Penyusunan Instrumen Inspeksi Hygiene Dan Sanitasi TPM Jasa Boga
Penyusunan Instrumen Inspeksi Hygiene Dan Sanitasi TPM Jasa Boga
Disusun oleh :
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/MENKES/SK/Vll/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran
pada pasal (1) terdapat pengertian restaurant. Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa
pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen di lengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan
makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya. Hygiene Sanitasi makanan adalah
upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan
Hygiene Sanitasi adalah ketentuan- ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk
rumah makan dan restoran, personel dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan
bakteriologis, kimia dan fisika. Keberadaan rumah makan saat ini mengalami perkembang
yang sangat pesat, mulai dari kelas bawah, menengah hingga kelas atas seperti restaurant.
Melihat kondisi seperti ini, keadaan hygiene sanitasi kurang diperhatikan oleh sebagian besar
pemilik rumah makan hingga penjamah makanan. Hal ini didukung oleh sedikitnya rumah
makanan tersebut yang tidak memiliki sertifikat laik sehat. Menurut keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/Vll/2003 tentang persyaratan
hygiene sanitasi rumah makan dan restoran, pasal (2) ayat (2) disebutkan untuk memiliki izin
usaha, rumah makan dan restoran harus memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan
dan restoran yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas
dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha (Permenkes RI, 2011).
Jasa boga yang adalah katering terdiri atas golongan A1, golongan A2, golongan A3,
golongan B, dan golongan C. Katering golongan A2 dan golongan A3 dibedakan dari adanya
dapur khusus yang digunakan untuk memproduksi makanan. Katering golongan A2
merupakan katering yang melaksanakan proses produksi makanan yang sudah memiliki
karyawan namun masih menggunakan dapur rumah tangga untuk melaksanakan produksi,
sedangkan katering golongan A3 merupakan katering yang sudah memiliki seluruh kriteria
katering golongan A2 namun dalam proses produksi makanan sudah menggunakan dapur
khusus.
E. Pengolahan Makanan
25. Proses pengolahan 5 2, 3, 5, 7, 8, 10
G. Penyajian Makanan
28. Cara penyajian 5 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
H. Peralatan
29. Ketentuan peralatan 15 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
I. Tenaga Kerja
30. Pengetahuan/sertifikat Hygiene 4 0, 2, 4, 6, 8, 10
sanitasi makanan
31. Pakaian kerja 2 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
32. Pemeriksaan Kesehatan 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
33. Personal hygiene 7 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
Pentunjuk pengisian Formulir
1. Untuk tiap variabel yang diperiksa, diberikan nilai sesuai dengan keadaan kualitas
variabel.
2. Nilai setiap variabel ditunjukkan dengan memberikan tanda lingkaran pada salah satu
angka kolom nilai yang paling sesuai menurut hasil pengamatan pemeriksa.
3. Angka nilai yang paling sesuai merupakan hasil penjumlahan nilai dari beberapa
komponen yang memenuhi syarat.
Contoh :
No. Variabel Bobot Nilai Skore
2. Bangunan 2 2, 4, 6, 8, 10 16
Untuk variabel nomor 2 yaitu : bangunan dengan angka nilai ialah = 2, 4, 6, 8, 10. Angka
nilai 8 adalah yang paling sesuai. Angka ini merupakan penjumlahan komponen a, b, dan c
yang terdapat pada kolom nilai yang memenuhi syarat.
4. Skore diperoleh dengan cara : bobot x nilai.
Sebagaimana contoh di atas, maka skore bangunan : 2 x 8 = 16 Skore
seluruh variabel > 700 termasuk uji laboratorium.
5. Batas laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah bila jumlah skore seluruh
variabel > 700 termasuk uji laboratorium.
6. Uraian detail setiap variable
12
4) Setelah itu Inspektor menyiapkan kelengkapan inspeksi seperti: Ceklist inspeksi
FRM-INS-03, peralatan inspeksi, peralatan sampling, ATK dan Alat Pelindung Diri
(APD). Daftar alat ukur yang digunakan atau dikembalikan dicatat dalam formulir
Rekaman Penggunaan Alat FRM-INS-02. Termasuk didalamnya jika alat
mengalami kerusakan atau perbaikan dicatat dalam kolom keterangan.
e. Proses Inspeksi
1) Inspeksi dibuka dengan opening meeting yang dihadiri pihak-pihak terkait untuk
mengkomunikasikan jalannya proses inspeksi (FRM-IAPMO-02).
2) Setelah opening meeting selesai dilanjutkan dengan observasi singkat terhadap
lingkup inspeksi.
3) Inspeksi dilakukan berdasarkan Ceklist inspeksi FRM-INS-03.
4) Jenis inspeksi dapat berupa pemeriksaan dokumen dan rekaman, pemeriksaan fisik
bangunan dan peralatan, observasi higiene personil, pengukuran suhu penyimpanan
bahan baku dan produk, pengukuran suhu pemasakan, swab test dan atau sampling
dan pengujian cemaran mikroba. Setelah inspeksi selesai dilakukan dihitung nilai
persentase score yang dicapai. Rumus dan tingkat pencapaian inspeksi higiene:
Rumus persentase total score inspeksi higiene: =
(Total score) / (infortant coefficient) x 100%
Tingkatan hasil inspeksi:
Platinum : >95%
Gold : 85%-95%
Silver : 75%-85%
Bronze : 70%-75%
5) Total score yang terrekam dalam FRM-INS-03 ditandatangani oleh Inspektor dan
perwakilan Pemohon.
6) Hasil inspeksi disampaikan dalam closing meeting yang dihadiri pihak-pihak terkait.
7) Dibuatkan berita acara inspeksi FRM-INS-06.
8) Setelah hasil pengujian mikroba contoh telah selesai segera dikirimkan laporan
Inspeksinya.
f. Panduan isian Ceklist inspeksi FRM-INS-03
1) Setiap kolom yang applicable diisi sesuai dengan inspeksi di lapangan. Apapun
yang ditemukan dilapangan dicatat dalam kolom “Remark”.
2) Jika item inspeksi memenuhi maka item tersebut memperoleh nilai sama dengan
nilai inportant coefficient-nya, jika tidak memenuhi maka mendapatkan nilai nol (0).
13
3) Setiap item yang memerlukan bukti gambar maka dilakukan pengambilan gambar.
Identitas gambar ditulis dalam kolom “Remark”.
4) Pemeriksaan dokumen dan rekaman, pemeriksaan fisik bangunan dan peralatan,
observasi higiene personil dilakukan dengan cara pengamatan visual dan wawancara
dengan Pemohon.
5) Pengukuran suhu penyimpanan bahan baku dan produk dilakukan terhadap suhu
lingkungan lemari penyimpanannya dicek pada titik terdekat dan terjauh dari kipas
atau sirkulasi udara dengan Digital Thermometer (TER01) dan untuk produk dicek
suhu pusatnya dengan menggunakan Thermometer Tusuk (TER05) pada dua produk
daging atau sejenisnya yang tersimpan paling atas.
6) Sementara itu untuk pengukuran suhu pemasakan dilakukan terhadap suhu pemanas
baik dipermukaan (Titik penggorengan) dengan Infrared thermometer (TER04) dan
atau di pusat dengan Thermometer tusuk (TER05).
7) Seluruh hasil pengukuran dicatat dalam formulir Pengukuran On-site (FRM-INS-
07).
g. Swab Test
1) Ditetapkan titik pengambilan contoh yang mewakili item personal dan fasilitas.
2) Jumlah titik pengambilan contoh ditetapkan berdasarkan tingkat resiko kontaminasi
dan atau area kritis dan atau kesepakatan dengan pemohon.
3) Titik sampling ditetapkan.
4) Buka stik swab test. Kemudian swab permukaan 10 x 10 cm mengikuti pola di
bawah.
5) Kemudian stik swab test dikembalikan kedalam wadahnya, ditekan hingga stik
terendam larutan medianya.
6) Dikocok beberapa saat hingga homogen.
7) Disimpan dalam box sampling.
8) Seluruh proses di atas dilakukan secara aseptis.
9) Dikirimkan ke laboratorium uji mikrobiologi dalam waktu 1x24 jam untuk diuji
Angka Lempeng Total (ATP) nya.
14
h. Pengambilan Contoh Uji
Pengambilan contoh uji dilakukan untuk makanan dengan resiko kontaminasi tinggi
dan atau sesuai kesepakatan dengan pemohon dengan rentang bobot 100-500 gram.
Paling sedikit diambil satu jenis makanan dari total yang disajikan. Pengujian ini terkait
dengan aspek keamanan mikrobiologi: TPC, e.coli, staphylococcus aureus, salmonella,
coliform, bacillus cereus, listeria monocytogen.
1) Peralatan yang digunakan
a) Plastik steril
b) Sendok steril
c) Pinset steril
d) Termos dan alat tulis
2) Cara Kerja
a) Makanan diambil dengan menggunakan sendok steril atau pinset steril (alat
disesuaikan dengan jenis makanan yang diambil).
b) Kemudian dimasukan ke dalam plastik steril.
c) Plastik contoh makanan diberi label yang berisi informasi berikut: No. proyek,
jenis pemeriksaan, lokasi pengambilan, jam pengambilan, tanggal pengambilan,
petugas pengambil dan suhu contoh.
d) Contoh uji ditempatkan dalam wadah steril dan suhu yang terjaga.
e) Contoh uji segera diserahkan ke pihak laboratorium dalam jangka waktu 1 x 24
jam.
f) Lengkapi formulir Sampling Report FRM-INS-04.
i. Standar kondisi lingkungan atau suhu masak :
15
1) Suhu penyimpanan makanan pada titik pusat max. -18ºC
2) Suhu penyimpanan dalam refrigerator 0ºC to 4ºC
3) Suhu masak pada titik pusat makanan
a) Unggas mentah: min. 74 ºC
b) Daging : min. 68.3 ºC
c) Ikan dan kerang : min. 63 ºC
d) Sayuran : min. 57 ºC
4. Kajiulang hasil pengujian dan inspeksi
1) Kaji ulang hasil pengujian dan inspeksi dapat dilakukan oleh inspektor yang bertugas,
inspektor lain, manajer teknis atau pimpinan Lembaga inspeksi.
2) Setiap pengukuran yang dilakukan harus mempertimbangkan nilai koreksi alat.
3) Hanya ada dua kriteria penilaian yaitu memenuhi kriteria memiliki skor dan
ketidaksesuaian (NC) tidak memiliki skor atau nol (0) yang didasarkan pada bukti-bukti
objektif yang diperoleh.
4) Hasil uji mikroba dibandingkan dengan persyaratan mutu dalam Perka BPOM No. 13
tahun 2019. Dengan kriteria memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan.
5) Keberterimaan hasil uji swab test ditetapkan berdasarkan persyaratan di bawah.
5. Keputusan Inspeksi
1) Penentuan keputusan pemeriksaan harus dibuat berdasarkan hasil proses inspeksi.
2) Penentuan keputusan pemeriksaan dilakukan oleh inspektur.
3) Keputusan pemeriksaan berdasarkan hasil tinjauan harus didokumentasikan.
4) Hasil pemeriksaan akan diuraikan secara komprehensif dalam laporan inspeksi. Laporan
ini juga akan dilengkapi dengan foto. Sistem skoring dalam persentase akan diterapkan
untuk mengetahui pencapaian tingkat higiene.
Platinum level : >95%
Gold level : 85% – 95%
Silver level : 75% - 85%
Bronze level : 70% - 75%
16
Cara pengisian :
a. Kolom 3, beri tanda lingkaran pada salah satu nilai yang paling sesuai
dengan petunjuk dan penilaian RM.
b. Kolom 4, adalah hasil perkalian kolom 2 dengan nilai yang dipilih pada kolom
3.
c. Nilai 0, adalah wujud fisik sarana tidak ada.
d. Batas skore tingkat mutu/laik hygiene sanitasi minimal 700.