Anda di halaman 1dari 5

KETERAMPILAN DASAR KLINIK KEBIDANAN

DOSEN : ELLY SUSILAWATI, SST, M.Keb

DISUSUN OLEH
RANTI MAY SUNDARI

P031915401027

PRODI D3 KEBIDANAN TINGKAT 1A

POLTEKKES KEMENKES RIAU

TAHUN AJAR 2019/2020


TEKNIK RJP PADA ORANG DEWASA
Pengertian Resusitasi
• Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi
dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian
biologis.
• Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation
(CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
• Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi
masih hidup.
• RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti
nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain.
• Jika penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalm keadaan
mantap agar jalan nafas tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.
• Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya dimaksudkan
usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung
berlanjut menjadi kematian biologis.
Resusitasi jantung paru terdiri atas 2 komponen utama yakni :
1. bantuan hidup dasar / BHD
• Usaha Bantuan Hidup Dasar bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen
ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan
2. Bantuan hidup lanjut / BHL.
• Bantuan hidup lanjut dengan pemberian obat-obatan untuk memperpanjang hidup

INDIKASI MELAKUKAN RJP


1. Henti Napas (Apneu)
- Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan baik
di sentral maupun perifer.
- Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan suatu keadaan yang
disebut hipoksia.
- Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal.
- Bila perlangsungannya lama akan memberikan kelelahan pada otot-otot
pernapasan.
- Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa
pembakaran berupa gas CO2, kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan
pusat napas, keadaan inilah yang dikenal sebagai henti nafas.
2. Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh.
Dengan berhentinya napas, maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh
sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).

SUMBATAN JALAN NAFAS


JENIS SUMBATAN:
1. Sumbatan parsial
- Ringan
- Berat
2. Sumbatan Total

Penyebab obstruksi/sumbatan jalan napas


• Menghirup atau menelan benda asing
• Benda kecil bersarang di hidung atau mulut
• Reaksi alergi yang menyebabkan pembengkakan saluran napas
• Trauma jalan napas karena kecelakaan, menyebabkan darah mengisi jalan napas
• Gangguan pita suara
• Menghirup asap dalam jumlah besar
• Infeksi virus
• Infeksi bakteri
• Penyakit pernapasan yang menyebabkan peradangan saluran napas bagian atas
(croup)
• Pembengkakan lidah atau epiglotis
• Abses (kantung nanah) di tenggorokan atau pembesaran amandel, pembesaran
kelenjar tiroid
• Rusaknya dinding trakea (tracheomalacia)
• Asma
• Bronkitis kronis
• Empisema, penyempitan pada kantung-kantung udara kecil pada paru (alveolus)
• Cystic fibrosis, jaringan parut pada paru paling banyak disebabkan oleh infeksi TBC
• Penyakit paru obstruktif kronik
• Tumor

LANGKAH LANGKAH RJP


1. Perhatikan kondisi sekitar (Danger)
Perhatikan:
a. Aman penolong
b. Aman lingkungan
c. Aman penyintas
2. Cek respon (Response)
Terdiri dari beberapa respon, yaitu:
a. Alert, yaitu apabila penyintas masih membuka mata dan keadaan sadar
b. Verbal, yaitu apabila penyintas baru teridentifikasi sadar atau membuka mata saat
dipanggil oleh penolong
c. Pain, yaitu bilamana penyintas baru teridentifikasi sadar atau berekspresi ketika
diberi rangsangan nyeri oleh penolong
d. Unresponse, yaitu bilamana penyintas tidak berespon terhadap rangsangan apapun
yang diberikan penolong
3. Shout call ems (Emergency Medical Services)
Segera hubungi EMS terdekat atau PSC 119 atau meminta tolong orang lain untuk
menghubungi EMS terdekat untuk mendapatkan bantuan dari operator.
4. Cek nadi dan jalan napas penyintas
Cek nadi penyintas dengan meletakkan 2 jari tangan di bagian sisi kiri/kanan leher
penyintas, amati selama 10 detik dan rasakan apakah ada nadi atau tidak. Bersamaan
dengan mengecek nadi, cek pernapasan dengan teknik “look listen and feel”, amati
pengembangan dada lalu amati nafas dan rasakan hembusan napas. Bilamana
penyintas tidak ada nadi, maka selanjutnya adalah teknik compression. Letakkan
tangan penolong pada dada penyintas membentuk sudut 90⁰ dengan kecepatan 100-
120/menit lakukan hanya compression dada saja. Kedalaman compression dada
sekitar 5-6 cm atau 1/3 tubuh penyintas.

ALAT, FUNGSI, DAN CARA PENGGUNAAN ALAT PERTOLONGAN RPJ


1. BVM / bag valve mask, adalah suatu alat kegawat daruratan yang digunakan untuk
mengatasi kondisi henti napas, hpoventilasi, atau jika ventilasinya tidak memadai
sampai pasien bisa bernapas spontan atau sampai ada ventilasi peunjang yang lebih
definitif seperti ventilator.
BVM digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil memompa
udara, sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker. Pada tangan
yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang masker dan membentuk
huruf C, sedangkan jari jari lainnya memegang rahang bawah penderita sekaligus
membuka jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E. Konsentrasi oksigen
yang dihasilkan dari BVM sekitar 20%. Dapat ditingkatkan menjadi 100% dengan
tambahan oksigen. Untuk kondisi yang mana penderita mengalami henta nafas dan
henti jantung-paru-otak.

2. AED (automated external defibrillator), adalah sebuah alat medis yang dapat
menganalisis irama jantung secara otomatis dan memberikan kejutan listrik untuk
mengembalikan irama jantung jika dibutuhkan. Alat ini berfungsi untuk
menolong orang yang mengalami henti jantung.
Berikut ini adalah panduan cara menggunakan AED yang benar:

1. Jika Anda melihat ada orang yang tiba-tiba pingsan atau tidak sadar, segera panggil
bantuan medis atau ambulans. Setelah itu, minta seseorang untuk mencari alat AED
terdekat.
2. Periksa apakah penderita benar-benar tidak sadar. Jika penderita sudah dewasa, coba
guncangkan tubuhnya atau panggil dengan suara keras. Namun jika penderita adalah
anak kecil, jangan guncangkan tubuhnya, melainkan cukup dicubit saja. Jika penderita
sadar atau dapat merespons, jangan gunakan AED.
3. Jika penderita tidak sadar, periksa pernapasan dan denyut nadinya. Apabila penderita
tak bernapas dan denyut nadinya tidak teraba, atau teraba namun tidak teratur,
lakukanlah CPR (cardiopulmonary resuscitation). Kompresi dada dan pemberian
napas buatan melalui CPR dapat memberikan oksigen sementara pada penderita
sambil menunggu AED.
4. Ketika AED tiba, pastikan tubuh penderita dan kondisi di sekitarnya sudah benar-
benar kering. Lepaskan pakaian dan benda lain yang menempel pada tubuh penderita,
seperti koyo atau kalung.
5. Setelah itu, nyalakan alat AED. Alat AED akan memberikan panduan dalam bentuk
suara mengenai langkah demi langkah yang harus Anda lakukan.
6. Terdapat dua lempeng elektroda AED yang harus ditempelkan ke dada penderita
sesuai posisi yang tampak pada gambar di AED. Jika kabel lempeng elektroda ini
belum tersambung langsung ke AED, segera sambungkan.
7. Setelah elektroda terpasang, hentikan CPR dan tekan tombol ”analisis". Pastikan tidak
ada yang menyentuh tubuh penderita selama AED menganalisis denyut jantungnya.
Hal ini untuk mencegah kesalahan analisis AED.
8. Setelah analisis selesai, AED akan menginformasikan kepada penolong apakah
penderita perlu diberi kejutan listrik atau tidak. Jika alat AED menyebutkan bahwa
penderita perlu diberi kejut listrik, pastikan bahwa sudah tidak ada penolong yang
menyentuh tubuh penderita sama sekali, lalu tekan tombol "shock" di AED untuk
memberikan kejutan listrik.
9. Setelah memberikan kejut listrik, alat AED akan memberikan arahan kepada
penolong untuk memeriksa pernapasan dan denyut nadi penderita. Jika belum
kembali, AED akan meminta penolong untuk melanjutkan CPR. Setelah dua menit,
AED akan kembali menganalisis denyut jantung penderita dan menentukan apakah
dibutuhkan kejutan listrik lagi.
10. Jika kejutan listrik tidak diperlukan tapi penderita belum menunjukkan tanda-tanda
kesadaran, terus lakukan CPR sesuai arahan alat AED hingga bantuan medis tiba.

Anda mungkin juga menyukai