Anda di halaman 1dari 2

Energi panas bumi mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1918 atas

usulan J.B. van Dijk pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Proyek panas
bumi pertama ini memanfaatkan sumber energi panas bumi di Kawah Kamojang,
Jawa Barat. Dari lima pengeboran sumur yang dilakukan sampai 1928, Kawah
Kamojang baru menghasilkan uap pada 1926 yang berasal dari Sumur Kamojang ke-3
(KMJ-3) dengan kedalaman 66 meter, dan sampai sekarang KMJ-3 masih

menghasilkan uap kering dengan suhu 140oC dan tekanan 2,5 atmosfer.
(Kementerian ESDM, 2009).
Selanjutnya pada 1978, Pertamina mendirikan monoblok di Kamojang.
PLTP Kamojang dengan kapasitas 30 MW diresmikan awal Februari 1983. Selain di
Kawah Kamojang, pada 1972, pengeboran panas bumi dilakukan di Pegunungan
Dieng. Pertamina juga membangun monoblok di Dieng dan meresmikannya
pertengahan Mei 1981 dengan kapasitas total 2 MW di lapangan Kamojang dan
Dieng.
Potensi energi panas bumi di Indonesia sangat besar karena sampai tahun
2009 diperkirakan ada sekitar 28,5 GW yang tersebar di 265 lokasi. Besarnya
potensi energi panas bumi tersebut terjadi karena Indonesia terletak pada pertemuan
tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Eropa-Asia, lempeng India-Australia,
dan lempeng Pasifik (Badan Geologi Kementerian ESDM, 2010). Pertemuan
ketiga lempeng tektonik tersebut mengakibatkan terbentuknya gunung berapi, yang
kemudian memunculkan daerah-daerah barisan pegunungan atau sabuk pegunungan
atau juga cincin gunung api, yang berpotensi mengandung energi panas bumi.
Wilayah tersebut memanjang dari bagian barat Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua
Dilihat dari sebaran potensi energi panas bumi yang ada di Indonesia, Pulau
Jawa merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi energi panas bumi
terbesar, yaitu sekitar 9.996 MWe untuk sumber daya dan cadangan dengan
kapasitas terpasang sebesar
1.117 Mwe. Dengan jumlah tersebut, berarti 35% potensi energi panas bumi
yang ada di Indonesia berada di Pulau Jawa.
Sebagian besar potensi panas bumi yang ada di Pulau Jawa berada di
Provinsi Jawa Barat. Menurut data dari Bappeda Jawa Barat (2011), potensi
energi panas bumi di Jawa Barat diperkirakan sebesar 5.311 MWe atau 20%
dari potensi panas bumi Indonesia. Potensi tersebut tersebar di 11 kabupaten.
Dari beberapa wilayah kerja pertambangan (WKP) panas bumi yang ada di
Jawa Barat, beberapa di antaranya telah beroperasi sebagai pembangkit listrik
tenaga panas bumi yang terhubung ke jaringan listrik nasional, di antaranya
PLTP Gunung Salak di Kabupaten Bogor, PLTP Wayang Windu, dan PLTP
Kamojang di Kabupaten Bandung serta PLTP Darajat di Kabupaten Garut.
Selain untuk pembangkit listrik, sumber daya panas bumi ini juga dimanfaatkan
untuk tujuan wisata alam dan pemandian air panas, seperti di Ciater, Tangkuban
Perahu, Cimanggu, dan Rancawalini. Adapun WKP panas bumi yang ada di Jawa
Barat sampai dengan tahun 2011 berjumlah 12 WKP, yaitu 4 WKP berada dalam
kualifikasi eksisting, 4 WKP dalam tahap pengembangan, 3 WKP hasil lelang,
dan 1 WKP akan dilelang

Anda mungkin juga menyukai