudara kandung dan saudara sepupu).
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi berguna untuk mengetahui status
sosial pasien yang ada kaitannya dengan keluhan utama yang meliputi
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, kebiasaan yang sering
dilakukan seperti pola tidur, minum alkohol atau merokok, penggunaan
obat-obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan
kepercayaan. Beberapa hal yang bersifat pribadi dan tabu, namun perlu
diketahui, harus ditanyakan dengan cara yang “bijak” dan tidak secara
langsung ke permasalahannya, seperti menanyakan tentang aktivitas
seksual. Kalau perlu, ditanyakan tanpa ada pihak ketiga yang
mendengarkan (termasuk keluarga dan perawat).
5. Faktor Risiko dan Faktor Prognostik
Faktor risiko adalah faktor-faktor yang meningkatkan
kemungkinan terjadinya suatu penyakit, misalnya adanya riwayat alergi
terhadap makanan tertentu, adanya mengonsumsi obat-obat atau jamu
tertentu dalam jangka panjang. Tinggal di daerah endemik penyakit
menular juga sebagai faktor risiko. Sedangkan faktor prognostik adalah
faktor-faktor yang memengaruhi perjalanan suatu penyakit atau hasil
pengobatan penyakit.
Faktor risiko dan faktor prognostik dapat berasal dari pasien,
keluarganya maupun lingkungan. Faktor risiko pada pasien anak
ditentukan dengan melakukan anamnesis riwayat pribadi seperti riwayat
perinatal, riwayat nutrisi, riwayat pertumbuhan dan perkembangan serta
riwayat penyakit yang pernah diderita. Riwayat imunisasi juga perlu
dieksplorasi, untuk menduga imunitas pasien. Riwayat penyakit keluarga
juga diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit yang
diturunkan atau ditularkan. Oleh karena itu dokter harus bisa menangkap
dengan baik dan jelas informasi yang diberikan pasien.
5
2.2 Macam-Macam Pemeriksaan Klinis
Dalam tahap pemeriksaan klinis, kita akan mengumpulkan melaui
pemeriksaan subjektif maupun pemeriksaan objektif. Pemeriksaan subjektif
berupa data umum pasien (identitas pasien), keluhan pasien (anamnese),
riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi. Sedangkan pemeriksaan
objektif berupa data pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral yang
meliputi pemeriksaan jaringan keras gigi dan pemeriksaan mukosa mulut. 7
2.2.1 Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subyektif adalah pemeriksaan berdasarkan atas
keluhan penderita. Pemeriksaan subjektif berupa data umum pasien
(identitas pasien), keluhan pasien (anamnesis), riwayat kesehatan umum,
riwayat kesehatan.7
1. Identitas Pasien
Data tentang identitas pasien yang harus kita kumpulkan
adalah nama, tempat/tanggal lahir, nomor kartu identitas (KTP,
SIM), jenis kelamin, suku/ras, pekerjaan, alamat rumah, nomor
telepon, serta keluarga yang dapat dihubungi seperti yang tertera pada
hal dibawah ini:7.
- Nama: mengenal pasien dan lebih akrab dengan pasien, serta agar
kartu status tidak mudah tertukar
- Umur: menentukan rencana perawatan
- No identitas: mengetahu legalitas pasien
- Jenis kelamin: menetukan jenis perawatan
- Pekerjaan: mengetahui kondisi status sosial pasien
- Alamat: mengetahui kondisi status sosial pasien
- Telepon: Untuk memudahkan dalam menghubungi dan
komunikasi dengan pasien
6
(Gambar 1. Identitas Pasien)7
7
ini juga kita juga memeriksa tekanan darah, denyut nadi,suhu tubuh
dan pernafasan pasien.
8
(Gambar 3. Pengetahuan, Pengalaman dan Perilaku Pasien)7
9
dilakukan untuk meyakinkan diagnosis tentatif. Pemeriksaan objektif
terdiri dari:8
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan ekstra oral merupakan pemeriksaan dari bagian
tubuh penderita di luar mulut, yaitu pada bagian wajah, kepala, dan
leher. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengindikasikan keadaan
menyeluruh pasien seperti asimetri wajah, ada atau tidaknya
demam, pembengkakan, warna kemerahan, diskolorasi, ataupun
luka ekstra oral. Secara menyeluruh, pemeriksaan ekstra oral
meliputi:8
a. Pemeriksaan visual dan palpasi terhadap penampilan umum
b. Perubahan tonus otot
c. Asimetri fasial
d. Pembengkakan
e. Perubahan warna
f. Kemerahan
g. Jaringan parut ekstra oral
h. Kepekaan jaringan limfe servikal
10
d. Dalam keadaan normal, akan teraba lunak dan sakit. Jika teraba
keras dan tidak sakit, maka menandakan adanya keradangan
kronis. Lain halnya jika diraba timbul rasa sakit dan keras,
maka ada keradangan kronis eksaserbasi akut
e. Lakukan perabaan pada daerah pembengkakan dengan
menggunakan punggung tangan, untuk mengetahui suhu pada
daerah pembengkakan tersebut
11
Untuk mengukur pengalaman karies digunakan Indeks
Pengalaman Karies yaitu suatu indeks yang digunakan untuk
mengukur tingkat kejadian karies/angka kejadian
karies/keparahan karies gigi pada seseorang.
d. Pemeriksaan Mukosa Mulut
Pemeriksaan mukosa mulut meliputi pemeriksaan lidah,
pipi, bibir, palatum dan gusi. Tujuan pemeriksaan ini adalah
untuk melihat apakah ada perubahan warna, inflamasi, ulserasi
pada lidah, pipi, bibir, palatum maupun gingiva.
12
gigi terasa sakit. Suatu respon sensitif yang berbeda dari gigi
disebelahnya, biasanya menunjukkan adanya periodontitis.
c. Tekanan
Prosedur pemeriksaan dengan tekanan dilakukan dengan
cara menyiapkan alat (tangkai instrumen) yang dibungkus
isolator karet, kain kasa, atau kapas. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui adanya keretakan pada gigi. Tahapan melakukan
uji ini adalah dengan cara sebagai berikut:8
- Pegang tangkai instrumen
- Tekankan instrumen pada gigi yang memiliki keluhan
- Pasien juga dapat diminta untuk menggigit tangkai
instrumen yang sudah dibungkus sehingga gigi beroklusi
atas dan bawah
- Bila pasien memberikan suatu reaksi, maka sudah terjadi
periodontitis
d. Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
cara meraba. Pemeriksaan ini dilakukan antara lain untuk
mengetahui suhu daerah yang sakit, mengetahui keras atau
lunaknya suatu pembengkakan, mengetahui lokasi
pembengkakan, mengetahui ada atau tidaknya fraktur.
Pemeriksaan dengan cara palpasi dilakukan sebagai berikut: 8
- Pada abses: jari telunjuk tangan kanan diletakan secara
perlahan pada daerah pembengkakan dengan melakukan
sedikit penekanan
- Pada kelenjar limfe: tundukkan kepala pasien, tumpukan
ibu jari pada pipi kemudian raba kelenjar limfe dari bawah
korpus mandibula dengan telunjuk, jari tengah, jari manis,
dan jari kelingking dengan gerakan memutar secara
perlahan tanpa tekanan
13
e. Tes Vitalitas
Tes vitalitas disebut juga dengan tes alat uji pulpa
elektronik. Untuk melakukan tes ini, digunakan alat yang
disebut dengan vitalitester. Tujuannya adalah untuk
merangsang respon pulpa dengan menggunakan arus listrik
yang makin meningkat pada gigi. Suatu respon positif
merupakan suatu indikasi vitalitas dan membantu dalam
menentukan normal atau tidak normalnya pulpa tersebut.
Tidak adanya respon terhadap stimulus listrik dapat
merupakan indikasi adanya nekrosis pulpa.
f. Tes Kavitas
Tes ini merupakan tes yang dilakukan untuk menentukan
vitalitas pulpa. Tes kavitas dilakukan dengan mengebor
melalui pertemuan email dan dentin gigi tanpa anestesi.
Pengeboran dilakukan dengan kecepatan rendah dan dilakukan
tanpa air pendingin. Sensitivitas yang dirasakan oleh pasien
atau penderita merupakan petunjuk vitalitas pulpa. Bila tidak
dirasakan sakit, preparasi kavitas dapat dilanjutkan sampai
kamar pulpa dicapai. Bila seluruh pulpa nekrotik, dapat
dilanjutkaan perawatan endodontik ranpa rasa sakit.
g. Tes Mobilitas
Tes mobilitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan cara menggerakkan gigi ke arah lateral. Tujuan dari
pemeriksaan ini adalah untuk menentukan apakah gigi terikat
kuat atau longgar pada alveolusnya. Semakin besar gerakan
yang terjadi, maka semakin tidak baik status periodontalnya.
Begitu juga dengan sebaliknya.
Kegoyangan pada gigi dapat ditentukan dengan cara berikut: 8
- Operator memakai masker dan sarung tangan secara
berurutan
- Retraksi pipi dengan kaca mulut
14
- Untuk kegoyangan arah lateral, jari telunjuk ditekankan
pada permukaan labial kearah palatal atau bukal
- Untuk kegoyangan arah vertikal, jari telunjuk ditekankan
pada permukaan insisal atau oklusal kearah apeks
h. Tes Anestesi
Tes anestesi merupakan tes yang digunakan untuk
menganestesi gigi tunggal secara berturut-turut hingga rasa
sakitnya hilang dan terbatas hanya pada gigi tertentu. Tes ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut:8
- Operator memakai masker dan sarung tangan secara
berurutan
- Alat yang disiapkan adalah kaca mulut, syiringe, dan
larutan anestesi
- Retraksi pipi dengan kaca mulut
- Lakukan anestesi pada salah satu gigi
- Bila sakit hilang, berarti gigi yang dianestesi merupakan
gigi yang sakit
i. Tes Radiografi
Tes ini merupakan tes yang dilakukan dengan
menggunakan X-ray. Alat ini memungkinkan pemeriksaan
visual struktur mulut yang tidak mungkin dapat dilihat secara
kasat mata. Tes ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: 8
- Operator menggunakan masker dan sarung tangan
- Siapkan alat yang akan dipakai
- Untuk mendeteksi lesi proksimal gigi posterior digunakan
radiograf sayap gigit horizontal, terutama jika gigi
tetangganya masih ada dan pandangan tidak
memungkinkan adanya pandangan langsung
15
- Memakai pemegang film dan alat pengarah sinar agar
mendapatkan angulasi optimal dari berkas sinar yaitu
tegak lurus terhadap titik kontak dan diperoleh
reprodusibilitas film untuk memantau lesi dikemudian
hari
16
akan tertutup oleh pergerakan ke depan molar pertama
permanen (gambar 1). Perubahan ini terjadi pada awal fase
gigi bercampur.
b. Late mesial shift dimana molar pertama permanen bawah
hanya bergerak ke mesial secara langsung setelah kehilangan
gigi molar kedua desidui bawah; karena lebar mesiodistal dari
molar kedua desidui rahang bawah lebih besar dibandingkan
dengan rahang atas, tanggalnya gigi molar kedua desidui
bawah tersebut menghasilkan pergerakan yang besar ke mesial
pada gigi molar pertama permanen bawah (gambar 1).
Perubahan ini terjadi pada akhir fase gigi bercampur.
2. Mesial Step
Mesial step adalah keadaan dimana permukaan distal dari
gigi molar kedua desidui rahang bawah berada lebih mesial
dibanding dengan permukaan distal gigi molar kedua desidui
rahang atas (gambar 2). Relasi molar pertama permanen pada
periode gigi bercampur saat mesial step adalah klas I Angle. Jika
pertumbuhan mandibula terus berlanjut, maka dapat terjadi relasi
17
molar klas III Angle dan jika pertumbuhan mandibula ke depan
minimal, maka akan terjadi relasi molar klas I Angle.
3. Distal Step
Distal step adalah keadaan dimana permukaan distal gigi molar
pertama permanen rahang bawah berada lebih distal daripada
molar kedua desidui rahang atas (gambar 2). Hubungan molar ini
tidak dapat terkoreksi lagi meskipun terbantu oleh Leeway space
dan pertumbuhan rahang, hubungan gigi molar pertama permanen
yang akan erupsi akan menghasilkan relasi klas II Angle.
18
Gigi anterior bertujuan untuk menjaga keseimbangan vertikal
dimensi oklusi untuk memandu mandibula selama gerakan lateral.
Kontak gigi anterior untuk memandu pergerakan mandibula disebut
dengan anterior guidance. Gigi anterior memiliki fungsi penting
lainnya yaitu proses mastikasi. Gigi anterior berfungsi memotong
makanan ke dalam rongga mulut. Pada saat makanan terpotong
kemudian didistribusikan ke gigi posterior untuk dihancurkan. Gigi
anterior juga memainkan peran penting saat berbicara, dukungan bibir
dan estetik. Anterior guidance berperan penting pada fungsi sistem
mastikasi. Hal ini di tentukan oleh posisi dan hubungan yang tepat dari
gigi anterior, yang dapat diperiksa secara horizontal dan vertikal.
Jarak horizontal dari masing-masing gigi anterior maksila saling
tumpang tindih terhadap gigi anterior mandibula yang dikenal sebagai
horizontal overlap (biasa disebut dengan overjet). Jarak antara sudut
insisal labial dari insisivus maksila dan permukaan labial dari gigi
mandibula pada ICP (Intercuspal Contact Position). Anterior
guidance juga dapat diperiksa pada vertical plane yang lebih dikenal
sebagai vertical overlap (biasa disebut overbite). Pada oklusi normal,
biasanya memiliki vertical overlap (overbite) rata-rata sebesar 3-5
mm. Klas I merupakan keadaan dimana tepi insisal bawah berada
dibawah dataran singulum insisal sentralis atas.13
Klas II divisi I merupakan suatu keadaan yang terjadi ketika
seseorang memiliki mandibula yang kurang berkembang (hubungan
molar klas II), gigi anterior mandibula pada banyak kasus hampir
berkontak dengan gingiva di permukaan palatal gigi anterior maksila,
hubungan ini disebut deep bite (overbite yang dalam). Pada hubungan
gigi anterior klas II gigi insisivus anterior sentralis dan lateral maksila
berada dalam inklinasi labial yang normal, maka kondisi ini disebut
divisi 1. Ketika insisivus maksila berinklinasi lebih ke lingual maka
hubungan gigi anterior tersebut merupakan klas II divisi 2. 13
19
Klas III merupakan suatu keadaan yang terjadi pada kondisi gigi
anterior mandibula berada di depan dan berkontak dengan tepi insisal
gigi anterior maksila (hubungan klas III molar) disebut juga end to end
(edge to edge). Hubungan anterior klas III merupakan suatu kondisi
yang terjadi pada kasus yang lebih parah pada gigi anterior mandibula
dimana berada jauh ke depan dan tidak ada kontak yang terjadi dengan
gigi anterior maksila pada ICP. Hubungan gigi anterior lainnya adalah
ketika salah satu memiliki vertical overlap negatif. Dengan kata lain,
ketika gigi posterior interkuspasi maksimum, gigi anterior maksila
tidak terjadi overlap atau tidak berkontak satu sama lain disebut
anterior open bite. Seseorang dengan anterior open bite biasanya tidak
ada gigi anterior yang berkontak selama pergerakan mandibula
(gamabr 3).13
20
2.3.3 Hubungan Gigi Molar Satu Permanen
Angle menyatakan bahwa terdapat tiga tipe oklusi normal gigi
manusia yaitu:12,13
a. Klas I Angle: tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen
rahang atas beroklusi pada groove bukal gigi molar pertama
permanen rahang bawah. Relasi Klas I Angle disebut
neutrocclusion
b. Klas II Angle: tonjol distobukal gigi molar pertama permanen
rahang atas beroklusi pada groove bukal gigi molar pertama
permanen rahang bawah. Relasi Klas II Angle disebut
distocclusion
c. Klas III Angle: tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen
rahang atas beroklusi pada interdental antara gigi molar pertama
dan molar kedua permanen mandibula. Relasi Klas III Angle
disebut mesiocclusion
(Gambar 4. Klasifikasi Angle: (A) Klas I; (B) Klas II; (C) Klas
III)12,14
21
radiografi yang paling sering dilakukan yaitu panoramik dan
sefalometri. Pengambilan foto radiografi panoramik dapat
menampilkan kondisi dari gigi, jaringan periodontal, dan tulang.
Pengambilan radiografi sefalometri lateral dilakukan untuk
mengetahui arah pertumbuhan wajah tersebut. Pemeriksaan ini yang
akan membantu untuk menilai tahapan suatu prosedur dental yang
akan dilakukan dalam melakukan perawatan ortodontik.11
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari makalah ini yaitu anamnesis
adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan dengan komunikasi
percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau
tidak langsung melalui orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien,
untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medis yang dialaminya.
Langkah-langkah anamnesis yang pertama periksa identitas pasien dengan
lengkap (informasi biografi), tanyakan keluhan utama, riwayat kesehatan saat
ini, riwayat penyakit terdahulu. Langkah selanjutnya kaji data pasien yang
berisi nama, umur, jenis kelamin, dan nama, umur kependudukan, pekerjaan,
agama, suku bangsa yang dimiliki orang tua.
Pada pemeriksaan klinis terdapat dua jenis pemeriksaan yaitu subjektif
dan objektif. Pemeriksaan subjektif berupa data umum pasien (identitas
pasien), keluhan pasien (anamnese), riwayat kesehatan umum, riwayat
kesehatan gigi. Sedangkan pemeriksaan objektif berupa data pemeriksaan
ekstra oral dan pemeriksaan intra oral yang meliputi pemeriksaan jaringan
keras gigi dan pemeriksaan mukosa mulut.
Cara pemeriksaan status oklusi dapat tergantung pada beberapa
hubungan gigi. Hal ini menunjukkan adanya 4 cara hubungan pada
pemeriksaan status oklusi yaitu hubungan gigi posterior sulung, hubungan
gigi anterior, hubungan gigi molar satu permanen.
Ada pula cara dan kegunaan pemeriksaan radiografi Dalam diagnosis
ortodonti pemeriksaan radiografi yang paling sering dilakukan yaitu
panoramik dan sefalometri. Pengambilan foto radiografi panoramik dapat
menampilkan kondisi dari gigi, jaringan periodontal, dan tulang.
Pengambilan radiografi sefalometri lateral dilakukan untuk mengetahui arah
pertumbuhan wajah tersebut.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Syawitri A, Defit S, Nurcahyo GW. Diagnosis Penyakit Gigi dan Mulut dengan
Metode Forward Chaining. 2018: 16(1); 24-26
2. Faradila VR. Laporan Pendahuluan Anamnesa. Yogyakarta: Universitas
Kedokteran Muhammadiyah Yogyakarta. 2019: 1-2
3. Zein U. Buku Saku Anamnesis. Medan: UNPRI. 2012: 1-15
4. Sutarman. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tanaman. Siduarjo: UMSIDA. 2017: 17
5. Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Color Atlas of Dental Medicine. New York: The
Medical Publisher. 1993: 1-5
6. Munthe APRF. Pengkajian Dalam Proses Keprawatan Anamnesa dan
Pemeriksaan Fisik. 2018: 11(1); 1-4
7. Kristiani A, at all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Tasikmalaya;
2010: 11-22
8. Abidin T. Diagnosa Dalam Perawatan Endodonti. Departemen Konservasi
Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 2008
9. Junaidi, Razi P. Konsep Dasar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018
10. Handayatun NN, et all. Kebutuhan dan Permintaan Perawatan Orthodonsi.
2011: 4(1); 44-45
11. Okeson JP. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion 6th
Edition. Missouri: Elesevier Mosby. 2008; 75-78
12. Green-Thompson NF. Measuring and predicting leeway space in the mixed
dentition on panoramic xrays using computer imaging analysis. Thesis.
Johannesburg; University of Witwatersrand, 2007: 1-11
13. Okeson JP. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion 6th
Edition. Missouri: Elesevier Mosby. 2008; 75-78
14. Green-Thompson NF. Measuring and predicting leeway space in the mixed
dentition on panoramic xrays using computer imaging analysis. Thesis.
Johannesburg; University of Witwatersrand, 2007: 1-11
24