Anda di halaman 1dari 48

WRAP UP SKENARIO 4 BLOK SARAF DAN PERILAKU

BISIKAN GAIB

KELOMPOK B - 2

Ketua : Rizka Ulfani Atmaja 1102014232


Sekretaris : Olvie Astanaini Annisa 1102014205
Anggota : Lidya Annisa Putri Ayu 1102014150
Martiana Fahriah 1102014151
Muchammad Alfiansyah 1102013177
Muhammad Haekal Fadhilah 1102014168
Muhammad Rifai Suparta 1102014171
Putri Pratiwi Merdekawati 1102013233
Rafa Assidiq 1102014218
Rian Nurdianysah 1102013249

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2013-2014

1
SKENARIO 4
BISIKAN GAIB

Laki-laki 25 tahun, dibawa ke IGD RSJ karena memukul ibunya dan memecahkan kaca
jendela.Alasannya ada bisikan bisikan gaib didekat telinganya yang memerintahkannya
melakukan tindakan tersebut.Sudah dua pekan ini pasien mengalami insomnia dan menarik
diri, kadang bicara sendiri yang bila ditegur marah (iritabel). Pasien pernah mengalami gejala
seperti ini satu tahun yang lalu, setelah dirawat di RSj seminggu pasien dibolehkan pulang,
tapi tak mau berobat jalan dan jadi pemalas. Pada pemeriksaan psikiatrik; kesadaran compos
mentis; kontak psikik tidak wajar; sikap kurang kooperatif; afek tumpul tidak serasi; fungsi
kognitif seperti atensi; konsentrasi , orientasi dan memori tidak terganggu; terdapat waham
kejar dan halusinasi auditorik. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peninggian metabolit
dopamin pada urine. Dokter menduga pasien menderita gangguan Skizofrenia sebagai bentuk
gangguan psikotik yang disertai proses kemunduran (deteriosasi). Akhirnya dokter
memberikan injeksi psikotropika yang akan dilanjutkan dengan program psikoterapi,
sosioterapi dan rehabilitasi. Dokter menanyakan apakah sebagai muslim pasien masih bisa
melaksanakan ibadah mahdhod.

2
KATA SULIT
1. Gangguan Skizofrenia: Gangguan mental dengan kelainan presepsi
2. Waham Kejar : Keyakinan pasien bahwa orang-orang tertentu yang ingin
mengancam nyawanya.
3. Afek tumpul : Penurunan irama emosi
4. Atensi : Kegiatan untuk memusatkan perhatian
5. Halusinasi auditorik : Halusinasi pendengaran. Seperti misalnya “Pasien mendengar
suara-suara…”
6. Kontak psikik : Kesanggupan seseorang untuk mengadakan hubungan
emosional
7. Gangguan psikotik : Gangguan mental yang ditandai dengan halusinasi, delusi dan
lain-lain.

PERTANYAAN
1. Mengapa pasien bisa mendengar bisikan gaib?
Bisikan gaib-> Waham. Terjadi karena peningkatan dopamine.
2. Apa penyebab peningkatan metabolic dopamin?
Dopamine dihasilkan oleh substansia nigra di ganglia basalis. Pada Skizofrenia
peningkatan dopamine disebabkan oleh hiperaktifitas dan terlalu banyaknya reseptor
di putamen dan nucleus caudatus.
3. Apa kandungan injeksi psikotropika?
Amitriptilin, diazepam dan fenobarbital.
4. Mengapa bisa terjadi waham dan halusinasi?
Karena adanya peningkatan dopamine.
5. Apa pengaruh dopamine terhadap terhadap kondisi pasien sekarang?
Hiperaktivitas dopamine menyebabkan halusinasi.
6. Kenapa pasien suka marah-marah?
Karena ada kerusakan pada sistem limbik yang berfungsi untuk mengontrol emosi.
7. Apakah Skizofrenia bisa disembuhkan?
Skizofrenia tidak bisa disembuhkan.
8. Apakah skizofrenia selalu disertai proses kemunduran?
Ya. Karena kerusakan di ganglia basalis, nucleus causatus, hippocampus,
parahipocampus, ventrikel basalis dan lateralis dan sistem limbik adalah permanen.
3
9. Apa efek dari injeksi psikotropika?
Sakit kepala, somnolen dan mual muntah.

4
HIPOTESIS
Gangguan Skizofrenia adalah gangguan mental dengan kelainan persepsi. Skizorenia
disebabkan oleh hipersensitifitas dopamine, terlalu banyaknya reseptor di putamen dan
nucleus caudatus dan kerusakan pada sistem limbik sehingga menyebabkan penderitanya
mengalami waham dan atau halusinasi. Karena Skizofrenia ini tidak bisa disembuhkan, maka
diperlukan injeksi psikotropika yang berisi amitriptilin, diazepam dan fenobarbital untuk
mengurangi gejala, akan tetapi injeksi ini dapat menimbulkan rasa sakit kepala, somnolen,
mual dan muntah.

5
SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Psikopatologi

2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Limbik


2.1 Anatomi
2.2 Fisiologi

3. Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia


3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Klasifikasi
3.4 Epidemiologi
3.5 Manifestasi Klinik
3.6 Kriteria Diagnosis Menurut PPDGJ dan DSM V
3.7 Diagnosis Banding
3.8 Penatalaksanaan
3.9 Prognosis

4. Memahami dan Menjelaskan Hukum Ibadah Mahdhoh pada Pasien Gangguan


Psikotik

6
1. Memahami dan Menjelaskan Psikopatologi

Psikopatologi/Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala –


gejala.Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala – gejala
gangguan jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit),
mempelajari gejala – gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk menentukan atau
mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih pentingadalah untuk
mengidentifikasi sebab – sebab dari gangguan tersebut (etiologi).
 Gejala – gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi, yaitu :
1. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan makna
dan dinamikanya. Misal : terjadi halusinasi berulang – ulang atau pada saat-saat
tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.
2. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi
juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya, bagaimana
prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan sebagainya.

Beberapa contoh simptomatologi pada beberapa gangguan jiwa:


1) Gangguan Kesadaran/conciousness
Jenis-jenis gangguan kesadaran:
a. Gangguan kesadaran kuantitatif
 Somnolen, kesadarannya seperti orang tidur, tidak acuh terhadap sekelilingnya,
apatis, tetapi masih dapat memberikan jawaban dan reaksi.
 Sopor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana ingatan, orientasi, dan
pertimbangannya sudah hilang. Kalau dirangsang hanya sedikit memberikan
respon, dengan tidak acuh atau dengan membuka mata sebentar kemudian tidur
lagi.
 Apati, kesadarannyabaik, bisa berkomunikasi dengan baik tetapi memerlukan
intensitas yang tinggi.
 Koma, keadaan pingsan, tidak memberikan respon sedikitpun terhadap rangsang
dari luar. Refleksi pupil sudah tidak ada.
 Kesadaran yang meninggi, kesadaran dengan respon yang meninggi terhadap
rangsang, suara-suara terdengar lebih keras, warna-warna kelihatan lebih jelas
atau terang.
b. Gangguan kesadaran kualitatif
 Stupor, kesadaran yang menyempit.
 Keadaan dini, kesadarannya mengabur, sering disertai dengan halusinasi lihat
dan dengar.
 Bingung/confusion, keadaan yang disifatkan dengan adanya gangguan-
gangguan asosiasi, disorientasi, kesulitan mengerti, dan ketidaktahuan apa
yang harus diperbuat, tercengang dan penuh pertanyaan.
 Disorientasi, kesadaran pemehaman diri dalam lingkungan seperti disorientasi
diri, tempat, waktu, dan situasi.
 Delirium, pengaburan kesadaran, ribut-gelisah, inkoheren, ilusi dan halusinasi,
sering disertai dengan cemas dan takut.

7
 Disosiasi, pemisahan diri secara psikologik dari kesadarannya, diikuti dengan
amnesia sebagian.
 Kesadaran berubah, kesadarannya tidak normal, tidak menurun, tidak
meninggi, tetapi kemampuan mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap
dunia luardan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai dengan
kenyataan.

2) Gangguan Perhatian
Jenis-jenis gangguan perhatian:
a. Distractbility, yaitu ketidakmampuan mengarahkan perhatian dirinya, perhatian
mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti. Biasanya ditemukan
pada pasien ADHD.
b. Aprosexia, yaitu ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun dalam waktu
yang singkat terhadap suatu situasi, dengan tidak memandang pentingnya situasi itu.
c. Selective, yaitu perhatian yang kurang selektif sehingga mudah lupa dan sulit
mengenali.
d. Hipervigilance/hiperprosexia, yaitu konsentrasi yang berlebih-lebihan, sehingga
lapangan persepsi menjadi sangat sempit. Terjadi pada pasien paranoid dan cemas.

3) Gangguan Emosi
Jenis-jenis gangguan emosi:
a. Afek
- Inappropiate, yaitu gangguan emosi ditandai dengan jelas adanya perbedaan
antara sifat emosi yang ditunjukkan dengan situasi yang minumbulkannya.
- Blunted, yaitu kemiskinan afek dan emosi secara umum, afek/emosinya datar,
tumpul, atau dingin.
- Flat, yaitu datar, tidak ada perubahan roman muka.
- Labil, yaitu mudah berubah terbawa faktor eksternal.
- Restricted, yaitu terbatas/menyempit.
- Depresi, yaitu perasaan sedih tertekan.
b. Mood
- Expansive, yaitu perasaan menguasai lingkungan.
- Irritable, yaitu perasaan mudah tersinggung.
- Elevated
- Euphoria, yaitu emosi yang menyenangkan dalam tingkatan sedang, mudah
melambung.
- Exaltasi, yaitu elasi yang berlebih-lebihan, sering disertai dengan waham
kebesaran.
- Euthymia, yaitu perasaan wajar.
- Dysphoric, yaitu perasaan sedih, bersalah.
- Ectasy, yaitu emosi senang disertai dengan rasa hati yanhg aneh, penuh
kegairahan, perasaan aman, damai, dan tenang. Merasa hidup baru kembali.
- Anhedonia, yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan,tidak timbul senang
dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan.
8
4) Gangguan Psikomotor
Jenis-jenis gangguan psikomotor:
a. Katatonia
- Katalepsi, yaitu mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu, sekalipun
hendak diubah orang lain.
- Stupor, yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan dan aktivitas
menjadi sangat lambat.
- Rigiditas, yaitu pengkakuan pada bagian tubuh tertentu.
- Posturing
- Fleksibilitas cerea, yaitu kelenturan dalam menggerakkan anggota badan tetapi
masih ada hambatan.
- Kataplexia, yaitu kehilangan tonus otot secara mendadak.
- Stereotipi, yaitu gerakan yang berulang-ulang.
- Echopraxia, yaitu menirukan gerakan orang lain pada saat dilihatnya.
- Echolalia, yaitu menirukan apa yang diucapkan orang lain.
b. Hiperaktif
- TIC, yaitu gerakan-gerakan muncul ketika cemas.
- Grimace
- Akatisia, yaitu gerakan bibir yang muncul ketika cemas.
- Raptus, yaitu mengamuk yang mendadak
- Mannerism, yaitu tangan seperti menghitung uang (jari bergerak-gerak).
- Kompulsi, terdiri dari kleptomania, satriasis, remphormia, trikotilomania (suka
mencabuti rambut sendiri).
c. Negativisme
- Aktif, respon berlebihan.
- Pasif, diam saja.
d. Otomatisme, yaitu menuruti apa yang disuruh tetapi tanpa dikoreksi.

5) Gangguan Proses pikir


Jenis-jenis gangguan proses pikir:
a. Bentuk pikir:
- Autistik, yaitu adanya kegagalan untuk membedakan batas antara kenyataan
dengan fantasi.
- Dereistik, yaitu ketidaksesuaian antara proses mental individu dengan
pengalamannya yang sedang berjalan. Ide-ide yang seakan-akan cemerlang tetapi
tidak mungkin realistis.
- Non-realistik, yaitu bentuk pikiran yang sama sekali tidak sesuai dengan
kenyataan.
b. Isi pikir:
- Waham, yaitu kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan tentang isi
pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Macamnya ada waham
sistematis (cemburu, kejar, curiga), bizarre, nihilistik, kebesaran, magic-mystic,
dosa, pengaruh, somatik, hubungan.

9
- Obsesi, yaitu isi pikiran yang kukuh/persisten dan datang berulang-ulang, biarpun
tak dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak mungkin terjadi.
- Fobia, yaitu rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang
tidak dapat dihilangkan atau ditekan walaupun ia sendiri menyadari bahwa itu
tidak rasional adanya.
- Fantasi, yaitu isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan atau
diinginkan, tetapi sebenarnya tidak nyata.
c. Progesi/jalan pikir:
- Flight of ideas, yaitu pikiran yang melayang atau melompat-lompat.
- Assosiasi longgar, yaitu mengatakan sesuatu ide yang tidak ada hubungannya
antara ide satu dengan yang lain.
- Clang association, yaitu berbicara seperti berpantun.
- Circumstantiality, yaitu pikiran yang berbelit-belit, ngomong berputar-putar tidak
sampai isi.
- Tongentiality, yaitu pembicaraan semakin jauh dari pokok permasalahan.
- Inkoherensi, yaitu keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide bercampur
dengan ide yang lain.
- Verbigerasi, yaitu kata-kata yang diulang-ulang.
- Neologisme, yaitu membuat kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum.
- Word salad, yaitu potongan-potongan kata yang tidak ada makna.
- Blocking, yaitu jalan pikirannya tiba-tiba terhenti, tidak tahu kenapa berhenti.

6) Gangguan Pembicaraan
Jenis-jenis gangguan pembicaraan:
a. Logorhoe, yaitu berbicara terus.
b. Stuttering, yaitu susah berbicara, tetapi sekali berbicara tidak berhenti-berhenti.
c. Miskin isi pembicaraan.
d. Mutisme, yaitu sejak awal tidak mau berbicara,
e. Remming, yaitu berbicara sangat pelan.
f. Blocking, yaitu tiba-tiba berhenti bicara tanpa sebab.
g. Irrelevan, yaitu jawaban-jawaban yang dikeluarkan tidak sesuai dengan pertanyaan
pemeriksa.

7) Gangguan Persepsi
Jenis-jenis gangguan persepsi:
a. Halusinasi:
- Auditorik - Olfaktori
- Gustatorik - Taktil
- Hipnagogik - Hipnopompik
- Visual
b. Ilusi, yaitu persepsi yang salah.
c. Derealisasi, yaitu perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut kenyataan.
d. Depersonalisasi, yaitu perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa dirinya
sudah tidak seperti dulu lagi.

10
8) Gangguan Memori
Jenis-jenis gangguan memori:
a. Amnesia, yaitu keadaan seseorang kehilangan ingatan, mungkin sebagian atau
seluruhnya. Ada dua macam amnesia, yaitu antegrade dan retrograde.
b. Paramnesia, yaitu ingatan yang keliru (ilusi ingatan) karena distorsi pemanggilan
kembali (recall), meliputi: konfabulasi, deja vu, jamais vu, fausse reconnaissance.
c. Level of memory, terdiri dari intermediate, recent,recent past, remote.
d. Dementia, yaitu lupa dengan pengalaman-pengalaman baru
e. Hypermnesia, yaitu ingatan yang berlebih-lebihan, sehingga seseorang dapat
menggambarkan kejadian-kejadian secara mendetail.

9) Gangguan Insight/tilikan diri


Kemampuan memahami situasi/sakit yang dialami.

 Dalam mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa, perlu dipahami istilah penting


sebagai berikut :

 Sindrom

Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakita atau


gangguan yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c). Ketiga
gejala tersebut dapat dipahami tentang adanya penyakit tertentu.Jadi sifatnya khas
dan menunjukkan suatu penyjakit tertentu.

 Sign

Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada umumnya
bersifat objektif (mengenai fisik).

 Simptom

Simptom adalah gejala-gejala yang tidak dapat diobservasi (unobservable) oleh orang
lain, tetapi mungkin merupakan gejala bagi orang yang bersangkutan. Jadi sifatnya
subjektif, karena itu harus ditanyakan kepada yang bersangkutan.

 Gejala primer primer & sekunder

Gejala primer dan sekunder dibedakan atas urutan munculnya gejala.Gejala primer
adalah gejala pertama yang dialami oleh seseorang, sedangkan gejala sekunder gejala
yang muncul kemudian.Misalnya seorang penderita insomnia (sulit tidur) kemudian
diikuti munculnya halusinasi.Ini berarti insomnia adalah gejala primer dan halusinasi
adalah gejala sekunder.

 Gejala dasar dan gejala tambahan

11
Gejala dasar adalah gejala-gejala yang ada dalam tiap gangguan tertentu, terutama
setelah gangguan tersebut mencapai intensitas tertentu, atau gejala utama dari suatu
gangguan tertentu.Gejala ini penting untuk kepentingan diagnosis.Sedangkan gejala
tambahan adalah gejala-gejala yang belum tentu ada pada setiap gangguan.Misalnya
pada penderita skizophrenia, maka gejala dasarnya adalah kerancuan pikiran, sedang
gejala tambahannya dapat berupa halusinasi, ilusi, dan sebagainya yang mungkin
berbeda untuk setiap penderitanya.

 Gejala organogenik dan gejala psikogenik

Pembedaan gejala ini berdasarkan pada asal atau sebabnya.Gejala organogenik adalah
gejala-gejala yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi
organik.Sedangkan gejala psikogenik adalah gejala-gejala yang muncul dan berasal
dari adanya gangguan-gangguan dalam fungsi psikologis, yang terutama berakar pada
alam kesadarannya.Misalnya seseorang yang pusing karena banyak pikiran,
merupakan gejala psikogenik.Sedangkan orang yang pusing karena keracunan
makanan adalah gejala organogenik, sekalipun gejala yang ditampakkan bersifat
kejiwaan.

 Gejala prodomal dan residual

Gejal prodomal adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sebelum sakit, pada awal sakit,
atau selama fase sakit.Sedangkan gejala residual adalah gejala-gejala yang
ditunjukkan sesudah fase sakit.

 Perilaku sakit, peran sakit, dan peran pasien (illness behavior, sick role, and patient
role)

Perilaku sakit (illness behavior) yaitu reaksi penderita terhadap pengalamannya


sebagai orang sakit yang merupakan respon unik individu tentang kesadarannya
bahwa ia sakit (orang yang sakit gigi responnya berbeda dengan yang sakit kepala).
Perilaku sakit ini misalnya ; meraung-raung, teriak-teriak, dan sebagainya.

Psikopatologi adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang memepelajari :

1. Gejala2 dalam tingkah laku dan fungsi-fungsi kelainan psikis

2. Variasi dalam kelainan pola reaksi total dari individu ialah dalam bentuk
gangguan kepribadian
Psikopatologi meliputi :
1.Gangguan kepribadian
2. Gangguan aspek motorik
3. Gangguan persepsi
4. Gangguan pikiran
5.Gangguan affek
6. Gangguan kesadaran
7. Gangguan orientasi
8. Gangguan memori

12
9. Gangguan intelegensi
GANGGUAN JIWA

1. 1 Definisi
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam: caraberpikir (cognitive), kemauan (volition, emosi
(affective), tindakan (psychomotor).

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang
berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam
dua golongan, yaitu: gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (psikosa).

1.2 Penyebab

Sumber Penyebab Gangguan Jiwa


Sumber penyebab gangguan jiwa bisa somatogenik, psikogenik, sosiogenik.Biasanya
penyebab tidak tunggal, tapi multipel. Beberapa penyebab (soma-psiko-sosial) sekaligus
sebagai penyebab yang saling mempengaruhi, maka timbullah gangguan jiwa, sehingga
dalam membuat diagnosa biasanya dibuat diagnosa multiaksial (multifaktorial/
multidimensional) seperti yang digunakan pada Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan
Jiwa ( PPDGJ ) II, III yang mengacu kepada The Diagnosis And Statistical Manual of Mental
Disorder ( DSM ) III, IV.
1) Faktor-faktor Somatik ( Somatogenik ) :
- Neroanatomi
- Nerofisiologi
- Nerokimia
- Tingkat kematangan dan perkembangan organik
- Faktor-faktor pre dan perinatal
2) Faktor-faktor Psikologik ( Psikogenik)
- Interaksi ibu-anak: normal (rasa percaya /trust dan aman/secure) atau
abnormal seperti kekurangan, distorsi, terputus (rasa tak percaya dan
kebimbangan)
- Peranan ayah
- Persaingan antara saudara ( sibling rivaly)
- Intelegensi
- Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat
- Kehilangan yang menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, atau rasa
salah-Konsep dini: pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang
tidak menentu
- Ketrampilan, bakat, dan kreativitas.
- Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
- Tingkat perkembangan emosi
3) Faktor-faktor sosio-budaya ( sosiogenik) :
- Kestabilan keluarga
- Pola mengasuh anak
- Keluarga dengan ekspresi emosi tinggi atau rendah
- Tingkat ekonomi
- Perumahan, perkotaan, atau pedesaan
- Masalah kelompok minoritas yang berprasangka, fasilitas kesehatan,
pendidikan serta kesejahteraan yang tidak memadai

13
- Pengaruh rasial dan keagamaan
- Nilai-nilai

Perkembangan Badaniah yang Salah


1) Faktor Keturunan
o Sindroma Down / Mongolisme
Kelainan pada kromosom No 21. ditandai dengan ciri-ciri : Retardasi
mental, mata sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek, dll.

o Sindroma Turner
Kelainan pada kromosoma seks/sex-linked. Ditandai dengan ciri-ciri fisik :
tubuh pendek, leher melebar, infantilisme seksual, dll.
o Fenilketonuria
Terdapat pada anak-anak dengan kekurangan enzim penghancur fenilanin.
Fenilanin merupakan as. Amino yang dapat merusak otak-% penderita
Skizofrenia dikaitkan dengan faktor keturunan :
- Anak dari kedua ortu skizofrenia 39,9%
- Kembar monozigot 60 –80% ( 86,2% )
- Kembar heterozigot 0 –22% ( 14,5% )
- Saudara kandung 14,2%
- Saudara tiri 7,1%
- Masyarakat umum 0,85%

2) Faktor Konstitusi
Termasuk yang diturunkan dan yang didapat, seperti bentuk badan, jenis kelamin,
temperamen, fungsi endokrin, golongan darah, fungsi syaraf, dll.
- Bentuk badan: gagah, atletis
- Lebih percaya diri
- Energi dan kegiatan: respon terhadap stress agresif keluar atau dipendam
kedalam
- Reaktivitas susunan syaraf vegetatif: reaksi emosional tinggi terhadap
stres ringan menimbulkan rasa takut berlebihan/panik, reaksi emosional
yang kurang, menunjukkan sosialisasi yang kurang.
- Daya tahan badaniah : menentukan toleransi stres biologik dan psi kologik
dari sistem organ apa yang paling mudah terganggu.
- Sensitivitas : tingkat daya tahan seseorang terhadap stres, menentukan
seseorang terkena gangguan jiwa
- Kecerdasan dan bakat : mempengaruhi kepercayaan diri seseorang

3) Cacat kongenital
- Cacat kongenital sangat mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang.
Namun tetap tergantung pada individuitu, bagaimana ia
menilai/menyikapi dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya
yang cacat itu.
- Sering lingkungan justru menghambat penyesuaian ini dengan proteksi
berlebih, penolakan, tuntutan diluar kemampuan orang tersebut.

Menurut Konsep Neurobiological gangguan jiwa sangat berkaitan dengan keadaan struktur
otak sebagai berikut :

14
Abnormalities in the structure of the brain or in its activity in specific locations can cause or
contribute to psychiatric disorders. For example, a communication problem in one small part
of the brain can cause widespread dysfunction. It is also known that the following network of
nuclei that control cognitive, behavioral, and emotional functioning ae particularly
implicated in psychiatric disorders :
o The cerebral cortex, which is critical in decision making and higher-order thinking,
such as abstract reasoning.
o The limbic system, which is involved in regulating emotional behavior, memory, and
learning.
o The basal ganglia, some of which coordinate movement
o The hypothalamus, which regulates hormones through out the body and behaviors
such as eating, drinking, and sex.
o The locus ceruleus, which manufactures neurons, which regulate sleep and are
involved with behavior and mood.
o The substantia nigra, dopamine-producing cells involved in the control of complex
movement, thinking, and emotional responses.

Perkembangan Psikologik yang Salah


1) Ketidakmatangan/fiksasi: Individu gagal berkembang lebih lanjut ke fase lebih lanjut.
(Fase oral –anal –falik –laten –puber dst)
2) Defek yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik shg sebagai tempat-tempat
lemah/bagian yang sangat peka terhadap jenis stres ttt.
3) Distorsi: individu mengembangkan sikap/pola reaksi yang tidak sesuai atau gagal
mencapai integrasi kepribadian yang normal.
o Deprivasi dini
Memberi dampak besar, dapat menimbulkan perkembangan jiwa yang
abnormal. Contoh:
- Deprivasi biologik atau psikologik saat masa bayi
- Deprivasi maternal ( asuhan ibu )
- Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan –Retardasi mental
- Deprivasi/frustrasi dini menimbulkan locus minoris resistensi
o Pola keluarga yang patogenik
- Masa kanak, peran keluarga sangat penting dalam pembentukan
kepribadian. Hubungan ortu-anak sering merupakan sumber gangguan
penyesuaian diri bahkan gangguan jiwa.
- Orang tua berbuat terlalu banyak, shg anak tidak bisa mandiri. Berbuat
terlalu sedikit, tidak memberi bimbingan/arahan yang benar sehingga anak
mengem bangkan pola-pola perilaku yang tidak sesuai.
- Beberapa sikap orang tua yang kurang bijaksana :
 Melindungi anak berlebihan/memanjakan
 Melindungi anak berlebihan karena sikap berkuasa
 Penolakan terhadap anak
 Menentukan norma-norma etika terlalu tinggi, kaku tidak realistik
 Disiplin terlalu keras dan salah
 Disiplin yang tidak teratur atau tidak konsisten
 Orang tua yang selalu berselisih
 Perceraian orang tua
 Persaingan tidak sehat antar saudara

15
 Nilai-nilai yang buruk
 Perfeksionisme dan ambisi
 Orang tua yang nerotik/gangguan jiwa
o Masa remaja yang dilalui secara tidak baik.
- Masa Remaja terjadi pertumbuhan yang cepat : perubahan badaniah/fisik
dan pematangan seksual. status sosial yang tadinya sangat tergantung
kepada ortunya/orang lain, kini harus belajar berdiri sendiri, bertanggung
jawab terhadap diri sendiri
- Tidak jarang terjadi “krisis identitas”, ia harus mengubah konsep tentang
diri sendiri, memantapkan diri sebagai individu yang berke pribadian lepas
dari keluarganya, menyelesaikan sendiri masa lah pendidikan, pernikahan,
kehidupan dalam masyarakat secara mandiri.

Faktor Sosiologik dalam Perkembangan yang Salah


1) Pengaruh sosial terhadap gangguan jiwa sangat besar, sukar untuk mempertahankan
identitas diri di tengah-tengah perubahan-perubah an yang cepat dan komplek.
2) Alfin Toffler terkenal dengan teori Future Shocknya (shock masa depan) : yang paling
berbahaya di jaman modern ini, di negara –negara super-industrialisasi ialah :
kecepatan perubahan dan per gantian yang makin cepat dalam hal kesementaraan
(transience), kebaruan (Novelty), dan keanekaragaman (diversity). Individu menerima
rangsangan berlebihan sehingga terjadi kekacauan mental sangat besar, dan ini terjadi
di masa depan.

1.3 Klasifikasi

F0 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik


Gangguan mental organic = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan
sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik = pengaruh terhadap otak merupakan akibat
sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.
Gambaran utama:
 Gangguan fungsi kongnitif
 Gangguan sensorium – kesadaran, perhatian
 Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi
pikir (waham), mood dan emosi

Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif
Lainnya

F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham


Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan
intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian

F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])


Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi
(dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan
gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu

16
F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres

F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik

F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa


Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola
hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain.
Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman
hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.

F7 Retardasi Mental
Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada.

F8 Gangguan Perkembangan Psikologis


Gambaran umum
 Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak
 Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan
erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat
 Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak
gangguan jiwa
Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan visuo-
spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif dengan
bertambahnya usia.

F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan
Remaja

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyusun klasifikasi


gangguan kejiwaan  sebagai berikut:
 Gangguan psikomatik (contoh: schizophrenia)
 Gangguan cemas (contoh:panic attack, phobia)
 Gangguan mood/affective (contoh:bipolar mood, depression)
 Gangguan amnestic (contoh: amnesia)
 Gangguan dissosiatif (contoh: multiple personality)
 Gangguan somatisasi (contoh : hipokondria, pain, conversion)
 Gangguan tidur (contoh: insomnia, mimpi buruk)
 Gangguan makan (contoh: obesitas, anorexia, nervosa, bulimia)
 Gangguan seksual (contoh : premature ejaculation, dysparenia, vaginismus)
 Gangguan impuls (contoh : kleptomania, pyromania)
 Gangguan kepribadian (contoh: eksploitative, paranoia)
 Gangguan ketergantungan zat (contoh : alcohol addict, heroin addict)
 Gangguan factitious (contoh: munchausen)
 Gangguan penyesuaian diri (contoh: adjustment disorder)

17
1.4 Diagnosis Multiaksial

1. Aksis I
 Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68,
F80-89, F90-98, F99)
 Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis
 (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R69)
2. Aksis II
 Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive,
mekanisme defensi maladaptif)
 Retardasi Mental (F70-79)
 (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R46.8)

3. Aksis II
Kondisi Medik Umum

4. Aksis IV
Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial)

5. Aksis V
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
100-91   gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
90-81     gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa
80-71     gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social
70-61     beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum baik
60-51     gejala dan disabilitas sedang
50-41     gejala dan disabilitas berat
40-31     beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi
30-21     disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
dalam hampir semua bidang
20-11     bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi
dan mengurus diri
10.1    persisten dan  lebih serius.

2.Memahami dan Menjelaskan Sistem Limbik


2.1 Anatomi Sistim Limbik

18
Sistem limbik merupakan bagian otak yang berkaitan dengan emosi dan instink.
Dalam struktur hirarki otak sistem limbik berada di tengah, antara diensefalon (batang otak)
dengan cerebrum. Sistem limbik mempunyai fungsi pengendali emosi, perilaku instinktif,
drives, motivasi, dan perasaan. Baik korteks cerebri maupun sistem limbik , keduanya
mempunyai akses ke area motorik batang otak, sehingga memungkinkan manusia belajar
beradaptasi dan mengontrol perilaku instinktif mereka.
Dari pengertian tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa emosi merupakan
perasaan kompleks (menyenangkan atau tidak menyenangkan) pada organisme, melibatkan
perubahan aktivitas organ tubuh terutama organ visceral, berada di bawah kontrol sistem
saraf otonom, yang mendorong munculnya respon atau perilaku tertentu.

Komponen-komponen emosi diantaranya :

1. Stimulus (real atau khayalan)


2. Afek atau perasaan (feeling)
3. Perubahan aktivitas otonom organ visceral
4. Dorongan aktivitas atau perilaku tertentu
Emosi dasar seperti rasa senang, marah, takut, dan kasih sayang, memiliki fungsi untuk
mempertahankan hidup dan jenis suatu organisme (manusia dan hewan). Sebagai contoh, bila
seseorang melihat harimau yang akan menyerang, maka akan timbul rasa takut sehingga
orang tersebut berlari atau mencari perlindungan untuk menyelamatkan diri.

Bangunan utama sistem limbik :

1. Amigdala
Berbentuk seperti buah almond. Letaknya sebagian di depan dan sebagian di atas
cornu inferior ventriculus lateralis. Berfungsi dalam :

a. Jika dipacu, terjadi perubahan suasana hati


b. Kalau dirusak, terjadi sikap agresif
c. Melalui hipothalamus, mempercepat kerja endokrin, sex dan reproduksi.

19
2. Septum (dinding)
Merupakan bagian dari nuclei tel-enchepalon yang dibentuk oleh : cortex area septi,
gyrus para terminalis dan gyrus subcallosum. Terletak diantara septum pellucidum
dengan communissura anterior.

3. Hipokampus
Meliputi :

a. Hippocampus
Merupakan substansia grissea yang melengkung ke atas sepanjang dasar cornu
inferior ventriculus lateralis. Ujung depannya membentuk pes hippocampi.
Dilapisi ependim, dibawahnya ada alveus (berupa substansia alba) yang kemudian
akan membentuk fimbria. Fimbria kemudian berlanjut menjadi crus fornix yang
mengelilingi thalamus dan menyetu lagi membentik corpus fornix. Berfungsi
dalam proses belajar dan ingatan sekarang.
b. Gyrus dentatus
Merupakan berkas substansia grissea yang terletak diantara fimbria hippocampi
dengan gyrus gippocampi. Saling mengunci satu sama lain dengan hippocampus.
c. Subiculum s.gyrus subcallosum
Terlatak antara hippocampus dengan gyrus para hippocampus

4. Girus singulatus

5. Thalamus anterior

6. Hipotalamus
Terletak paling depan di dienchepalon. Terbagi dalam dua kelompok nuclei, yaitu
yang medial dan lateral yang dipisahkan oleh collumna fornix dan tractus
mammillothalamicus. Hipotalamus adalah bagian otak yang berisi sejumlah nukleus
kecil. Hipotalamus terletak di bawah thalamus, tepat di atas batang otak. Dalam
terminologi neuroanatomy, membentuk bagian ventral diencephalon tersebut. Semua
otak vertebrata yang mengandung hipotalamus. Pada manusia, itu adalah kira-kira
ukuran badan. Fungsi dari hipothalamus antara lain :

a. Mengontrol sistem saraf otonom


b. Mengontrol kerja endokrin
c. Mengontrol suhu tubuh
d. Mengontrol intake air dan makanan
e. Mengontrol emosi dan perilaku
f. Mengontrol irama sikardian
g. Mengontrol tidur

7. Nucleus anterior thalami


Terletak disekelinling foramen interventriculare. Menerima input dari hippocampus
via fornix lalu melanjutkannya ke gyrus cingulli.

8. Nucleus medio dorsalis thalami

20
Menerima input dari nuclei thalami anterior, cortex prefrontalis, area subcallosum dan
ganglia basalis lalu mengirimkan output ke cortex prefrontalis.terletak di sekeliling
ventriculus tertius.

9. Ganglia Basalis
Kumpulan massa abu-abu yang berada pada bagian dalam hemisfer celebri (massa
putih/serabut saraf) dan terdiri dari nucleus caudatus. Nukleus caudatus adalah massa
kelabu yang memanjang bagian cranial tepat di sisi lateral ventrikel lateralis dan
berbentuk seperti buah per memanjang ke belakangmempunyai ekor dan berakhir
pada amygdala. Terlihat melingkari putamen dan melakukan hubungan commisura
dengan putamen – commisura asosiasi.

2.2 Fisiologi Sistem Limbik

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah
baju.limbik secara harfiah diartikan sebagai perbatasan. Sistem limbik itu sendiri diartikan
keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan
motivasional. Bagian utama sistem limbik adalah hipothalamus dan struktur-strukturnya
yang berkaitan. Bagian otak ini sama dengan yang dimiliki hewan mamalia sehingga sering
disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus,
amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi,
mengendalikan hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat
rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. Sistem limbik menyimpan
banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak
emosi. Carl Gustav Jung  menyebutnya sebagai Alam Bawah Sadar atau ketaksadaran
kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang, dan perilaku tulus
lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu
manusia, tempat bermuaranya cinta, respek dan kejujuran.

Peran sistem limbik

1. menguasai aksi yang memuaskan kebutuhan dasar dan emosi, sistem limbik berhubungan
dengan hipotalamus yang berperan penting dalam emosi dan respon terhadap stres atau
pusat stres (flight or fight)
2. mampu memobilisasi tubuh untuk bereaksi
3. pengendalian tambahan terhadap beberapa perilaku instinctif

Sistem Limbik atau otak tengah, yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas
Talamus dan Ganglia Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan
ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh (tekanan darah, suhu
tubuh dan kadar gula darah). Terlibat dalam emosi ketahanan hidup dari hasrat seksual atau
perlindungan diri.

Hipotalamus ; merupakan pusat rasa ganjaran dan rasa hukuman. Perangsangan kuat di
nuclei anterior dan nuclei ventromedial hipotalamus menimbulkan rasa senang, rasa puas,
ketenangan (placidity), dan kejinakan (tameness) pada binatang. Sementara perangsangan di

21
zona periventrikuler hipotalamus menimbulkan rasa tidak senang, takut, panik, dan rasa
terhukum. Pada hewan kucing rangsangan listrik di area tersebut membangkitkan pola
perilaku ketakutan dan agresifitas.

Amigdala ; bagian sistem limbik yang apabila mendapat rangsangan dapat menimbulkan
respon agresifitas atau mengamuk, sementara pengangkatan amigdala dapat menyebabkan
respon pasif dan pemalu.

Hipokampus ; merupakan struktur sistem limbik yang menonjol dan berperan penting dalam
proses belajar dan memori, mencatat informasi, melakukan penyimpanan awal memori
jangka panjang dan menguatkan kembali informasi yang baru dipelajari. Kerusakan
hipokampus bilateral dapat menyebabkan amnesia anterograd. Ingatan di hipocampus
mempunyai beberapa fase  yaitu :

1. waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera (immediate memory)


(item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik),
2. Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam beberapa menit-hari)
3. Ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan berlangsung beberapa jam sampai
seumur hidup. Ingatan jangka panjang dihasilkan oleh perubahan struktural pada
system saraf, yang terjadi karena aktifasi berulang terhadap lingkaran neuron (loop of
neuron). Lingakaran tersebut dapat dari korteks ke thalamus atau hipokampus,
kembali lagi ke korteks. Aktifasi berulang terhadap neuron yang membentuk loop
tersebut akan menyebabkan synaps diantara mereka secara fungsional berhubungan.
Sekali terjadi hubungan, maka neuron tersebut akan merupakan suatu kumpulan sel,
yang bila tereksitasi pada neuron tersebut akan terjadi aktifasi seluruh kumpulan sel
tersebut. Dengan demikian dapat disimpan dan dikembalikan lagi oleh berbagai
sensasi, pikiran atau emosi yang mengaktifasi beberapa neuron dari kumpulan sel
tersebut. Menurut Hebb perubahan struktural tersebut terjadi di sinaps.
Girus singulatus ; merupakan bagian sistem limbik yang berperan dalam pengaturan perlaku
sosial, seperti pengasuhan anak.

Bagaimana kerja Hipotalamus dan sistem limbik, dalam Guyton diterangkan Fungsi Perilaku
dari Hipotalamus dan Sistem Limbik (Guyton, 1997:937)

1. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan timbulnya rasa haus
dan nafsu makan tapi juga besarnya aktivitas emosi binatang seperti timbulnya rasa
marah yang hebat dan keinginan berkelahi.
2. Perasangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila dirangsang menimbulkan
rasa kenyang dan menurunkan nafsu makan dan binatang menjadi tenang.
3. Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler yang terletak sangat
berdekatan dengan ventrikel ketiga (atau bila disertai dengan perangsangan pada area
kelabu dibagian tengah mesensefalon yang merupakan kelanjutan dari bagian
hipotalamus biasanya berhubungan dengan rasa takut dan reaksi terhukum.
4. Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa area hipotalamus.
Khususnya pada sebagian besar bagian anterior dan posterion hipotalamus.

22
Hipotalamus, daerah pengatur utama untuk sistem limbik, berhubungan dengan semua
tingkat limbik. Hipotalamus mewakili kurang dari 1 persen masa otak, namun merupakan
bagian penting dari jaras pengatur keluaran sistem limbik. Sebagai contoh perangsangan
Kardiovaskular hipotalamus. Perangsangan efek neurogenik pada sistem kardiovaskular
meliputi kenaikan tekanan arteri, penurunan tekanan arteri, peningkatan atau penurunan
frekuensi denyut jantung. Pada umumnya, perangsangan bagian posterior dan lateral
hipotalamus meningkatkan tekanan arteri dan frekuensi denyut jantung, sedangkan
perangsangan area preoptik sering menimbulkan efek yang berlawanan. Pengaturan
gastrointestinal, dimana perangsangan pada hipotalamik lateral berhubungan dengan pusat
lapar, bila daerah ini rusak maka pada percobaan binatang, akan terjadi kehilangan nafsu
makan menyebabkan kematian karena kelaparan (lethal starvation). Pusat kenyang terdapat di
nukneus ventromedial, bila daerah ini dirangsang dengan listrik pada binatang percobaan
akan menghentikan makannya dan benar-benar mengabaikan makanannya. Bila area
ventromedial ini rusak secara bilateral maka, maka binatang tersebut jadi rakus, dan terjadi
kegemukan yang hebat.

3.Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia

3.1 Definisi
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian
pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis,
1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga
pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan
menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi
pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan
personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995). Skizofrenia adalah suatu
sindrom klinis dengan variasi psikopatologi, biasanya berat, berlangsung lama dan
ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi.

3.2 Etiologi
Model diatesis -stress Menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor psikososial
dan lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan
(diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia.

a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri
0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang

23
tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar
satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada
waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium.,
tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat,
ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam
menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat
halusinogenik.
d. Susunan saraf pusat.
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon
atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin
disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu
membuat sediaan.

e. Teori Adolf Meyer :


Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang
tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas
pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior
atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut
Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi,
sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut
menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

f. Teori Sigmund Freud


Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab
psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak
bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase
narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference)
sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

g. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu
jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi
2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi,
gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala
katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).

h. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-
macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi,
tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan
penyakit lain yang belum diketahui.

24
i. Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat
dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang
mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating
factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak
menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit
Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).

Faktor Biologi
Komplikasi kelahiran
Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami
skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap
skizofrenia.
 
Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan
pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi
virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi
skizofrenia.

Hipotesis Dopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala
skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat
reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik
maka gejala psikotik diredakan.Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa
gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.  

Hipotesis Serotonin
Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid
diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor
5-HT. Ternyata zat ini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang
normal.Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka
karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine yang ternyata mempunyai
afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~ lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin
D2. 

Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia
basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal,
ventrikel teilihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi
peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan
jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada
masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak
setelah lahir.

Genetika

25
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari
populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat
pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.
Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek /
nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum.Kembar
identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar
dizigotik 12%.Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu
orang tua 12%.

3.3 Klasifikasi

1. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia. Sebagai tambahan : Halusinasi dan
atau waham harus menonjol, Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit, mendengung, atau bunyi tawa. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa,
atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien


skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode
pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan
biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati
penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien
katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi
yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya
dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan


tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik
paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam
situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis
mereka dan tetap intak.

2. Skizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Diagnosis hebefrenia untuk
pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset
biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas :
pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk
menentukan diagnosis.

26
Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan : Perilaku yang tidak
bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada
kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan
hampa tujuan dan hampa perasaan; Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar
(inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri
(self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi
hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli
secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang
diulang-ulang (reiterated phrases); Proses pikir mengalami disorganisasi dan
pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir


umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak
menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan
kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku
tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan
tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

3. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Satu atau lebih dari
perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya : stupor (amat
berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta
aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara): Gaduh gelisah (tampak jelas
aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli
eksternal). Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh); Negativisme
(tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya
untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan); Rigiditas
(mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan
dirinya); Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak
dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan Gejala-gejala lain
seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah),
dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari


gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk
diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk
skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan
metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan

27
afektif. Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik
memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya
sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya
malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya
sendiri.

4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).


Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah
dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut
sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
b. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,
atau katatonik.
c. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau : Pasien telah menderita skizofrenia
(yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir
ini; Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya); dan Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu,
memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam
kurun waktu paling sedikit 2 minggu. Apabila pasien tidak lagi menunjukkan
gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia
diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe
skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua : Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya
perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif
dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,
modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;
Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia; Tidak terdapat
dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

28
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus
adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau
gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional,
penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran
asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau
halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek
yang kuat.

7. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif
dari : gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului
riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan disertai
dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan
hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia


lainnya. Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas.
Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada
permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau
mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan
atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang
menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

8. Skizofrenia lainnya
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya
(yang tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain :
a. Bouffe delirante (psikosis delusional akut).
Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas
dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip
dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi
Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis
delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan
sebagai media skizofrenia.

b. Skizofrenia laten.
Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat
terdapat konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien
harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi
pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang
sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis

29
skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan
diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal.
Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau
gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala
psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline
schizophrenia) di masa lalu.

c. Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien
mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi
terhadap waktu dan tempat. Istilah “skizofrenik oneiroid” telah digunakan
bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman
halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika
terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa
pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala
tersebut.

d. Parafrenia.
Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk “skizofrenia
paranoid”. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan
penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham
yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak
sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.

e. Pseudoneurotik.
Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu
seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan
gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala
panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas
yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan,
mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan
yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka
jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.

f. Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah
simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan
bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang
normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.

g. Skizofrenia tipe II.


Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah
simptom negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan
pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan

30
yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek
kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural
pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.

3.4 Epidemiologi
Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu
waktu dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk
atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar
sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau
sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan
angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16
sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai
diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di
antara anggota keluarga sedarah.

3.5 Manifestasi Klinis


Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase
prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala
gejala  non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun
sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi
pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. 
Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga
dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin
lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.Pada fase aktif gejala positif /
psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi
disertai gangguan afek.Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak
mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat
mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual
dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif /
psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase
diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan
berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,
konsentrasi, hubungan sosial).

Skizofrenia terdiri dari 3 fase :

31
1. Premorbid : semua fungsi masih normal
2. Prodomal : simptom psikotik mulai nyata (isolasi sosial, ansietas, gangguan
tidur, curiga). Pada fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi-
fungsi mendasar ( pekerjaan dan rekreasi) dan muncul symptom nonspesifik
seperti gangguan tidur, ansietas, konsentrasi berkurang, dan deficit perilaku.
Simptom positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan
berarti sudah mendekati menjadi fase psikosis.
3. Psikosis :
a. Fase Akut : dijumapi gambaran psikotik yang jelas, misalnya waham,
halusinasi, gangguan proses piker, pikiran kacau. Simptom negative
menjadi lebih parah sampai tak bisa mengurus diri. Berlangsung 4 – 8
minggu
b. Stabilisasi : 6 – 18 bulan
c. Stabil : terlihat residual, berlangsung 2- 6 bulan
Gejala skizofrenia:

a. Gejala positif
Delusi/waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir
bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal,
berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu, memiliki
keyakinan agama yang berlebihan. Halusinasi, yaitu mendengar, melihat,
merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita,
mendengar suara/ bisikan bersifat menghibur atau tidak menakutkan. Sedangkan
yanng lainnya mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/ buruk
atau memberikan perintah tertentu. Pikiran paranoid, yaitu kecurigaan yang
berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang berkomplot melawan, mencoba
mencelakai atau mengikuti, percaya ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin
dirinya diculik/ dibawa ke planet lain.

b. Gejala negative
Motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan
pada semua aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan
melakukan hal-hal biasa dilakukan, misalnya bangun tidur dan membersihkan
rumah. Menarik diri dari masyarakat (social withdrawal). Penderita akan

32
kehilangan ketertarikan untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu
sendirian dan merasa terisolasi.

c. Gejala kognitif
Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau
sehingga tidak bisa mendengarka n musik/ menonton televisi lebih dari beberapa
menit. sulit mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan. Tidak dapat berkosentrasi,
sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal hingga selesai, sulit
mengingat/ mempelajari sesuatu yang baru. Miskin perbendaharaan kata dan
proses berpikir yang lambat. Misalnya saat mengatakan sesuatu dan lupa apa yang
telah diucapkan, perlu usaha keras untuk melakukannya.

3.5 Kriteria Diagnosis Menurut PPDGJ dan DSM V

PEDOMAN DIAGNOSTIK BERDASARKAN PPDGJ III


A. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda.
2. Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal)
3. Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.
B. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau Delusion of influence = waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatantertentu dari luar atau Delusion of passivity =
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak
atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus). Delusion perception =
pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
C. Halusional Auditorik : Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap prilaku pasien .Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara atau Jenis suara halusinasi lain yang
berasal dari salah satu bagian tubuh.
D. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya

33
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau
dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
2. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
3. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
4. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Harus ada
suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

KRITERIA DIAGNOSIS MENURUT DSM V

1. Karakteristik symptom
Terdapat dua atau lebih dari simptom-simptom berikut ini dengan porsi waktu
yang signifikan sekurang-kurangnya selama satu bulan. Simptom-simptom
tersebut antara lain:
a. Waham atau delusi.
b. Halusinasi.
c. Disorganized speech (ketidakmampuan untuk mengorganisasi ide dalam
berbicara).
d. Disorganized behavior (ketidakmampuan untuk mengorganisasi perilaku) atau
perilaku katatonik.
e. Catatonic Behavior
34
f. Simptom-simptom negatif, seperti afek datar, alogia, atau avolition.

2. Socialoccupational dysfunction
Fungsi pada bidang sosial seperti hubungan interpersonal, pekerjaan, dan
merawat diri menurun sejak timbulnya gangguan.

3. Durasi atau jangka waktu


Gejala-gejala gangguan terjadi secara terus menerus sekurang-kurangnya
selama enam bulan; dan sekurang-kurangnya satu bulan untuk simptom-simptom
pada poin pertama; dan mungkin juga termasuk simptom residual, di mana pada
periode residual ditandai dengan adanya simptom-simptom negatif, serta dua atau
lebih simptom positif dan simptom disorganized dalam bentuk ringan.

4. Schizoaffective and mood disorder exclusion


Tidak termasuk gejala yang ada pada penderita skizoafektif dan
gangguan mood, karena tidak ada periode depresi major dan manic, atau
gabungan keduanya yang terjadi bersamaan dengan periode simptom muncul; atau
jika periode mood terjadi pada saat periode simptom muncul, jangka waktunya
relatif singkat dibandingkan dengan jangka waktu periode simptom yang muncul
pada perioderesidual.

5. Not Attributable to Substance/general medical condition exclusion


Gangguan tidak dapat diatribusikan sebagai dampak psikologis dari zat-zat
tertentu (misalnya, penyalahgunaan zat, dan pengobatan medis) atau pada kondisi
medis umum.

6. Not a manifestation of developmental disorder


Jika ada riwayat gangguan autisme atau gangguan perkembangan lain yang
dapat berhubungan, dignosis tambahan untuk skizofrenia dibuat hanya jika
simptom delusi atau halusinasi juga muncul sekurang-kurangnya selama satu
bulan.

Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima


karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran progresif,
F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang , F20. X4 remisi
tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan
kurang dari satu tahun.

A. F.20 Skizofrenia Paranoid


Pedoman diagnostic
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
Halusinasi dan/ waham arus menonjol

35
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity),
dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata / tidak menonjol.

B. F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
1. Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
3. Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary),
namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
berikut ini
4. Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3
bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
memang benar bertahan :perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan
perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang
dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan
(gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self
absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai,
(grimaces), manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases), dan proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang
tak menentu (rambling) dan inkoherens
5. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir biasanya
menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol ) fleeting and
fragmentaty delusion and hallucinations, dorongan kehendak (drive) dan yang
bertujuan (determnation) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa
tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa
maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan

36
bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin
mempersukar orang memahami jalan pikirannya.

C. F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )


Pedoman diagnostik :
1. Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia
2. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik.
3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skiszofrenia

D. F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman diagnostik:
Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi
semua:
1. Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketidak
adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non
verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi
tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.
2. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia
3.  Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
4. Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya, depresi
kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

E. F20.6 Skizofrenia Simpleks


Pedoman diagnostik
1. Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif dari: (1) gejala
negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi
waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan
perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai
kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial. Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya
dibanding dengan sub type skisofrenia lainnya.

37
3.7 Diagnosis Banding

 Epilepsi
 Keadaan paranoid involusional (F22.8)
 Paranoid (F22.0)
 Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan medis
psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau katatonia
disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat,
diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum,
atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis
nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum
perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan
berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis,
bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan
neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita
akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat
membantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.
Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman umum
tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup agresif
dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala
yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara. Kedua,
klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap, termasuk
riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus
mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada
pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia
mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan
gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik.

 Berpura-pura dan Gangguan buatan


Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis yang
sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita
skizofrenia. Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan diobati di
rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi gejalanya
mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut biasanya
memilki alasan financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien yang
kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis
suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan
skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk
mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.

 Gangguan Psikotik Lain

38
Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang terlihat
pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan skizoafektif.
Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama (durasi)
gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan. Gangguan
psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala berlangsung
sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak kembali ke
tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika
sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama
skizofrenia.
Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh
(nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia
lainnya atau suatu gangguan mood.

 Gangguan Mood
Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting karena
tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi. Gejala
afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala primer.
Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus menunda
diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya membuat
diagnosis skizofrenia secara prematur.

 Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia;
gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan kepribadian
dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia,
mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup
pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.

3.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan skizofrenia dan halusinasi

a) Terapi Somatik (Medikamentosa)


Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi
pada Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu :
1. Antipsikotik Konvensional merupakan obat antipsikotik yang paling lama
penggunannya. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara
lain : Haldol (haloperidol), Stelazine ( trifluoperazine), Mellaril (thioridazine),
Thorazine ( chlorpromazine), Navane (thiothixene), Trilafon (perphenazine), Prolixin
(fluphenazine)
2. Newer Atypcal Antipsycotic

39
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya
berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan
antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia,
antara lain : Risperdal (risperidone), Seroquel (quetiapine), Zyprexa (olanzopine)
3. Clozaril
Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan
antipsikotik konvensional. Namun, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi
sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan
jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Oleh karena itu, pasien
yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler.
Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat
antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

Ada 2 golongan :
1. Generasi pertama (typical)
2. Generasi kedua (atypical)

Obat yang termasuk golongan pertama :


Nama generic Nama dagang
Chlorpromazine Largactil, Promactil
Trifluoperazin Stelazine
Thioridazine Melleril
Haloperidol Haidol, Govotil

Obat yang termasuk golongan kedua :


Nama genric Nama dagang
Risperidone Risperdal, Rizodal
Ciozapine Clozaril
Quetiapine Serequel
Olanzapine Zyprexa
Aripiprazole Abilify

Golongan typical:
Mengatasi gejala positif skizofrenia, pada gejala negative kurang memberikan respon, tidak
memberikan efek yang baik pada pemulihan funsi kognitif penderita. Dan menimbulkan efek
samping gejala ekstrapiramidal.

Golongan atypical :
Mengatasi ejala positif dan negative dapat dihilangkan. Efek samping ekstrapiramidal sangat
minimal/dikatakan tidak ada. Memulihkan fungsi kognitif.

Antipsikotik
Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu:

40
1. Antagonis reseptor dopamine
2. Risperidone ( ris perdal )
3. Clozapine ( clozaril )

Pemilihan Obat
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia. Obat ini
memiliki dua kekurangan utama, yaitu:
a. Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi
mental yang cukup normal.
b. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek mengganggu yang
paling utama adalah akatisia dan gejala mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor.
Efek serius yang potensial adalah tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.
“Remoxipride “ adalah antagonis reseptor dopamin dari kelas yang berbeda dari pada
antagonis reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia. Awalnya obat ini disertai efek
samping neurologist yang bermakna, tetapi akhirnya remoxipride disertai dengan anemia
aplastik, jadi membatasi nilai klinisnya.

2. Risperidone
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada
reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d 2 ). Risperidone
menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini
adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang
tipikal.

3. Clozapine
Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum diketahui
secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap reseptor D 2 tetapi
merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas
antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek samping
yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah. Obat ini
merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive dyskinesia karena data
yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai dengan perkembangan atau
eksaserbasi gangguan tersebut.

Prinsip-Prinsip Terapetik
1. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati
2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus
digunakan lagi.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu pada dosis
yang adekuat.
4. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah jarang
diindikasikan.

41
5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik.

Pemeriksaan Awal
Obat antipsikotik cukup aman jika diberikan selama periode waktu yang cukup singkat.
Dalam situasi gawat, obat ini dapat diberikan kecuali clozapine, tanpa melakukan
pemeriksaan fisik atau laboratorium pada diri pasien. Pada pemeriksaan biasa harus
didapatkan hitung darah lengkap dengan indekss sel darah putih, tes fungsi hati dan ECG
khususnya pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun dan laki-laki yang berusia lebih
dari 30 tahun.
Kontraindikasi Utama Antipsikotik:
1. Riwayat respon alergi yang serius
2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi dengan
antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.
4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan aktivitas
antikolinergik yang bermakna.

Kegagalan Pengobatan
1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alas an utama untuk terjadinya relaps
dan kegagalan percobaan obat.
2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.
Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi antipsikotik,
dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang berbeda dari obat yang
pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi antipsikotik dengan lithium (eskalith),
suatu antikonvulsan seperti carbamazepine atau valproate (depakene), atau suatu
benzodiazepine. Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan, karena
hamper tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.

Obat Lain
- Lithium
Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50 persen pasien
dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk dicoba pada pasien
yang tidak mampu menggunakan medikasi antipsikotik.

- Antikonvulsan
Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam kombinasi
dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti efektif dalam
menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika digunakan sendiri-sendiri
mungkin efektif dalam menurunkan episode kekerasan pada beberapa pasien
skizofrenia.

- Benzodiazepin

42
Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi pasien yang
tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan pasien skizofrenia yang
berespon terhadap dosis tinggi diazepam ( valium ) saja. Tetapi keparahan psikosis
dapat di eksaserbasi seteloah putus dari benzodiazepine.

Terapi Somatik Lainnya


Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi pasien
yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik ( kurang efektif ). Pasien
yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah yang paling mungkin berespon.
Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma yang di timbulkan insulin (insulin-induced
coma) dan koma yang ditimbulkan barbiturat (barbiturate-induced coma).

b) Terapi Psikososial
1. Terapi perilaku dengan menggunakan hadiah dan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,
dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian. Dengan
demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang,
berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

2. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali
mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi
keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,
anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena
skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari
penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Sejumlah penelitian telah menemukan
bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Angka relaps tahunan
tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
3. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi
sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien
skizofrenia.
4. Psikoterapi individual
Penelitian tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah
memberikan data bahwa terapi individual  membantu dan menambah efek terapi
farmakologis. Peran tenaga medis antara lain dengan perintah sederhana, kesabaran,
ketulusan hati, dan kepekaan. Namun kehangatan yang berlebihan tidak tepat dan
kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
5. Psikoterapi Re-edukatif

43
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untk memberikan pendidikan ulang yang
maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan
pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru
sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
6. Psikoterapi Re-konstruktif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami keretakan yang menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit.
7. Psikoterapi Kognitif
Jenis psikoterapi ini maksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai – nili moral etika, mana yang baik dan
buruk, mana yang boleh dan tidak, mana yang halal dan haram dan lain sebagianya.
8. Psikoterapi Psikodinamik
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk
mencari jalan keluarnya. Dengan psikoterapi ini diharapkan penderita dapat
memahami kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan mekanisme
pertahana diri yang baik.
9. program rehabilitasi : living skills, social skills, basic education, work
program,supported housing. Sasaran terapi: bervariasi, berdasarkan fase dan
keparahan penyakit. Pada fase akut : mengurangi atau menghilangkan gejala psikotik
dan meningkatkan fungsi. Pada fase stabilisasi: mengurangi resiko kekambuhan dan
meningkatkan adaptasi pasien terhadap kehidupan dalam masyarakat.

c) Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)


Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang
sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

3.9 Prognosis

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah
perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira 10-20 %
pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan
memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi
gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang
kurang bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang
buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.
Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60% dan
perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk
menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala
yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya
selama seluruh hidupnya.

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:


44
1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

Prognosis Baik Prognosis Buruk


- Onset lambat - Onset muda
- Faktor pencetus yang jelas - Tidak ada factor pencetus
- Onset akut - Onset tidak jelas
- Riwayat sosial, seksual dan - Riwayat social dan pekerjaan
pekerjaan premorbid yang baik premorbid yang buruk
- Gejala gangguan mood (terutama - Prilaku menarik diri atau autistic
gangguan depresif) - Tidak menikah, bercerai atau janda/
- Menikah duda
- Riwayat keluarga gangguan mood - Sistem pendukung yang buruk
- Sistem pendukung yang baik - Gejala negatif
- Gejala positif - Tanda dan gejala neurologist
- Riwayat trauma perinatal
- Tidak ada remisi dalam 3 tahun
- Banyak relaps
- Riwayat penyerangan
(Sumber : Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,
edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002)

4. Memahami dan Menjelaskan Hukum Ibadah Mahdhoh pada Pasien Gangguan


Psikotik

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat
yang berbeda antara satu dengan lainnya;

1. Ibadah Mahdhah,  artinya  penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an


antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran


maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau
logika keberadaannya.

45
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus
rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

64 ‫وماارسلنا من رسول اال ليطاع باذن هللا … النسآء‬


Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4:
64).

Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

‫ خذوا عنى مناسككم‬.   ‫رواه البخاري‬. ‫صلوا كما رايتمونى اصلى‬  .


Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran,
dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan
salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :

Wudhu, Tayammum, Mandi_hadats, Adzan, Iqamat, Shalat, Membaca_al-Quran, I’tikaf,


Shiyam(Puasa), Haji, Umrah, Tajhiz al- Janazah

Hikmah Ibadah Mahdhah

Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah) , dan ibadah
mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu,
sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:

a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang).

Shalat semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah
batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat
menghadap ke sana  untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang
diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya  (QS. 2: 144).

b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak).

Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’),
sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya
sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.

c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa).

46
Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai
mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya
apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran,
dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca
terjemahannya bukan membaca al-Quran

47
DAFTAR PUSTAKA

Ganong,W,F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta : EGC

Hawari, D. 2001. “Pendekatan Holistik pada Gangguan jiwa Skizofrenia”. Jakarta : FKUI

Hawari, Dadang.2006.Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa.Jakarta:FKUI

http://www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm

Kaplan & Sadock. 2010. ”Skizofrenia” dalam Buku Ajakr Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : EGC

Maslim. R. 2002. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi
3. Jakarta : Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia:Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

48

Anda mungkin juga menyukai