PROPOSAL
KARTIKA
N 201 13 044
1
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL
Naskah Proposal ini telah kami setujui untuk selanjutnya melakukan ujian Proposal sebagai
salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pembimbing I Pembimbing II
Muh. Jusman Rau ,S.KM., M.Kes Muh. Ryman Napirah , S.KM., M.Kes
NIP. 198212032009121004 NIP.198712092012121002
Mengetahui
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako
2 ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3. Tujuan Umum .......................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi ............................................................................... 7
2.2. Olahraga ................................................................................. 14
2.3. Kafein ..................................................................................... 18
2.4. Merokok ................................................................................. 25
2.5. Kerangka Teori....................................................................... 32
BAB III DEFINISI KONSEP
3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................... 33
3.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 33
3.3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .............................. 34
3.4. Hipotesis................................................................................... 35
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian......................................................................... 36
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 36
4.3. Populasi dan Sampel ................................................................ 36
4.4. Pengumpulan Data ................................................................... 38
4.5. Analisa, Pengolahan dan Penyajian Data................................. 39
3iii
BAB I
PENDAHULUAN
daerah dan juga keberhasilan peningkatan status kesehatan di suatu negara. Secara
sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia (Soeharto, 2013).
lain. Penyakit ini sering disebut sebagai pembunuh gelap/silent killer karena
termasuk penyakit yang mematikan di dunia dan menyerang siapa saja. Sebanyak
1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini.
jantung dan menjadi faktor risiko gagal ginjal. Sayangnya, berdasarkan data lanjut
Riskesdas tahun 2013, kasus hipertensi yang sudah terdiagnosis atau yang telah
minum obat hipertensi masih rendah yaitu 24,2%. Angka menunjukkan 75,8%
1
Satu dari enam orang di Indonesia menderita hipertensi. Bahkan pada usia
lanjut (lebih dari 65 tahun) menunjukkan satu dari dua orang menderita hipertensi
berisiko tinggi terkena stroke, penyakit jantung dan gagal ginjal bila tidak
terdeteksi dini dan tidak terobati hipertensinya. Sampai saat ini, hipertensi masih
78.589 kasus pada tahun 2013, menurun menjadi 76.726 kasus pada tahun 2014,
dan menurun lagi menjadi 72.120 kasus pada tahun 2015. Penurunan ini
disebabkan oleh penurunan jumlah kasus baru dari 37.615 kasus baru pada tahun
2013, menurun menjadi 34.836 kasus pada tahun 2014, kemudian menurun
kembali menjadi 30.943 kasus baru pada tahun 2015. Jumlah kasus hipertensi di
Kota Palu pada tahun 2015 sebanyak 10.019 kasus. Upaya pengendalian faktor
kerusakan pada pembuluh darah turut berperan pada terjadinya hipertensi. Faktor-
faktor tersebut antara lain umur, riwayat keluarga, jenis kelamin, kurang olahraga,
obesitas, konsumsi kafein secara berlebihan, lama merokok dan konsumsi alkohol
Andalas Kota Medan diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara jenis kelamin,
umur, merokok, kebiasaan olahraga, pola makan dan konsumsi kafein dengan
terjadinya hipertensi.
Olahraga yang teratur minimal 3-4 kali dengan durasi minimal 30 menit
per olahraga dalam seminggu dapat membuat tekanan darah lebih rendah daripada
olahraga secara teratur, makanan yang dikonsumsinya akan terurai habis di dalam
pembuluh darah, jantung dapat bekerja lebih efisien, frekuensi denyut nadi
yang lebih tinggi. Terutama bagi mereka yang berusia lima puluh tahun ke atas
atau penderita obesitas, kafein berdampak lebih tinggi bagi tekanan darah. Orang
mengakibatkan terjadinya stimulasi pernapasan dan jantung serta akan ada efek
samping yang datangnya tidak secara langsung yaitu rasa gelisah yang berlebih
(Palmer, 2010).
darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,
nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan
diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai
otak. Otak bereaksi dengan nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik
maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada
ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek
perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi
kasus, mengalami peningkatan jumlah kasus yang cukup tinggi pada tahun 2016
yaitu sebanyak 2.090 kasus. Sementara pada bulan Januari-November tahun 2017
Singgani terbagi menjadi 5 wilayah kerja yaitu Lasoani, Poboya, Besusu Timur,
Besusu Tengah, dan Besusu Barat. Jumlah penderita hipertensi terbanyak pada
bulan Januari-November tahun 2017 terdapat pada wilayah Besusu Barat dengan
jumlah kasus yaitu 1.248 kasus. Tetapi pada penelitian ini, peneliti hanya
mengambil penderita hipertensi pada tiga bulan terakhir yaitu dari bulan
salah satunya mengatakan sudah 3 tahun tidak pernah lagi berolahraga, 3 orang di
Berdasarkan uraian latar belakang dan dengan melihat hasil data yang
seperti hipertensi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari
(Hambuako, 2010).
hipertensi. Fase hipertensi yang berbahaya biasa ditandai oleh nyeri kepala
2.1.3 Etiologi
hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atau esensial. Mungkin pula ada
predesposisi genetik. 5% penyakit hipertensi sekunder terjadi akibat proses
(Price, 2010).
esensial yaitu:
1) Faktor keturunan
2) Ciri seseorang
3) Kebiasaan hidup
stress
4) Pengaruh lain
tekanan darah
b) Minum alkohol
1) Penggunaan estrogen
2) Penyakit ginjal
5) Feokromositoma
6) Koartasio aorta
2.1.4 Patofisiologi
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
(Hambuako, 2010).
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
diastolik adalah jumlah tekanan darah atau angka bawah yang menunjukkan
tekanan dalam arteri saat jantung beristirahat (di antara ketukan/detak) (Price,
2010).
2.1.7 Penatalaksanaan
2. Terapi nonfarmakologis
hipertensi ringan.
3. Terapi farmakologis
2) Diuretic
1. Makanan, konsumsilah makanan yang rendah lemak dan kaya serat, seperti
roti dari biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran. Kurangi
konsumsi garam dalam makanan, setidaknya tidak lebih dari 6 gram garam
2. Berat badan, meski hanya beberapa kilo gram, menurunkan berat badan
akan membuat perbedaan besar pada tekanan darah dan kesehatan secara
keseluruhan.
pembuluh darah dalam kondisi baik, olahraga dan rutin beraktivitas perlu
seperti kopi, teh, cola serta minuman berenergi. Meminum lebih dari tiga
(Sharkey, 2008).
kesehatan yaitu:
2008).
1. Ketahanan (endurance)
paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita
selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang
2. Kelenturan (flexibility)
10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki, senam taichi, yoga.
3. Kekuatan (strength)
tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan
maka olahraga dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh
beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: push-up, pelajari teknik yang
benar untuk mencegah otot dan sendi dari kecelakaan, naik turun tangga,
(fitness).
mudah dilakukan, dan tanpa biaya banyak (murah). Gerakan utama dalam
bagian dalam dan bagian luar agar tubuh memiliki daya tahan, lincah, dan
1. Latihan aerob: lari, jogging, jalan kaki, gerak jalan, cross country,
menit.
Latihan ini biasanya dilakukan dalam waktu singkat antara 0-2 menit.
diperhatikan, karena tidak semua jenis olahraga memberikan efek baik bagi
aerobik memiliki efek terbesar pada kesegaran fisik dan kesehatan, karena
(70-80%). Frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu, dengan lama latihan 20-
60 menit sekali latihan. Olahraga seperti jalan kaki atau joging, yang
(noradrenalin) dalam tubuh, yakni zat yang dikeluarkan sistem saraf yang
darah. Aerobik merupakan jenis latihan yang melibatkan otot tubuh secara
berulang dan dengan ritme yang teratur. Latihan ini meningkatkan kesehatan
jantung, paru-paru, fungsi otot dan memberi pengaruh besar pada tingkat
tekanan darah. Jenis latihan ini juga bermanfaat untuk mengontrol berat
badan, mood, tidur dan kesehatan lainnya secara umum. Jika terlalu sibuk
sehingga tidak bisa latihan aerobik secara rutin, bisa diganti dengan olahraga
lain. Beberapa jenis olahraga yang memiliki fungsi sama seperti aerobik
yaitu jalan cepat, berlari, hiking, bersepeda dan renang (Sajoto, 2009).
2.3. Kafein
pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1-4,8%), kopi (1-1,5%) dan
Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai
Ferdinand Runge, pada tahun 1820. Dia menciptakan istilah “kafein”, suatu
senyawa kimia dalam kopi, yang dalam bahasa Inggris menjadi “caffeine”
(Hays, 2011).
1. Kopi
2. Teh
Memang tidak semua teh mengandung kafein tinggi, hanya teh hijau dan
(botol kecil) terdapat sekitar 23-69 mg kafein. Tetapi ada beberapa merek
4. Coklat
belum diolah biasanya mengandung kafein yang cukup banyak. Saat ini
pada biji coklat tentu saja masih terbawa hingga menjadi minuman. Coklat
semakin pahit dan hitam, maka akan semakin tinggi kadar kafeinnya. Pada
sendiri dengan berat 162 gram, memiliki kandungan kafein sebesar 70 mg.
5. Minuman berenergi
kafein yang setara dengan secangkir kopi atau sekitar 6-242 mg kafein per
botol.
sebagai salah satu cara untuk mencegah rambut rontok atau bahkan
kebotakan.
6. Kafein dapat merangsang sekresi zat kimia yang disebut dopamin dalam
kesenangan dalam otak. Hal ini juga membantu dalam mencegah depresi
belajar.
8. Dalam prosedur medis yang disebut enema kafein, cairan berkafein seperti
Selain itu, kafein membantu dalam detoksifikasi hati secara efektif. Kafein
10. Kafein juga membantu dalam menghindari penyakit mata seperti katarak
11. Penelitian telah menunjukkan bahwa kafein ternyata juga dapat mencegah
banyak berkemih
7. Orang yang mengonsumsi lima sampai enam cangkir kopi sehari memiliki
mampu menstimulasi kerja berbagai sel dalam sistem tubuh manusia. Kafein
dapat merangsang atau menstimulasi sel-sel syaraf, sel otot dan sel pembuluh
kecepatan dan kekuatan kontraksi otot polos terutama pada usus dan saluran
pada tahap tertentu menyebabkan depresi, gelisah, cepat marah dan gugup.
digunakan pada campuran obat, misalnya pada obat flu dan obat sakit kepala,
serta pada obat yang berfungsi untuk menghilangkan rasa takut dan
Mukosa sel yang terdapat dalam lambung akan bekerja lebih aktif
penyakit maag.
meningkatnya zat ini, akan memicu lemak dalam tubuh cepat mengendap
dan membuat penyempitan pembuluh darah. Hal inilah yang dapat
darah naik.
4. Osteoporosis
yang hanya mengonsumsi tiga cangkir kopi atau setara dengan 300 mg kafein
setiap harinya cenderung hidup lebih lama dibanding yang lebih dari tiga
cangkir kopi atau lebih dari 300 mg kafein. Bahkan, resiko kematian akibat
penyebab paling umum menurun sebesar 10% dibanding mereka yang tidak
setelah hormon kortisol melewati masa puncaknya atau setelah pukul 9 pagi,
kafein yang lebih banyak setiap pagi untuk mendapatkan efek yang sama.
Takaran kopi yang sama setiap paginya lama-lama menjadi tak efektif
(Hermanto, 2009).
2.4 Merokok
2.4.1 Pengertian
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
berikut:
1. Tembakau
2. Cengkeh
3. Saus Rahasia
untuk menciptakan aroma serta cita rasa tertentu. Saus ini yang menjadi
1. Rokok
2010).
2. Rokok Organik
2010).
3. Rokok Gulungan atau “Lintingan”
2010).
4. Bidis
Bidis berasal dari India dan beberapa negara Asia Tenggara. Bidis
5. Kretek
6. Cerutu
7. Pipa
Asap yang dihasilkan pipa lebih besar jika dibandingkan asap rokok
cara ini sangat aman. Beberapa nama lokal yang sering digunakan adalah
Perokok pada garis besarnya dibagi menjadi dua yaitu perokok aktif
dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang langsung menghisap asap
rokok dari rokoknya, sedangkan perokok pasif adalah orang-orang yang tidak
merokok, namun ikut menghisap asap sampingan selain asap utama yang
1. Perokok Ringan
hari.
2. Perokok Sedang
3. Perokok Berat
Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang per hari.
Tiap rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen, dan hampir 200 di
adalah nikotin, karbon monoksida, dan tar. Zat-zat kandungan rokok ini
adalah yang paling berbahaya bagi tubuh. Rokok putih mengandung 14-15
tar dan 4-5 mg nikotin. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan tar dan
nikotin pada rokok kretek lebih tinggi daripada rokok putih. Kandungan tar
dan nikotin pada cerutu adalah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan
rokok putih dan rokok kretek oleh karena ukurannya yang lebih besar (Aula,
2009).
1. Nikotin
jantung. Nikotin juga mengganggu kerja otak, dan banyak bagian tubuh
2009).
hemoglobin. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1%,
3. Tar
karsinogen. Kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Pada saat rokok
dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut dalam bentuk uap padat. Setelah
dingin, tar akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat
Jenis Kelamin
Faktor risiko
Etnis
yang tidak dapat
dimodifikasi Makanan Berlemak
Genetik
Stres
Umur
Kebiasaan Olahraga
Kejadian
Merokok
Hipertensi
Natrium
Alkohol
KONSEP
seperti hipertensi merupakan penyebab sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan
merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60
jenis tanaman terutama teh (1-4,8%), kopi (1-1,5%) dan biji kola (2,7-3,6%).
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
Kebiasaan
Mengonsumsi Kejadian
Makanan dan Hipertensi
Minuman Berkafein
Lama Merokok
3.3.1 Hipertensi
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih
Tidak Menderita : Jika berdasarkan data rekam medik tekanan darah sistol <
teratur minimal 3 kali dalam seminggu dengan durasi minimal 20 menit per
3.4 Hipotesis
Kota Palu.
3.4.3 Ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
METODE PENELITIAN
rancangan case control yaitu suatu jenis penelitian yang mempelajari hubungan
4.3.1 Populasi
oleh peneliti (Sugiyono, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah semua
ditambah control.
4.3.2 Sampel
n = Besar sampel
q = 1-p
N= Besar Populasi
201(3,8416)0,25
n=
4,5 + 0,96
193,0404
n=
5,46
sehingga setiap kasus atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang
sama besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Kriteria sampel dalam
a. Kelompok kasus:
b. Kelompok kontrol:
penderita
2. Eksklusi
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara
lama merokok.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
profil Puskesmas Singgani tahun 2015 dan2016 dan laporan bulanan tahun
1. Analisis Univariat
berikut:
f
P= x100%
n
Keterangan:
P: Persentase
f: Frekuensi
n: Jumlah sampel
2. Analisis Bivariat
tingkat kepercayaan 95%. Adapun uji yang digunakan pada penelitian ini
1. Editing
diserahkan oleh pengumpulan data. Tujuan dari pada editing adalah untuk
2. Coding
masing jawaban.
3. Entry data
4. Tabulating
5. Cleaning
6. Describing
S. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Kanisius. Jakarta. Chawla. 2009.
Depkes RI. 2010. Petunjuk Teknis Olahraga Bagian Pertama. Depkes RI. Jakarta.
Kemekes RI. 2015. Profil Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes RI. Jakarta.
Olson. 2010. Lange Poisoning and Drug Overdose. CMP Medica Asia Pte Ltd.
Singapore.
Sharkey, B. 2008. Kebugaran dan Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada . Jakarta.
Smeltzer. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Penerbit BukuKedokteran EGC. Jakarta.
KepadaYth:
Calon Responden..
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswi Program S1 Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako:
Nama : Kartika
NPM : N 201 13044
Kartika
45
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
No. Responden :
Tanggal :
dimaksud.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan
tidak sedang dalam paksaan siapapun dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Responden,
46
KUESIONER
A. IdentitasResponden
1. Nomor Responden :
2. Inisial :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Riwayat Hipertensi :
B. Kebiasaan Olahraga
47
Keterangan:
Botol untuk minuman berenergi, minuman bersoda, dan susu coklat.
Gelas, mok, dan cangkir untuk minuman kopi dan teh.
Batang untuk jenis makanan coklat
Teh secangkir = 47 mg kafein
Minuman bersoda botol kecil ukuran 340 gr =23-69 mg kafein (tergantung jenis)
Kopi secangkir = 100 mg kafein
Minuman berenergi per botol/bungkus = 6-242 mg kafein (tergantung jenis)
Susu coklat secangkir = 42 mg kafein
Coklat dengan berat 162 gram = 70 mg kafein
(Sumber: Erowid, 2011).
D. Lama Merokok
48
TABEL SINTESA
Karakteristik
No Peneliti (Tahun) Judul Temuan
Subjek Instrumen Metode
1. Irma Muslimin Analisis faktor kejadian Penduduk Instrumen Metode penelitian Mengonsumsi makanan asing, riwayat
dan Ridhayani hipertensi diwilayah berusia >18 penelitian kuantitatif dengan keluarga dan stress berhubungan dengan
Adiningsih kerja Puskesmas Binanga Tahun menggunakan pendekatan cross kejadian hipertensi. Stress merupakan
(2016) Mamuju Tahun 2016 kuesioner sectional. variabel yang paling berhubungan dengan
kejadian hipertensi.
2. M. Ramadhani Hubungan merokok dan Penderita Instrumen Metode Ada hubungan antara kebiasaan merokok
Firmansyah, dan konsumsi kopi dengan hipertensi di penelitian Kuantitatif yang dengan tekanan darah pada pasien
Rustam (2016) tekanan darah pada Puskesmas menggunakan bersifat Survey Hipertensi di Puskesmas Pembina tahun
pasien hipertensi Pembina kuesioner Analitik dengan 2016 (pvalue=0,014). Ada hubungan
Palembang menggunakan antara Konsumsi Kopi dengan tekanan
pendekatan Cross darah pada Hipertensi di Puskesmas
Sectional Pembina Palembang tahun 2016
(pvalue=0,020).
3. Kadek Ariati Peningkatan tekanan Penderita Instrumen Metode Descriptif Terdapat peningkatan tekanan darah pada
(2016 darah pada pasien Hipertensi penelitian pasien perokok dikarenakan terdapat zat-
perokok menggunakan zat berbahaya seperti CO (karbon
kuesioner monoksida) dan nikotin yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat
meningkatkan tekanan darah
4. Muh. Anwar Hubungan gaya hidup Pasien yang Istrumen Metode Ada hubungan pola makan dan aktivitas
Hafid (2014) dengan prevalensi berkunjung ke penelitian Kuantitatif yang fisik dengan prevalensi hipertensi di
hipertensi di Puskesmas Puskesmas menggunakan bersifat Survey Puskesmas Kassi-kassi, namun tidak ada
Kassi-kassi Kabupaten Kuesioner Analitik dengan hubungan merokok dengan prevalensi
Bantaeng tahun 2014 menggunakan hipertensi di Puskesmas Kassi-kassi
pendekatanCross Kabupaten Bantaeng 2014
1
Sectional
5. S. A. Nugraheni, Pengendalian faktor Pria dewasa Instrumen Metode eplanatory Tidak ada hubungan RLPP dengan tekanan
Meilina determinan sebagai berumur 40- penelitian research dengan darah sistolik, tidak ada hubungan IMT
Suryandari upaya penatalaksana 60 tahun menggunakan pendekatan Cross dengan tekanan darah sistolik dan tidak ada
Ronny Aruben hiertensi di tingkat kuesioner Sectional hubungan asupan kalsium dengan tekanan
(2008) Puskesmas darah sistolik. Ada hubungan kebiasaan
olahraga, asupan lemak, asupan natrium,
asupan serat, asupan kalium dengan
tekanan darah sistolik.
6. Anggun A, Hubungan antara Penduduk Instrumen Metode Tidak terdapat hubungan antara asupan
Manawan, A. J. konsumsi makanan dewasa penelitian Kuantitatif yang karbohidrat dengan keejadian hipertensi,
M. Rattu,dengan kejadian berumur 45- menggunakan bersifat Survey terdapat hubungan antara asupan lemak
Maureen I,hipertensi di Desa 59 tahun kuesioner Analitik dengan dengan kejadian hipertensi dan terdapat
Punuh (2016) Tandengan Satu Kec Eris menggunakan hubungan antara asupan natrium dengan
Kabupaten Minahasa Cross Sectional kejadian hipertensi
7. Erlyana Nur Faktor-faktor risiko Penduduk Instrumen Metode Terdapat hubungan yang bermakna antara
Syahrini, Henry hiertensi primer di yang berumur penelitian Kuantitatif yang umur, obesitas, kebiasaan konsumsi
Setyawan Puskesmas Tlogosori >15 tahun menggunakan bersifat Survey makanan berlemak dengan hipertensi, dan
Susanto, Ari Kulon Kota Semarang kuesioner Analitik dengan tidak ada hubungan yang bermakna antara
Udiyono (2012) menggunakan jenis kelamin, kebiasaan merokok,
Cross Sectional kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan
konsumsi kafein dengan hipertensi.
8. Muhammad Faktor –faktor yang Penduduk Istrumen Metode Terdapat hubungan antara genetik,
Hafiz Bin Mohd berhubungan dengan lansia yang penelitian Kuantitatif yang olahraga, dan tingkat dengan kejadian
Arifinl, I Wayan kejadian hipertensi pada berumur >66 menggunakan bersifat Survey hipertensi. Sedangkan jenis kelamin,
Weta, Ni Luh kelompok lanjut usia di tahun kuesioner Analitik dengan obesitas, merokok. Namun, tidak terdapat
Ketut wilayah kerja menggunakan hubungan yang bermakna antara konsumsi
AyuRatnawati UPTPuskesmas Petang I pendekatan alkohol dengan kejadian hipertensi
(2016) Kabupaten Bandung Retrospektif
2
tahun 2016
9. Tifani Hubungan antara obesitas Pasien Poli Instrumen Metode Ada hubungan yang signifikan antara
Lasianjayanil, dan perilaku merokok Jantung di penelitian Kuantitatif yang obesitas dengan kejadian hipeertensi,
Santi Martini terhadap kejadian RSU Haji menggunakan bersifat Survey namun riwayat merokok, penggunaan
(2013) hipertensi Surabaya kuesioner Analitik dengan filter, lama merokok, kriteria perokok dan
menggunakan jenis rokok menunjukan tidak adanya
Cross Sectional hubungan yang signifikan
10. Febby Haendra Faktor-faktor yang Pasien Penelitian Metode Jenis kelamin tidak berhubungan secara
Dwi Anggara, berhubungan dengan hipertensi menggunakan Kuantitatif yang statistik dengan tekanan darah. Sedangkan
Nanang Prayitno tekanan darah di kuesioner bersifat Survey umur, pendidikan, pekerjaaan, IMT,
(2009) Puskesmas Telaga Murni Analitik dengan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,
Cikarang Barat tahun menggunakan kebiasaan olahraga, asuan natrium, asupan
2012 Cross Sectional kalium berhubungan secara statistik
dengan tekanan darah
11. Yufita Yeni, Sitti Faktor-faktor yang Semua wanita Penelitian Metode Ada hubungan yang bermakna antara
Nur Djannah, berhubungan dengan kelompok menggunakan Kuantitatif yang faktor obesitas dengan kejadian hipertensi
Solikhah (2009) kejadian hipertensi pada umur yang kuesioner bersifat Survey dan penggunaan kontrasepsi hormonal
wanita usia subur di berobat di Analitik dengan dangan kejadian hipertensi pada wanita
Puskesmas Umbullharjo I Poliknik menggunakan usia subur di Puskesmas Umbulharjo I
Yogyakarta tahun 2009 Umum Cross Sectional Yogyakarta
Puskesmas
Umbulharjo I
Yogyakarta
12. Azzahra Vania Hubungan asupan kafein Pekerja Penelitian Metode Tidak ada hubungan antara asupan kafein
Sara Devi (2016) dengan tekanan darah bagian menggunakan Kuantitatif yang dengan tekanan darah pada pekerja bagian
pada pekerja bagian produksi PT kuesioner bersifat Survey produksi PT Tiga Serangkai Surakarta
produksi PT Tiga Tiga Analitik dengan
Serangkai Surakarta Serangkai menggunakan
Cross Sectional
3
13. Yeni Mulyani, Korelasi perilaku Penderita Peneitian Metode Tidak ada hubungan antara perilaku
Zaenal Arifin, merokok dengan derajat hipertensi menggunakan Korelasional merokok dengan peningkatan derajat
Marwansyah hipertensi pada penderita kuesioner dengan hipertensi
(2014) hiertensi di Wilayah menggunakan
Kerja Dinas Kesehatan Cross Sectional
Banjarbaru
14 Petricilia, W. Analisis Faktor yang Penduduk Instrumen Metode penelitian Merokok, olahraga, riwayat keluarga dan
(2013) Berhubungan dengan lansia penelitian kuantitatif dengan pola makan mempunyai hubungan dengan
Hipertensi di Rumah menggunakan pendekatan cross kejadian hipertensi.
Sakit Kyongyang kuesioner dan sectional.
Thailand lembar ceklis
15 Merry, S (2012) Dampak 2 Minggu Penderita Instrumen Metode Ada pengaruhpeemberian olahraga
Aktivitas Fisik dalam hipertensi di penelitian Kuantitatif yang terhadap penurunan tekanan darah pada
Menurunkan Tekanan Hospital menggunakan bersifat Survey penderita hipertensi(pvalue=0,033).
Darah pada Pasien Singapore lembar ceklis Analitik dengan
Hipertensi di Rumah menggunakan
Sakit Mount Elizabeth rancangan pre-
Singapura post test