Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ekonomi Produksi memberikan landasan teoritis tentang bagaimana
seorang produsen menentukan keputusan optimasi kegiatan produksinya
berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Optimasi kegiatan produksi
mengandung pengertian bahwa produsen selalu mengambil keputusan yang
optimal dalam bekerja. Keputusan yang optimal adalah bekerja dengan
kuantitas dan harga produk yang mendatangkan keuntungan maksimum atau
jika rugi maka kerugian tersebut harus minimum. Optimasi kegiatan
produksi mencakup optimasi input-output, input-input, output-output, dan
optimasi suatu perusahaan. Disamping bahasan optimasi yang merupakan
puncak pengetahuan ekonomi produksi, maka dibahas pula mengenai teori
produksi dan biaya produksi sebagai landasan untuk menuju optimasi
kegiatan produksi. Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu
ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti yaitu suatu ilmu yang
mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi,
atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian (Daniel, 2002).
Dengan pengertian ekonomi pertanian yang demikian, ilmu pertanian
bukan hanya mempelajari tentang bercocok tanam tetapi suatu ilmu yang
mempelajari segala sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsektor
tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor
peternakan, maupun subsektor perikanan. Ilmu ekonomi pertanian menjadi
satu ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam
proses pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara
(Daniel, 2002).
Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses (teknis)
produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, hubungan
antar faktor produksi, serta hubungan antara faktor produksi dan produksi itu
sendiri. Dalam kebijakan pembangunan nasional, pembangunan pertanian
merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan industri. Salah satu
subsektor pertanian yang berkembang adalah subsektor perkebunan. Dalam
Ilmu Ekonomi, secara tidak langsung petani membandingkan antara hasil
yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan atau revenue)
dengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan (penngorbanan atau cost). Hasil
yang akan di peroleh petani pada saat panen disebut “produksi” dan biaya
yang telah dikeluarkannya disebut biaya produksi (Daniel, 2002).
1.2. Tujuan Praktek Lapang
Adapun tujuan dari praktek lapang ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor produksi usahatani.
2. Untuk mengetahui biaya produksi usahatani.
3. Untuk menganalisis tingkat produksi dan pendapatan usahatani.
4. Untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi.
1.3. Kegunaan Praktek Lapang
Adapun kegunaan dari praktek lapang ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, sebagai acuan untuk melihat perkembangan ekonomi produksi
dalam usahatani masyarakat.
2. Bagi petani, sebagai bahan informasi dalam menganalisis produksi dan
pendapatan usahatani.
3. Bagi mahasiswa, sebagai bahan latihan dalam pengambilan data secara
langsung guna mengaplikasikan materi yang diperoleh dibangku kuliah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Produksi

Konsep produksi merupakan salah satu konsep tertua dalam bisnis.


Konsep produksi menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang
tersedia di banyak tempat dan murah harganya. Manajer organisasi yang
berorientasi produksi memusatkan perhatian pada usaha-usaha untuk
mencapai efisiensi produksi yang tinggi dan distribusi yang luas.
Asumsi bahwa konsumen terutama tertarik pada kemudahan
mendapatkan produk dan harga yang rendah berlaku paling tidak dalam dua
situasi. Pertama adalah jika permintaan atas produk melebihi penawaran,
seperti yang ada di Negara berkembang. Dalam situsi ini, konsumen lebih
tertarik untuk mendapatkan produk daripada keistimewaan produk tersebut,
dan pemasok akan memusatkan perhatian pada usaha untuk menigkatkan
produksi. Situasi kedua adalah ketika biaya produksi tinggi dan harus
diturunkan untuk memperluas pasar (Ngadiman, 2014).
a. Produksi Total
Produk total adalah jumlah total output yang diproduksi selama waktu
tertentu. Kurva produk total adalah Kurva yang menunjukkan hubungan
antara variabel produksi yang dipergunakan dengan produk total yang
dihasilkan dinamakan kurva produk total (TP). Apabila produk total
dinyatakan dalam satuan fisik, seperti kilogram, kuintal, ton dan lain-lain
maka disebut kurva produk fisik total. Apabila produk total itu dinyatakan
dalam nilai uangnya maka dinamakan kurva nilai produk total (Galinesia,
2017).
Hubungan yang umum terjadi adalah dengan meningkatnya variabel
produksi variabel akan meningkatkan total produksi sampai suatu titik
dimana penggunaan variabel produksi pada kondisi tersebut akan
menghasilkan produk yang maksimum. Apabila penggunaan variabel
produksi ditambah tidak lagi meningkatkan produk, akan tetapi justru
menurunkan produksi (Galinesia, 2017).
Sifat inilah yang digambarkan dalam satu variabel yang amat
terkenal dalam teori produksi, yaitu Hukum Kenaikan Hasil Berkurang
(Law of Diminishing Returns). Hukum ini dapat dinyatakan :
“Apabila berturut-turut ditambahkan satuan-satuan dari satu
variabel produksi variabel kepada variabel faktor produksi tetap dalam
suatu proses produksi suatu saat akan tercapai keadaan dimana
penambahan produk yang disebabkan karena penambahan satu satuan
variabel produksi variabel itu akan menurun”
Dari sifat tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan produksi dapat
dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Podukss Total Dengan Increasing Return,
2. Produksi Total Dengan Decreasing Return, Dan
3. Produksi total yang semakin menurun (Galinesia, 2017).
b. Produk Rata-Rata
Pengertian produk rata-rata adalah rasio antara produksi dengan
variabel produksi yang digunakan. Pengertian Kurva produk rata-rata
(average product curve) merupakan kurva yang menunjukkan hubungan
antara penggunaan variabel produksi yang dipergunakan dan produk rata-
rata pada bermacam tingkat penggunaan variabel produksi (Galinesia,
2017).
Apabila produk rata-rata dinyatakan dalam satuan fisik, kurva itu
dinamakan kurva produk fisik rata-rata (average physical product curve).
Hubungan antara produk total dan produk rata-rata disajikan pada gambar
di bawah ini.
Apabila produk total dinyatakan dengan Y, sedang variabel produksi
yang dipakai dinyatakan dengan X, maka produk rata-rata itu besarnya
sama dengan Y/X. Pada tiap tingkat pemakaian variabel produksi, besar
produk rata-rata itu dapat dihitung dengan mencari nilai hasil bagi
tersebut. Pada gambar di atas, produk rata-rata di titik C ialah Y2/X2.
Perhatikan segitiga COX2 besar hasil bagi Y2/X2 ditunjukkan oleh
variabel sudut COX2 atau sudut ∝ dalam grafik.
tg ∝ = 0Y2/0X2
Secara umum dapat dinyatakan bahwa produk rata-rata di tiap titik
dari kurva produk total itu besarnya sama dengan variabel dari sudut yang
dibentuk oleh garis yang ditarik dari titik pangkal 0 ke titik bersangkutan
dan garis horizontal. Pada saat sudut variabel itu mencapai maksimum,
pada tingkat pemakaian variabel produksi sebesar itulah akan tercapai
produk rata-rata yang maksimum (dalam grafik 26 pada tingkat pemakaian
variabel produksi sebesar OX2).
Titik C merupakan titik singgung terluar antara kurva produk total
dan garis yang ditarik dari titik pangkal 0. Kondisi inilah yang
menunjukkan bahwa tg ∝ maksimum atau penggunaan variabel produksi
sebesar 0X2 akan mencapai produk rata-rata maksimum. Total produksi
yang diperoleh saat itu mencapai 0Y2 satuan. Konsep produk rata-rata ini
sering digunakan dengan sebutan produktivitas (Galinesia, 2017).
c. Produksi Marginal
Teori produksi adalah Produk marjinal (Marginal Product).
Pengertian produk marjinal (MP) adalah tambahan produksi karena
penambahan satu satuan variabel produksi. Kurva yang menunjukkan
hubungan antara variabel produksi dan produk marginal pada berbagai
tingkat pemakaian variabel produksi dinamakan kurva produk marginal
(marginal product curve).
Selain produktivitas, konsep lain yang tak kalah pentingnya dalam
pembahasan teori produksi adalah produk marjinal (Marginal Product).
Pengertian produk marjinal (MP) adalah tambahan produksi karena
penambahan satu satuan variabel produksi. Kurva yang menunjukkan
hubungan antara variabel produksi dan produk marginal pada berbagai
tingkat pemakaian variabel produksi dinamakan kurva produk marginal
(marginal product curve).
Apabila produk marginal dinyatakan dalam satuan fisik, maka
kurvanya dinamakan kurva produk fisik marginal (marginal physical
product curve), sedang apabila produk marginal dinyatakan dalam nilai
uangnya, kurvanya disebut kurva nilai produk marginal (value marginal
product). Secara umum produk marginal diformulasikan :
Y= ∆Y/∆X
Apabila produk total Y dinyatakan sebagai fungsi Y = f (x) dari ariab
produksi X, maka besar produk marginal sama dengan Dy/Dx. Pada tiap
tingkat pemakaian variabel produksi besar produk marginal dapat dihitung
dengan mencari ariabel pertama (first derivative) dari fungsi produksi
terhadap variabel X yang dipakai. Dengan kata lain, bahwa produk
marjinal merupakan kemiringan (slope) dari kurva produk total.

Pergerakan kurva produk marjinal disajikan pada gambar diatas. Di


titik B pada grafik gambar diatas, produk marginal ditunjukkan oleh
Dy/Dx di titik itu, yang besarnya sama dengan tangens sudut yang
dibentuk oleh garis singgung pada kurva produk total di titik bersangkutan
dan garis horizontal yang ditarik dari titik tersebut. Kalau diikuti besarnya
produk marginal pada berbagai tingkat pemakaian variabel, maka terlihat
bahwa produk marginal itu mula-mula naik, lalu mencapai maksimum
pada saat fungsi produksi mencapai titik balik, kemudian terus turun.
Pada saat produk total mencapai maksimum maka produk marginal
sama dengan nol. Sesudah itu produk marginal akan bertanda variabel,
yang berarti bahwa dengan penambahan variabel produksi, produk total
yang dihasilkan justru akan turun. Hal lain yang perlu diketahui, bahwa
produk marjinal merupakan kemiringan dari kurva produk total.
Pada penggunaan variabel produksi sebesar X3 kemiringan garis
yang menyinggung produk total adalah positif, dan pada X1 kemiringan
kurva produk total positif tetapi lebih besar dari kemiringan pada X3. Pada
X4 kemiringan kurva produk total positif akan tetapi lebih kecil dari pada
X1. Hal ini disebabkan perubahan arah produk total dari cekung menjadi
cembung terhadap garis horizontal.
Kemiringan kurva produk total mencapai maksimum pada
penggunaan variabel produksi sebesar X1, sehingga pada saat tersebut
tercapai produk marjinal yang maksimum. Satu hal yang menraik untuk
didingat bahwa pada penggunaan variabel produksi sebesar X2, besarnya
produk rata-rata (digambarkan dengan tg α) sama dengan kemiringan
kurva produk total, yang berarti pada titik tersebut produk rata-rata sama
dengan produk marjinal (Galinesia, 2017).
d. Tanah
Secara umum, tanah adalah bagian dari bumi berupa kerak yang
tersusun dari bahan variabel dan mineral. Bahan variabel yang terkandung
dalam tanah merupakan bahan bahan yang berasal dari tumbuhan dan
makhluk hidup yang terdekomposisi kembali kedalam tanah. Bersama
dengan mineral, bahan variabel mengalami proses kimia dan fisika untuk
membentuk tanah (Galinesia, 2018).
Nah, kandungan bahan variabel dalam tanah kemudian mengalami
proses biologis membuat variabel-variabel hara dalam tanah yang
kemudian dapat digunakan oleh manusia untuk bercocok tanam memenuhi
kebutuhan pangan makhluk hidup termasuk manusia (Galinesia, 2018).
Tanah Menurut Bremmer “1958” menjelaskan bahwa tanah
merupakan bagian permukaan kulit bumi yang dijadikan oleh pelapukan
kimia dan fisik serta kegiatan berbagai tumbuhan dan hewan.
Tanah Menurut J.J. Berzelius “Swedia, 1803” menyatakan bahwa
tanah ialah sebagai laboratorium kimia tempat proses dekomposisi dan
reaksi kimia yang berlangsung secara tersembunyi.
Tanah Menurut Friedrich Fallou “1855” bahwa tanah dianggap
sebagai hasil pelapukan oleh waktu yang menggerogoti batuan keras dan
lambat laun mengadakan dekomposisi (Galinesia, 2018).
e. Modal
Definisi modal adalah semua barang atau induk yang ada pada
perusahaan dan memiliki fungsi produktif untuk menghasilkan
pendapatan. Definisi modal adalah memiliki usaha dan bisnis sendiri dari
dibilang adalah impian banyak orang. Mungkin Anda adalah salah satu
orang yang juga bermimpi ingin memiliki bisnis sendiri (Ike Nofalia,
2018).
Menurut prof Bakker, modal adalah barang konkret yang ada dalam
rumah tangga perusahaan dan terdapat pada neraca debit. Selain itu, daya
beli atau pun nilai tukar barang yang tercatat di neraca kredit juga dapat
dikatakan sebagai modal.
Menurut Lawrence J. Gitman, definisi modal adalah pinjaman
dalam jangka waktu tertentu yang perusahaan miliki, dan juga segala hal
yang berada pada bagian kanan neraca perusahaan kecuali kewajiban yang
saat ini.
Bambang Riyanto mengatakan bahwa yang disebut modal yaitu
hasil produksi yang digunakan kembali untuk melakukan produksi
selanjutnya. Kemudian, seiring perkembangannya definisi modal lebih
ditekankan kepada nilai, daya beli, dan juga kekuasaan atau kemampuan
untuk memanfaatkan barang-barang modal.
Sedangkan Drs. Moekijat mengatakan bahwa apa yang dikatakan
sebagai modal dapat terbagi menjadi beberapa rumusan dasar. Umumnya,
yang disebut modal adalah uang tunai, kredit, hak membuat dan menjual
sesuatu atau paten, mesin-mesin dan juga gedung-gedung yang dimiliki.
Namun, modal juga mencakup hak milik total dari jumlah yang ditanam,
surplus, dan juga keuntungan-keuntungan yang tidak dibagi (Ike Nofalia,
2018).
f. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja.
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu ariab
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah
memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah
berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang
mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat
mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17
tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk
tenaga kerja (Wikipedia, 2019).
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang
mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus
rumah tangga (Annah, 2013).
Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987)
mengenai arti tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup
bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan
sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada
kesempatan kerja
g. Manajemen
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Manajemen belum memiliki
definisi yang luas dan diterima secara universal (Wikipedia, 2019).
Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang
dilakukan oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi tersebut dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki (Maxmanroe, 2019).
Secara etimologi kata manajemen diambil dari bahasa Perancis kuno,
yaitu variabelt, yang artinya adalah seni dalam mengatur dan
melaksanakan. Manajemen dapat juga didefinisikan sebagai upaya
perencanaan, pengkoordinasian, pengorganisasian dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efisien dan efektif
(Maxmanroe, 2019).
Menurut George Robert Terry, pengertian manajemen adalah sebuah
proses yang khas yang terdiri dari beberapa tindakan; perencanaan,
pengorganinasian, menggerakkan dan pengawasan.
Menurut Henry Fayol, pengertian manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan/
variabel terhadap sumber daya yang ada agar mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
Efektif berarti tujuan dapat tercapai sesuai rencana, sedangkan
efisien artinya tugas dijalankan dengan benar, teroganisir dan selesai
sesuai jadwal (Maxmanroe, 2019).
h. Biaya total
Biaya total/total cost (TC) adalah jumlah seluruh biaya tetap dan
biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan
sejumlah produk dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut:
TC = FC + VC
Dengan :
TC = biaya total (total cost)
FC = biaya tetap (fixed cost)
VC = biaya variabel (variable cost)
i. Biaya rata-rata
Biaya rata-rata/average cost (AC) adalah biaya produksi per unit
produk yang dihasilkan. Besarnya AC dapat dihitung dengan cara
membagi TC dengan Q. Jadi, AC dapat dirumuskan:
AC = TQ / Q
Dengan :
AC = biaya rata-rata (average cost)
TC = biaya total (total cost)
Q = kuantitas barang dan jasa
j. Biaya marginal
Biaya marjinal/marginal cost (MC) adalah biaya tambahan yang
diperlukan untuk tambahan satu unit produk yang dihasilkan. Munculnya
MC karena adanya perluasan produksi yang dilakukan perusahaan dalam
rangka menambah jumlah produk yang dihasil kannya. MC dapat dihitung
dengan cara membagi tambahan TC (ΔTC) dengan tambahan Q (ΔQ).
Jadi, MC dapat dirumuskan sebagai berikut:
MC = ΔTC / ΔQ
Dengan :
MC = biaya marjinal (marginal cost)
TC = perubahan biaya total (total cost)
Q = perubahan kuantitas barang dan jasa (Nafiun, 2013).
k. Fungsi Produksi Linear
Fungsi produksi linear dapat dibedakan menjadi dua yakni :
1. Fungsi produksi linear sederhana yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Y=a+bX

Dimana:
B = (ΔY/ΔX), yang merupakan slope atau garis kemiringan dan
sebagai koefisien regresi
a = intersep( perpotongan)
Y = produksi
X = input produksi
2. Fungsi produksi linear berganda yang dapat dirumuskan sebagai
beriukut:
Model regresi linear berganda melibatkan lebih dari satu variabel
bebas. Modelnya yiatu sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + ..... βKXK
Dimana :
Y = Variabel terikat
Xi = Variabel bebas (i = 1, 2, 3, ..... k)
β0 = intersep
β1 = Koefisien regresi (i = 1, 2, 3, ..... k) (Edi usman, 2014).
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel
satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel
independen (X).
Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya dengan
cara regresi, di mana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X.
Dengan demikian kaidahkaidah pada garis regresi juga berlaku dalam
penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 2003). Fungsi
produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi,
2003):
fungsi produksi Cobb-Dauglas dirumuskan:
Y = a X1b1, X2b2, ..... Xnbnen
Dimana:
Y = Variabel yang dijelaskan
X = Variabel yang menjelaskan
a,b = Besaran yang diduga
e = Kesalahan (Disturbance term)
Persamaan diatas sering disebut fungsi produksi Cobb-Douglas
(Cobb Douglas production function). Fungsi Cobb-Douglas diperkenalkan
oleh Charles W. Cobb dan Paul H. Douglas pada tahun 1920. Untuk
memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas maka persamaan
tersebut diperluas secara umum dan diubah menjadi bentuk linier dengan
cara melogaritmakan persamaan tersebut (Soekartawi, 2003) yaitu:
LogY = Log a+ b1 LogX1+ b2 LogX2+ b3 LogX3+b4 LogX4 +b5 LogX5
+ e Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan
diubah bentuknya menjadi linier, maka persyaratan dalam menggunakan
fungsi tersebut antara lain:
1. Tidak ada pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol
adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
2. Dalam fungsi produksi perlu diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan
tingkat teknologi pada setiap pengamatan.
3. Tiap variabel X dalam pasar perfect competition. Perbedaan lokasi
(pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor
kesalahan.
Hasil pendugaan pada fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi (Soekartawi, 2003). Jadi besarnya b1 dan b2 pada
persamaan 2.5 adalah angka elastisitas. Jumlah dari elastisitas adalah
merupakan ukuran returns to scale. Dengan demikian, kemungkinan ada 3
alternatif, yaitu
1. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Merupakan tambahan
hasil yang semakin menurun atas skala produksi, kasus dimana output
bertambah dengan proporsi yang lebih kecil dari pada input atau
seorang petani yang menggunakan semua inputnya sebesar dua kali dari
semula menghasilkan output yang kurang dari dua kali output semula.
2. Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Merupakan tambahan hasil
yang konstan atas skala produksi, bila semua input naik dalam proporsi
yang tertentu dan output yang diproduksi naik dalam proporsi yang
tepat sama, jika faktor produksi di dua kalikan maka output naik
sebesar dua kalinya.
3. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Merupakan tambahan
hasil yang meningkat atas skala produksi, kasus di mana output
bertambah dengan proporsi yang lebih besar dari pada input. Contohnya
bahwa seorang petani yang merubah penggunaan semua inputnya
sebesar dua kali dari input semula dapat menghasilkan output lebih dari
dua kali dari output semula.
(Salvatore Dominick, 2005) Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan
mudah dikembangkan dengan menggunakan lebih dari dua input (misal
modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam atau modal, tenaga kerja
produksi, dan tenaga kerja non produksi) (Septi, 2015).
m. Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis (Technical Efficiency-TE) yaitu kemampuan suatu
perusahaan (usahatani) untuk mendapatkan output maksimum dari
penggunaan suatu set input (bundle). Efisiensi teknis berhubungan dengan
kemampuan suatu perusahaan untuk berproduksi pada kurva frontier
isoquant (Nuni anggraini, 2016).
n. Efisiensi Ekonomis
Efisiensi ekonomi adalah studi tentang bagaimana negara dan bisnis
memaksimalkan penggunaan sumber daya ekonomi atau masukan bisnis
mereka. Sumber daya ekonomi tradisional yang ditemukan di lingkungan
ekonomi meliputi tanah, tenaga kerja dan modal. Karena negara dan bisnis
biasanya terbatas pada sumber daya ini, mereka harus menemukan cara
yang paling efisien untuk menghasilkan jumlah barang konsumsi
maksimal tanpa membuang sumber daya. Penggunaan sumber daya
ekonomi yang tidak efisien di negara-negara dapat menurunkan kekayaan
warganya, sementara penggunaan sumber daya yang tidak efisien dapat
menyebabkan perusahaan menghabiskan terlalu banyak modal untuk
memproduksi barang atau jasa.
Selain efisiensi ekonomi suatu negara, bisnis yang beroperasi di pasar
ekonomi juga menghadapi tantangan efisiensi saat memproduksi barang
dan jasa konsumen.
Metode umum lain yang digunakan perusahaan saat mencoba
mencapai efisiensi ekonomi adalah dengan memproduksi barang atau jasa
konsumen dengan biaya serendah mungkin. Jenis efisiensi ini terutama
berfokus pada penggunaan modal yang efisien, bukan hanya berfokus pada
sumber daya ekonomi fisik lahan atau tenaga kerja. Manajemen atau
akuntansi biaya adalah alat umum yang digunakan perusahaan saat
melacak efisiensi ekonomi dari modal yang dikeluarkan saat memproduksi
barang atau jasa. Akuntansi manajemen melacak semua modal yang
dikeluarkan untuk sumber daya ekonomi dan mengalokasikan porsi biaya
bisnis yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Metode
akuntansi ini memberi perusahaan biaya produksi yang akurat sehingga
mereka dapat menentukan dengan tepat berapa banyak uang yang
dikeluarkan untuk sumber ekonomi dan berapa banyak uang yang perlu
dikeluarkan saat membeli lebih banyak sumber daya ekonomi atau
masukan bisnis (Wordperss, 2017).
BAB III

METODE PRAKTEK LAPANG

3.1. Lokasi Praktek Lapang


Kegiatan Praktek Lapang ini dilaksanakan di Desa Banyuanyara,
Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Dilaksanakan pada hari Jumat - hari Sabtu, tanggal 3 Mei 2019 sampai
selesai.
3.2 Metode Pelaksanaan Praktek Lapang
Adapun metode praktek yang di gunakan adalah dengan cara individu,
saat mencari data dari para petani dan teknik penentuan responden dalam
penelitian ini melalui wawancara secara langsung kepada responden secara
langsung dengan bantuan quesioner.
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengunjungi rumah
masyarakat secara langsung dan melakukan wawancara mengenai usahatani
mereka masing-masing sesuai dengan pertanyaan yang telah tertulis didalam
quisioner. Kemudian dilanjutkan dengan asistensi quisioner.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Defenisi pengumpulan data yaitu dimana pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuan penelitian. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
Data yang diperoleh dari praktek lapang ini terdiri dari:
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung
dengan petani sebagai responden dengan menggunkan kuesioner.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah desa.
BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK LAPANG

4.1. Kondisi Geografis


Secara geografis Desa Banyuanyara terletak pada 5 o25”-5o27” Lintang
Selatan dan 119o24”-119o25” Bujur Timur. Desa ini bagian dari 4 desa di
Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar.
Secara geografis wilayah Desa Banyuanyara merupakan salah satu desa
yang berada di Kecamata Sanrobone yang terdiri dari 6 dusun yang berjarak
kurang lebih 2,5 km dari Ibukota Kecamatan, sekitar 7 km dari pusat ibukota
Kabupaten Takalar dan sekitar 45 km dari pusat ibukota Provinsi Sulawesi
Selatan. Kawasan ini dapat dicapai dengan menggunakan roda dua maupun roda
empat.
Tabel 1. Letak Batas Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Letak Batas Desa/Kelurahan
Sebelah Utara Paddingin
Sebelah Selatan Pabbatangan
Sebelah Barat Sanrobone
Sebelah Timur Jipang
Sumber: Data Sekunder, 2019.

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan letak batas Desa Banyuanyara yang


dibatasi oleh beberapa desa yaitu disebelah utara berbatasan dengan Desa
Paddingin, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pabbatangan Kecamatan
Mappakasungu, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sanrobone kecamatan
Sanrobone dan di sebalah timur berbatasan dengan Desa Jipang Kecamatan
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.
Luas wilayah Desa Banyuanyara secara keseluruhan kurang lebih 793 Ha
persegi atau 7,93 km2 yang terbagi atas tanah sawah dan ladang, pemukiman dan
perumahan, tanah empang dll. Desa Banyuanyara termasuk yang sebagian besar
penduduknya bergerak dibidang Pertanian dan Peternakan, Wilayah Desa
Banyuanyara terdapat 6 Dusun.
Jenis tanah wilayah Desa Banyuanyara merupakan struktur dataran rendah.
Pada dasarnya jalanan Desa Bangun Jaya merupakan dataran rendah dengan
kemiringan dan permukaan laut 1 meter.
4.2. Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Banyuanyara berjumlah kurang lebih 2.916 jumlah kepala
rumah tangga sebanyak 723 kepala rumah tangga, struktur penduduk umur di
Desa Banyuanyara sebagian besar tergolong dalam kelompok usia produktif (15-
64 tahun) sedangkan untuk jumlah penduduk yang tergolong yang tidak produktif
(0 – 15 tahun). Rumah penduduk kebanyakan rumah berlantai dua. Berdasarkan
agama, penduduk Desa Banyuanyara 100% menganut agama islam. Kerapatan
rumah penduduk dengan penduduk lain agak renggang dengan penduduk lain.
Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian sangat bervariasi terdiri atas
pertanian, ternak, petambak, pedagang dan pegawai. Sumberdaya manusia yang
dimiliki di Desa Banyuanyara yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Banyuanyara,
Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang)
1. Laki-laki 1.486
2. Perempuan 1.430
Total 2.916
Sumber: Data Sekunder, 2019.

Berdasarkan Tabel 2, menujukkan bahwa jumlah keseluruhan penduduk di


Desa Banyuanyara yaitu 2.916 orang. Dimana jumlah laki-laki yaitu 1.430 orang
dan jumlah perempuan yaitu 1.486 orang, perbedaan antara penduduk laki-laki
dengan perempuan yaitu selisih 56 orang.

Adapun penduduk menurut strata pendidikan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Strata Pendidikan di Desa Banyuanyara,


Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Strata Pendidikan Jumlah (Orang)
1. Sarjana (S1, S2, S3) 52
2. Diploma (D1, D2, D3) -
3. SMA/ Sederajat 27
4. SMP/ Sederajat 32
5. SD/ Sederajat 34
6. TK (Taman kanak-kanak) -
7. Tidak sekolah 50
Total 195
Sumber: Data Sekunder, 2019.
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan
strata pendidikan yang berada di Desa Banyuanyara yaitu 1.95 orang dimana
jumlah tertinggi berada pada strata pendidikan Sarjana yaitu 52 orang, jumlah
terendah berada pada strata pendidikan SMA/Sederajat yaitu 27 orang.

4.3. Keadaan Pertanian Lokasi Praktik Lapang


Sebagian besar lahan yang ada, di pergunakan untuk lahan pertanian
(sawah) dan lahan perkebunan. Hasil dari sumberdaya alam subsektor pertanian
meliputi padi, jagung, kacang-kacangan, cabai, semangka, melon dan tanaman
hortikultura lainnya. Sedangkan sistem pengelolaannya meliputi pemilik tanah
pertanian, penyewa penggarap dan buruh tani. Secara garis besar sektor
peternakan di Desa Banyuanyara meliputi peternakan ayam, itik, kambing,
kerbau kuda dan sapi. Prasarana pertanian yang terdapat di Desa Banyuanyara
yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. Prasarana Pertanian di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
No. Prasarana Pertanian Jumlah (Unit)
1. Hand traktor 60
1. Penggilingan padi 4
2. Pompa air 116
3. Hans payer 90
Sumber: Data Sekunder, 2019.

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa prasarana pertanian yang


terdapat di Desa Banyuanyara sudah banyak seperti pompa air. Penggilingan padi
merupakan yang paling sedikit terdapat di Kelurahan Malewang.
Potensi sumberdaya alam di Desa Banyuanyara meliputi sumberdaya alam
non hayati yaitu air, lahan dan udara, sedangkan sumberdaya alam hayati yaitu
perkebunan, flora dan fauna. Khususnya tataguna dan intesifikasi lahan:
Tabel 5. Luas Area di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
No. Area Jumlah (Ha)
1. Pemukiman 522
2. Persawahan 214,15
3. Perkebunan 0,80
4. Pekarangan 237
5. Tambak/Empang 389
6. Tegala/Ladang 0,30
Sumber: Data Sekunder, 2019.

Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa luas wilayah desa yang


digunakan untuk persawahan dengan luas kurang lebih 214,15 Ha, perkebunan
dengan luas kurang lebih 0,80 Ha, luas area pemukiman 522 Ha, luas areal
pekarangan 237 Ha, luas areal tambak/empang 389 Ha dan luas areal
tegala/ladang kurang lebih 0,30 Ha.

4.4. Keadaan Sarana dan Prasaran


Adapun sarana dan prasarana di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebagai berikut:

a) Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan meliputi prasarana dan jumlah prasarana yang ada di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Tabel 6. Prasarana Pendidikan di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit)
1. Gedung TK 1
2. Gedung SD 3
4. Gedung Madrasah -
5. Gedung SMP 1
6. Gedung SMA/SMK -
7. Gedung PerguruanTinggi -
8. Gedung Puskesmas -
9. Gedung Posyandu 6
10. Gedung Apotek -
Sumber: Data Sekunder, 2019.
Berdasarkan Tabel 6, menunujukkan bahwa di Desa Banyuanyara terdapat
beberapa prasaranan pendidikan. Di desa tersebut juga terdapat pos kesehatan
desa untuk melayani warga dalam konsultasi kesehatan tetapi tidak terdapat
gedung perguruan tinggi.
Prasarana transportasi meliputi prasarana dan jumlah prasarana transportasi
yang ada di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 7. Prasarana Transportasi di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
No. Prasarana Transportasi Status Jalan
1. Jalan Kecamatan Aspal
2. Jalan Desa Aspal
3. Jalan Dusun Aspal
4. Jalan Usahatani Aspal
Sumber: Data Sekunder, 2019.

Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa prasarana transportasi di Desa


Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar memilki jalan yang
sebagian besar sudah melalui pengaspalan.

b). Sarana Ibadah


Sarana Ibadah meliputi jenis sarana dan jumlah sarana yang ada di Desa
Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Tabel 8. Sarana Ibadah di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
No. Sarana Ibadah Jumlah (Unit)
1. Masjid 5
2. Mushollah 2
3. Gereja -
Sumber: Data Sekunder, 2019.

Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa sarana ibadah yang terdapat di


Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan terdapat masjid dan mushollah yang digunakan warga untuk kegiatan
ibadah. Sarana ibadah dapat dijangkau oleh semua warga sekitar.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTEK LAPANG

5.1. Identitas Responden


Identitas responden merupakan suatu proses mendeskripsikan para
responden berdasarkan beberapa kriteria. Berikut adalah identitas reponden
berdasarkan usia atau umur, pendidikan, lama berusaha tani dan tanggungan
keluarga dari 18 responden di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan:
a. Umur
Umur seorang sangat berpengaruh terhadap kemampuan kerjanya, karena
pekerjaan di sebagai petani membutuhkan fisik/tenaga yang kuat, cara berfikir,
sehingga dapat menggambarkan pengalamannya dalam berusaha. Pada umumnya
petani di pedesaan yang berumur muda dan sehat mempunyai fisik yang lebih
kuat daripada petani yang lebih tua. Adapun kelompok umur responden dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 9. Identitas responden berdasarkan Tingkat Umur di Desa Banyuanyara,
Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Kelompok Umur Jumlah Persentase
(Tahun) (Orang) (%)
1 30 – 41 7 38,9
2 42 – 53 7 38,9
3 54 – 66 4 22,2
Total 18 100
Maksimum : 66
Minimum : 30
Rata-Rata : 47
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 9 diatas, menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah


47 tahun. Tingkat umur tersebut tergolong dalam usia produktif sehingga dapat
menunjang dalam kegiatan usahataninya. Dari 18 responden kelompok umur 30-41 dan
42-53 tahun merupakan kelompok umur tertinggi dengan jumlah 7 oranng dan persentase
mencapai 38,9%. Sedangkan untuk kelompok umur 54-66 hanya 4 orang dengan
persentase 22,2%.

b. Pendidikan
Pendidikan termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
responden dalam pengolahan usahataninya. Adapun kelompok pendidikan responden
dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 10. Identitas Responden berdasarkan Pendidikan di Desa Banyuanyara, Kecamatan
Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Pendidikan Jumlah Persentase
(Orang) (%)
1 SD 4 22,22
2 SMP 7 38,89
3 SMA 6 33,33
4 S1 1 5,56
Total 18 100
Maksimum : S1
Minimum : SD
Rata-Rata : SMP
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 10 diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan maksimum


responden yaitu S1 dan pendidikan minimum adalah SD. Dari 18 reponden persentase
pendidikan tertinggi adalah SMP yaitu mencapai 38,89%, sedangkan persentase
pendidikan terendah adalah S1 yaitu hanya 5,56%.

c. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani juga dapat mempengaruhi cara pengolahan suatu
usahatani. Makin lama seseorang melakukan usahatani maka semakin terampil responden
tersebut.
Tabel 11. Identitas Responden berdasarkan pengalaman berusahatani di Desa
Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan.
No Pengalaman Berusahatani Jumlah Persentase
(Tahun) (Orang) (%)
1 2 – 15 9 50
2 16 – 29 5 27,78
3 30 – 44 4 22,22
Total 18 100
Maksimum : 44
Minimum : 2
Rata-Rata : 17
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa rata-rata pengalaman berusahatani


responden yaitu 17 tahun. Maksimum pengalaman berusahatani responden yaitu 44 tahun
dan yang minimum yaitu 2 tahun. Persentase yang paling tinggi yaitu pada kisaran 2-15
tahun yaitu sebesar 50%.

d. Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga dapat menjadi faktor pengeluaran dalam usahatani dalam


biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi. Adapun kelompok tanggungan
keluarga responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 12. Identitas responden berdasarkan Tanggungan Keluarga di Desa Banyuanyara,
Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase
(Ha) (Orang) (%)
1 2 5 27,78
2 3 5 27,78
3 4–5 8 44,44
Total 18 100
Maksimum : 5
Minimum : 2
Rata-Rata : 3
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 12, dijelaskan bahwa maksimum tanggungan keluarga yaitu 5


orang dan minimum tanggungan keluarga yaitu 2 orang. Rata-rata tanggungan keluaraga
responden yaitu 3 orang. Persentase tertinggi berada pada kisaran 4 – 5 orang tanggungan
keluarga yaitu sebesar 44,44%. Sedangkan untuk tanggungan keluarga 2 dan 3
persentasenya adalah 27,78%.

5.2. Penggunan Faktor Produksi


a. Lahan
Lahan termasuk faktor produksi dalam usahatani. Makin luas suatu lahan maka
semakin banyak yang dapat kita tanami tanam dan lahan dapat menambah suatu
pendapatan. Adapun luas lahan yang digunakan responden dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 13. Luas Lahan di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
No Luas Lahan Jumlah Persentase
(Ha) (Orang) (%)
1 <1 5 27,78
2 1 – 1,25 11 61,11
3 2 2 11,11
Total 18 100
Maksimum : 2
Minimum : 0,20
Rata-Rata : 1,047
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 13, dapat dijelaskan bahwa rata-rata luas lahan yang digunakan
responden yaitu 1,047 Ha. Maksimum yang digunakan yaitu 2 Ha dan minimum yaitu
0,20 Ha. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan pada responden masih tergolong
sempit.

b. Benih
Benih merupakan faktor produksi untuk menghasilkan suatu produksi berupa
output untuk mendapatkan pendapatan. Benih merupakan dasar untuk melakukan suatu
proses produksi dalam usahatani. Adapun penggunaan benih pada responden dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 13. Penggunaan Benih Padi di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Penggunaan Benih Jumlah Persentase
(Kg) (Orang) (%)
1 10 – 56 11 61,11
2 57 – 103 5 27,78
3 104 – 151 2 11,11
Total 18 100
Maksimum : 151
Minimum : 10
Rata-Rata : 53,94
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 13, dapat dijelaskan bahwa maksimum penggunaan benih dari
18 responden yaitu 151 kg dan minimum 10 kg. Rata-rata penggunaan benih perkeluarga
yaitu 53,94 kg benih padi yang digunakan.

c. Penggunaan Pupuk
Pupuk merupakan biaya variabel yang digunakan petani untuk menambah hasil
produksinya agar menghasilkan produk yang lebih besar dengan penggunaan pupuk yang
maksimum. Adapun penggunaan pupuk pada responden dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 14. Penggunaan Pupuk di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Pupuk (Kg)
No. Responden
Urea TSP Za SP-36 KCL
1 Responden 1 200 100 50 - -
2 Responden 2 300 200 100 - -
3 Responden 3 300 200 100 - -
4 Responden 4 200 100 50 - -
5 Responden 5 500 100 100 - -
6 Responden 6 500 - 100 - -
7 Responden 7 300 200 - 100 75
8 Responden 8 200 100 - 50 50
9 Responden 9 6 - - - -
10 Responden 10 12 - - - -
11 Responden 11 100 - - 10 -
12 Responden 12 100 - - - -
13 Responden 13 100 - - - -
14 Responden 14 25 - - - -
15 Responden 15 50 3 - - -
16 Responden 16 300 200 - - -
17 Responden 17 100 100 50 - 50
18 Responden 18 300 40 25 - 10
Total 3.593 1.343 575 160 185
Maksimum : 500
Minimum : 3
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 14, menunjukkan penggunaan pupuk pada 18 responden.


Maksimum penggunaan pupuk pada responden yaitu 500 kg dan yang minimum yaitu 3
kg. Rata-rata penggunaan pupuk pada respondon yaitu 325,33 kg pupuk. Penggunaan
pupuk Urea merupakan yang paling tinggi dimana total penggunaannya adalah 3.593 kg,
untuk pupuk TSP total penggunaannya adalah 1.343 kg hasil ini dipengaruhi karena
adanya 7 responden yang tidak menggunakan pupuk tersebut, sedangkan total untuk
pupuk Za adalah 575 kg, SP-36 yaitu 160 kg dan pupuk KCL yaitu 185 kg.

d. Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida juga mempengaruhi hasil dari produksi pada usahatani.
Dengan menggunakan pestisida dapat mencegah penyerangan hama dan penyakit pada
tanaman padi. Adapun penggunaan pestisida pada responden dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 15. Penggunaan Pestisida di.Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Penggunaan Pestisida Jumlah Persentase
(Liter) (Orang) (%)
1 0–2 14 77,78
2 3–5 4 22,22
Total 18 100
Maksimum : 5
Minimum : 0
Rata-Rata : 2
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa penggunaan pestisida pada
responden maksimum yang digunakan yaitu 5 liter dan minimum 0 liter. Rata-rata
penggunaan pestisida yaitu 2 liter. Untuk persentase tertinggi yaitu penggunaan pestisida
0-2 liter dengan kisaran 77,78% sedangkan penggunaan pestisida 3-5 liter hanya 22,22%.
Hal ini menunjukan bahwa petani menggunaan pestisida dalam kegiatan berusahataninya
masih rendah.

e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang palin penting dalam melakukan
usahatani. Tenaga kerja bisa berupa tenaga kerja mesin, ternak dan manusia. Adapun
penggunaan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Jumlah Tenaga Kerja (HKP) Jumlah Persentase
(Orang) (%)
1 11,92 – 62,48 4 22,22
2 63,48 – 114,04 5 27,79
3 115,04 – 166,61 9 50
Total 18 100
Maksimum : 166,61
Minimum : 11,92
Rata-Rata : 89,63
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 16, menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja yang


maksimum yaitu 166,61 HKP dan yang minimu yaitu 11,92 HKP dengan rata-rata
penggunaan tenaga kerja yaitu sebesar 89,63 HKP. Kemudian untuk persentase tertinggi
adalah pada jumlah tenaga kerja 115,04 – 166,61 HKP yaitu sebesar 50%. Sedangkan
yang terkecil adalah pada kisaran 11,92 – 62,48 tenaga kerja yaitu hanya sebesar 22,22%

f. Peralatan
Peralatan merupakan alat yang digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan produksi yang maksimal. Peralatan sangat membantu dalam proses
produksi. Adapun penggunaan alat yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 17. Penggunaan Peralatan di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Jumlah Peralatan Jumlah Persentase
(Unit) (Orang) (%)
1 2 – 2,67 1 5,56
2 3,67 – 4,34 6 33,33
3 5,34 – 7 11 61,11
Total 18 100
Maksimum : 7
Minimum : 2
Rata-Rata : 4-5
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa jumlah peralatan yang


digunakan maksimum 7 unit dan minimum 2 unit. Rata-rata penggunaan alat yaitu
4 unit alat. Perentase berada pada kisaran 4 – 5 unit alat.

5.3 Biaya Produksi


a. Responden 1
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 18. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 50 25.000 1.250.000
2 Pupuk Urea Kg 200 2.000 400.000
3 Pupuk TSP Kg 100 3.500 350.000
Pupuk ZA
4 Kg 50 1.500 75.000
Pupuk Poska
5 Kg 50 2.500 125.000
Pupuk Organik
6 Pestisida Gramason L 3 65.000 195.000
7 Tenaga Kerja L 3 75.000 225.000
8 HKP 136,78 70.000 9.574.600
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.540.000 2.540.000
Biaya Total 14.884.600
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 18, dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi
terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 14.884.600 dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

b. Responden 2
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 19. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.

Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 70 15.000 1.050.000
2 Pupuk Urea Kg 300 3.000 900.000
3 Pupuk TSP Kg 200 4.000 800.000
Pupuk ZA
4 Kg 100 1.500 160.000
Pupuk Poska
5 Pupuk Organik
Kg 75 2.500 187.000
6 Pestisida Gramason L 2 75.000 150.000
7 Tenaga Kerja L 2 60.000 120.000
8 HKP 112,84 70.000 7.898.800
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,25 Ha 150.000 175.000.
2 Penyusutan Alat Rp 2.890.000 2.890.000
Biaya Total 7.212.300
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 19, dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 7.212.300 dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan biaya
tetap yang digunakan.

c. Responden 3
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 3 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 20. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 70 15.000 1.050.000
2 Pupuk Urea Kg 300 3.000 900.000
3 Pupuk TSP Kg 200 4.000 800.000
Pupuk ZA
4 Kg 100 1.500 150.000
Pupuk Poska
5 Pupuk Organik
Kg 75 2.500 187.500
6 Pestisida Gramason L 2 75.000 150.000
7 Tenaga Kerja L 2 60.000 120.000
8 HKP 109,72 70.000 7.680.400
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,25 Ha 150.000 175.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.680.000 2.680.000
Biaya Total 13.892.900
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 23, dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 13.892.900. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

d. Responden 4
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 4 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 21. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 50 20.000 1.000.000
2 Pupuk Urea Kg 200 3.000 600.000
3 Pupuk TSP Kg 100 4.000 400.000
Pupuk ZA
4 Kg 50 1.500 75.000
Pupuk Poska
5 Pupuk Organik
Kg 50 2.500 125.000
6 Pestisida Gramason L 1 60.000 60.000
7 Tenaga Kerja L 1 70.000 70.000
8 HKP 78,8 70.000 5.516.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1 Ha 150.000 150.00
2 Penyusutan Alat Rp 2.680.000 2.680.000
Biaya Total 10.376.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 21, dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 10.376.000. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

e. Responden 5
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 5 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 22. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi
Sulawesi Selatan.

Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 150 200.000 3.000.000
2 Pupuk Urea Kg 500 2.000 1.000.000
3 Pupuk ZA Kg 100 1.500 150.000
Pupuk Poska
4 Kg 100 2.500 250.00
Pupuk Organik
5 L 3 75.000 225.000
Pestisida Gramason
6 L 3 65.000 195.000
Tenaga Kerja
7 HKP 126,1 70.000 8.827.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,5 Ha 150.000 300.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.620.000 2.620.000
Biaya Total 16.567.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 25 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 16.567.000. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.
f. Responden 6
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 6 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 22. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.

Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 150 20.000 3.000.000
2 Pupuk Urea Kg 500 2.000 1.000.000
3 Pupuk ZA Kg 100 2.000 200.000
Pupuk Poska
4 L 100 2.500 250.000
5 Pestisida Gramason L 5 65.000 325.000
6 Tenaga Kerja HKP 161,7 70.000 11.319.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 2 Ha 150.000 300.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.890.000 2.890.000
Biaya Total 19.284.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 22 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 19.284.000. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

g. Responden 7
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 23. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 70.000 15.000 1.050.000
2 Pupuk Urea Kg 300 3.000 900.000
3 Pupuk TSP Kg 200 4.000 800.000
Pupuk SP-36
4 Kg 100 1.500 150.000
Pupuk KCL
5 Pupuk Organik
Kg 75 2.500 187.500
6 Pestisida Gramason L 2 75.000 150.000
7 Tenaga Kerja L 2 60.000 120.000
8 HKP 109,72 70.000 7.680.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.430.000 2.430.000
Biaya Total 13.617.900
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 23 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 13.617.900. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

h. Responden 8
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 8 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 24. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.

Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 50 20.000 1.000.000
2 Pupuk Urea Kg 200 3.000 600.000
3 Pupuk TSP Kg 100 4.000 4.000.000
Pupuk SP-36
4 Kg 50 1.500 75.000
Pupuk KCL
5 Kg 50 2.000 125.000
Pupuk Organik
6 Pestisida Gramason L 1 60.000 60.000
7 Tenaga Kerja L 1 70.000 70.000
8 HKP 78,8 70.000 3.880..500
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,25 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.320.000 2.320.000
Biaya Total 8.680.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 24 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 8.680.000. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

i. Responden 9
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 9 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 25. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 20 10.000 200.000
2 Pupuk Urea Kg 6 100.000 600.000
3 Pestisida Gramason L 1 91.000 91.000
4 Tenaga Kerja HKP 63,91 70.000 4.473.700
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1 Ha 150.000 120.000
2 Penyusutan Alat Rp 1.235.500 1.235.500
Biaya Total 6.720.200
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 25 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 6.720.200. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

j. Responden 10
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 10 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 26. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 35 10.000 350.000
2 Pupuk Urea Kg 12 100.000 1.200.000
3 Pestisida Gramason Botol 1 200.000 200.000
4 Tenaga Kerja HKP 120,17 70.000 8.411.900
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,7 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 1.085.500 1.085.500
Biaya Total 11.397.400
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 26 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi
terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 11.397.400. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

k. Responden 11
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 11 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 27. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 80 6.000 5776.000
2 Pupuk Urea Sak 10 90.000 900.000
3 Pupuk SP-36 Sak 1 30.000 20.000
4 Pestisida Gramason Botol 5 200.000 1.000.000
5 Tenaga Kerja HKP 59,2 420.000 6.700.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,2 Ha 150.000 180.000
2 Penyusutan Alat Rp 2.277.500 2.277.500
Biaya Total 11.713.500
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 27 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi
terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 11.713.500.

l. Responden 12
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 12 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 28. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 10 10.000 120.000
2 Pupuk Urea Sak 10 120.000 1.440.000
3 Pestisida Gramason L 5 105.000 630.000
4 Tenaga Kerja HKP 83,44 70.000 5.840.800
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,2 Ha 150.000 180.000
2 Penyusutan Alat Rp 1.085.000 1.085.000
Biaya Total 9.295.800
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 28 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 9.295.800. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

m. Responden 13
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 13 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 29. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Bungkus 3 35.000 105.000
2 Pupuk Urea Bungkus 1 95.000 95.000
3 Pupuk ZA Kg 50 120.000 6.000.000
4 Pestisida Gramason L 1 45.000 45.000
5 Tenaga Kerja HKP 16,04 70.000 1.122.800
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,41 Ha 150.000 20.000
2 Penyusutan Alat Rp 29.000 29.000
Biaya Total 7.416.800
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 29 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 7.416.800. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

n. Responden 14
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 14 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 30. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 10 110.000 1.100.000
2 Pupuk Urea Kg 25 50.000 1.250.000
3 Pupuk ZA Kg 25 60.000 1.500.000
4 Pestisida Rumtos Bungkus 1 25.000 25.000
5 Tenaga Kerja HKP 11,92 70.000 834.400
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,40 Ha 150.000 40.000
2 Penyusutan Alat Rp 12.000 12.000
Biaya Total 4.761.400
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 30 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 4.761.400. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

o. Responden 15
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 15 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 31. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 15 10.000 150.000
2 Pupuk Urea Kg 50 19.000 950.000
3 Pupuk TSP Kg 3 6.000 18.000
4 Pestisida Regen Botol 1 40.000 40.000
5 Tenaga Kerja HKP 22,73 70.000 1.591.100
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,25 Ha 150.000 25.000
2 Penyusutan Alat Rp 425.800 425.800
Biaya Total 3.159.900
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 31 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 3.159.900.

p. Responden 16
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 16 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 32. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 70 15.000 1.050.000
2 Pupuk Urea Kg 300 2.500 750.000
3 Pupuk TSP Kg 200 3.500 70.000
4 Pestisida Rumtos L 2 150.000 300.000
5 Tenaga Kerja HKP 166,61 70.000 11.662.700
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 1,25 Ha 150.000 1.250.000
2 Penyusutan Alat Rp 591.667 591.667
Biaya Total 13.504.367
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 32 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 13.504.367. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

q. Responden 17
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 17 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 33. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 15 10.000 150.000
2 Pupuk Urea Kg 100 3.500 350.000
3 Pupuk TSP Kg 100 30.000 300.000
Pupuk KCL
4 Kg 50 4.000 200.000
5 Pestisida Gramason L 2 35.000 70.000
6 Tenaga Kerja HKP 62,4 70.000 4.438.000
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 0,20 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 340.000 340.000
Biaya Total 5.998.000
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 33 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 5.998.000. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

r. Responden 18
Penggunaan sarana produksi dan biaya produksi usahatani padi pada
responden 18 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 34. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Produksi Usahatani Padi di
Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan.

Harga Nilai
No. Biaya Produksi Satuan Jumlah
(Rp/Satuan) (Rp)
Biaya Variabel :
1 Benih Kg 40 82.000 3.280.000
2 Pupuk Urea Kg 300 3.500 1.050.000
Pupuk TSP
3 Kg 40 3.000 120.000
Pupuk KCL
4 Kg 10 35.000 350.000
Tenaga Kerja
5 HKP 91,38 70.000 6.396.600
Biaya Tetap :
1 Pajak Lahan Rp 2 Ha 150.000 150.000
2 Penyusutan Alat Rp 556.142 556.142
Biaya Total 11.902.742
Sumber : Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 34 dapat dijelaskan bahwa penggunaan biaya produksi


terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang digunakan
yaitu Rp 11.902.742. Dimana biaya variabel yang digunakan ditambah dengan
biaya tetap yang digunakan.

5.4 Produksi Total dan Produksi Rata-rata

Produksi total yaitu produksi kesuluruhan yang dihasilkan dalam proses produksi
yang dihasilkan berupa barang ataupun jasa. Produksi rata-ratayaitu produksi total dibagi
dengan banyaknya yang mengahasilkan produksi. Adapun produksi total dan produksi
rata-rata dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 35. Produksi total dan Produksi rata-rata di Desa Banyuanyara, Kecamatan
Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Responden Luas lahan (Ha) Produksi Total (Kg)
1 Responden 1 1 9.000
2 Responden 2 1,25 11.000
3 Responden 3 1,25 4.000
4 Responden 4 1 5.000
5 1,5 11.000
Responden 5
6 1,25 4.000
Responden 6
7 2 19.000
8 Responden 7 1 5.000
9 Responden 8 0,7 1.500
10 Responden 9 1 1.500
11 Responden 10 1,2 4.000
12 Responden 11 1,2 4.000
13 Responden 12 0,41 1.380
14 Responden 13 0,40 2000
15 Responden 14 0,25 4000
16 1,25 8.000
17 Responden 15 0.20 3.000
18 Responden 16 2 6.000
Responden 17
Responden 18

Total 18,86 101.380

Produksi Rata-
Rata/Petani (Kg/Petani) 5.632,22

Produksi Rata-
Rata/Hektar (Kg/Ha) 5.375,39

Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 35, dapat dijelaskan bahwa total luas lahan dari 18 responden di
Desa Banyuanyara adalah 18,86 Ha dan total produksi adalah 101.380 dengan produksi
rata-rata perpetani ialah 5.632,22 Kg/petan dan produksi rata-rata perhektas ialah
5.375,39 Kg/Ha.

5.5 Analisis Pendapatan Usahatani


Analisis pendapatan usahatani yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui
pendapatan bersih petani atau keuntungan dari petani dari hasil proses produksinya.
Adapun analisis pendapatan usahatani dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 36. Analisis Pendapatan Usahatani Padi di Desa Banyuanyara, Kecamatan


Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
No
Uraian Jumlah Harga (Rp/satuan) Nilai (Rp)
.
1. Produksi 101.380 4.000 405.520.000
2. Harga - 4.000 4.000
3. Gross Output 405.520.000 405.520.000
4. Biaya Variabel 145.586.100 145.586.100
5. Biaya Tetap 30.172.609 30.172.609
6. Biaya Total 175.758.709 175.758.709
7. Gross Margin 259.933.900 259.933.900
8. Net Farm Income 229.761.291 229.761.291
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel 36 diatas dapat dijelaskan bahwa analisis pendapatan


usahatani yaitu didapat dari jumlah hasil data kuisioner dari 18 responden
sehingga nilai dari Biaya total Rp 175.758.709, gross margin sebesar Rp
259.933.900 dan Net Farm Income Rp 229,793,618 dapat diperoleh. Sehingga
pendapatan atau keuntungan total yang diperoleh dari 18 reponden di Desa
Banyuanyara adalah sebesar Rp 229,793,618.

5.6 Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas


Analisis Cobb-Douglass yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui
hasil prosuksi dengan lebih dua variabel yang digunakan. Adapun analisis cobb-
douglass dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 37. Analisis Cobb-Douglass di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,


Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Koefisien
No Variabel Independen t-Hitung Significant
Regresi (ß)
1 Benih 0.027 0,443 0,668
2 Urea 0,126 2,190 0,056
3 TSP -0,075 -1,347 0,211
4 KCL 0,098 1.824 0,102
5 Pestisida 0,022 0.535 0,606
6 SP-36 -0,033 -0,558 0,590
7 Za 0,03 0,061 0,953
8 Luas lahan 0,935 17,334 0.000
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.

Berdasarkan Tabel 28 menunjukkan bahwa setiap penambahan produksi 1


hektar lahan harus ditambah 0,935 Ha. Selain itu butuh penambahan benih
sebanyak 0,027 kg, urea ditambah 0,126 kg, Pengurangan pupuk TSP -0,075 kg,
penambahan pupuk KCL 0,098, penambahan pestisida 0,022, pengurangan SP-36
-0,033, penambahan Za sebesar 0,03.

Tabel 38. Tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani padi
sawah responden di Desa Banyuanyara, Kecamatan Sanrobone,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Penggunaan Rata-rata
No Ef =
input input/petani PMx NPMx Px
. NPMx/ Px
produksi (PRx)
1 Benih 53,94 50,7465 202.986 53,94 3.763,18
2 Urea 199,61 63,9954 255.981,6 199,61 1.282,41
3 TSP 122,09 -62,28 -249.120 122,09 -2.040,46
4 KCL 46,25 0,214816 859,264 46,25 18,57
5 Pestisida 2 1,11518 4.460,72 2 2.230,36
6 SP-36 53,33 -62,7297 -250.918,8 53,33 -4.705,02
7 Za 71,875 4,23415 16.936,6 71,875 235,64
8 Luas lahan 1,047 90.535,14 362.140.560 1,047 345.884,01
Sumber: Analisis Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 38 diatas, menunjukan bahwa efisiensi penggunaan input
dari 18 responden yaitu penggunaan benih yaitu 3.763,18 atau NPMx/Px > 1 nilai
tersebut menandakan belum efisien dan perlu adanya penambahan. Untuk
penggunaan pupuk urea yaitu 1.282,41 atau NPMx/Px > 1 nilai tersebut
menandakan bahwa penggunaan urea belum efisien sehingga perlu adanya
penambahan. Untuk penggunaan pupuk TSP yaitu -2.040,46 atau NPMx/Px < 1
nilai tersebut menandakan bahwa penggunaan pupuk TSP tidak efisien sehingga
harus dikurangi. Untuk penggunaan pupuk KCL yaitu 18,57 atau NPMx/Px > 1
dimana nilai ini menandakan penggunaan pupuk KCL belum efisien sehingga
perlu adanya penambahan.
Sedangkan untuk penggunaan pestisida yaitu 2.230,36 atau NPMx/Px > 1
dimana nilai ini menandakan penggunaan pesisida belum efisien sehingga perlu
adanya penambahan. Kemudian untuk penggunaan pupuk SP-36 yaitu -4.705,02
atau NPMx/Px < 1 nilai tersebut menandakan bahwa penggunaan pupuk SP-36
tidak efisien sehingga harus dikurangi. Untuk penggunaan pupuk Za yaitu 235,64
atau NPMx/Px > 1 nilai tersebut menandakan bahwa penggunaan pupuk Za belum
efisien sehingga perlu adanya penambahan dan untuk penggunaan lahan yaitu
345.884,01 atau NPMx/Px > 1 nilai tersebut menandakan bahwa penggunaan
pupuk Za belum efisien sehingga perlu adanya penambahan.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat dirangkum yaitu sebagai berikut:

a. Adapun penggunaan Faktor Produksi yaitu, Lahan yg dimana dapat


disimpulkan rata-rata luas lahan yang digunakan responden yaitu 1,047Ha.
Maksimum yang digunakan yaitu 2 Ha dan minimum yaitu 0,20 Ha. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan lahan pada responden masih tergolong
sempit. Penggunaan benih dari 18 responden yaitu 151 kg dan minimum 10
kg. Rata-rata penggunaan benih perkeluarga yaitu 53,94 kg benih padi yang
digunakan. Maksimum penggunaan pupuk pada responden yaitu 400 kg dan
yang minimum yaitu 60 kg. Rata-rata penggunaan pupuk pada respondon
yaitu 162 kg pupuk. penggunaan pestisida pada responden maksimum yang
digunakan yaitu 5 liter dan minimum 0 liter. Rata-rata penggunaan pestisida
yaitu 2 liter. Penggunaan tenaga kerja yang maksimum yaitu 166,61 HKP
dan yang minimum yaitu 11,92 HKP. Rata-rata penggunaan tenaga kerja
yaitu 89,63 HKP. Dan jumlah peralatan yang digunakan maksimum 7 unit
dan minimum 2 unit. Rata-rata penggunaan alat yaitu 4 unit alat. Perentase
berada pada kisaran 4 -5 unit alat.
b. Penggunaan biaya produksi terbagi menjadi dua yaitu biaya variabel dan
biaya tetap. Biaya yang digunakan dapat diketahui dengan cara biaya variabel
yang digunakan ditambah dengan biaya tetap yang digunakan.
c. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah. Analisis pendapatan bertujuan
untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani padi sawah di Desa
Banyuanyara Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar. Pendapatan
usahatani didefinisikan sebagai sisa pengurangan dari nilai penerimaan yang
diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan.
Penerimaan Usahatani. Penerimaan usahatani merupakan hasil kali antara
produksi dalam satu kali musim tanam yang di peroleh dengan harga yang
berlaku. Besarnya penerimaan petani dipengaruhi oleh produksi yang di
peroleh dan harga yang berlaku.
d. Berdasarkan Pemaparan diatas mengenai efisiensi panggunaan faktor
produksi berupa benih, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk ZA, pupuk Phoska,
pupuk organik, Pestisida dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan
bahwa usahatani di Desa Banyuanyara Kecamatan Sanrobone Kabupaten
Takalar Bersama menguntungkan dilihat dari pendapatan dari nilai NFI yang
lebih dari satu. Dengan keuntungan dari 18 responden sacara keseluruhan
adalah Rp. 229.761.291 berdasarkan hasil dari pengurangan Gross Output
dengan Biaya Varabel. Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi
menunjukkan bahwa setiap penambahan produksi 1 hektar lahan harus
ditambah -16344,384 Ha. Selain itu butuh penambahan benih -223,598 kg,
urea ditambah 4969,412 kg, Pengurangan pupuk SP-36 1065,799 dan perlu
penambahan tenaga kerja 979,783 HKP.

6.2. Saran
Bagi para peserta praktikum lapang Penyuluhan Pertanian berikutnya
diharapkan agar lebih memperhatikan tiap prosedur praktek, mengikutinya dengan
baik sehingga bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai