Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

MEWUJUDKAN PELAYANAN KEBIDANAN YANG


HUMANISTIK MELALUI PENERAPAN STANDAR
PELAYANANN KEBIDANAN

OLEH :

NOVA FETRIANY
NPM. 1826041001.P

KELAS : GENAP C

DOSEN PENGAMPU:

DEWI APRILIA NINGSIH I, M. Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019
Mewujudkan Pelayanan Kebidanan Yang Humanistik Melalui Penerapan Standar
Pelayanann Kebidanan

Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan,


pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan
tindakkann asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta
tindakan kegawat daruratan (Kemenkes RI, 2007).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga keluarga dan masayarakat. Kegiatan ini
harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapann menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak. Bidan juga dapat praktik diberbagai pelayanan, termasuk di rumah,
masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainya.
Standar pelayanan kebidanan terdiri dari 8 standar pelayanan yang sesuai dengan
Standar Oprasional Prosedur (SOP) dan tercantum dalam Peraturan Kementerian
Kesehatan RI. Sehingga bidan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan SOP
dan Permenkes yang ada. Tidak hanya memberikan pelayan sesuai SOP tetapi bidan
pun harus memberikan pelayan dengan hati dan manusiawi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh
terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu pelayanan kebidanan. Sikap
etis profesional bidan akan mengikuti dalam setiap langkahnya, termasuk dalam
mengambil keputusan dalam merespon situasi yang muncul dalam asuhan.
Bidan harus mampu menolong pasien yang dalam kondisi darurat. Beberapa
alasannya adalah karena bidan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di
masyarakat yang mana berhadapan langsung dengan masyarakat itu sendiri. Bidan
seringkali dianggap sebagai seseorang yang tau segala hal, mampu mengobati banyak
penyakit baik yang berhubungan dengan kebidanan maupun masalah kesehatan secara
umum. Selain itu, kontak pertama antara pasien dengan tenaga kesehatan seringkali
melibatkan bidan terlebih dahulu, baik itu dalam kondisi darurat maupun tidak. Sebagai
contoh dimana bidan yang menolong ibu melahirkan harus mempunyai rasa
kemanusiaan dan kepedulian yang tinggi terhadap pasien, hal ini agar pelayanan yang
diberikan tidak hanya sesuai dengan standar pelayanan kebidanan tetapi juga
memberikan rasa nyaman terhadap pasien. Sehingga proses prsalianan pun diharapkan
dapat berjalan lancar, ibu dan bayi sehat dan selamat.
Pelayanan kebidanan tanpa dilandasi konsep humanistik bisa dikategorikan
tindakan kriminal karena baik secara langsung maupun tidak langsung, tindakaan tidak
manusiawi tersebut akan merampas hak klien sebagai pengguna layanan kebidanan. Hal
ini tentunya merugikan bagi pengguna jasa maupun pelaksana pelayanan dalam hal ini
adalah bidan. Bagi bidan yang tidak menerapkan ilmu humaniora bisa dikatakan telah
melanggar kode etiknya dan kepadanya diberikan sanksi yang tegas atas kelalaian yang
dibuat baik sengaja maupun tidak disengaja. Hak-hak pasien yang paling menonjol
dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan, yaitu rekam medis, persetujuan
tindakan medis, rahasia medis. Kode etik diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman
yang nyata bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, Permenkes RI, No 369/MENKES/SK/III/2007, Tentang Standar Profesi


Bidan. (Jakarta : Kemenkes RI. 2007)

Anda mungkin juga menyukai