Revisi LP Dan Askep Pada Mola Hida
Revisi LP Dan Askep Pada Mola Hida
Oleh:
Sarai Listyowaty Lesse
202006036
Laporan keperawatan keluarga ini berupa laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan anak
dibuat untuk memenuhi tugas praktik Profesi Ners di ruang vk RSUD Pare Kabupaten Kediri
pada tanggal 29 Maret 2021 oleh Mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri:
Mengetahui,
Mahasiswa, Pembimbing.
NIM : 202006036
Judul Askep :
2 Asuhan Keperawatan
Widyasih
3 Responsi Sunaringtyas,S.Kep.,Ns.M.Kep
Widyasih
Sunaringtyas,S.Kep.,Ns.M.Kep
1.1. Konsep Penyakit Mola Hidatidosa
1.1.1. Definisi
Mola hidatidosa adalah plasenta vili orialis yang berkembang tidak sempurna dengan
gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga menunjukkan berbagai
ukuran trofoblas trofoblas profileratif tidak normal. Mola hidatidosa terdiri dari mola
hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial, perbedaan antara keduanya adalah
berdasarkan morfologi, gambaran klinik patologi, dan sitogenik (Anwar, 2011).
Mola hidatidosa disebut juga hamil anggur dapt dibagi menjadi hidatidosa total dan
hidatidosa parsial. Hidatidosa total adalah pada seluruh kavum uteri terisi jaringan
vesikuler berukuran bervariasi tidak terdapat fotus dan adneksanya (plasenta, tali pusat,
ketuban). Mola hidatidosa persial hanya sebagian korion bertranformasi menjadi vesikel
dapat terdapat atau tidak fetus (Wan desen, 2011).
Mola hidatidosa atau yang disebut juga dengan hamil anggur adalah suatu bentuk tumor
jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi
ari-ari janin) atau merupakan suatu hasil pembuahan yang gagal. Jadi dalam proses
kehamilannya mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil
pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung
gelembung semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GM titrasi) atau dapat dilihat
dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG
kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa janin dan tampak
gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis disebut “snow storm” (Sukarni, 2014).
1.1.2. Etioloogi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun factor penyebabnya
adalah:
1. Factor ovum: ovum memnag sudah patologik sehingga mati, tetappi terlambat
dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau
dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akakn terjadi kelainan atau gangguan
dalam pembuahan.
2. Imunoselektid dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada
stroma villi menjadi jarang dan sttroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia sel-sel trofoblast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi
meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi pertumbuhan dan perkembangan
janin, dengan keadaan social ekonomi yang rendah maka untuk memenuuhi gizi yang
diperlukan tubuuh kurang, sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan janinnya.
4. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung berisiko terjadi kehamilan mola hidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetic yang dapat
diidentifikasi dan penggunaan stimulant drulasi seperti klomifen atau menotropiris
(pergonal).
5. Kekurangan protein. Protein adalah zat umntuk membangun jarinagn bagian tubuh
sehubungan dengan dengan pertumbuhan janin, Rahim, dan buah dada ibu, keperluan
akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein
dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.
6. Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat mengenai
semua orang termasuk wanita hamil. Masuknya atau adanya mikroba dalam tubuh
manusia tidak selalu akan menimmmbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari
jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh (Mochtar, Rustam,
1998:238).
1.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi atau pengelompokan mola hidatidosa menurut Sastrawinata, 2007:
a. Mola hidatidosa komplet (MHK)
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat atau
membrane. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Vili korionik
berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung bergerombol pada
pedikulus kecil, dan memeberi tampilan seperti seikat anggur. Ukuran vesikel
bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter. Pada
kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk menambahkan hasil konsepsi.
Hal ini berarti bahwa mola yang sedang berkembang dapat bepenetrasi ke tempat
implantasi. Miometrium dapat terlibat, begitu pula dengan vena walaupun jarang
terjadi ruptur uterus dengan perdarahan massif merupakan salah satu akibat yang
dapat terjadi.
b. Mola hidatidosa parsial (MHP)
Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion dapat
ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9. Hiperplasia
trofoblas hanya terjadi pada lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar luas
dibandingkan dengan mola komplet. Kariotip umunya adalah triploid sebagai hasil
pembuahan satu ovum oleh dua sperma (dispermi).Bisa berupa 69 XXX, 69 XXY,
atau 69 XYY. Pada MHP, embrio biasanya mati sebelum trimester pertama. Pada
MHP, embrio biasanya mati sebelum trimester pertama. Walaupun pernah dilaporkan
adanya MHP dengan bayi aterm.
1.1.4. Manifestasi Klinis
Menurut Winknjosastro, 2007 gejala mola tidak berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu
mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat.
1. Pendarahan pervaginam/gelembung mola
2. Gejala toksemia pada trimester I-II
3. Hyperemesis gravidarum
4. Tiroktosikosis
5. Emboli paru
6. Nyeri/kram perut
7. Muka pucat/keuning-kuningan
8. Keluar jaringan mola
9. Keluar secret pervaginam
10. Muntah-muntah
11. Pembesaran uterus dan uterus lembek
12. Balotemen tidak teraba
13. Fundus uteri lebih tinggi dari kehamilan normal
14. Gerakan janin tidak terasa
15. Terdengar bunyi dan bising yang khas
16. Penurunan berat badan yang khas
1.1.5. Patofisiologi
Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista kista anggur,
biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-kadang
ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan
ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa.
Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih
dari 1 cm. Mola parliasis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat:
Proliferasi dan trofoblas b. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban c.
Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel langhans tampak seperti
sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsial giantik. Pada kasus mola banyak kita
jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih ( 25-60%). Kista
lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa
sembuh (Mochtar, 2010). Sel telur seharusnya berkembang menjadi janini justru terhenti
perkembangannya karena tidak ada buah kehamilan atau degenerasi sistem aliran darah
terhadap kehamilan pada usia 3-4 minggu. Pada fase ini sel seharusnya mengalami nidasi
tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasi
hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak
terjadi. Selain itu sel trofoblas juga mengeluarkan hormon HCG yang akan mengeluarkan
rasa mual dan muntah. Pada mola hidatidosa juga terjadi perdarahan pervaginam, ini
dikarenakan poliferasi trofoblas yang berlebihan, pengeluaran darah ini kadang disertai
juga dengan gelembuung vilus yang dapat memastikan dignosis mola hidatidosa
(Purwaningsih,2010)
1.1.6. WOC
Mochtar, R. 2010. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta:
EGC
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jakarta: EGC
Perry & Potter (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika
Purwaningsih, W. 2010. Asuhan Keprawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Sukarni, I. 2014. Patologi kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus resiko tinggi
Yogyakarta: Nuha Medika
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
KASUS
Ny.M masuk RSUD Pare Kabupaten Kediri pada tanggal 28 Maret 2021 pukul 08.40 WIB
melalui IGD RSUD Pare Kabupaten Kediri dengan keluhan usia kehamilan sudah 10 minggu
mual, muntah, tidak ada nafsu makan, keluar darah pada vagina sejak 6 hari yang lalu kurang
lebnih 40 cc keluar darah dari kemaluan sedikit-sedikit tapi terus menerus, nyeri pada perut
bagian bawah skala nyeri 5, Ny. M terlihat lemah/lemas, namun suara detak jantung janin tidak
ada. Dari pemeriksaan fisik terdapat TD: 120/80 mmHg, N:73 x/menit, S: 36.6˚C, RR: 22
x/menit. Dari hasil pemeriksaan laboratoriium terdapat Hb: 8,3 g/dl, leukosit 12.540/m,
trombosit 427.000/mm3, hematocrit 28%, USG: tidak terddapat janin dan air ketuban, HCG:
1,16 ml.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)