Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN HABITAT


MAKHLUK HIDUP
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ekologi
Dosen pengampu : Dra. Syarifah Miftahul EL Jannah, M.BIOMED

Disusun oleh:
Tingkat 1D3-B Kelompok 6
1. Nuzul Citra Dewanti
2. Ramadiaz Eka Putra
3. Raniyah Putri Hafni
4. Revalina Norviatinnisa
5. Rizkyah Putri Amalia
6. Sabrina Christianingrum
7. Septina Putrika Utami
8. Siti Risqa Sa’adah

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Jakarta, 2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang
telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah Ekologi dengan baik tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, beserta keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya.

Sekilas tentang isi dari makalah ini yaitu membahas tentang


Keanekaragaman Hayati dan Habitat Makhluk Hidup. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kami bisa
mengaplikasikannya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekologi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
turut serta dalam pembuatan makalah ini.

Selain itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak
yang harus diperbaiki, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

Jakarta, Maret 2020

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................1

1.3. Tujuan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi Keanekaragaman Hayati...............................................3

2.2 Ekosistem Air Tawar, Laut dan Estuaria..................................5

2.2.1 Ekosistem Air Tawar...............................................................5

2.2.2 Ekosistem Air Laut..................................................................9

2.2.3 Ekosistem Air Estuaria..........................................................12

2.3 Kenekaragaman Spesies Air Tawar, Laut dan Estuaria........16

2.3.1 Kenekaragaman Spesies Air Tawar.....................................17

2.3.2 Kenekaragaman Spesies Air Laut........................................20

2.3.3 Kenekaragaman Spesies Air Estuaria..................................23

2.4 Keanekaragaman Populasi Air Tawar, Laut dan Estuaria....25

2.4.1 Keanekaragaman Populasi Air Tawar.................................25

2.4.2 Keanekaragaman Populasi Air Laut....................................26

2.4.3 Keanekaragaman Populasi Air Estuaria.............................27

2.5 Keanekaragam Hayati Air Tawar, Laut dan Estuaria...........27

2.5.1 Keanekaragam Hayati Air Tawar........................................27

2.5.2 Keanekaragam Hayati Air Laut...........................................28

ii
2.5.3 Keanekaragam Hayati Air Estuaria.....................................28

Pengaruh campuran massa air tawar dan air laut tersebut menghasilkan
suatukondisi lingkungan dan komunitas biota yang khas, komplek
dan dinamis yang tidaksama dengan air tawar atau air
laut.Dinamika tersebut sangat terkait dengan poladistribusi
salinitas, kekuatan arus, amplitudo pasang-surut, kekuatan ombak,
pengendapansedimen, suhu, oksigen serta penyediaan unsur hara
(Suyasa dkk., 2008). Dimana air tawar yang mempunyai densitas
lebih kecil dari air laut cenderung mengembang diatasnya.Pada
daerah estuaria ini juga terdapat fluktuasi perubahan salinitas yang
berlangsung sacara tetap yang berhubungan dengan gerakan air
pasang.Massa air yang masuk kedalam daerah estuaria pada waktu
terjadi air surut hanya bersumber dari air tawar, akibatnya
salinitas air didaerah estuaria pada saat itu umumnya rendah.Pada
waktu air pasang air masuk kedalam estuaria dari air laut
bercampur dengan estuaria, sehingga mengakibatkan salinitas
naik.Mengakibatkan organisme-organisme laut tidak dapat hidup
didaerah estuaria, kebanyakan organisme-organisme laut tersebut
hanya dapat bertoleransi terhadap perubahan salinitas yang
kecil.Dan akibatnya mereka tidak di bisa hidup didaerah
estuaria.Hanya spesiesyang memiliki kekhususan fisiologi baik
ikan air tawar, ikan asli estuarine dan ikan darilaut yang mampu
bertahan hidup di perairan estuari.Oleh karena itu jumlah spesies
yangmendiami perairan estuarine lebih sedikit dibandingkan
dengan organisme yang hidup diperairan tawar atau laut.(Bengen,
2002).............................................................................................28

BAB III PENUTUP..............................................................................................30


3.1. Kesimpulan.................................................................................30

3.2. Saran............................................................................................30

Daftar Pustaka......................................................................................................31

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kekayaan hayati di dunia tidak tersebar seragam, daerah tropis umumnya


merupakan tempat hidup berbagai jenis spesies dalam jumlah yang besar
dibandingkan daerah lain. Secara efisien dan efektif diperlukan target dalam usaha
konservasi dengan mengetahui di mana pusat keanekaragaman hayati yang
dijadikan tingkatan prioritas secara nasional maupun internasional. Dalam skala
global, secara sederhana dapat diidentifikasi daerah target yang dimaksud dengan
membuat penilaian (scoring) antar negara yang memiliki kekayaan spesies yang
tinggi.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan


keanekaragaman hayati yang tinggi dan merupakan aset bangsa yang tak ternilai
dan perlu dilestarikan melalui perlindungan dan pemanfaatan secara
berkelanjutan, seperti diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 1994 Tentang
Keanekaragaman Hayati, yang meliputi konservasi, pemanfaatan berkelanjutan
atas komponen keanekaragaman hayati, serta akses dan pembagian keuntungan
yang adil.

Sebagai kader bangsa, mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan


tentang keanekaragaman hayati dan nilai pentingnya bagi kehidupan manusia.
Dengan demikian mahasiswa akan memiliki kepekaan untuk menjaga,
melestarikan, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia secara
berkelanjutan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja ekosistem air tawar, laut dan estuaria?
2. Apa saja kenekaragaman spesies air tawar, laut dan estuaria?
3. Apa saja keanekaragaman populasi air tawar, laut dan estuaria?
4. Apa saja keanekaragam hayati air tawar, laut dan estuaria?
1.3. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui dan memahami ekosistem air tawar, laut dan estuaria.
2. Untuk mengetahui dan memahami kenekaragaman spesies air tawar, laut
dan estuaria.
3. Untuk mengetahui dan memahami keanekaragaman populasi air tawar,
laut dan estuaria.
4. Untuk mengetahui dan memahami keanekaragam hayati air tawar, laut
dan estuaria.
5.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas


bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai materi
genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka
hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari
organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut
maupun sistem-sistem perairan lainnya.

Macam-Macam Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan,


mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Berikut
macam-macam keanekaragaman hayati, yaitu:

1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar. Bentuk, rasa, warna


pada buah mangga, serta keanekaragaman sifat, warna bulu dan bentuk pial pada
ayam, ini semua disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut
dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat
dasar penyusun gen yang serupa. Gen merupakan bagian kromosom yang
mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari
induk/orang tua kepada keturunannya. Gen pada setiap individu, walaupun
perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung
pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan
ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.

Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen?. Perkawinan


antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya.
Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal
dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk

3
tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa
varietas yang terjadi secara alami atau secara buatan. Keanekaragaman yang
terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu
dengan lingkungan, seperti pada buah rambutan. Faktor lingkungan juga turut
mempengaruhi sifat yang tampak (fenotipe) suatu individu di samping ditentukan
oleh faktor genetiknya (genotipe). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat
terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridisasi).

Pada manusia juga terdapat keanekaragaman gen yang menunjukkan sifat-


sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar, kecil, sedang); warna kulit (hitam,
putih, sawo matang, kuning); warna mata (biru, hitam, coklat), serta bentuk
rambut (ikal, lurus, keriting).

2. Keanekaragaman hayati tingkat jenis

Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan


atau hewan, dapat diamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan
ukuran tubuh, warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.

Sebagai contoh dalam suku kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah,


kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan
tersebut dapat dengan mudah dibedakan, karena diantara jenis tersebut ditemukan
ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalkan ukuran tubuh
atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada
yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang
berbeda.

Sebagai contoh hewan adalah suku Felidae. Walaupun hewan-hewan


tersebut termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat
perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu, tipe
lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.

3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem

4
Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu
(uniseluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multiseluler) yang dapat dilihat
langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah,
dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor
kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral.
Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi.
Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik
dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.

Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat didalamnya


selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun
makhluk hidup dengan lingkungannya atau komponen abiotiknya. Hubungan
timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Apa
yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman tingkat ekosistem?. Perbedaan
letak geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk
ekosistem.

Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim


menyebabkan terjadinya perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya
matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-
jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.

Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon,
yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub
dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdapat bioma Taiga. Jenis
tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan
fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.

2.2 Ekosistem Air Tawar, Laut dan Estuaria


2.2.1 Ekosistem Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem perairan tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklirm dan cuaca. Jenis tumbuhan

5
yang terbanyak adalah ganggang, sisanya berupa tumbuhan biji, dan hamper
semua filum hewan terdapat dalam air tawar.

Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikur:

1) Adaptasi tumbuhan: tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu
dan dinding selnya kuat seperti beberapa jenis alga hijau. Tumbuhan tingkat
tinggi seperti teratai (Nymphaea gigartea) mempunyai akar jangkar. Hewan
dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air tekanan osmosisnya sama
dengan tekanan osmosis lingkungan.
2) Adaptasi hewan, ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan
hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot vang kuat. Hewan
tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam
mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk
memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi,
insang, dan percernaan.

Membahas tentang ekosistem perairan tawar maka dikenal ekosistem


perairan lotik (mengalir) misalnya sungai, dan ekosistem perairan lentik
(tenang/tergenang) misalnya danau, rawa, dan lainnya.

1. Ekosistem Perairan Lotik (Mengalir)

Salah satu contoh ekosistem perairan lotik adalah perairan Sungai. Sungai
adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara
konstan memberikan oksigen pada air. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem
akuatik yang berperan penting dalam siklus hidrologi dan sebagai daerah
tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya sehingga kondisi suatu
sungai sangat dipengaruhi karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan di
sekitarnya.

Berdasarkan kebiasaan hidupnya, organisme perairan tawar dibedakan atas:

6
1) Plankton, terdiri atas fitoplankton dan zooplankton yang melayang
terbawa arus air (pergerakannya pasif).
2) Nekton, hewan yang aktif berenang dalam air contohnya ikan.
Berdasarkan jenis makanannya ikan dapat dibagi ke dalam 8 kelompok
(Kottelat et al., 1993), yaitu (1) jenis herbivora endogen, hidupnya pada
tanaman yang tumbuh di air atau materi autochthonous; (2) jenis
herbivora eksogen makanannya berupe tumbuhan yang berasal dari luar
sistem sungai; (3) tingkat I yaitu jenis pemangsa endogen yang memakan
hewan air kecil seperti nematoda, rutifer, plankton, vertebrata yang dicerna
sebagai delritus di lumpur dan pasir, (4) tingkat 2 yaitu jenis pemangsa
endogen yang makan larva serangga khusus, (5) tingkat 2 jenis pemangsa
eksogen yang memakan hewan air seperti serangga yang jatuh di dalam
air; (6) tingkat 3 yaitu jenis pemangsa hewan air yang lebih besar seperti
udang, keong yang umumnya berada pada dasar perairan, (7) tingkat 4
yaitu jenis pemangsa yang memakan ikan lain; dan (8) omnivora vang
memakan materi hewan dan tumbuhan.
3) Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di permukaar air,
contoh serangga air, seperti capung (Odonata), serangga (mayfly)
(Ephemeroptera), stone flie (Plecoptera), lalat hitam (Diptera), dan
ngengat (Lepidoptera).
4) Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat atau bergantung
pada tumbuhan atau benda lain (contohnya keong).
5) Bentos, hewan yang hidupnya di dasar atau pada endapan sedimen,
misalnya herbagai jenis hewan avertebrata. Komposisi umum dari
avertebrala makrobentik meliputi Tubificidae (Oigochaeta), Simulidae
(Diptera), Hydropsychidae (Trichoptera), Chironomidae (Diptera),
Ephemeroptera. Plecoptera. Coleoptera, Heteroptera. Odonata, Gastropoda
(Prosobranchia), Bivalvia, dan Krustasea (Decapoda).

2. Ekosistem Perairan Lentik (Tenang atau Tergenang)

7
Salah satu tipe ekosistem lentik (tergenang) adalah perairan danau yang
merupakan suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dengan
kedalaman bervariasi sehingga membentuk stratifikasi perairan secara vertikal
akibat perbedaan suhu, nutrien, dan intensitas cahaya matahari yang masuk pada
kolom perairan.

Danau adalah badan air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh daratan
dan tidak berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai. Danau bisa berupa
cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang kemudian menampung dan
menyimpan air yang berasal dari hujan, mata air, rembesan, dan/atau air sungai
(KNPELB, 2004).

Berdasarkan proses terjadinya, danau dapat dikelompokkan menjadi dua


(Odum, 1993), yaitu:

1) Danau alami, merupakan danau yang terbentuk akibat kegiatan alamiah,


misalnya vulkanik dan kegiatan tektonik.
2) Danau buatan, adalah danau yang dibentuk dengan sengaja oleh kegiatan
manusia dengan tujuan tertentu untuk membendung massa air sungai pada
daerah dataran rendah.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman


dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 3 zona atau
daerah sebagai berikut:

 Zona litoral

Zona litoral merupakan wilayah tepi pada danau dan daerah ini
merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal.
Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang
melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, crustacea,
ikan, amfibi (katak), reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik
dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.

8
 Zona limnetic
Zona limnetik merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Zona ini dihuni oleh berbagai organisme,
diantaranya fitoplankton termasuk ganggang dan sianobakteri, zooplankton
yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang serta nekton.
 Zona profundal
Zona profundal merupakan daerah yang dalam dan merupakan daerah
dasar pada suatu danau. Zona ini dianggap sebagai daerah afotik danau. Pada
zona profundal hidup predator heterotrof dan bentos (hidup di dasar air) yang
mendekomposisi (menguraikan) limbah-limbah organik. Selain itu, pada zona
profundal terdapat banyak mikroba (bakteri) dan makhluk hidup lain yang dapat
hidup secara anaerob.

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organiknya,


yaitu danau oligotropik dan danau eutropik. Penjelasan masing-masing kelompok
ini sebagai berikut.

 Danau oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif.
Ciri-cirinya yaitu airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme dan di
dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.

 Danau eutropik

Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya yaitu
airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme dan oksigen terdapat di
daerah profundal.

2.2.2 Ekosistem Air Laut

9
Lautan di bumi sekitar 70,8% dengan luas 510 juta km2. Air laut memiliki
kemampuan dalam menyimpan panas, dan arena air laut lebih padat (densitas
tinggi) sehingga mempunyai kemampuan lebih untuk mempertahankan berbagai
kondisi fisik tertentu. Lautan berperan penting dalam perubahan cuaca dan iklim.
Selain itu, kekayaan sumber daya hayati laut juga sangat melimpah yang
dipengaruhi dinamika faktor lingkungan.

Beberapa aspek lautan yang menjadi perhatian bidang ekologi menurut


Odum (1983) adalah sebagai berikut:

1. Lautan sangat luas mencakup 70,8% dari permukaan bumi.


2. Di lautan, kehidupan dapat berlangsung pada setiap kedalaman dan semua
lautan saling berhubungan serta temperatur, salinitas, dan kedalaman
merupakan hambatan utama bagi biota laut untuk dapat bergerak bebas.
3. Lautan selalu bersirkulasi secara berkesinambungan sehingga perbedaan suhu
udara antara kawasan kutub dengan khatulistiwa menyebabkan tiupan angin
kencang yang menimbulkan arus permukaan laut.

Lingkungan perairan laut secara singkat dapat dibagi menjadi dua bagian
utama, yaitu:

1. Bagian kolom air yang lebih dikenal sebagai daerah pelagik.


2. Bagian dasar laut yang lebih dikenal dengan daerah bentik.

Bagian pelagik dapat dibagi secara horizontal menjadi dua zona, sebagai
berikut:

1. Zona neritik, mencakup massa air di atas paparan benua.


2. Zona oseanik, meliputi semua perairan laut terbuka.

Batas antara kedua zona tersebut di laut tidak begitu jelas tetapi biasanya
ditentukan batas neritik hanya sampai pada kedalaman ±200 m, meskipun ada
faktor-faktor lain yang ikut menentukan, misalnya faktor salinitas, kandungan
lumpur, dan lainnya (Wibisono, 2005).

10
Sementara itu, pemisahan zona neritik dan oseanik karena beberapa hal
berikut:

3) Kandungan zat hara di zona neritik melimpah dibanding zona oseanik.


4) Sifat kimiawi perairan neritik berbeda dengan perairan oseanik karena
perbedaan zat-zat terlarut yang dibawa ke laut dari daratan.
5) Zona neritik sangat berubah-ubah, baik dalam skala waktu maupun ruang. Jika
dibandingkan dengan perairan oseanik disebabkan zona neritik lebih dekat
dengan daratan dan adanya berbagai tumpahan zat terlarut dari darat ke laut.
6) Penembusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik dalam kolom air
berbeda antara zona neritik dan oseanik.

Jenis-jenis Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang beraneka ragam. Berikut ini
adala macam- macam dari ekosistem air laut:

1) Ekosistem laut dalam. Ekosistem alut dalam ini terdapat di daerah laut paling
dalam atau palung laut. Ekossitem ini tidak dapat ditembus oleh cahaya
matahari. Organisme yang hidup di ekosistem ini adalah predator dan ikan
yang dapat memancaran cahayanya sendiri.
2) Ekosistem terumbu karang. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang jernih.
Banyak organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain adalah terumbu
karang, hewan spons, mollusca, bintang laut, ikan, dan juga ganggang.
Ekosistem terumbu karang ini mempunyai manfaat ekosistem terumbu karang
bagi biota laut dan manusia yang beraneka ragam.
3) Ekosistem estuari. Ekosistem ini berada di daerah percampuran air laut dengan
air sungai. Di ekosistem estuari ini terdapat ekosistem yang khas, yakni
ekosistem padang lamun dan ekosistem hutan mangrove (baca: ciri-ciri hutan
mangrove).
4) Ekosistem pantai pasir. Ekosistem pantai pasir merupakan ekositem yang
berada di pesisir pantai dengan hamparan pasir. Tempat ini selalu terkena
deburan ombak dan cahaya matahari yang kuat pada siang harinya.

11
5) Ekosistem pantai batu. Ekosistem pantai batu ini merupakan ekosistem yang
meiliki banyak bongkahan batu yang besar maupun kecil. Banyak organisme
yang hidup di ekosistem ini, misalnya ganggang cokelat, kepiting, kerang,
siput, dan juga burung.
2.2.3 Ekosistem Air Estuaria

Estuari adalah suatu perairan semi tertutup yang berada pada bagian hilir
sungai dan masih berhubungan bebas dengan laut dan menerima masukan air
tawar dari daratan sehingga memungkinkan terjadinya percampuran antara air
tawar dan air asin.

Di perairan estuari, arus pasang surut sangat dominan pengaruhnya


dibandingkan dengan arus yang ditimbulkan oleh angin atau gelombang sehingga
perilaku estuari sangat tergantung pada aksi pasang surut perairan laut dan aliran
sungai yang merupakan peubah bebas.

Estuari adalah badan air yang bergerak dinamis sebagai tempat bertemunya
air tawar dari sungai dan air asin dar laut. Adanya perbedaan karakteristik antara
air tawar dan air asin maka pencampuran yang terjadi di antaranya tidak akan
terjadi dengan mudahnya, terkadang pencampuran dapat terjadi dengan sempurna
tetapi kadang pula akan terstratifikasi membentuk lapisan tersendiri.

Perairan estuari sering dikaitkan dengan ekosistem pantai lainnya, seperti


teluk, delta, hutan rawa, dan hutan mangrove. Estuari berfungsi sebagai system
penyaringan serta kolam pengendaparn lumpur sungai dan menjadi contoh bagi
adanya saling ketergantungan antara sistem daratan dengan lautan.

Kombinasi pengaruh air asin dan air tawar pada perairan estuari akan
menghasilkan komunitas yang khas, dengar kondisi lingkungan yang bervariasi
(Supriharyono, 2007), antara lain adalah sebagai berikut:

1) Tempat bertemunya arus air sungai dengan arus pasang surut yang berlawanan
menyebabkan suatu pengaruh kuat pada sedimentasi, percampuran air, dan
ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.

12
2) Percampuran kedua massa air tersebut menghasilkan sifat fisik lingkungan
yang tidak sama dengan air sungai dan air laut.
3) Perubahan akibat pasang surut mengharuskan organisme menyesuaikan secara
fisiologis dengan lingkungannya.
4) Tingkat salinitas perairan estuari tergantung pada pasang surut air laut,
banyaknya aliran air sungai dan topografi daerah tersebut sehingga system
ekologi pada daerah estuari sangat berbeda dengan sungai dan laut.

Berdasarkan karakteristik geomorfologinya, perairan estuari dapat


digolongkan menjadi empat tipe (Tuwo, 2011), yaitu:

1) Estuari dataran pesisir, paling umum dijumpai yang pembentukannya terjadi


akibat kenaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai
yang landai.
2) Estuari laguna atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir
yang terletak sejajar dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi
langsung dan terbuka dengan perairan laut.
3) Estuari fjords, merupakan estuari yang dalam dan terbentuk oleh aktivitas
gletser yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut
4) Estuari tektonik, terbentuk oleh aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan
gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang
kemudian digenangi oleh air laut saat pasang.

Secara horizontal, salinitas yang tertinggi berada pada daerah perbatasan


antara estuari dengan laut, sementara yang terendah berada pada daerah di mana
air tawar masuk ke estuari. Sedangkan secara vertikal, salinitas pada lapisan atas
kolam air umumnya lebih rendah daripada salinitas air pada lapisan bawahnya.
Hal ini disebabkan karena air tawar cenderung terapung di atas air asin yang lebih
besar berat jenisnya karena mengandung banyak garam-garam.

Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air, estuari digolongkan menjadi


tiga tipe (Bengen, 2002; Goltenboth et al., 2012), yaitu:

13
1) Estuari berstratifikasi sempurna (estuari baji garam), yaitu tipe estuari dengan
stratifikasi salinitas yang kuat dan dicirikan oleh adanya batas yang jelas
antara air tawar dan air asin. Estuari tipe ini ditemukan di daerah dengan aliran
air tawar dari sungai yang besar lebih dominan daripada instrusi air asin dari
laut yang dipengaruhi oleh pasang surut. Tipe ini dijumpai pada sungai yang
berarus lebih besar dari arus pasang surut sehingga air tawar yang dibawa oleh
sungai cenderung melimpasi air garam yang lebih berat dari laut.
2) Estuari berstratifikasi sedang, yaitu tipe yang terjadi akibat adanya gerakan
pasang surut yang menyebabkan terjadinya pengadukan pada kolom air
hingga terjadi pertukaran air secaia vertikal. Pada permukaar air cenderung
mengalir keluar sedangkan air laut merayap masuk dari bawah. Arus pasang
dan arus surgai memiliki kekuatan yang seimbang sehingga salinitas akan
secara gradual meningkat seiring kedalaman perairan.
3) Estuari homogen vertikal (campuran sempurna), bila gerakan pasang surut
sangat dorniran sehingga air cenderung tercampur dengan baik dari atas
sampai ke bawah, menyebabkan salinitas menjadi homogen secara vertikal
yang bervariasi seiring status pasang surutnya karena berada di bawah kendali
pasang surut maka salinitas di semua titik dapat beruhah drastis bergantung
pada kedudukan pasang surut, artinya saat terjadi surut air laut maka salinitas
didominasi oleh air tawar yang datang dari sungai, sedangkan pada saat
pasang masukan air lautlah yang menentukan besaran salinitas. Hal ini
biasanya terjadi di muara yang kecil.

Organisme pada perairan estuari dapat dikelompokkan ke dalam lima


pengelompokan berikut:

1) Oligosterohaline, kebanyakan merupakan organisme air tawar. Umumnya


fauna yarg hidup di sungai dan perairan tawar tidak tahan pada salinitas 0,1% 0
tetapi beherapa spesies oligohaline ada yang dapat hidup pada saliritas di atas
5%0.

14
2) Organisme estuari, umumnya adalah orgarisme laut yang hidup di pusat
estuari yang dapat hidup di perairan laut, citemukan di estuari karena
kompetisi dengan hewan lainnya.
3) Euryhaline, umumrya organisme laut yang hidupnya di daerah estuari dengan
distribusi dari laut sampai ke pusat estuari yang tidak tahan pada salinitas
sekitar 18%0.
4) Polysternohaline, adalah organisme laut yang hidup di mulut estuari pada
salinitas sampai 25%0.
5) Organisme peruaya, kebanyakan berupa ikan dan kepiting yang tinggal di
estuari hanya sebagian dari siklus hidupnya, misalnya ikan salmon (Salmo
salar) dan sidat (Anguilla anguilla) yang menggunakan estuari sebagai rute
ruaya menuju sungai atau laut.

Tipe-tipe Estuari

Perbedaan salinitas di wilayah estuari mengakibatkan terjadinya proses


pergerakan massa air. Air asin yang memiliki massa jenis lebih besar
dibandingkan dengan air tawar menyebabkan air asin di muara yang berada di
lapisan dasar dan mendorong air tawar ke permukaan menuju laut. Sistem
sirkulasi seperti inilah yang menyebabkan terjadinya proses up-welling. Yaitu
proses pergerakan antar massa air laut dan tawar yang menyebabkan terjadinya
stratifikasi atau tingkatan-tingkatan salinitas. Sehingga terbentuklah beberapa tipe
estuari, yaitu:

1) Estuari positif (baji garam)

Estuari tipe ini memiliki ciri khas yaitu gradien salinitas di permukaan lebih
rendah dibandingkan dengan salinitas pada bagian dalam atau dasar perairan.
Rendahnya salinitas di permukaan perairan disebabkan karena air tawar yang
memiliki berat jenis lebih ringan dibanding air laut akan bergerak ke atas dan
terjadi percampuran setelah beberapa saat kemudian. Kondisi ini, juga dapat
disebabkan pula oleh rendahnya proses penguapan akibat sedikitnya intensitas
matahari yang masuk pada wilayah estuari. Tipe estuari ini dapat ditemukan di

15
wilayah sub tropis yang mana terjadinya penguapan rendah dan volume air tawar
yang relatif banyak. Sedangkan untuk wilayah tropis sendiri, dapat pula
ditemukan tipe ini apabila terjadi musim penghujan. Yang mana intensitas cahaya
matahari pada musim tersebut sedikit dan massa air tawar yang masuk lebih
besar(Knox, 1986).

2) Estuari negatif

Estuaria tipe ini biasanya ditemukan di daerah dengan sumber air tawar yang
sangat sedikit dan penguapan sangat tinggi seperti di daerah iklim gurun pasir.
Keadaan dari estuari tipe ini dikarenakan oleh air laut yang masuk ke daerah
muara sungai melewati permukaan sehingga mengalami sedikit pengenceran
karena bercampur dengan air tawar yang terbatas jumlahnya. Lalu tingginya
intensitas cahaya matahari menyebabkan penguapan sangat cepat sehingga air
permukaan hipersalin (banyak mengandung garam) (Knox, 1986).

3)  Estuari sempurna

Percampuran sempurna menghasilkan salinitas yang sama secara vertical


dari permukaan sampai ke dasar perairan pada setiap titik. Estuaria seperti ini
kondisinya sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain: volume
percampuran masa air, pasang surut, musim, tipe mulut muara dan berbagai
kondisi khusus lainnya. Estuaria percampuran sempurna kadang terjadi atau
ditemukan di daerah tropis khususnya ketika volume dan kecepatan aliran air
tawar yang masuk ke daerah muara seimbang dengan pasang air laut serta
ditunjang dengan mulut muara yang lebar dan dalam (Knox, 1986).

2.3 Kenekaragaman Spesies Air Tawar, Laut dan Estuaria

Keanekaragaman hayati tingkat jenis tampak dari adanya variasi bentuk,


penampakan, dan frekuensi antara spesies yang satu dan spesies yang lain.
Keanekaragaman spesies.Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies
yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom
bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang bersel banyak atau multiseluler).

16
Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa
karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi,
fisiologi atau biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini yang paling banyak
digunakan oleh pada taksonom yang mengkhususkan diri untuk
mengklasifikasikan spesies dan mengidentifikasi spesimen yang belum diketahui
(Mochamad Indrawan, 2007:16-18).

2.3.1 Kenekaragaman Spesies Air Tawar

Lingkungan air tawar bila dilihat secara keseluruhan, ganggang


adalah produsen terpenting, dan Spermatophyta akuatik.
Keanekaragaman spesies ganggang air tawar diantaranya adalah :

1) Ganggang hijau

Ganggang hijau adalah makhluk yang sangat unik. Ia punya


klorofil, tapi ia bukanlah tumbuhan. Makhluk yang juga disebut
Clorophyta ini biasanya akan terlihat kalau kamu memperhatikan
air danau atau air kolam yang menggenang. Ada banyak jenis
ganggang hijau, dan beberapa di antara mereka hidup sebagai
plankton di permukaan air diantaranya adalah :

a. Spirogyra dan Oedogonium adalah jenis ganggang hijau


dengan sel yang membentuk benang atau untaian memanjang
seperti benang dan bersifat mikroskopis.
(1) Spirogyra mempunyai sel yang mengandung kloroplas
berbentuk pita spiral dan dalam satu sel mengandung satu
inti, dapat berkembang biak secara fragmentasi dan
konjugasi.
(2) Oedogonium mempunyai kloroplas berbentuk jala dan
dalam satu sel mengandung satu inti serta dapat
berkembang biak dengan zoospora dan peleburan
spermatozoid (anteridium) dengan ovum (oogonium) yang
dihasilkan oleh benang yang berbeda. Hasil peleburan

17
tersebut adalah zigot yang dapat tumbuh menjadi individu
baru.
b. Chara merupakan Chlorophyta yang berbentuk lembaran.
Chara merupakan ganggang yang hidup di air tawar,
mempunyai ruas-ruas yang mengandung nukula dan globula.
2) Ganggang Biru-Hijau

Ganggang biru-hijau yang diwakili oleh bentuk-bentuk bersel


tunggal, filamen dan kolonial. warna mereka tergantung pada
tingkat pigmen (klorofil, phycoerythrin, phycocyanin, karoten).

3) Ganggang Kuning-Hijau

Ganggang kuning-hijau, atau Xanthophyta, terutama terjadi


pada air tawar. Mereka dapat berupa bersel atau bentuk koloni
tunggal, dinding sel mereka terbuat dari selulosa dan pektin
senyawa yang kadang-kadang mengandung silika, mereka dapat
memiliki dua atau lebih flagela untuk bergerak, dan mereka
menyimpan energi sebagai karbohidrat. Mereka berasal berwarna
kuning-hijau dari pigmen karotenoid dan xanthrophyll.

Lalu diantara binatang konsumen,  4 kelompok penyusun


ekosistem air tawar terbesar, yaitudang-udangan. Udang-udangan
adalah suatu kelompok besar dari artropoda, terdiri dari kurang lebih
52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai
suatu subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup
dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip.
Contohnya adalah udamg air tawar (shrimp), udang Vaname.

Spesies Ikan Air Tawar

Ikan Mas

18
Ikan mas (Cyprimus carpio) dipercaya datang ke Indonesia dari Eropa
dan Tiongkok, ikan ini berkembang menjadi budidaya paling penting,
yang pada tahun 1860-an masyarakat di Ciamis, Jawa Barat telah
mempraktekkan pemijahan ikan mas dengan penggunakan kakaban
ijuk. Praktek seperti ini masih diadopsi para peternak ikan sampai saat
ini.

Pada ikan mas ini cocok dikembangkan di lingkungan tropis seperti di


Indonesia, untuk suhu yang ideal bagi pertumbuhannya antara 23-30
derajat celcius, Ikan ini dapat dibudidayakan dalam kolam tanah,
kolam air deras dan jaringab terapung. Yang secara total proses
budidaya sampai ukuran sipa konsumsi memerlukan waktu 4-5 bulan.

Ikan Lele

Ikan lele (Clarias sp) ialah jenis ikan air tawar yang cukup populer.
Ikan ini disukai karena dagingnya yang lunak, durinya sedikit dan
harganya yang murah. Peternak pun menyukai ikan ini karena dalam
perawatannya mudah dan cepat besar. Untuk jenis lele ini cukup
banyak, namun hanya terdapat tiga jenis yang umum dibudidayakan di
Indonesia.

Ikan lele ini merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang efesien
untuk dapat dibudidayakan, rasio pakan menjadi daging ikan lele dapat
mencapai 1:1 yang artinya setiap pemberian pakan sebanyak 1 kg akan
dihasilkan 1 kg pertambahan berat lele.

Ikan Patin

Untuk di Indonesia terdapat 14 spesies ikan patin, namun yang


dibudidayakan secara luas ialah patin asal Thailand yakni Pangasius
Hypothalamus. Untuk saat ini kebutuhan ikan patin budidaya terus
meningkat. Bahkan, Indonesia masih mendatangkan ikan patin dari
Vietnam untuk konsumsi dalam negeri.

19
Ikan patin ini dapat dibesarkan dengan kepadatan 20-30 ekort per
meter kubik. Tidak ada patokan ukuran ikan patin siap konsumsi.
Sangat tergantung selera pasar masing-masing daerah. Yang biasanya
para pembudidaya membesarkan ikan patin selama 6 bulan. Khusus
untuk pasar ekspor ukurannya lebih besar lagi.

Ikan Nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) ialah ikan air tawar yang mudah
dipelihara dan gangguan penyakitnya tidak begitu banyak. Dalam
pembibitan nila cukup mudah, dari sepasang indukan bisa dihasilkan
250-1000 butir telur. Untuk waktu persiapan dari telur sampai menjadi
benih berukuran 5-8 cm diperkukan waktu 60 hari.

Ikan nila ini merupakan jenis ikan air tawar yang pertumbuhannya
cepat, jenis nila unggul pertumbuhannya dapat mencapai 4,1 gram per
hari. Untuk pertumbuhan ikan jantan lebih pesat dibanding dengan
ikan betina. Dan dubutuhkan waktu 4-6 bulan untuk membesarkan
ikan nila sampai ukuran siap konsumsi.

Ikan Gurame

Untuk di negara lain, Ikan gurame (Osphronemus goramy) biasanya


dipelihara dalam aquarium sebagai ikan hias, namun untuk di Asia
Tenggara dan Asia Tengah, ikan tersebut merupakan ikan yang
dikonsumsi yang disukai.

2.3.2 Kenekaragaman Spesies Air Laut

Organisme yang hidup di daerah ekosistem air laut memiliki


karakteristik tertentu, seperti hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki
tekanan osmosis sel kira-kira sama dengan tekanan osmosis air laut maka itu
adaptasinya tidak terlalu sulit. Sedangkan, hewan bersel banyak, misalnya
ikan, cara adaptasi yang dilakukan dengan cara melakukan banyak minum,

20
sedikit mengeluarkan urin, pengeluaran air dilakukan secara osmosis,
sedangkan garam mineral dikeluarkan secara aktif melalui insang
Contoh Spesies Air Laut
Lobster air laut ini biasa disebut dengan udang barong ataupun udang
karang. Hewan ini bisa ditemui di kawasan terumbu karang dari yang paling
dangkal hingga 100 meter di bawah permukaan laut. Berikut ini adalah
beberapa jenis lobster air laut yang biasa dijadikan konsumsi oleh manusia
yaitu :

1) Lobster Mutiara (Panulirus Ornatus)

Lobster mutiara merupakan salah satu jenis lobster air laut yang
memiliki harga relatif lebih mahal dari pada loster air laut lainnya. Per
kilogramnya bisa mencapai harga sekitar Rp 900 ribu. Habitatnya terletak
di perairan tenang di daerah batu karang batu terumbu karang dengan
kedalam 5 – 10 meter. Berikut ini adalah ciri-ciri lobster mutiara yaitu :

 Memiliki warna kehijauan di bagian tubuhnya


 Tubuhnya terdapat bintik-bintik besar dan kecil yang berwarna kuning
terang
 Setiap Ruas antar segmennya terdapat pola garis tipis berwarna kuning
dan hitam
 Pada setiap kakinya terdapat pola garis vertikal berwarna kuning dan
hitam
 pada bagian ekornya berwarna orange
 Mampu tumbuh panjang hingga 30-50 cm
2) Lobster Pakistan (Panulirus Polypagus)

Lobster pakistan adalah jenis lobster yang suka berpindah tempat


untuk mencari mangsa atau mencari makan. Lobster ini biasanya tinggal di
perairan yang sedikit keruh, dasar perairan berpasir dan berlumpur, serta di
sela-sela bebatuan serta dapat ditemukan di perairan dangkal dengan

21
kedalaman kurang lebih 15 meter. Berikut ini adalah ciri-ciri lobster
pakistan yaitu :

 Memiliki warna hijau muda di bagian tubuhnya


 Setiap Ruas antar segmennya terdapat pola garis berwarna kuning
 Pada setiap kakinya terdapat bercak warna kuning
3) Lobster Bambu (Panulirus Versicolor)

Lobster dengan nama latin Panulirus versicolor atau biasa disebut


dengan lobster bambu karena warnanya yang hijau seperti bambu. Habitat
lobster ini adalah daerah karang atau bebatuan pada perairan jernih atau
keruh yang disertai arus yang kuat dengan kedalaman sekitar 4-16 meter.
Lobster bambu bisa di ditemui di beberapa wilayah Indonesia seperti Jawa
Barat, Makassar, Manado, Sumatera Barat, hingga Aceh.
Berikut ini adalah ciri-ciri lobster bambu yaitu :

 Memiliki warna hijau terang/cerah di bagian tubuhnya


 Setiap Ruas antar segmennya terdapat pola garis tipis yang diapit
dengan warna hitam
 Pada setiap kakinya terdapat pola garis horizontal berwarna hitam dan
kekuningan
 Memiliki antena yang berwarna merah
 Mampu tumbuh panjang hingga 30-40 cm
4) Lobster Pasir (Panulirus Homarus)

Jenis Lobster ini bisa dijumpai di beberapa wilayah seperti perairan


Afrika Selatan, Perairan Pasifik Barat, Jepang, India, Australia, Indonesia,
dan Vietnam. Lobster pasir di Indonesia dibandrol dengan harga sekitar
Rp 700 ribu per kilogramnya. Kita bisa menemukan Lobster ini diperairan
dangkal yang memiliki ombak besar dengan kedalaman sekitar 1-90 meter.
biasanya mereka hidup berkelompok dan tinggal di daerah karang yang
berpasir.
Berikut ini adalah ciri-ciri lobster pasir yaitu :

22
 Memiliki warna hijau kecoklatan di bagian tubuhnya
 yang bukan memiliki bintik putih memanjang dari tubuh hingga
pangkal ekornya
 Pada setiap kakinya terdapat bercak berwarna putih
 terdapat dua buah duri besar pada lempeng antenula nya dan diikuti
dengan duri-duri kecil dibelakangnya

Ganggang coklat, atau Phaeophyta, adalah rumput laut coklat mengkilap


yang sangat melimpah di sepanjang pantai berbatu, meskipun beberapa
mengapung di laut terbuka. Ganggang coklat yang besar dalam ukuran dan
termasuk kelps raksasa, yang terletak di sepanjang pantai dan bentuk hutan Pasifik
yang menyediakan habitat untuk berbagai kehidupan laut.

Ganggang coklat mengandung aksesori berwarna coklat pigmen yang


memberikan warna gelap tanaman karakteristik mereka. Lain ganggang coklat
terkenal adalah umum Fucus rockweed dan Sargassum, yang mengapung di tebal,
kusut massa melalui Laut Sargasso-daerah besar arus lambat di Samudera Atlantik
yang mendukung berbagai organisme laut.

2.3.3 Kenekaragaman Spesies Air Estuaria

Fauna pada perairan estuari yang mampu terdistribusi dengan luas adalah
ikan karena mobilitas yang tinggi schingga mampu berpindah untuk
menyesuaikan dengan kondisi salinitas yang selalu berfluktuasi setiap saat.
Umumnya, 16 famili ikan tercatat pada perairan estuari di Indoensia (Whiten et al,
1988 dalam Goltenboth et al, 2012).

Status ekologi beberapa spesies ikan yang hidup di perairan estuari


Famili Ikan Spesies Informasi Ekologis
Apogonidae Apogan yalosama Ikan kecil, nokturnal,
dan karnivora
Belonidae Stongylura urvili Berkelompok penjelajah

23
permulaan. perenang
cepat, predator ikan kecil
Carangidae Selaroides leptolepis Berkelompok atau
soliter, predator terhadap
fauna bentik dan
plankton
Gerreidae Gerres nacracanthes Berkelompok di pantai
berpasir, pemakan
plankton
Goblidae Glosogobius celelius Karnivora bentik atau
Etenagobius sulueases ikan omnivor yang hidup
Eleotris muacrolopis berkelompok atau soliter
di habitat yang luas
Haemulidae Podadasys macalatus Predator nokturnal
terhadap bentik
invertebrata pada pesisir
berpasir
Hemiramphidae Zenarrchopterus Kelompok ikan payau,
buffornis omnivor, rahang bawah
memanjang
Latidae Anbasis macracanthus Ukuran sedang, ikan
karnivora
Leiognathidae Leiogmathus equula Berkelompok, ikan
Lelognathus spelendens karnivora terhadap
Secutor rucoris hewan bentuk kecil
Lethrinidae Lethrinus ornatus Predator
Mugilidae Liza dussumeiri Berkelompok. pemakan
Liza vaigiensis diatom bentuk dan alga
Silaginidae Silago sihama Hidup di pantai berpasir
dan estuari, penggali
dasar untuk mencari
cacing dan krustasea
Scatophagidae Scatophoges argus Pemakan alga dan
detritus dasar
Siganidae Siganus vermiculatus Berkelompok di perairan

24
payau berlumpur dan
karang, herbivora
Terapontidae Therapon teraps Ukuran sedang.,
Mesoprites argeneteus karnivora di perairan
payau
Texotidae Taxotes jaculator Berkelompok, karnivora,
terkenal sebagai
penyemprot serangga
Sumber. Whiten et al, 1988

2.4 Keanekaragaman Populasi Air Tawar, Laut dan Estuaria


2.4.1 Keanekaragaman Populasi Air Tawar

Populasi di air tawar merupakan kelompok individual dari satu species.


Misal: Populasi ikan, rumput, katak, plankton, zooplankton, bebek dan lain-lain.

Populasi ikan air tawar raksasa atau megafish dengan berat lebih dari 30
kilogram yang dapat hidup selama beberapa dekade, menurun lebih dari 94 persen
antara tahun 1970 dan 2012. Penurunan jumlah spesies besar ini adalah bagian
dari tren penurunan luas megafauna air tawar.

Temuan itu diterbitkan pada 8 Agustus 2019 di jurnal Global Change


Biology, yang merupakan bagian dari analisis yang mengamati populasi hewan air
tawar yang sangat besar di sungai dan danau dunia. Hasil penelitian
mencerminkan tren penurunan yang lebih luas dalam populasi megafauna air
tawar, seperti caiman dan salamander raksasa di seluruh dunia.

Para peneliti memperkirakan bahwa populasi hewan air tawar besar telah
menurun hingga 88 persen. “Ini adalah hasil yang sangat mengejutkan,” kata
Fengzhi He, ahli ekologi ikan di Leibniz-Institut Ekologi Air Tawar dan
Perikanan Darat di Berlin, yang menjadi peneli ti utama.

Timnya memperkirakan bahwa populasi megafauna yang mulai menurun


pada 1980-an di seluruh Asia, termasuk Kamboja, Cina selatan, India, dan

25
Afghanistan, telah anjlok hingga 99 persen. Tim mengumpulkan data tentang
populasi 126 spesies air tawar besar dari 72 negara.

Mereka menganalisis data menggunakan Living Planet Index, ukuran


statistik yang menyesuaikan ketidakseimbangan dalam jumlah informasi dari
berbagai bidang. Mereka memperkirakan keberadaan megafish paling terancam
oleh aktivitas manusia seperti penangkapan ikan yang berlebihan dan hilangnya
habitat.

Selain itu, karena banyaknya spesies ikan raksasa yang terlambat dewasa,
memiliki keturunan yang relatif sedikit dan membutuhkan habitat besar dan utuh
untuk migrasi. Gerakan mereka semakin terhambat oleh bendungan listrik tenaga
air di wilayah sungai terbesar di dunia, seperti Mekong, Kongo, Amazon, dan
Gangga.

Penelitian itu melaporkan terdapat lebih dari 200 spesies hewan air tawar di
dunia yang lebih besar dari 30 kilogram, dengan 34 dikategorikan sebagai sangat
terancam punah di Daftar Merah Spesies Terancam Punah bagi Konservasi Alam.
Namun, peneliti tidak memiliki cukup informasi tentang banyak spesies air tawar
besar untuk menentukan status konservasi mereka.

2.4.2 Keanekaragaman Populasi Air Laut

Populasi di air laut merupakan kelompok individual dari satu species. Misal:
populasi kepiting laut, populasi kerang laut, populasi siput/keong, populasi
fitoplankton, populasi zooplankton, populasi gangang, populasi udang, populasi
ikan kecil, populasi ikan besar, populasi Hiu, populasi terumbu karang, populasi
anemon, populasi  Paus, populasi bintang laut, populasi bintang ular, populasi
ubur-ubur, populasi tripang dan lain-lain.
2.4.3 Keanekaragaman Populasi Air Estuaria

Populasi di air estuaria merupakan kelompok individual dari satu species.


Misal: Populasi ikan, rumput, plankton, zooplankton, dan lain-lain.

26
Estuari merupakan pencampuran antara air laut dan air tawar yang berasal
dari sungai. Lingkungan estuari merupakan pantai tertutup dan semi terbuka
atapan yang terlindung oleh pulau- pulau kecil, terumbu karang, dan bahkan
gundukan pasir dan tanah liat. Sebagian besar estuari didominasi oleh subtrat
berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa aleh air tawar dan air laut.
Contoh dari estuari adalah muara sungai,teluk pantai, rawa pasang surut.

Daerah ini mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah dari lautan terbuka,
pada waktu air pasang, salinitas naik, pada waktu air surut, salinitas rendah. Fauna
yang hidup harus dapat beradaptasi terhadap perubahan salinitas. Biota yang
hidup di ekosistem ini umumnya adalah pencampuran antara hidup endemik,
artinya yang haya hidup di estuaria yangg mareka berasal dari laut dan beberapa
berasal dari perairan tawar khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi
yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, akosistem estuari
merupakan daerah pemijahan dan asuhan.

2.5 Keanekaragam Hayati Air Tawar, Laut dan Estuaria


2.5.1 Keanekaragam Hayati Air Tawar

Keanekaragaman hayati dan konservasi ikan air tawar ini adalah untuk
mendalami keanekaragaman hayati ikan di perairan tawar dan masalah eksistensi
sebagian spesiesnya yang mulai terancam punah, serta faktor kesalahan
pengelolaaan yang terjadi.

Strategi global yang ditawarkan dalam ulasan studi literatur ini didasarkan
atas pemilihan langkah konservasi sebagai jawaban untuk mengatasi ancaman
kepunahan tersebut.

Konservasi adalah perlindungan dan pelestarian kehidupan akuatik yang


penting dalam menata keseimbangan alam dan mendukung ketersediaan
sumberdaya bagi generasi yang akan datang

Tercatat spesies ikan yang ada di Indonesia berjumlah 1193 spesies dan
keanekaragaman spesies ikan air tawar Indonesia nomor tiga terkaya di dunia.

27
Ikan endemik adalah ikan yang keberadaannya hanya ada pada satu tempat
tertentu, dan tidak ada di tempat lain. Ikan endemik di Indonesia berjumlah sekitar
120 spesies

Ditinjau dari sudut iktiogeografis, ikan air tawar di Indonesia mendiami tiga
daerah sebaran geografis (Paparan Sunda, Daerah Wallace, dan Paparan Sahul)
yang dibatasi oleh dua garis maya: Garis Wallace dan Garis Weber.

2.5.2 Keanekaragam Hayati Air Laut

Ekosistem laut juga berperan penting bagi lingkungan di daratan. 50%


oksigen yang dihisap organisme di daratan berasal dari fitoplankton di lautan.
Habitat pantai (estuari, hutan bakau, dan sebagainya) merupakan kawasan paling
produktif di bumi. Ekosistem terumbu karang menyediakan sumber makanan dan
tempat berlindung bagi berbagai jenis organisme dengan keanekaragaman
hayati tingkat tinggi di lautan.

Ekosistem lautan pada umumnya memiliki tingkat keanekaragaman hayati


yang tinggi sehingga diperkirakan memiliki ketahanan yang baik terhadap spesies
invasif. Namun beberapa kasus yang melibatkan spesies invasif telah ditemukan
dan mekanisme yang menentukan kesuksesan spesies invasif ini belum dipahami
secara pasti.

2.5.3 Keanekaragam Hayati Air Estuaria

Pengaruh campuran massa air tawar dan air laut tersebut menghasilkan
suatukondisi lingkungan dan komunitas biota yang khas, komplek dan dinamis
yang tidaksama dengan air tawar atau air laut.Dinamika tersebut sangat terkait
dengan poladistribusi salinitas, kekuatan arus, amplitudo pasang-surut, kekuatan
ombak, pengendapansedimen, suhu, oksigen serta penyediaan unsur hara (Suyasa
dkk., 2008). Dimana air tawar yang mempunyai densitas lebih kecil dari air laut
cenderung mengembang diatasnya.Pada daerah estuaria ini juga terdapat fluktuasi
perubahan salinitas yang berlangsung sacara tetap yang berhubungan dengan
gerakan air pasang.Massa air yang masuk kedalam daerah estuaria pada waktu

28
terjadi air surut hanya bersumber dari air tawar, akibatnya salinitas air didaerah
estuaria pada saat itu umumnya rendah.Pada waktu air pasang air masuk kedalam
estuaria dari air laut bercampur dengan estuaria, sehingga mengakibatkan salinitas
naik.Mengakibatkan organisme-organisme laut tidak dapat hidup didaerah
estuaria, kebanyakan organisme-organisme laut tersebut hanya dapat bertoleransi
terhadap perubahan salinitas yang kecil.Dan akibatnya mereka tidak di bisa hidup
didaerah estuaria.Hanya spesiesyang memiliki kekhususan fisiologi baik ikan air
tawar, ikan asli estuarine dan ikan darilaut yang mampu bertahan hidup di
perairan estuari.Oleh karena itu jumlah spesies yangmendiami perairan estuarine
lebih sedikit dibandingkan dengan organisme yang hidup diperairan tawar atau
laut.(Bengen, 2002).

29
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Keanekaragamn hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas


bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai materi
genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka
hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari
organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut
maupun sistem-sistem perairan lainnya. Keanekaragaman hayati dapat terjadi
pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai
organisme tingkat tinggi, yaitu keanekaragaman hayati tingkat gen,
keanearagaman hayati tingkat jenis, dan keanekaragaman hayati tingkat
ekosistem.

Keanekaragaman hayati memiliki nilai yang sangat tinggi untuk


keberlangsungan kehidupan manusia. Nilai dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati antara lain sebagai pemasok makanan (baik hewan maupun tumbuhan),
produk pestisida alami, obat-obatan, pupuk, bahan baku rumah tangga/industri,
dan dapat dimanfaatkan di lingkungan.

3.2. Saran

Penulis berharap bahwa semua pihak bisa lebih memahami mengenai


Keanekaragaman Hayati dan Habitat Makhluk Hidup.

Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca dan penulis. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan,
silahkan sampaikan kepada kami.

Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan


memakluminya, karena penulis hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa
dan lupa.

30
31
Daftar Pustaka

Latuconsina, Husain. Ekologi Perairan Tropis Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.
Odum, P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ramli, Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai