Dasar
Dasar
Pertolongan Pertama
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan
penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
Klasifikasi Penolong:
Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
Penolong pertama
Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
Tenaga Khusus/Terlatih
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan
Tansportasi
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
Dasar Hukum
Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama,
namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang
berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :
==============================================================================
Pasal 531 K U H Pidana
“Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau
mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya
dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum
kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-. Jika orang yang
perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304 s, 478, 525, 566”
==============================================================================
Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu
atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam
pertolongan pertama :
Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
Persetujuan yang diberikan penderita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak
sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan
Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.
Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan peralatan
yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :
1. Mencuci Tangan
2. Membersihkan peralatan
Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :
Jujur dan bertanggungjawab.
Memiliki sikap profesional.
Kematangan emosi.
Kemampuan bersosialisasi.
Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan mengikuti
kursus penyegaran.
Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
Mempunyai rasa bangga.
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa peralatan dasar yang sebaiknya tersedia dan mampu
digunakan oleh penolong di antaranya :
Alat dan bahan memeriksa korban
Alat dan bahan perawatan luka
Alat dan bahan perawatan patah tulang
Alat untuk memindahkan penderita
Alat lain yang dianggap perlu sesuai dengan kemampuan
Organisasi PMI
SEJARAH :
Upaya pendirian organisasi Palang Merah Indonesia sudah dimulai semenjak Perang Dunia ke II
oleh Dr. RCL senduk dan Dr. Bahder Djohan, di mana sebelumnya telah ada organisasi Palang Merah
di Indonesia yang bernama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) yang didirikan oleh
Belanda. Tetapi upaya – upaya ini masih ditentang oleh pemerintah kolonial Belanda dan Jepang.
Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, atas Instruksi Presiden Soekarno, maka dibentuklah
Badan Palang Merah Indonesia oleh Panitia Lima, yaitu :
Sehingga pada tangal 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang pertama dilantik oleh
Wapres RI Moch. Hatta sekaligus beliau sebagai Ketuanya.
Karena sejak dibentuk tahun 1945 hingga akhir 1949 PMI ikut terjun dalam mempertahankan
Kemerdekaan RI sebagai alat perjuangan, tidak sempat melakukan penataan organisasi sebagaimana
mestinya, Pengesahan secara hukum melalui Keppres RIS No. 25 Tahun 1950 tanggal 16 Januari 1950
yang menetapkan :
Mengesahkan Anggaran Dasar dari dan mengakui sebagai badan hukum Perhimpunan Palang
Merah Indonesia, menunjuk Perhimpunan Palang Merah Indonesia sebagai satu-satunya organisasi
untuk menjalankan pekerjaan palang merah di Republik Indonesia Serikat menurut Conventie
Geneve (1864, 1906, 1929, 1949 )
Penegasan tersebut bukanlah sekedar untuk memberikan landasan Hukum PMI sebagai organisasi
social tetapi juga mempunyai latar belakang pertimbangan dan tujuan yang bersifat Internasional
sebagai hasil dari Perundingan Meja Bundar tanggal 27 Desember 1949.
Keppres No. 246 Tahun 1963
Pada 29 November 1963 Pemerintah RI melalui Keppres No.246 tahun 1963 yang melengkapi
Keppres No. 25 Tahun 1950. Melalui Keppres ini pemerintah Republik Indonesia
mengesahkan : Tugas Pokok dan Kegiatan Palang Merah Indonesia yang brazaskan Prikemanusiaan
dan atas dasar sukarela dengan tidak membeda bedakan bangsa, golongan dan faham politik.
Palang Merah Indonesia ( PMI ) adalah lembaga sosial kemanusiaan yang netral dan mandiri, yang
didirikan dengan tujuan untuk membantu meringankan penderitaan sesama manusia akibat
bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, tanpa membedakan latar
belakang korban yang ditolong.
Tujuannya semata – mata hanya untuk mengurangi penderitaan sesama manusia sesuai dengan
kebutuhan dan mendahulukan keadaan yang lebih parah.
Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik mempunyai struktur, sistem dan prosedur yang
memungkinkan untuk memenuhi Visi dan Misinya. Struktur, sistem dan prosedur PMI tertuang
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI.
Suatu Perhimpunan Palang Merah Nasional, yang terikat dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, maka PMI jelas merupakan lembaga yang
independen serta berstatus sebagai Orgnisasi Masyarakat, namun dibentuk oleh Pemerintah serta
mendapat tugas dari Pemerintah.
PERTAMA :
Tugas – tugas dalam bidang kepalangmerahan yang erat hubungannya dengan Konvensi Jenewa dan
ketentuan – ketentuan Liga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Federasi Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah), sebagai Lembaga yang menghimpun keanggotaan Perhimpunan
Palang Merah Nasional.
KEDUA :
Tugas khusus untuk melakukan tugas pelayanan transfusi darah, berupa pengadaan, pengolahan dan
penyediaan darah yang tepat bagi masyarakat yang membutuhkan.
Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI, susunan Organisasi Palang Merah
Indonesia adalah sebagai berikut :
PMI Cabang dapat membentuk PMI Ranting yang berada di Tingkat Kecamatan.
Untuk menjadi Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik, Palang Merah Indonesia mempunyai visi
dan misi yang dinyatakan dengan jelas, dengan kata lain, konsep yang jelas tentang apa yang ingin
dilakukannya. Visi dan misi dihrapkan dapat dimengerti dengan baik dan didukung secara luas oleh
seluruh anggota di seluruh tingkatan. Visi dan misi harus berpedoman pada Prinsip Dasar Gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta beroperasi sesuai Prinsip Dasar.
VISI :
Palang Merah Indonesia ( PMI ) mampu dan siap menyediakan pelayanan kepalangmerahan dengan
cepat dan tepat dengan berpegang teguh pada Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional.
MISI :
· Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI guna meningkatkan
kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan dana agar visi, misi dan program PMI dapat
diwujudkan
· Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI guna meningkatkan
kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan dana agar visi, misi dan program PMI dapat
diwujudkan
Kegiatan :
Kegiatan Utama Palang Merah Inonesia berdasarkan Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana Strategis
PMI 2004 – 2009 adalah sebagai berikut :
a. Kesiapsiagaan Bencana ( DP )
2. Pelayanan Kesehatan :
c. HIV / AIDS
d. Sanitasi Air
e. Tanggap Darurat Kesehatan
g. Pelayanan Ambulance
h. Dukungan Psikologi
3. Pelayanan Sosial :
c. Dukungan Komunikasi dalam Peningkatan Citra dan Pengembangan Sumber Daya PMI
5. Pengembangan Organisasi :