Anda di halaman 1dari 15

PENYUSUNAN INSTRUMEN INSPEKSI HYGIENE DAN SANITASI TPM

JASA BOGA, SERTA MEMBUAT LAPORAN INSPEKSINYA

Mata Kuliah : PMM-A

Disusun oleh :

Tingkat 2D3-B Kelompok 1

1. Husni Attin (P21345119056)


2. Nurul Wahyu Widianti (P21345119057)
3. Puet Khairul Imam (P21345119058)
4. Rohmah Saniyah (P21345119060)
5. Salsabilla Nurul Andya (P21345119076)
6. Shabrina Arviyanti (P21345119079)
7. Siti Risqa Sa’adah (P21345119083)
8. Syifa Kamila (P21345119085)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Jakarta, 2020

PEMBAHASAN

A. Pendahuluan
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/MENKES/SK/Vll/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran
pada pasal (1) terdapat pengertian restaurant. Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa
pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen di lengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan
makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya. Hygiene Sanitasi makanan adalah
upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan
Hygiene Sanitasi adalah ketentuan- ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk
rumah makan dan restoran, personel dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan
bakteriologis, kimia dan fisika. Keberadaan rumah makan saat ini mengalami perkembang
yang sangat pesat, mulai dari kelas bawah, menengah hingga kelas atas seperti restaurant.
Melihat kondisi seperti ini, keadaan hygiene sanitasi kurang diperhatikan oleh sebagian besar
pemilik rumah makan hingga penjamah makanan. Hal ini didukung oleh sedikitnya rumah
makanan tersebut yang tidak memiliki sertifikat laik sehat. Menurut keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/Vll/2003 tentang persyaratan
hygiene sanitasi rumah makan dan restoran, pasal (2) ayat (2) disebutkan untuk memiliki izin
usaha, rumah makan dan restoran harus memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan
dan restoran yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas
dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha (Permenkes RI, 2011).

Jasa boga yang adalah katering terdiri atas golongan A1, golongan A2, golongan A3,
golongan B, dan golongan C. Katering golongan A2 dan golongan A3 dibedakan dari adanya
dapur khusus yang digunakan untuk memproduksi makanan. Katering golongan A2
merupakan katering yang melaksanakan proses produksi makanan yang sudah memiliki
karyawan namun masih menggunakan dapur rumah tangga untuk melaksanakan produksi,
sedangkan katering golongan A3 merupakan katering yang sudah memiliki seluruh kriteria
katering golongan A2 namun dalam proses produksi makanan sudah menggunakan dapur
khusus.

B. Standar yang harus dipenuhi


Persyaratan Higiene Sanitasi makanan dan minuman Berdasarkan KEPMENKES RI
Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi, tempat pengelolaan
makanan (TPM) haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Lokasi Lokasi TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara
lain oleh bahan pencemar banjir, udara (debu, asap, serbuk, bau) bahan padat (sampah,
serangga, tikus).
2. Kontruksi Secara umum kontruksi dan rancangan bangunan harus aman dan memenuhi
peraturan perundang- undangan tentang Keselamatan dan Keamanan yang berlaku, seperti
memenuhi undang-undang dan sesuai dengan peruntukan wilayahnya.
3. Halaman Halaman TPM diberi papan nama perusahaan yang mencantumkan nomor
pendaftaran/laik higiene sanitasi makanan di tempat yang mudah dilihat.
4. Tata ruang
Pembagian ruang untuk jasaboga, restoran dan rumah makan minimal terdiri dari dapur,
gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan, dan ruang administrasi. Setiap ruangan
mempunyai batas dinding untuk memisahkan ruangan yang satu dengan lainnya dan
dihubungkan dengan pintu.
5. Lantai
Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak mudah rusak, tidak
mudah lembab, tidak ada retakan atau celah tidak licin dan tahan terhadap pembersihan
yang berulang-ulang. Dibuat miring kea rah tertentu dengan kelandaian yang cukup (1-
2%) sehingga tidak terjadi genangan air, serta mudah untuk dibersihkan. Untuk itu
bahannya harus kuat, rata, kedap air ada dipasang dengan rapi
6. Dinding
Permukaan dinding harus rata dan halus, bewarna terang dan tidak lembab dan mudah
dibersihkan. Untuk itu dibuat dari bahan yang kuat, kering, tidak menyerap air, dipasang
rata tanpa celah/retak.
7. Atap dan Langit-langit
Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu dan kotoran lain, sehingga
tidak mengotori makanan yang sedang diolah. Atap tidak boleh bocor, cukup landai dan
tidak menjadi sarang serangga dan tikus.
8. Pintu dan Jendela
Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri dan membuka ke arah luar. Jendela,
pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah harus dilengkapi dengan kawat yang
dapat dibuka dan dipasang.
9. Pencahayaan Intensitas
pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang untuk melakukan pekerjaan.
10. Ventilasi/Penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi
yang dapat menjaga keadaan nyaman. Suhu nyaman berkisar antara 28oC-32oC. sejauh
mungkin ventilasi harus cukup untuk mencegah udara ruangan tidak terlalu panas,
mencegah terjadinya kondensasi (perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair
pada suhu udara di bawah titik embun) uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-
langit, dan membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
11. Ruangan Pengolahan Makanan Luas
ruangan dapur pengolahan makanan harus cukup untuk orang bekerja dengan mudah dan
efisien, mencegah kemungkinan kontaminasi makanan dan memudahkan pembersihan.
Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban, tempat
buang air kecil dan kamar mandi harus dibatasi dengan dinding atau ruangan antara.
12. Fasilitas Pencucian dan Peralatan Bahan Makanan Terbuat dari bahan yang kuat, tidak
berkarat dan mudah dibersihkan. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan
pembersih/deterjen. Bak pencucian peralatan sedikitnya terdiri dari 2 (dua) bak pencuci
yaitu untuk merendam, dan membilas
13. Tempat Cuci Tangan Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci
peralatan maupun antara bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran
pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.
14. Air Bersih Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan pengelolaan
makanan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 6 416/Menkes/Per/IX/1990. Air bersih secara fisik adalah jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman penyakit. Untuk air biasanya harus direbus
terlebih dahulu. Jamban dan Peturasan TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang
memenuhi syarat kesehatan serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. Plumbing
adalah teknologi pemipaan dan peralatan yang menyediakan penyediaan air bersih dan
membuang air bekas (kotor).

C. Contoh Formulir Pemeriksaan kelaikan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan


Restoran
1. Nama rumah makan/restoran : …………………………………….
2. Alamat : …………………………………….
…………………………………….
3. NamaPengusaha/penanggungjawab : …………………………………….
4. Jumlah karyawan :.................................................orang
5. Jumlah penjamah makanan :.................................................orang
6. Nomor izin usaha : .……………………………………
7. Nama pemeriksa : ….…………………………………

Variabel Bobot Nilai Skore


1 2 3 4
A. Lokasi dan Bangunan
1. Lokasi 2 4, 6, 10
2. Bangunan 2 2, 4, 6, 8, 10
3. Pembagian ruang 1 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
4. Lantai 0,5 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
5. Dinding 0,5 0, 4, 6, 7, 10
6. Ventilasi 1 2, 3, 5, 7, 8, 10
7. Pencahayaan/penerangan 1 2, 3, 5, 7, 8, 10
8. Atap 0,5 2, 3, 5, 7, 8, 10
9. Langit-langit 0,5 0, 2, 4, 6, 8, 10
10. Pintu 1 0, 3, 4, 6, 7, 10
B. Fasilitas Sanitasi
11. Air bersih 3 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
12. Pembuangan air limbah 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
13. Toilet 1 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
14. Tempat sampah 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
15. Tempat cuci tangan 2 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
16. Tempat mencuci peralatan 1 0, 2, 4, 6, 8, 10
17. Tempat mencuci bahan makanan 1 0, 2, 3, 5, 7, 8, 10
18. Locker karyawan 1 0, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10
19. Peralatan pencegah masuknya 2 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
serangga dan tikus
C. Dapur, Ruang Makan dan Gudang
Bahan Makanan
20. Dapur 7 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
21. Ruang makan 5 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
22. Gudang bahan makanan 3 0, 2, 4, 6, 8, 10

D. Bahan Makanan dan Makanan Jadi


23. Bahan makanan 5 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
24. Makanan jadi 6 3, 4, 6, 7, 10

E. Pengolahan Makanan
25. Proses pengolahan 5 2, 3, 5, 7, 8, 10

F. Tempat Penyimpanan Bahan Makanan


dan Makanan Jadi
26. Penyimpanan bahan makanan 4 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
27. Penyimpanan makanan 5 4, 6, 10

G. Penyajian Makanan
28. Cara penyajian 5 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10

H. Peralatan
29. Ketentuan peralatan 15 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
I. Tenaga Kerja
30. Pengetahuan/sertifikat Hygiene 4 0, 2, 4, 6, 8, 10
sanitasi makanan
31. Pakaian kerja 2 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
32. Pemeriksaan Kesehatan 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
33. Personal hygiene 7 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
Pentunjuk pengisian Formulir
1. Untuk tiap variabel yang diperiksa, diberikan nilai sesuai dengan keadaan kualitas
variabel.
2. Nilai setiap variabel ditunjukkan dengan memberikan tanda lingkaran pada salah satu
angka kolom nilai yang paling sesuai menurut hasil pengamatan pemeriksa.
3. Angka nilai yang paling sesuai merupakan hasil penjumlahan nilai dari beberapa
komponen yang memenuhi syarat.
Contoh :
No. Variabel Bobot Nilai Skore
2. Bangunan 2 2, 4, 6, 8, 10 16
Untuk variabel nomor 2 yaitu : bangunan dengan angka nilai ialah = 2, 4, 6, 8, 10. Angka
nilai 8 adalah yang paling sesuai. Angka ini merupakan penjumlahan komponen a, b, dan c
yang terdapat pada kolom nilai yang memenuhi syarat.
4. Skore diperoleh dengan cara : bobot x nilai.
Sebagaimana contoh di atas, maka skore bangunan : 2 x 8 = 16 Skore
seluruh variabel > 700 termasuk uji laboratorium.
5. Batas laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah bila jumlah skore seluruh
variabel > 700 termasuk uji laboratorium.
6. Uraian detail setiap variable

D. Skema Inspeksi Higiene dan Sanitasi Jasaboga


1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup inspeksi ini adalah higiene dan sanitasi jasaboga restoran atau kafe, kantin,
general katering, aero katering, hotel, kapal pesiar dan rumah sakit.
2. Kriteria Inspeksi
a) Permenkes No. 1096 tahun 2011 Higiene Sanitasi Jasaboga
b) Perka BPOM No. 13 tahun 2019
c) Permenkes 492:2010 Persyaratan kualitas air minum
d) CAC/RCP 1-1969 rev. 04:2003 General principal of food higiene
3. Prosedur Inspeksi
a. Inspeksi Lapangan
1) Infrared thermometer
2) Digital thermometer
3) Pocket camera
4) Termometer tusuk.
5) Swab test kit
11
6) Plastik steril
7) Wadah contoh steril
8) Alkohol 70%
9) Label
10) Bor es
b. Alat Pelindung Diri (APD)
1) Kaca mata
2) Sarung tangan latex
3) Masker
4) Sepatu safety
5) Dispossable gown (Baju steril)
6) Hair cover
c. Bagian atau area yang diinspeksi meliputi beberapa bagian yaitu:
1) Food receiving area
2) Refrigerated storage area
3) Storage of dry goods
4) Preparation area
5) Cold food preparation
6) Hot food praparation
7) Restaurant service
8) Breakfast
9) Higiene & personnel training
10) Crisis management food poisoning
11) Dishwashing station
12) Cleaning & disinfection
13) Sanitation & pest control
14) Waste treatment
15) Maintenance
16) Record
d. Persiapan Inspeksi
1) Inspektor menerima proyek dari manajer teknis dengan diberikannya surat tugas
inspeksi.sesuai tinjauan permohonan dalam klausul 3.2e
2) Inspektor mereview data-data yang diberikan oleh manajer teknis.
3) Dari review tersebut inspektor menyusun rencana inspeksi FRM-INS-05.

12
4) Setelah itu Inspektor menyiapkan kelengkapan inspeksi seperti: Ceklist inspeksi
FRM-INS-03, peralatan inspeksi, peralatan sampling, ATK dan Alat Pelindung Diri
(APD). Daftar alat ukur yang digunakan atau dikembalikan dicatat dalam formulir
Rekaman Penggunaan Alat FRM-INS-02. Termasuk didalamnya jika alat
mengalami kerusakan atau perbaikan dicatat dalam kolom keterangan.
e. Proses Inspeksi
1) Inspeksi dibuka dengan opening meeting yang dihadiri pihak-pihak terkait untuk
mengkomunikasikan jalannya proses inspeksi (FRM-IAPMO-02).
2) Setelah opening meeting selesai dilanjutkan dengan observasi singkat terhadap
lingkup inspeksi.
3) Inspeksi dilakukan berdasarkan Ceklist inspeksi FRM-INS-03.
4) Jenis inspeksi dapat berupa pemeriksaan dokumen dan rekaman, pemeriksaan fisik
bangunan dan peralatan, observasi higiene personil, pengukuran suhu penyimpanan
bahan baku dan produk, pengukuran suhu pemasakan, swab test dan atau sampling
dan pengujian cemaran mikroba. Setelah inspeksi selesai dilakukan dihitung nilai
persentase score yang dicapai. Rumus dan tingkat pencapaian inspeksi higiene:
Rumus persentase total score inspeksi higiene: =
(Total score) / (infortant coefficient) x 100%
Tingkatan hasil inspeksi:
Platinum : >95%
Gold : 85%-95%
Silver : 75%-85%
Bronze : 70%-75%
5) Total score yang terrekam dalam FRM-INS-03 ditandatangani oleh Inspektor dan
perwakilan Pemohon.
6) Hasil inspeksi disampaikan dalam closing meeting yang dihadiri pihak-pihak terkait.
7) Dibuatkan berita acara inspeksi FRM-INS-06.
8) Setelah hasil pengujian mikroba contoh telah selesai segera dikirimkan laporan
Inspeksinya.
f. Panduan isian Ceklist inspeksi FRM-INS-03
1) Setiap kolom yang applicable diisi sesuai dengan inspeksi di lapangan. Apapun
yang ditemukan dilapangan dicatat dalam kolom “Remark”.
2) Jika item inspeksi memenuhi maka item tersebut memperoleh nilai sama dengan
nilai inportant coefficient-nya, jika tidak memenuhi maka mendapatkan nilai nol (0).

13
3) Setiap item yang memerlukan bukti gambar maka dilakukan pengambilan gambar.
Identitas gambar ditulis dalam kolom “Remark”.
4) Pemeriksaan dokumen dan rekaman, pemeriksaan fisik bangunan dan peralatan,
observasi higiene personil dilakukan dengan cara pengamatan visual dan wawancara
dengan Pemohon.
5) Pengukuran suhu penyimpanan bahan baku dan produk dilakukan terhadap suhu
lingkungan lemari penyimpanannya dicek pada titik terdekat dan terjauh dari kipas
atau sirkulasi udara dengan Digital Thermometer (TER01) dan untuk produk dicek
suhu pusatnya dengan menggunakan Thermometer Tusuk (TER05) pada dua produk
daging atau sejenisnya yang tersimpan paling atas.
6) Sementara itu untuk pengukuran suhu pemasakan dilakukan terhadap suhu pemanas
baik dipermukaan (Titik penggorengan) dengan Infrared thermometer (TER04) dan
atau di pusat dengan Thermometer tusuk (TER05).
7) Seluruh hasil pengukuran dicatat dalam formulir Pengukuran On-site (FRM-INS-
07).
g. Swab Test
1) Ditetapkan titik pengambilan contoh yang mewakili item personal dan fasilitas.
2) Jumlah titik pengambilan contoh ditetapkan berdasarkan tingkat resiko kontaminasi
dan atau area kritis dan atau kesepakatan dengan pemohon.
3) Titik sampling ditetapkan.
4) Buka stik swab test. Kemudian swab permukaan 10 x 10 cm mengikuti pola di
bawah.
5) Kemudian stik swab test dikembalikan kedalam wadahnya, ditekan hingga stik
terendam larutan medianya.
6) Dikocok beberapa saat hingga homogen.
7) Disimpan dalam box sampling.
8) Seluruh proses di atas dilakukan secara aseptis.
9) Dikirimkan ke laboratorium uji mikrobiologi dalam waktu 1x24 jam untuk diuji
Angka Lempeng Total (ATP) nya.

14
h. Pengambilan Contoh Uji
Pengambilan contoh uji dilakukan untuk makanan dengan resiko kontaminasi tinggi
dan atau sesuai kesepakatan dengan pemohon dengan rentang bobot 100-500 gram.
Paling sedikit diambil satu jenis makanan dari total yang disajikan. Pengujian ini terkait
dengan aspek keamanan mikrobiologi: TPC, e.coli, staphylococcus aureus, salmonella,
coliform, bacillus cereus, listeria monocytogen.
1) Peralatan yang digunakan
a) Plastik steril
b) Sendok steril
c) Pinset steril
d) Termos dan alat tulis

2) Cara Kerja
a) Makanan diambil dengan menggunakan sendok steril atau pinset steril (alat
disesuaikan dengan jenis makanan yang diambil).
b) Kemudian dimasukan ke dalam plastik steril.
c) Plastik contoh makanan diberi label yang berisi informasi berikut: No. proyek,
jenis pemeriksaan, lokasi pengambilan, jam pengambilan, tanggal pengambilan,
petugas pengambil dan suhu contoh.
d) Contoh uji ditempatkan dalam wadah steril dan suhu yang terjaga.
e) Contoh uji segera diserahkan ke pihak laboratorium dalam jangka waktu 1 x 24
jam.
f) Lengkapi formulir Sampling Report FRM-INS-04.
i. Standar kondisi lingkungan atau suhu masak :
15
1) Suhu penyimpanan makanan pada titik pusat max. -18ºC
2) Suhu penyimpanan dalam refrigerator 0ºC to 4ºC
3) Suhu masak pada titik pusat makanan
a) Unggas mentah: min. 74 ºC
b) Daging : min. 68.3 ºC
c) Ikan dan kerang : min. 63 ºC
d) Sayuran : min. 57 ºC
4. Kajiulang hasil pengujian dan inspeksi
1) Kaji ulang hasil pengujian dan inspeksi dapat dilakukan oleh inspektor yang bertugas,
inspektor lain, manajer teknis atau pimpinan Lembaga inspeksi.
2) Setiap pengukuran yang dilakukan harus mempertimbangkan nilai koreksi alat.
3) Hanya ada dua kriteria penilaian yaitu memenuhi kriteria memiliki skor dan
ketidaksesuaian (NC) tidak memiliki skor atau nol (0) yang didasarkan pada bukti-bukti
objektif yang diperoleh.
4) Hasil uji mikroba dibandingkan dengan persyaratan mutu dalam Perka BPOM No. 13
tahun 2019. Dengan kriteria memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan.
5) Keberterimaan hasil uji swab test ditetapkan berdasarkan persyaratan di bawah.

5. Keputusan Inspeksi
1) Penentuan keputusan pemeriksaan harus dibuat berdasarkan hasil proses inspeksi.
2) Penentuan keputusan pemeriksaan dilakukan oleh inspektur.
3) Keputusan pemeriksaan berdasarkan hasil tinjauan harus didokumentasikan.
4) Hasil pemeriksaan akan diuraikan secara komprehensif dalam laporan inspeksi. Laporan
ini juga akan dilengkapi dengan foto. Sistem skoring dalam persentase akan diterapkan
untuk mengetahui pencapaian tingkat higiene.
Platinum level : >95%
Gold level : 85% – 95%
Silver level : 75% - 85%
Bronze level : 70% - 75%

16
Cara pengisian :
a. Kolom 3, beri tanda lingkaran  pada salah satu nilai yang paling sesuai
dengan petunjuk dan penilaian RM.
b. Kolom 4, adalah hasil perkalian kolom 2 dengan nilai yang dipilih pada kolom
3.
c. Nilai 0, adalah wujud fisik sarana tidak ada.
d. Batas skore tingkat mutu/laik hygiene sanitasi minimal 700.

Contoh pelaksanaan praktikum

a. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan Tempat Praktik Uraian kegiatan

b. Alat dan bahan


1. Form pemeriksaan
2. Kuesioner pengetahuan
3. Alat tulis
c. Cara kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menuju lokasi penilaian tempat makanan
3. Meminta izin kepada pemilik tempat makan dan memperkenalkan diri
DAFTAR PUSTAKA
https://adoc.pub/queue/restoran-2-alamat-.html
https://id.scribd.com/document/227327439/Contoh-Laporan-Pemeriksaan-Hygiene-Sanitasi-
Rumah-Makan
Departemen Kesehatan RI. (1989). Penjamahan Makanan dan Minuman, DitJen. P2MPLP,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2003). Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan
Restoran, DitJen. P2MPLP,
Jakarta.
SARI, Nomia; DITA, Gusti Ayu. EFEKTIVITAS PERSYARATAN HYGIENE SANITASI
TERHADAP USAHA RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN
KEPMENKES RI NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003. Jurnal Magister Hukum Udayana
(Udayana Master Law Journal), 2016.
https://www.iapmo.org/media/23755/ins-sch-02-skema-inspeksi-hygiene-r05.pdf

Anda mungkin juga menyukai