Anda di halaman 1dari 3

Story of My Life

Nama saya Asmita damayanti, saya anak ketiga dari tiga bersaudara saya
TK di umur 5 Tahun lalu masuk SD, keinginanku setelah lulus SD adalah masuk
SMPN, tapi itu hanyalah keinginanku saja orang tuaku ingin aku masuk Pondok
Pesantren, sebagai seorang anak aku akan mengikuti keinginan mereka, dan di
sanalah hari-hari terberat yang pernah aku alami
Di awal masuk ke Pesantren aku selalu menangis, aku selalu ingin pulang,
aku ingin bermain bersama teman-temanku di rumah. Hari hariku di pesantren
dihabiskan dengan mengaji-mengaji dan mengaji, di sana aku bangun jam 03:00
WIB untuk Shalatlalu menunggu subuh setelah itu mengaji sampai pukul 06:00
WIB setelah itu mandi, sarapan, lalu pergi ke sekolah, setelah pulang sekolah aku
tidur siang karna nanti akan kembali mengaji pada pukul 1400 WIB.
Hari-hari yang sangat melelahkan adalah ketika matahari sudah terbenam,
saat itulah kami mengaji yang sesungguhnya, berperang dengan kitab-kitab yang
dulunya tidak pernah aku lihat dan dengan bahasa yang tidak aku mengerti, jam
telah menunjukkan pukul 22:00WIB tapi aku dan teman-temanku masih mengaji
dengan ustadzah sampai pukul 23:00 WIB aku dan teman-teman kembali ke
kamar, sesampainya dikamar kami melakukan aktivitas yang berbeda-beda, ada
yang saling tukar cerita, belajar untuk besok, bahkan ada yang langsung tertidur,
begitulah setiap hari yang aku lakukan disana, hukuman demi hukuman telah aku
rasakan selama tiga tahun berada di sana, pahit manis kehidupan pun sudah aku
rasakan dan dari situlah aku belajar apa arti kehidupan yang sebenarnya.
Aku tidak pernah menyesal telah menghabiskan tiga tahunku di dalam
pesantren, karena dari sanalah aku mengerti bagaimana cara mengenal sang
pencipta, mengerti bagaimana mendekatkan diri kepada sang pencipta dan
menghindari hal-hal yang dibenci-Nya, mengerti membaca kitab-kitab yang tidak
ada harakat dan artinya dan belum pernah aku lihat dulu, dan bahkan masih
banyak lagi hal-hal lain yang aku pelajari di sana dan mungkin tidak akan pernah
aku alami jika bukan di pesantren.
Kisahku tidak berhenti di sana, akhirnya aku bisa hidup seperti teman
temakj lainnya, aku masuk Madrasah Aliyah Negeri dan menjalankan aktivitas
yang berbeda dari tiga tahun berada di pesantren. Saat ini aku berada di kelas 12,
kelas terakhir di sekolah, tujuanku saat ini adalah masuk PTN (Perguruan Tinggi
Negeri). Aktivitas yang kujalani saat ini adalah bangun tidur, mandi, sarapan,
pergi ke sekolah, pulang sekolah, mandi, bantu mama di rumah, belajar, dan tidak
lupa menonton, lalu tidur kembali, itulah aktivitas yang rutin aku lakukan.
Aku bukanlah anak remaja yang suka menghabiskan waktu di luar rumah
seperti kebanyakan anak remaja lain, aku adalah seorang anak remaja yang tidak
terlalu suka pergi keluar jika tidak ada kegiatan yang mengharuskan untuk pergi
ke luar, mungkin kebisaan ini terbawa saat di pesantren.
Inilah kisahku, kisah yang tidak akan sama dengan kisah-kisah anak
remaja lainnya, mungkin kisahku tidak menarik. Selalu berada di rumah tidaklah
buruk, kita bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama orang-orang yang kita
sayangi, seperti orang tua kita yang mungkin usianya sudah berkepala empat,
selagi masih ada waktu untuk berada di dekat mereka bahagiakan mereka,
gunakan waktu itu dan jangan di sia-siakan karena kita tidak akan tahu kapan kita
akan kehilangan mereka, atau mereka yang kehilangan kita.
Delapan bulan lagi waktuku berada di madrasah aliyah, masa putih abu-
abu sudah akan berakhir, tekad untuk masuk PTN pun semakin besar, aku tahu
masuk PTN tidaklah mudah, apalagi PTN impianku, aku bukanlah anak yang
berotak cerdas tapi aku punya kemauan untuk bisa masuk PTN. Sukses adalah
kata yang selalu ingin diraih semua orang tapi untuk meraih sukses ada usaha
yang tidak mudah, kita harus berani keluar dari zona aman kita, kita harus berani
jatuh jika kita ingin berhasil, tapi bukan itu saja karena usaha yang baik harus di
barengi dengan doa, kita hanya bisa merencanakan semua yang ingin kita lakukan
tapi, sang penciptalah yang mewujudkan, jadi kita harus dekati sang penciptanya
dan meminta pada-Nya.
Inilah serba-serbi kisah kehidupanku, kisah yang di berikan sang pencipta
untuk mewarnai kehidupanku, kisah terindah dari kisah-kisah yang lain dan aku
akan menghargai setiap hal yang telah atau mungkin sedang terjadi di
kehidupanku.
Unsur-unsur interistik

 Tokoh : asmita (baik, penurut)


Teman-teman (teman satu pondok)
 Tema: Story of My Life
 Alur: campuran
 Latar: pondok pesantren, madrasah aliyah)
 Gaya bahasa: mudah di pahami
 Sudut pandang: orang pertama, orang ke tiga
 Amanat: selalu menhargai apa yang talah Allah rencanakan kepada
hamba-Nya

Anda mungkin juga menyukai