Anda di halaman 1dari 4

Narasi

TUGAS INDIVIDU
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Dasar Sistem Muskuloskeletal
Yang berjudul
“Pemilihan Terapi pada Pasien dengan Fraktur”

DI SUSUN OLEH
LAILI MASLAHATUN NI’MAH (206070302111001)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2020
Narasi

Berdasarkan catatan WHO (World Health Organization) tahun 2007


didapatkan bahwa sekitar dua juta orang mengalami kecelakaan dan menderita
kecacatan fisik. Salah satu insiden yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas
bawah yang mencapai 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi (Wijaya, 2016).
Di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 didapatkan bahwa
kejadian fraktur sebanyak 1775 orang (3,8%) dari peristiwa terjatuh sejumlah
45.987(Wijaya, 2016). Fraktur adalah hilangnya kontinuitas struktur tulang, yang
dapat mengakibatkan keretakan atau terpisahnya korteks, serta kerusakan yang
komplit dan fragmen tulang terpisah. Tulang relatif rapuh, namun memiliki
kekuatan dan kelenturan untuk menahan tekanan. Fraktur sangat bervariasi dari
segi klinis, namun untuk alasan praktis, fraktur dibagi menjadi 2 yaitu complete
fracture dan incomplete fracture yang dimana proses terapi dan penatalaksanaanya
pun berbeda (Firmansyah, 2019) .
Berdasarkan data profil kesehatan di Indonesia tahun 2008 diketahui
bahwa sekitar 65,9 % memilih berobat sendiri (ke klinik tradisional), dan sekitar
34,41% memilih untuk pergi ke Rumah Sakit (Wijaya, 2016). Sehingga,
berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat Indonesia
ketika berobat lebih sering ke pengobatan alternatif daripada ke pelayanan medis.
Pengobatan alternatif atau tradisional telah lama dikenal oleh masyarakat jauh
sebelum kedokteran modern berkembang di Indonesia, yang mana pengobatannya
lebih banyak pada kepercayaan bersifat mistis, tenaga ghaib yang bersifat
animisme (Wijaya, 2016). Pengobatan tradisional adalah ilmu dan seni
pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek,
baik yang dapat diterangkan secara ilmiah atau tidak, dalam melakukan diagnosis,
prevensi, dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental, dan social
(WHO, 1978 dalam Wijaya, 2016).
Menurut penelitian Rahayu (2010) dalam (Wijaya, 2016) pengambilan
keputusan pengobatan tradisional atau konvensional ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti budaya, pendidikan pengetahuan dan sikap. Selain itu, menurut hasil
penelitian dari (Firmansyah, 2019) yang dilakukan sejak juni 2018 sampai juni
2019 di Rumah Sakit Jambi bahwa didapatkan 125 kasus fraktur yang terjadi
didapatkan bahwa 48 pasien (38,4%) lebih memilih terapi alternatif. Berdasarkan
Narasi

hasil statistik tersebut diketahui, bahwa pengambilan keputusan dalam pemilihan


terapi pasien fraktur dipengaruhi oleh faktor sosioekonomi, hal ini ditunjukkan
dengan semakin rendah rendah ruang kelas perawatan semakin tinggi pasien
untuk memilih terapi alternatif atau tradisional.
Narasi

DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, H. &. (2019). Pengaruh Faktor Status Sosial Ekonomi terhadap


Ttertutup Komplit di RSUD Raden Mather Jambi. Jurnal Masyarakat Jambi,
7(2), 215–224.
Pepadu, P., & Mataram, L. U. (2020). Seminar Nasional Pengabdian kepada
Masyarakat Tahun 2020 MASYARAKAT DI DESA SENGGIGI of
Orthopedics and Traumatology , Faculty of Medicine Mataram 3 Faculty of
Medicine Mataram University , Indonesia Alamat Korespondensi :
dyah.purnaning@gmail.com PENDAHULUAN Latar Belakang Virtual
conferense via zoom meeting , 2-3 Desember 2020 | 129 METODE
KEGIATAN Metode Pelaksanaan Virtual conferense via zoom meeting , 2-3
Desember 2020 | 130. 2, 2–3.
Sovia, S., Daryono, D., Mashudi, M., & Dewi, D. S. (2020). Determinan
Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(1), 207.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i1.862
Wijaya, M. (2016). Persepsi pasien fraktur tentang pengobatan alternatif di
Cimande Ciputat Tangerang.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/37368

Anda mungkin juga menyukai