3.1. Metode Pelaksanaan Praktek Lapang, yaitu melakukan pengolahan data
sekunder
Adapun metode praktek yang di gunakan adalah dengan cara individu,
saat mencari data dari para petani dan teknik penentuan responden dalam penelitian ini melalui wawancara secara langsung kepada responden secara langsung dengan bantuan quesioner. Pengambilan data berlangsung sampai sore hari dan setelah pengambilan data dari petani selesai, dilanjutkan dengan asistensi quesioner kepada asisten dosen masing-masing kelompok. Asistensi quesioner dimulai pada pukul 20.00 WITA dan berlangsung lama karena beberapa kali harus mengganti data-data yang tidak sesuai. Defenisi pengumpulan data yaitu dimana pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang diperoleh dari praktek lapang ini terdiri dari: a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani sebagai responden dengan menggunkan kuesioner. b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah desa. 3.2. Metode Analisis Data a. Analisis Produksi dan Pendapatan Teori Produksi Menurut Soekartawi (1994), hubungan antara input dan output secara matematik dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi Coob-Douglas. Fungsi produksi Coob-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/independent variable dan variabel terikat/dependent variable). Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear) : 𝑌 = ln 𝑎 + b ln 𝑋1 + 𝑐 ln 𝑋2 + 𝑑 ln 𝑋3 + 𝑒 ln 𝑋4 + 𝑓 ln 𝑋5 + 𝑒 Teori produksi menggambarkan kaitan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah input yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi. Dalam teori produksi ada beberapa konsep yang perlu diketahui antara lain, produk total (total product/TP), produk rata-rata (average product/AP), dan produk marjinal (marginal product/MP). Produk total adalah jumlah produk yang dihasilkan dengan menggunakan input. Produk rata-rata adalah rata-rata produk yang dihasilkan setiap input. Produk marjinal adalah tambahan jumlah produk yang diakibatkan oleh tambahan input yang digunakan (Bangun, 2007). Model yang sering digunakan dalam fungsi produksi, terutama fungsi produksi klasik adalah the law of deminishing return. Model ini menjelaskan hubungan TP, AP, MP yang mengikuti hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Bila input dari salah satu sumber daya dinaikkan dengan tambahan yang sama per unit waktu, sedangkan input dari sumber daya yang lain dipertahankan agar tetap konstan, produk akan meningkat diatas suatu titik tertentu, tetapi peningkatan output tersebut cenderung mengecil (Rahim dan Diah, 2008). Pendapatan dan Penerimaan Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk. Penerimaan total atau pendapatan kotor ialah nilai produksi secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau total biaya. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. (Rahim dan Diah, 2008). R/C dan Break Even Point (BEP) Untuk melihat apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak, dapat digunakan kriteria R/C (Return Of Cost Ratio). R/C dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan total biaya. BEP (Break Event Point) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. BEP digunakan untuk melihat pada tingkat harga berapa dan volume produksi berapa usahatani tersebut balik modal. MET b. Analisis Cobb Douglas Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya dengan cara regresi, di mana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X. Dengan demikian kaidahkaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 2003). Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003): fungsi produksi Cobb-Dauglas dirumuskan: Y = a X1b1, X2b2, ..... Xnbnen Dimana: Y = Variabel yang dijelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = Besaran yang diduga e = Kesalahan (Disturbance term) Persamaan diatas sering disebut fungsi produksi Cobb-Douglas (Cobb Douglas production function). Fungsi Cobb-Douglas diperkenalkan oleh Charles W. Cobb dan Paul H. Douglas pada tahun 1920. Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas maka persamaan tersebut diperluas secara umum dan diubah menjadi bentuk linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut (Soekartawi, 2003) yaitu: LogY = Log a+ b1 LogX1+ b2 LogX2+ b3 LogX3+b4 LogX4 +b5 LogX5 + e Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuknya menjadi linier, maka persyaratan dalam menggunakan fungsi tersebut antara lain: 1. Tidak ada pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite). 2. Dalam fungsi produksi perlu diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan tingkat teknologi pada setiap pengamatan. 3. Tiap variabel X dalam pasar perfect competition. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan. Hasil pendugaan pada fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi (Soekartawi, 2003). Jadi besarnya b1 dan b2 pada persamaan 2.5 adalah angka elastisitas. Jumlah dari elastisitas adalah merupakan ukuran returns to scale. Dengan demikian, kemungkinan ada 3 alternatif, yaitu 1. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Merupakan tambahan hasil yang semakin menurun atas skala produksi, kasus dimana output bertambah dengan proporsi yang lebih kecil dari pada input atau seorang petani yang menggunakan semua inputnya sebesar dua kali dari semula menghasilkan output yang kurang dari dua kali output semula. 2. Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Merupakan tambahan hasil yang konstan atas skala produksi, bila semua input naik dalam proporsi yang tertentu dan output yang diproduksi naik dalam proporsi yang tepat sama, jika faktor produksi di dua kalikan maka output naik sebesar dua kalinya. 3. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Merupakan tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi, kasus di mana output bertambah dengan proporsi yang lebih besar dari pada input. Contohnya bahwa seorang petani yang merubah penggunaan semua inputnya sebesar dua kali dari input semula dapat menghasilkan output lebih dari dua kali dari output semula. (Salvatore Dominick, 2005) Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah dikembangkan dengan menggunakan lebih dari dua input (misal modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam atau modal, tenaga kerja produksi, dan tenaga kerja non produksi) (Septi, 2015). c. Analisis Efesiensi Produksi Efisiensi produksi Pengertian efisiensi dapat digolongkan dalam tiga macam, yaitu (1) efisiensi teknis, yaitu penggunaan faktor produksi yang menghasilkan produksi maksimum, (2) efisiensi harga, yaitu nilai dari produk marjinal 20 sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan, dan (3) efisiensi ekonomi, yaitu jika usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga (Daniel, 2002). Efisiensi teknis dapat dicapai apabila untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu digunakan kombinasi faktor yang paling kecil, yang diukur dalam satuan fisik dan tergantung pada teknologi yang ada. Efisiensi ekonomi dapat tercapai apabila menghasilkan output dalam jumlah tertentu digunakan biaya terkecil. Menurut Soekartawi (2002), efisiensi harga yaitu efisiensi yang dicapai dengan mengkondisikan nilai produk marjinal sama dengan harga faktor produksi. Suatu usaha pertanian perlu mencapai efisiensi ekonomi, karena efisiensi ekonomi akan terjadi bila efisiensi teknis terjadi. Perusahaan pertanian dapat mencapai keuntungan maksimum atau dikatakan efisien apabila petani mampu membuat suatu upaya jika nilai produk marjinal (NPM) sama dengan biaya korbanan marjinal (BKM) atau harga faktor produksi, yang dituliskan dengan rumus berikut: NPMx = 1 atau NPMx = 1 BKMx Px Untuk dapat menghitung nilai produk marjinal (NPM, maka diperlukan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Maka dapat dituliskan dengan rumus: NPMx = PM.Py 21 Pengunaan yang optimum dapat dicari dengan melihat nilai tambahan dari satu satuan output yang dihasilkan, yang dapat dituliskan sebagai berikut: NPMx = BKMx, dimana NPM = PM.Py Pada pasar persaingan sempurna, BKM = Px, sehingga: PM.Py = Px, dimana PM = (∆Y/∆X), sehingga: (∆Y/∆X).Py = Px atau (∆Y/∆X) = Px/Py Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi x, akan bersifat efisien bila nilai (∆Y/∆X) = Px/Py atau PM = Px/Py. Nilai b dalam fungsi produksi Cobb-Douglas adalah koefisien regresi sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. b = Ep dimana Ep = (∆Y/Y) / (∆X/X), sehingga: b = (∆Y/Y) / (∆X/X) atau b = (∆Y/∆X)*(X/Y) atau (∆Y/∆X) = b/(X/Y) atau (∆Y/∆X) = b*(Y/X), dimana (∆Y/∆X) = PM, sehingga PM = b*(Y/X) Menurut Soekartawi (2002), dalam kenyataan NPMx, tidak selalu sama dengan Px atau BKMx, tetapi yang sering terjadi adalah sebagai berikut: a) (NPMx/Px) > 1, artinya penggunaan faktor x belum efisien dan perlu ditambah. b) (NPMx/Px) < 1, artinya penggunaan faktor x tidak efisien dan harus dikurangi. 22 Bila produk marjinal lebih besar dari biaya korbanan (harga faktor produksi), agar diperoleh tingkat keuntungan yang maksimum, maka penggunaan faktor produksi harus ditambah. Sebaliknya bila nilai produk marjinal kurang dari satu maka penggunaan faktor produksi harus dikurangi. Pada saat nilai produk marjinal sama dengan harga faktor produksi maka NPMxi = BKMxi, berarti penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien secara ekonomi dan keuntungan diperoleh merupakan keuntungan maksimum. Menurut Doll dan Orazem (1984), secara umum keuntungan maksimum dari penggunaan n faktor produksi akan diperoleh pada saat : NPMX1 = NPMX2 = ………..= NPMXi = 1 Px1 Px2 Pxi Jika kondisi keuntungan maksimum tidak dapat dipenuhi maka alokasi optimum penggunaan faktor – faktor produksi ditentukan berdasarkan biaya terendah atau dengan kendala input sehingga didapat kombinasi penggunaan input yang efisien dan menghasilkan keuntungan yang maksimum.