PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekonomi Produksi memberikan landasan teoritis tentang bagaimana
seorang produsen menentukan keputusan optimasi kegiatan produksinya
berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Optimasi kegiatan produksi
mengandung pengertian bahwa produsen selalu mengambil keputusan yang
optimal dalam bekerja. Keputusan yang optimal adalah bekerja dengan
kuantitas dan harga produk yang mendatangkan keuntungan maksimum atau
jika rugi maka kerugian tersebut harus minimum. Optimasi kegiatan
produksi mencakup optimasi input-output, input-input, output-output, dan
optimasi suatu perusahaan. Disamping bahasan optimasi yang merupakan
puncak pengetahuan ekonomi produksi, maka dibahas pula mengenai teori
produksi dan biaya produksi sebagai landasan untuk menuju optimasi
kegiatan produksi. Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu
ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti yaitu suatu ilmu yang
mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi,
atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian (Daniel, 2002).
Dengan pengertian ekonomi pertanian yang demikian, ilmu pertanian
bukan hanya mempelajari tentang bercocok tanam tetapi suatu ilmu yang
mempelajari segala sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsektor
tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor
peternakan, maupun subsektor perikanan. Ilmu ekonomi pertanian menjadi
satu ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam
proses pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara
(Daniel, 2002).
Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses (teknis)
produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, hubungan
antar faktor produksi, serta hubungan antara faktor produksi dan produksi itu
sendiri. Dalam kebijakan pembangunan nasional, pembangunan pertanian
merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan industri. Salah satu
subsektor pertanian yang berkembang adalah subsektor perkebunan. Dalam
Ilmu Ekonomi, secara tidak langsung petani membandingkan antara hasil
yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan atau revenue)
dengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan (penngorbanan atau cost). Hasil
yang akan di peroleh petani pada saat panen disebut “produksi” dan biaya
yang telah dikeluarkannya disebut biaya produksi (Daniel, 2002).
1.2. Tujuan Praktek Lapang
Adapun tujuan dari praktek lapang ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor produksi usahatani.
2. Untuk mengetahui biaya produksi usahatani.
3. Untuk menganalisis tingkat produksi dan pendapatan usahatani.
4. Untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi.
1.3. Kegunaan Praktek Lapang
Adapun kegunaan dari praktek lapang ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, sebagai acuan untuk melihat perkembangan ekonomi produksi
dalam usahatani masyarakat.
2. Bagi petani, sebagai bahan informasi dalam menganalisis produksi dan
pendapatan usahatani.
3. Bagi mahasiswa, sebagai bahan latihan dalam pengambilan data secara
langsung guna mengaplikasikan materi yang diperoleh dibangku kuliah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Produksi
Dimana:
B = (ΔY/ΔX), yang merupakan slope atau garis kemiringan dan
sebagai koefisien regresi
a = intersep( perpotongan)
Y = produksi
X = input produksi
2. Fungsi produksi linear berganda yang dapat dirumuskan sebagai
beriukut:
Model regresi linear berganda melibatkan lebih dari satu variabel
bebas. Modelnya yiatu sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + ..... βKXK
Dimana :
Y = Variabel terikat
Xi = Variabel bebas (i = 1, 2, 3, ..... k)
β0 = intersep
β1 = Koefisien regresi (i = 1, 2, 3, ..... k) (Edi usman, 2014).
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel
satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel
independen (X).
Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya dengan
cara regresi, di mana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X.
Dengan demikian kaidahkaidah pada garis regresi juga berlaku dalam
penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 2003). Fungsi
produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi,
2003):
fungsi produksi Cobb-Dauglas dirumuskan:
Y = a X1b1, X2b2, ..... Xnbnen
Dimana:
Y = Variabel yang dijelaskan
X = Variabel yang menjelaskan
a,b = Besaran yang diduga
e = Kesalahan (Disturbance term)
Persamaan diatas sering disebut fungsi produksi Cobb-Douglas
(Cobb Douglas production function). Fungsi Cobb-Douglas diperkenalkan
oleh Charles W. Cobb dan Paul H. Douglas pada tahun 1920. Untuk
memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas maka persamaan
tersebut diperluas secara umum dan diubah menjadi bentuk linier dengan
cara melogaritmakan persamaan tersebut (Soekartawi, 2003) yaitu:
LogY = Log a+ b1 LogX1+ b2 LogX2+ b3 LogX3+b4 LogX4 +b5 LogX5
+ e Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan
diubah bentuknya menjadi linier, maka persyaratan dalam menggunakan
fungsi tersebut antara lain:
1. Tidak ada pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol
adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
2. Dalam fungsi produksi perlu diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan
tingkat teknologi pada setiap pengamatan.
3. Tiap variabel X dalam pasar perfect competition. Perbedaan lokasi
(pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor
kesalahan.
Hasil pendugaan pada fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi (Soekartawi, 2003). Jadi besarnya b1 dan b2 pada
persamaan 2.5 adalah angka elastisitas. Jumlah dari elastisitas adalah
merupakan ukuran returns to scale. Dengan demikian, kemungkinan ada 3
alternatif, yaitu
1. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Merupakan tambahan
hasil yang semakin menurun atas skala produksi, kasus dimana output
bertambah dengan proporsi yang lebih kecil dari pada input atau
seorang petani yang menggunakan semua inputnya sebesar dua kali dari
semula menghasilkan output yang kurang dari dua kali output semula.
2. Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Merupakan tambahan hasil
yang konstan atas skala produksi, bila semua input naik dalam proporsi
yang tertentu dan output yang diproduksi naik dalam proporsi yang
tepat sama, jika faktor produksi di dua kalikan maka output naik
sebesar dua kalinya.
3. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Merupakan tambahan
hasil yang meningkat atas skala produksi, kasus di mana output
bertambah dengan proporsi yang lebih besar dari pada input. Contohnya
bahwa seorang petani yang merubah penggunaan semua inputnya
sebesar dua kali dari input semula dapat menghasilkan output lebih dari
dua kali dari output semula.
(Salvatore Dominick, 2005) Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan
mudah dikembangkan dengan menggunakan lebih dari dua input (misal
modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam atau modal, tenaga kerja
produksi, dan tenaga kerja non produksi) (Septi, 2015).
m. Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis (Technical Efficiency-TE) yaitu kemampuan suatu
perusahaan (usahatani) untuk mendapatkan output maksimum dari
penggunaan suatu set input (bundle). Efisiensi teknis berhubungan dengan
kemampuan suatu perusahaan untuk berproduksi pada kurva frontier
isoquant (Nuni anggraini, 2016).
n. Efisiensi Ekonomis
Efisiensi ekonomi adalah studi tentang bagaimana negara dan bisnis
memaksimalkan penggunaan sumber daya ekonomi atau masukan bisnis
mereka. Sumber daya ekonomi tradisional yang ditemukan di lingkungan
ekonomi meliputi tanah, tenaga kerja dan modal. Karena negara dan bisnis
biasanya terbatas pada sumber daya ini, mereka harus menemukan cara
yang paling efisien untuk menghasilkan jumlah barang konsumsi
maksimal tanpa membuang sumber daya. Penggunaan sumber daya
ekonomi yang tidak efisien di negara-negara dapat menurunkan kekayaan
warganya, sementara penggunaan sumber daya yang tidak efisien dapat
menyebabkan perusahaan menghabiskan terlalu banyak modal untuk
memproduksi barang atau jasa.
Selain efisiensi ekonomi suatu negara, bisnis yang beroperasi di pasar
ekonomi juga menghadapi tantangan efisiensi saat memproduksi barang
dan jasa konsumen.
Metode umum lain yang digunakan perusahaan saat mencoba
mencapai efisiensi ekonomi adalah dengan memproduksi barang atau jasa
konsumen dengan biaya serendah mungkin. Jenis efisiensi ini terutama
berfokus pada penggunaan modal yang efisien, bukan hanya berfokus pada
sumber daya ekonomi fisik lahan atau tenaga kerja. Manajemen atau
akuntansi biaya adalah alat umum yang digunakan perusahaan saat
melacak efisiensi ekonomi dari modal yang dikeluarkan saat memproduksi
barang atau jasa. Akuntansi manajemen melacak semua modal yang
dikeluarkan untuk sumber daya ekonomi dan mengalokasikan porsi biaya
bisnis yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Metode
akuntansi ini memberi perusahaan biaya produksi yang akurat sehingga
mereka dapat menentukan dengan tepat berapa banyak uang yang
dikeluarkan untuk sumber ekonomi dan berapa banyak uang yang perlu
dikeluarkan saat membeli lebih banyak sumber daya ekonomi atau
masukan bisnis (Wordperss, 2017).
BAB III
a) Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan meliputi prasarana dan jumlah prasarana yang ada di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Tabel 6. Prasarana Pendidikan di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit)
1. Gedung TK 1
2. Gedung SD 3
4. Gedung Madrasah -
5. Gedung SMP 1
6. Gedung SMA/SMK -
7. Gedung PerguruanTinggi -
8. Gedung Puskesmas -
9. Gedung Posyandu 6
10. Gedung Apotek -
Sumber: Data Sekunder, 2019.
Berdasarkan Tabel 6, menunujukkan bahwa di Desa Banyuanyara terdapat
beberapa prasaranan pendidikan. Di desa tersebut juga terdapat pos kesehatan
desa untuk melayani warga dalam konsultasi kesehatan tetapi tidak terdapat
gedung perguruan tinggi.
Prasarana transportasi meliputi prasarana dan jumlah prasarana transportasi
yang ada di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 7. Prasarana Transportasi di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
No. Prasarana Transportasi Status Jalan
1. Jalan Kecamatan Aspal
2. Jalan Desa Aspal
3. Jalan Dusun Aspal
4. Jalan Usahatani Aspal
Sumber: Data Sekunder, 2019.
b. Pendidikan
Pendidikan termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
responden dalam pengolahan usahataninya. Adapun kelompok pendidikan responden
dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 10. Identitas Responden berdasarkan Pendidikan di Desa Banyuanyara, Kecamatan
Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Pendidikan Jumlah Persentase
(Orang) (%)
1 SD 4 22,22
2 SMP 7 38,89
3 SMA 6 33,33
4 S1 1 5,56
Total 18 100
Maksimum : S1
Minimum : SD
Rata-Rata : SMP
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
c. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani juga dapat mempengaruhi cara pengolahan suatu
usahatani. Makin lama seseorang melakukan usahatani maka semakin terampil responden
tersebut.
Tabel 11. Identitas Responden berdasarkan pengalaman berusahatani di Desa
Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan.
No Pengalaman Berusahatani Jumlah Persentase
(Tahun) (Orang) (%)
1 2 – 15 9 50
2 16 – 29 5 27,78
3 30 – 44 4 22,22
Total 18 100
Maksimum : 44
Minimum : 2
Rata-Rata : 17
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.
d. Tanggungan Keluarga
Tabel 13. Luas Lahan di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
No Luas Lahan Jumlah Persentase
(Ha) (Orang) (%)
1 <1 5 27,78
2 1 – 1,25 11 61,11
3 2 2 11,11
Total 18 100
Maksimum : 2
Minimum : 0,20
Rata-Rata : 1,047
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 13, dapat dijelaskan bahwa rata-rata luas lahan yang digunakan
responden yaitu 1,047 Ha. Maksimum yang digunakan yaitu 2 Ha dan minimum yaitu
0,20 Ha. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan pada responden masih tergolong
sempit.
b. Benih
Benih merupakan faktor produksi untuk menghasilkan suatu produksi berupa
output untuk mendapatkan pendapatan. Benih merupakan dasar untuk melakukan suatu
proses produksi dalam usahatani. Adapun penggunaan benih pada responden dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 13. Penggunaan Benih Padi di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Penggunaan Benih Jumlah Persentase
(Kg) (Orang) (%)
1 10 – 56 11 61,11
2 57 – 103 5 27,78
3 104 – 151 2 11,11
Total 18 100
Maksimum : 151
Minimum : 10
Rata-Rata : 53,94
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 13, dapat dijelaskan bahwa maksimum penggunaan benih dari
18 responden yaitu 151 kg dan minimum 10 kg. Rata-rata penggunaan benih perkeluarga
yaitu 53,94 kg benih padi yang digunakan.
c. Penggunaan Pupuk
Pupuk merupakan biaya variabel yang digunakan petani untuk menambah hasil
produksinya agar menghasilkan produk yang lebih besar dengan penggunaan pupuk yang
maksimum. Adapun penggunaan pupuk pada responden dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 14. Penggunaan Pupuk di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Pupuk (Kg)
No. Responden
Urea TSP Za SP-36 KCL
1 Responden 1 200 100 50 - -
2 Responden 2 300 200 100 - -
3 Responden 3 300 200 100 - -
4 Responden 4 200 100 50 - -
5 Responden 5 500 100 100 - -
6 Responden 6 500 - 100 - -
7 Responden 7 300 200 - 100 75
8 Responden 8 200 100 - 50 50
9 Responden 9 6 - - - -
10 Responden 10 12 - - - -
11 Responden 11 100 - - 10 -
12 Responden 12 100 - - - -
13 Responden 13 100 - - - -
14 Responden 14 25 - - - -
15 Responden 15 50 3 - - -
16 Responden 16 300 200 - - -
17 Responden 17 100 100 50 - 50
18 Responden 18 300 40 25 - 10
Total 3.593 1.343 575 160 185
Maksimum : 500
Minimum : 3
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
d. Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida juga mempengaruhi hasil dari produksi pada usahatani.
Dengan menggunakan pestisida dapat mencegah penyerangan hama dan penyakit pada
tanaman padi. Adapun penggunaan pestisida pada responden dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 15. Penggunaan Pestisida di.Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Penggunaan Pestisida Jumlah Persentase
(Liter) (Orang) (%)
1 0–2 14 77,78
2 3–5 4 22,22
Total 18 100
Maksimum : 5
Minimum : 0
Rata-Rata : 2
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa penggunaan pestisida pada
responden maksimum yang digunakan yaitu 5 liter dan minimum 0 liter. Rata-rata
penggunaan pestisida yaitu 2 liter. Untuk persentase tertinggi yaitu penggunaan pestisida
0-2 liter dengan kisaran 77,78% sedangkan penggunaan pestisida 3-5 liter hanya 22,22%.
Hal ini menunjukan bahwa petani menggunaan pestisida dalam kegiatan berusahataninya
masih rendah.
e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang palin penting dalam melakukan
usahatani. Tenaga kerja bisa berupa tenaga kerja mesin, ternak dan manusia. Adapun
penggunaan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Jumlah Tenaga Kerja (HKP) Jumlah Persentase
(Orang) (%)
1 11,92 – 62,48 4 22,22
2 63,48 – 114,04 5 27,79
3 115,04 – 166,61 9 50
Total 18 100
Maksimum : 166,61
Minimum : 11,92
Rata-Rata : 89,63
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
f. Peralatan
Peralatan merupakan alat yang digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan produksi yang maksimal. Peralatan sangat membantu dalam proses
produksi. Adapun penggunaan alat yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 17. Penggunaan Peralatan di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Jumlah Peralatan Jumlah Persentase
(Unit) (Orang) (%)
1 2 – 2,67 1 5,56
2 3,67 – 4,34 6 33,33
3 5,34 – 7 11 61,11
Total 18 100
Maksimum : 7
Minimum : 2
Rata-Rata : 4-5
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
b. Responden 2
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 19. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 70 15.000 1.050.000
2 Pupuk Urea Kg 300 3.000 900.000
3 Pupuk TSP Kg 200 4.000 800.000
Pupuk ZA
4 Kg 100 1.500 160.000
Pupuk Poska
5 Pupuk Organik
Kg 75 2.500 187.000
6 Pestisida Gramason L 2 75.000 150.000
7 Tenaga Kerja L 2 60.000 120.000
8 HKP 112,84 70.000 7.898.800
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,25 Ha 150.000 175.000.
2 Penyusutan Alat Rp 2.890.000 2.890.000
Biaya Total 7.212.300
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
c. Responden 3
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 3 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 20. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 70 15.000 1.050.000
2 Pupuk Urea Kg 300 3.000 900.000
3 Pupuk TSP Kg 200 4.000 800.000
Pupuk ZA
4 Kg 100 1.500 150.000
Pupuk Poska
5 Pupuk Organik
Kg 75 2.500 187.500
6 Pestisida Gramason L 2 75.000 150.000
7 Tenaga Kerja L 2 60.000 120.000
8 HKP 109,72 70.000 7.680.400
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,25 Ha 150.000 175.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.680.000 2.680.000
Biaya Total 13.892.900
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
d. Responden 4
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 4 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 21. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 50 20.000 1.000.000
2 Pupuk Urea Kg 200 3.000 600.000
3 Pupuk TSP Kg 100 4.000 400.000
Pupuk ZA
4 Kg 50 1.500 75.000
Pupuk Poska
5 Pupuk Organik
Kg 50 2.500 125.000
6 Pestisida Gramason L 1 60.000 60.000
7 Tenaga Kerja L 1 70.000 70.000
8 HKP 78,8 70.000 5.516.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1 Ha 150.000 150.00
2 Penyusutan Alat Rp 2.680.000 2.680.000
Biaya Total 10.376.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
e. Responden 5
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 5 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 22. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi
Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 150 200.000 3.000.000
2 Pupuk Urea Kg 500 2.000 1.000.000
3 Pupuk ZA Kg 100 1.500 150.000
Pupuk Poska
4 Kg 100 2.500 250.00
Pupuk Organik
5 L 3 75.000 225.000
Pestisida Gramason
6 L 3 65.000 195.000
Tenaga Kerja
7 HKP 126,1 70.000 8.827.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,5 Ha 150.000 300.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.620.000 2.620.000
Biaya Total 16.567.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 150 20.000 3.000.000
2 Pupuk Urea Kg 500 2.000 1.000.000
3 Pupuk ZA Kg 100 2.000 200.000
Pupuk Poska
4 L 100 2.500 250.000
5 Pestisida Gramason L 5 65.000 325.000
6 Tenaga Kerja HKP 161,7 70.000 11.319.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 2 Ha 150.000 300.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.890.000 2.890.000
Biaya Total 19.284.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
g. Responden 7
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 23. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 70.000 15.000 1.050.000
2 Pupuk Urea Kg 300 3.000 900.000
3 Pupuk TSP Kg 200 4.000 800.000
Pupuk SP-36
4 Kg 100 1.500 150.000
Pupuk KCL
5 Pupuk Organik
Kg 75 2.500 187.500
6 Pestisida Gramason L 2 75.000 150.000
7 Tenaga Kerja L 2 60.000 120.000
8 HKP 109,72 70.000 7.680.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.430.000 2.430.000
Biaya Total 13.617.900
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
h. Responden 8
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 8 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 24. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 50 20.000 1.000.000
2 Pupuk Urea Kg 200 3.000 600.000
3 Pupuk TSP Kg 100 4.000 4.000.000
Pupuk SP-36
4 Kg 50 1.500 75.000
Pupuk KCL
5 Kg 50 2.000 125.000
Pupuk Organik
6 Pestisida Gramason L 1 60.000 60.000
7 Tenaga Kerja L 1 70.000 70.000
8 HKP 78,8 70.000 3.880..500
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,25 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.320.000 2.320.000
Biaya Total 8.680.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
i. Responden 9
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 9 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 25. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 20 10.000 200.000
2 Pupuk Urea Kg 6 100.000 600.000
3 Pestisida Gramason L 1 91.000 91.000
4 Tenaga Kerja HKP 63,91 70.000 4.473.700
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1 Ha 150.000 120.000
2 Penyusutan Alat Rp 1.235.500 1.235.500
Biaya Total 6.720.200
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
j. Responden 10
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 10 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 26. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 35 10.000 350.000
2 Pupuk Urea Kg 12 100.000 1.200.000
3 Pestisida Gramason Botol 1 200.000 200.000
4 Tenaga Kerja HKP 120,17 70.000 8.411.900
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,7 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 1.085.500 1.085.500
Biaya Total 11.397.400
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 26 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi
terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 11.397.400. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.
k. Responden 11
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 11 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 27. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 80 6.000 5776.000
2 Pupuk Urea Sak 10 90.000 900.000
3 Pupuk SP-36 Sak 1 30.000 20.000
4 Pestisida Gramason Botol 5 200.000 1.000.000
5 Tenaga Kerja HKP 59,2 420.000 6.700.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,2 Ha 150.000 180.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.277.500 2.277.500
Biaya Total 11.713.500
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 27 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi
terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 11.713.500.
l. Responden 12
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 12 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 28. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 10 10.000 120.000
2 Pupuk Urea Sak 10 120.000 1.440.000
3 Pestisida Gramason L 5 105.000 630.000
4 Tenaga Kerja HKP 83,44 70.000 5.840.800
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,2 Ha 150.000 180.000
2 Penyusutan Alat Rp 1.085.000 1.085.000
Biaya Total 9.295.800
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
m. Responden 13
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 13 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 29. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Bungkus 3 35.000 105.000
2 Pupuk Urea Bungkus 1 95.000 95.000
3 Pupuk ZA Kg 50 120.000 6.000.000
4 Pestisida Gramason L 1 45.000 45.000
5 Tenaga Kerja HKP 16,04 70.000 1.122.800
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,41 Ha 150.000 20.000
2 Penyusutan Alat Rp 29.000 29.000
Biaya Total 7.416.800
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
n. Responden 14
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 14 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 30. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 10 110.000 1.100.000
2 Pupuk Urea Kg 25 50.000 1.250.000
3 Pupuk ZA Kg 25 60.000 1.500.000
4 Pestisida Rumtos Bungkus 1 25.000 25.000
5 Tenaga Kerja HKP 11,92 70.000 834.400
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,40 Ha 150.000 40.000
2 Penyusutan Alat Rp 12.000 12.000
Biaya Total 4.761.400
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
o. Responden 15
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 15 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 31. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 15 10.000 150.000
2 Pupuk Urea Kg 50 19.000 950.000
3 Pupuk TSP Kg 3 6.000 18.000
4 Pestisida Regen Botol 1 40.000 40.000
5 Tenaga Kerja HKP 22,73 70.000 1.591.100
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,25 Ha 150.000 25.000
2 Penyusutan Alat Rp 425.800 425.800
Biaya Total 3.159.900
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
p. Responden 16
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 16 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 32. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 70 15.000 1.050.000
2 Pupuk Urea Kg 300 2.500 750.000
3 Pupuk TSP Kg 200 3.500 70.000
4 Pestisida Rumtos L 2 150.000 300.000
5 Tenaga Kerja HKP 166,61 70.000 11.662.700
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,25 Ha 150.000 1.250.000
2 Penyusutan Alat Rp 591.667 591.667
Biaya Total 13.504.367
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
q. Responden 17
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 17 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 33. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 15 10.000 150.000
2 Pupuk Urea Kg 100 3.500 350.000
3 Pupuk TSP Kg 100 30.000 300.000
Pupuk KCL
4 Kg 50 4.000 200.000
5 Pestisida Gramason L 2 35.000 70.000
6 Tenaga Kerja HKP 62,4 70.000 4.438.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,20 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 340.000 340.000
Biaya Total 5.998.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
r. Responden 18
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 18 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 34. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 40 82.000 3.280.000
2 Pupuk Urea Kg 300 3.500 1.050.000
Pupuk TSP
3 Kg 40 3.000 120.000
Pupuk KCL
4 Kg 10 35.000 350.000
Tenaga Kerja
5 HKP 91,38 70.000 6.396.600
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 2 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 556.142 556.142
Biaya Total 11.902.742
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
Produksi total yaitu produksi kesuluruhan yang dihasilkan dalam proses produksi
yang dihasilkan berupa barang ataupun jasa. Produksi rata-ratayaitu produksi total dibagi
dengan banyaknya yang mengahasilkan produksi. Adapun produksi total dan produksi
rata-rata dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 35. Produksi total dan Produksi rata-rata di Desa Banyuanyara, Kecamatan
Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Responden Luas lahan (Ha) Produksi Total (Kg)
1 Responden 1 1 9.000
2 Responden 2 1,25 11.000
3 Responden 3 1,25 4.000
4 Responden 4 1 5.000
5 1,5 11.000
Responden 5
6 1,25 4.000
Responden 6
7 2 19.000
8 Responden 7 1 5.000
9 Responden 8 0,7 1.500
10 Responden 9 1 1.500
11 Responden 10 1,2 4.000
12 Responden 11 1,2 4.000
13 Responden 12 0,41 1.380
14 Responden 13 0,40 2000
15 Responden 14 0,25 4000
16 1,25 8.000
17 Responden 15 0.20 3.000
18 Responden 16 2 6.000
Responden 17
Responden 18
Produksi Rata-
Rata/Petani (Kg/Petani) 5.632,22
Produksi Rata-
Rata/Hektar (Kg/Ha) 5.375,39
Berdasarkan Tabel 35, dapat dijelaskan bahwa total luas lahan dari 18 responden di
Desa Banyuanyara adalah 18,86 Ha dan total produksi adalah 101.380 dengan produksi
rata-rata perpetani ialah 5.632,22 Kg/petan dan produksi rata-rata perhektas ialah
5.375,39 Kg/Ha.
Tabel 38. Tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani padi
sawah responden di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Penggunaan Rata-rata
No Ef =
input input/petani PMx NPMx Px
. NPMx/ Px
produksi (PRx)
1 Benih 53,94 50,7465 202.986 53,94 3.763,18
2 Urea 199,61 63,9954 255.981,6 199,61 1.282,41
3 TSP 122,09 -62,28 -249.120 122,09 -2.040,46
4 KCL 46,25 0,214816 859,264 46,25 18,57
5 Pestisida 2 1,11518 4.460,72 2 2.230,36
6 SP-36 53,33 -62,7297 -250.918,8 53,33 -4.705,02
7 Za 71,875 4,23415 16.936,6 71,875 235,64
8 Luas lahan 1,047 90.535,14 362.140.560 1,047 345.884,01
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 38 diatas, menunjukan bahwa efisiensi penggunaan input
dari 18 responden yaitu penggunaan benih yaitu 3.763,18 atau NPMx/Px > 1 nilai
tersebut menandakan belum efisien dan perlu adanya penambahan. Untuk
penggunaan pupuk urea yaitu 1.282,41 atau NPMx/Px > 1 nilai tersebut
menandakan bahwa penggunaan urea belum efisien sehingga perlu adanya
penambahan. Untuk penggunaan pupuk TSP yaitu -2.040,46 atau NPMx/Px < 1
nilai tersebut menandakan bahwa penggunaan pupuk TSP tidak efisien sehingga
harus dikurangi. Untuk penggunaan pupuk KCL yaitu 18,57 atau NPMx/Px > 1
dimana nilai ini menandakan penggunaan pupuk KCL belum efisien sehingga
perlu adanya penambahan.
Sedangkan untuk penggunaan pestisida yaitu 2.230,36 atau NPMx/Px > 1
dimana nilai ini menandakan penggunaan pesisida belum efisien sehingga perlu
adanya penambahan. Kemudian untuk penggunaan pupuk SP-36 yaitu -4.705,02
atau NPMx/Px < 1 nilai tersebut menandakan bahwa penggunaan pupuk SP-36
tidak efisien sehingga harus dikurangi. Untuk penggunaan pupuk Za yaitu 235,64
atau NPMx/Px > 1 nilai tersebut menandakan bahwa penggunaan pupuk Za belum
efisien sehingga perlu adanya penambahan dan untuk penggunaan lahan yaitu
345.884,01 atau NPMx/Px > 1 nilai tersebut menandakan bahwa penggunaan
pupuk Za belum efisien sehingga perlu adanya penambahan.
BAB VI
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
Bagi para peserta praktikum lapang Penyuluhan Pertanian berikutnya
diharapkan agar lebih memperhatikan tiap prosedur praktek, mengikutinya dengan
baik sehingga bisa mendapatkan hasil yang maksimal.