Anda di halaman 1dari 11

VIII.

DATA PENGAMATAN

No. Volume Berat % Berat Suhu Oc T


Air (ml) Komponen (T1+T2)
/2
Fenol Air Fenol Air T1 T2
1. 0,2 2,5 0,22 91% 8% 53 51 52
2. 0,2 2,5 0,44 85% 15% 54 52 53
3. 0,2 2,5 0,66 79% 21% 54 52 53
4. 0,3 2,5 0,96 72% 27% 56 53 54,5
5. 0,3 2,5 1,26 66% 34% 60 55 57,5
6. 0,4 2,5 1,66 60% 40% 62 59 61
7. 0,6 2,5 2,26 53% 47% 66 63 64,5
8. 0,8 2,5 3,06 45% 55% 67 65 66
9. 1,0 2,5 4,06 38% 62% 66 63 64,5
10. 1,5 2,5 5,56 31% 69% 69 62 67,5
11. 2,5 2,5 8,06 24% 76% 69 62 67,5
12. 4,0 2,5 12,6 17% 83% - - -
13. 6,0 2,5 18,06 12% 88% - - -
14. 9,0 2,5 27,06 8,45% 91,5% - - -
15. 13,0 2,5 40,06 5,9% 94% - - -

PERHITUNGAN

m fenol
% Fenol = ×100 %
m fenol+m air
mair
% Air = ×100 %
m fenol+m air
T 1+T 2
Trata-rata =
2
2,5
1) % Fenol = ×100 % = 91%
2,5+0,22
0,22
% Air = ×100 % = 8%
2,5+0,22
53+51
Trata-rata = = 52
2
2,5
2) % Fenol = ×100 % = 85%
2,5+0,44
0,44
% Air = ×100 % = 15%
2,5+0,44
54+52
Trata-rata = = 53
2
2,5
3) % Fenol = × 100 % = 79%
2,5+0,66
0,66
% Air = × 100 % = 21%
2,5+0,66
54+52
Trata-rata = = 53
2
2,5
4) % Fenol = × 100 % = 72%
2,5+0,96
0,96
% Air = × 100 % = 27%
2,5+0,96
56+53
Trata-rata = = 54,5
2
2,5
5) % Fenol = × 100 % = 66%
2,5+1,26
1,26
% Air = × 100 % = 34%
2,5+1,26
60+55
Trata-rata = = 57,5
2
2,5
6) % Fenol = × 100 % = 60%
2,5+1,66
1,66
% Air = × 100 % = 40%
2,5+1,66
62+ 59
Trata-rata = = 61
2
2,5
7) % Fenol = × 100 % = 53%
2,5+2,26
2,26
% Air = × 100 % = 47%
2,5+2,26
66+63
Trata-rata = = 64,5
2
2,5
8) % Fenol = × 100 % = 45%
2,5+3,06
3,06
% Air = × 100 % = 55%
2,5+3,06
67+65
Trata-rata = = 66
2
2,5
9) % Fenol = ×100 % = 38%
2,5+4,06
4,06
% Air = ×100 % = 62%
2,5+4,06
66+63
Trata-rata = = 64,5
2
2,5
10) % Fenol = × 100 % = 31%
2,5+5,56
5,56
% Air = × 100 % = 69%
2,5+5,56
69+62
Trata-rata = = 67,5
2
2,5
11) % Fenol = × 100 % = 24%
2,5+8,06
8,06
% Air = × 100 % = 76%
2,5+8,06
69+62
Trata-rata = = 67,5
2
2,5
12) % Fenol = × 100 % = 17%
2,5+12,6
12,6
% Air = × 100 % = 83%
2,5+12,6
2,5
13) % Fenol = × 100 % = 12%
2,5+18,06
18,06
% Air = × 100 % = 88%
2,5+18,06
2,5
14) % Fenol = × 100 % = 8,45%
2,5+27,06
27,06
% Air = × 100 % = 91,5%
2,5+27,06
2,5
15) % Fenol = ×100 % = 5,9%
2,5+40,06
40,06
% Air = ×100 % = 94%
2,5+40,06

IX. PEMBAHASAN
Sistem biner adalah sistem yang jumlah komponen suatu campurannya
terdiri dari dua zat. Dalam percobaan ini digunakan fenol dan air, yaitu suatu
sistem yang menunjukkan kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu
dan tekanan konstan tertentu. Air dan fenol merupakan komponen utama pada
percobaan ini, keduanya merupakan komponen campuran fasa yang berbeda.
Setelah campuran dipanaskan, pada titik tertentu kedua lapisan cairan akan
membentuk fasa yang ditandai dengan kejernihan larutan yang diperoleh dengan
membaca termometer pada percobaan.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia (zat terlarut) untuk larut
dalam pelarut. Kelarutan dinyatakan sebagai massa terlarut maksimum yang
dilarutkan dalam pelarut dalam keadaan kesetimbangan. Larutan yang dihasilkan
disebut larutan jenuh. Zat tertentu dapat larut dalam rasio berapa pun dengan
pelarut. Dalam hal ini, contohnya adalah fenol dan air. Kelarutan akan meningkat
dengan meningkatnya suhu. Penambahan air akan menyebabkan suhu meningkat,
karena semakin luas permukaan material yang dipanaskan maka akan semakin
banyak panas yang diserap, sehingga suhu larutan encer fenol akan meningkat.
Jika satu komponen (yaitu, fenol atau air) ditambahkan ke dalam campuran,
kelarutan fenol dan air akan berubah. Fungsi pemanasan adalah mencampurkan
fenol dan air menjadi satu fase. Sebelum campuran dipanaskan, kocok untuk
mencampur air dan fenol. Setiap pipa yang dipanaskan dan didinginkan.
Lanjutkan proses pendinginan hingga larutan berubah dari bening menjadi keruh
kembali. Suhu dicatat saat campuran menjadi keruh dan digunakan sebagai suhu
untuk reformasi sistem dua fase atau dengan air dan fenol yang tidak bercampur.
Perubahan yang terjadi karena pengaruh suhu terhadap kelarutan zat tersebut.
Dalam percobaan ini komponen air selalu ditambahkan, dan jumlah
fenolnya konstan, sehingga tergantung komposisi atau fraksi mol kedua zat
tersebut, larutan akan berubah dari bening menjadi keruh pada temperatur yang
berbeda, begitu pula sebaliknya. Dalam percobaan ini juga digunakan penangas
air yang merupakan wadah yang berisi air yang dapat mempertahkan suhu air
pada kondisi tertentu selama selang waktu yang ditentukan.Penangas air
(waterbath) berfungsi sebagai pemanas sekaligus penghomogenan suatu larutan.
Penangas air ini dapat menciptakan suhu larutan yang konstan. Adapun
gambarnya seperti berikut
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan (menentukan) suhu
kelarutan kritis sistem biner fenol air. Suhu kritis adalah batas atas suhu tempat
terjadinya pemisahan fasa. Di atas suhu batas atas, komponen tercampur rata.
Suhu ini terjadi karena gerakan termal yang lebih besar menghasilkan kapasitas
pencampuran yang lebih besar dari kedua komponen tersebut. Beberapa sistem
menunjukkan suhu kritis Tc di mana dua komponen dicampur dalam semua
proporsi, dan di atas suhu ini kedua komponen membentuk dua fase.
Suhu larutan kritis yang diperoleh adalah 67,5 °C, dan berat fenol 24%. Hal
ini menunjukkan bahwa pada 67,5 °C, komposisi di dalam kurva merupakan
sistem dua fasa, dan komposisi di luar kurva atau di luar titik kritis komposisinya
adalah sistem fasa tunggal. Ketika campuran larut atau homogen, komponen
dalam satu fasa ditunjukkan dengan larutan berwarna transparan, dan bila air
ditambahkan, komponen tersebut berada dalam dua fasa, yang mengakibatkan dua
lapisan ditandai dengan larutan berwarna keruh.
Sedangakan berdasarkan literatur menurut Hougen dalam Chemical Process
Principles halaman 168 temperatur kritis sistem fenol air adalah 66 OCdengan
komposisi berat fenol 34%. Jadi, terdapat ketidaktepatan hasil jika dibandingkan
dengan temperatur.
Dari setiap campuran air-fenol dapat diperoleh titik kritis (titik pertemuan)
sistem biner air-fenol. Panaskan setiap campuran air-fenol hingga warna larutan
menjadi jernih. Menghubungkan titik-titik ini akan membentuk diagram fasa
sistem fenol udara.
Dalam percobaan ini fenol dan air tidak tercampur karena memiliki
karakteristik yang berbeda, di antaranya perbedaan polaritas fenol dengan air
yaitu fenol non polar dan air bersifat polar. Warna larutan berubah dari keruh
menjadi bening, dari bening menjadi keruh, menunjukkan bahwa kelarutan zat
telah berubah, yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Itulah mengapa keadaan
keruh dan jernih sangat penting diperhatikan dalam percobaan ini.
Hal ini dapat diketahui dari hasil yang diperoleh bahwa semakin tinggi
temperatur maka semakin rendah persentase berat fenol dalam larutan, sedangkan
persentase berat air semakin meningkat.Hal ini dikarenakan semakin tinggi
temperatur maka semakin besar pula kemampuan melarutkan kedua zat tersebut.
pada suhu tertentu. Dapat ditemukan bahwa fenol dan air dapat larut satu sama
lain dalam berbagai komposisi. Suhu di mana setiap komponen berubah dari dua
fasa ke satu fasa disebut suhu larutan kritis
X. PERTANYAAN PASCAPRAKTIKUM
a) Buat grafik kelarutan timbal balik fenol air vs suhu

Grafik kelarutan timbal balik fenol-air vs suhu

80
70
60
50
40
30
20
10
0
24% 31% 38% 45% 53% 60% 66% 72% 79% 85% 91%

Persentase Berat Fenol %

b) Tentukan suhu kelarutan kritis sistem biner fenol air


Suhu kelarutan kritis pada percobaan ini yaitu 67,5˚C,dan berat fenol
yangdiperoleh yaitu 24%. Hal ini menunjukkan bahwa pada 67,5 °C, komposisi di
dalam kurva merupakan sistem dua fasa, dan komposisi di luar kurva atau di luar
titik kritis komposisinya adalah sistem fasa tunggal. Ketika campuran larut atau
homogen, komponen dalam satu fasa ditunjukkan dengan larutan berwarna
transparan, dan bila air ditambahkan, komponen tersebut berada dalam dua fasa,
yang mengakibatkan dua lapisan ditandai dengan larutan berwarna keruh.
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:Suhu Kelarutan Kritis (tc) sistem biner fenol – air dapat ditentukan dengan
melihat suhudisaat tepat terjadinya perubahan dari dua fasa (fenol-air) ke satu fasa
(air) untuk berbagaimacam komposisi. Suhu kelarutan kritis pada percobaan ini
yaitu 67,5˚C,dan berat fenol yangdiperoleh yaitu 24%.
XII. DAFTAR PUSTAKA
Ana, U.I dkk,.2016. penggantian soda api (NaOH) dengan kalium hidroksida
(KOH) pada destilasi sistem biner air-etanol. Jurnal penelitian kimia.
Vol 12. No 2
Chang, R. dan Overby, J. (2011). General Chemistry The Essential Concepts 6th
Edition. New York: The Mc Graw Hill Companies.
Dogra, S.K. dan Dogra, S., 2008. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta. UI-Press
Fatimah, Is. 2015. Kimia Fisika. Yogyakarta: Deepulish
Mustain, Asalil dkk. 2016. Parameter interaksi biner kesetimbangan uap cair
campuran alkohol untuk optimasi proses pemurnian bioetanol. Jurnal
Bahan Alam Terbarukan. Vol 5. No 2
Sari, Ni Ketut, 2010. Data Kesetimbangan Uap-Air dan Etanol-Air dari Hasil
Fermentasi Rumput Gajah. Berkala Ilmiah Teknik Kimia. Vol 1. No 1
Sari, Ni Ketut, 2010. Vapor-Liquid Equilibrium (VLE) Water-Ethanil From
Bulruch Fermentation. Jurnal Teknik Kimia. Vol 5. No 1
Tim Kimia Fisik II. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jambi: Universitas
Jambi
XIII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai