Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGAUDITAN II

TAHAP – TAHAP AUDIT DALAM LAPORAN


KEUANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF

Dosen Pengampu :
Dedi Rusdi, SE., M.Si., Akt., CA

Disusun Oleh :

Anisa Nur Fina Ardiani (31402000188)


Aulia Dinda Prasetya (31402000196)
Ratna Rahmawati (31402000247)

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Pengaditan II berjudul “Tahap
- Tahap Audit Laporan Keuangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif.” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak
Dedi Rusdi, SE., M.Si, Akt., CA selaku pengampu mata kuliah Pengauditan II di
Universitas Islam Sultan Agung. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Tahap-Tahap Audit Laporan
Keuangan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dedi Rusdi, SE. M.Si,
Akt., CA selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengauditan II. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Wassalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semarang, 3 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................1
1.2 Ruang Lingkup .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengujian Pengendalian .................................................................3
2.1.1 Pengertian Pengujian Pengendalian ...................................3
2.1.2 Tipe Pengujian Pengendalian .............................................3
2.1.3 Lingkup Pengujian Pengendalian .......................................4
2.1.4 Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Pengendalian .......4
2.1.5 Penentuan Risiko Pengendalian .........................................4
2.2 Pengujian Substantif ......................................................................5
2.2.1 Pengertian Pengujian Substantif.........................................5
2.2.2 Sifat atau Jenis Pengujian Substantif ................................5
2.2.3 Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Substantif ...........7
2.2.4 Luas Pengujian Substantif ..................................................7
2.3 Langkah-langkah Audit (Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif .......................................................................................7
2.3.1 Langkah-langkah Audit Pengujian Pengendalian ..............7
2.3.2 Langkah-langkah Audit Pengujian Substantif ...................8
2.4 Penerimaan Perikatan Audit ..........................................................9
2.4.1 Pengertian Penerimaan Perikatan Audit .............................9
2.4.2 Tahap Penerimaan Perikatan Audit ...................................9
2.5 Tahap Perencanaan ........................................................................9
2.6 Tahap Pelaksanaan Audit ............................................................13
2.7 Tahap Pelaporan ..........................................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya dalam berbagai bidang,
termasuk dalam pelaksanaan kebijakan perusahaan dan menggunakan
anggaran dana merupakan langkah – langkah untuk mencapai tujuan
perusahaan. Segala aktivitas perusahaan tersebut harus
dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan. Salah satu laporan yang wajib
untuk disajikan adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini
nantinya yang akan digunakan oleh manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan serta perencanaan kedepan. Selain itu, laporan
keuangan juga akan dijadikan acuan bagi pihak eksternal sebagai bahan
perbandingan dalam memilih penyaluran dana (investasi), pengajuan
kerjasama bisnis, dan lain sebagainya.
Laporan keuangan merupakan salah satu laporan yang esensial bagi
perusahaan. Oleh karena itu, diusahakan dalam penyusunan penyajian
laporan keuangan dapat terhindar dari fraud. Namun, seperti yang kita ketahui
di lapanngan, ada beberapa salah saji laporan keuangan yang dikarenakan
beberapa faktor seperti : kecerobohan/kelalaian pegawai atau kesengajaan
dalam melakukan kecurangan demi tujuan tertentu.
Salah satu langkah untuk dapat menyajikan laporan keuangan yang
benar sesuai dengan keadaan real perusahaan adalah dengan mengadakan
audit laporan keuangan. Dalam melakukan audit, seorang auditor harus
mengetahui langkah – langkah audit apa yang akan dilakukan. Langkah –
langkah audit ini ditempuh untuk memenuhi tujuan audit yaitu untuk
mencapai perbaikan atas berbagai program atau aktivitas dalam pengelolaan
perusahaan yang masih memerlukan perbaikan. Perbaikan ini dilakukan
terhadap objek – objek audit yang meliputi seluruh kegiatan operasi

1
2

perusahaan atau kegiatan yang dikelola oleh perusahaan tersebut dalam


rangka mencapai tujuan perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut adalah rumusan masalah
yang akan dibahas :
1. Apa sajakah tahap – tahap audit laporan keuangan?
2. Apa perbedaan audit pengendalian dan audit substantif?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengujian Pengendalian


2.1.1 Pengertian Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan
terhadap rancangan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur
pengendalian internal. Pengujian pengendalian ini, dilaksanakan auditor
untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur pengendalian untuk
mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan
keuangan.
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu
auditor dalam membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang
materil dalam asersi laporan keuangan. Namun sebelum melakukan penilaian
pengendalian resiko, seorang auditor harus memahami perancangan dan
pengimplementasian pengandalian internal sebelum memutuskan apakah
entitas tersebut dapat diaudit (auditabilitas).
Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu:
1. Bagaimana pengendalian diterapkan ?
2. Sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun ?
3. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian ?
2.1.2 Tipe Pengujian Pengendalian
Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
1. Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan
auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai
SPI klien.
2. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian
yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
Pengujian pengendalian yang dirancang untuk mengevaluasi
efektifitas operasi dari suatu pengendalain berkaitan dengan bagaimana

3
4

pengendalian diterapkan, konsistensi ketika pengendalian diterapkan


selama periode, dan oleh siapa pengendalian diterapkan.
2.1.3 Lingkup Pengujian Pengendalian
Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin
rendah tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti
yang diperlukan yang harus dihimpun.
Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian
dipengaruhi juga oleh penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan
audit tahun sebelumnya. Sebelum menggunakan bukti yang diperoleh pada
pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan bahwa tidak
ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai kebijakan
dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun
sebelumnya.
2.1.4 Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat, yaitu:
1. Selama pekerjaan intern;
2. Pada saat mendekati akhir tahun.
Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian
pengendalian mendekati akhir tahun. Idealnya, pengujian pengendalian
dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun pembukuan yang diaudit.
2.1.5 Penentuan Risiko Pengendalian
Dalam menentukan risiko pengendalian, auditor perlu:
1. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi
tersebut.
2. Menidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah
saji.
3. Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan
operasi pengendalian relevan adalah efektif.
4. Mengevaluasi bukti yang diperoleh
5. Menentukan risiko pengendalian.
5

2.2 Pengujian Substantif


2.2.1 Pengertian Pengujian Substantif
Pengujian substantif merupakan prosedur-prosedur pengauditan yang
dibuat oleh auditor untuk menguji atau mendeteksi kesalahan salah saji
material dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari
saldo-saldo dalam laporan keuangan. Singkatnya Pengujian Substantif
merupakan pengujian terhadap saldo akun dari laporan keuangan.
Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi
laporan keuangan yang signifikan. Perancangan pengujian substantif meliputi
penentuan:
1. Sifat pengujian
2. Waktu pengujian
3. Luas pengujian substantive
2.2.2 Sifat Atau Jenis Pengujian Substantif
Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah maka
auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga
lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu :
a) Pengujian Detail Saldo, metodologi perancangan pengujian detail saldo
meliputi empat tahapan, yaitu:
1. Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.
2. Menetapkan risiko pengendalian
3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan
spesifik audit secara memuaskan.
Untuk melihat hubungan antara risiko deteksi dengan pengujian detail
saldo, berikut ini disajikan tabel.
6

Tabel. Hubungan Risiko Deteksi dengan Pengujian Detail Saldo

Tingkat Risiko
Deteksi Langkah Pengujian Detail Saldo

Scan rekonsiliasi bank yang dibuat klien


dan verivikasi ketepatan perhitungan
Tinggi matematisnya

Review rekonsiliasi bank yang dibuat


klien dan verivikasi pada sebagain besar
Moderat item-itemnya.

Buatlah rekonsiliasi bank dan verivikasi


Rendah item-item yang direkonsiliasi tersebut

b) Pengujian Detail Transaksi, pengujian detail transaksi dilakukan untuk


menentukan:
1. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.
2. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.
3. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku
besar dan buku pembantu.
Pengujian detail transaksi dilakukan dengan vouching dan tracing.
Auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan
mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter.
c) Prosedur Analitis, prosedur analitis meliputi jumlah yang tercatat dengan
harapan yang dikembangkan auditor juga meliputi perhitungan rasio oleh
auditor.
Ada empat kegunaan prosedur analitis yaitu:
1. Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri klien.
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan
usahanya.
7

3. Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan keuangan


klien.
4. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas
pengujian audit detail.
2.2.3 Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Substantif
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi penentuan
waktu pelaksanaan pengujian substantif. Jika risiko deteksi rendah maka
pengujian substantif lebih baik dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal
neraca.
2.2.4 Luas Pengujian Substantif
Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin
banyak bukti yang harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah jumlah bukti
yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian subtantif yang
dilakukan.
Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif
didokumentasikan dalam kertas kerja dalam bentuk program audit.
2.3 Langkah-langkah Audit (Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif)
2.3.1 Langkah-langkah Audit Pengujian Pengendalian
Prosedur untuk pengujian yang digunakan sebagai pendukung
pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang berkenaan dengan pengendalian
adalah sebagai berikut:
1) Tanya jawab dengan pegawai
Tanya jawab sudah merupakan bahan bukti yang pantas. Misal,
Auditor memutuskan bahwa orang yang tidak terotorisasi tidak di ijinkan
mempnya akses terhadap berkas computer dengan tanya jawab dengan
orang yang mengawasi perpustakaan Komputer.
2) Pemerikasaan dokumen, catatan, dan laporan
Kegiatan dan perosedur yang berkaitan dengan pengendalian
memberikan bahan bukti documenter yang jelas. Misal transaksi penjualan
akan meninggalkan jejak dokumen berupa faktur penjualan dan dokumen
8

pengiriman. Auditor memeriksa dokumen untuk meyakinkan bahwa


proses telah selesai dan ditandingkan dengan pantas dan bahwa terhadap
tandatangan atau inisial yang diperlukan.
3) Pengematan aktivitas berkenaan dengan pengendalian
Jenis aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian lainnay tidak
meninggalkan jejak bahan bukti. Misalnya pemisahan tugas tidak
menghasilkan dokumentasi sebagai pelaksanaanya.
4) Pelaksanaan ulang prosedur klien
Terhadap aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian yang
mempunyai dokumen dan catatan, tetapi isinya tidak mencukupi untuk
kepentingan auditor dalam menetapkan apakah pegendalian berjalan
dengan efektif. Misalnya, aktivitas verifikasi oleh pegawai klien atas
hargapada faktur penjualan dan daftar harga yang sudah ditetapkan.
Auditor akan melaksanakan kembali prosedur dengan menelusuri harga
jual kedaftar harga pada tanggal transaksi, jika tidak ditemukannya adanya
salah saji, Auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur berjalan seperti
yang diinginkan.
2.3.2 Langkah-langkah Audit Pengujian Substantif
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif
yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja
tugas mereka.
2. Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas
mereka.
3. Menginspeksi dokumen dan catatan.
4. Melakukan penghitungan kembali
5. Konfirmasi
6. Analisis
7. Tracing atau pengusutan
8. Vouching atau penelusuran.
9

2.4 Penerimaan Perikatan Audit


2.4.1 Pengertian Pernerimaan Perikatan Audit
Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk
mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang
memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan
auditor. Dalam ikatan tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas
laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan anda tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah
awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa penggambilan keputusan
untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk
melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari klien berulang. Enam
Langkah perlu ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan
penerimaan perikatan audit dari calon kliennya.
2.4.2 Tahap Penerimaan Perikatan Audit
Terdapat enam proses yang ditempuh auditor dalam memutuskan
perikatan agar dapat diterima atau tidak yaitu :
1) Mengevaluasi integritas manajemen
2) Mengidentifikasikan keadaan khusus dan resiko luar biasa
3) Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit
4) Menilai independensi
5) Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan kecermatan dan keseksamaan
6) Membuat surat perikatan audit.
2.5 Tahap Perencanaan
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh
auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada
pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh. Variabel ini
diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit. Keberhasilan
penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan
audit yang dibuat oleh auditor.
10

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh


pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. sifat, lingkup, dan saat
perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas,
pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:
1. Memahami bisnis dan industri klien
Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian iternalnya, untuk
menilai risiko salah saji yang material pada laporan keuangan baik karena
kekeliruan maupun kecurangan, dan untuk merancang sifat, penetapan
waktu, serta luas prosedur audit selanjutnya. Auditor harus memperoleh
pemahaman yang memadai tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian iternalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material
pada laporan keuangan baik karena kekeliruan maupun kecurangan, dan
untuk merancang sifat, penetapan waktu, serta luas prosedur audit
selanjutnya.
Auditor mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dengan
menggunakan pendekatan sistem strategis untuk memahami bisnis klien
:
a. Pengalaman sebelumnya tentas entitas dan industrinya.
b. Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi
senior).
c. Diskusi dengan personel dan fungsi audit intern dan review dengan
auditor intern.
d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau
penasihat lain yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam
industry.
e. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan diluar entitas.
f. Publikasi yang berkaitan dengan industri.
g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak
terhadap entitas.
11

h. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas.


i. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas.
2. Melaksanakan prosedur analitik
Prosedur analitik memberikan panduan bagi auditor dalam
menggunakan prosedur analitik pada tahap perencaan audit, pada tahap
pengujian, dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit.
Tahap-tahap Prosedur Analitik :
a. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat.
b. Mengembangkan harapan.
c. Melaksanakan perhitungan/perbandingan.
d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan.
e. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan
mengevaluasi perbedaan tersebut.
f. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencaan audit.
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
Auditor akan mempertimbangkan materialitas awal pada dua
tingkat berikut :
a. Tingkat laporan keuangan : pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan diterapkan kepada laporan keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun : untuk mencapai simpulan tentang kewajaran
laporan keuangan sebagai keseluruhan, auditor perlu melakukan
verifikasi saldo akun.
4. Mempertimbangkan risiko bawaan
a. Pada tahap perencanaan, auditor harus mempertimbangkan risiko
bawaan (Inherent Risk), yaitu suatu risiko salah saji yang melekat
dalam saldo akun atau asersi tentang suatu saldo akun.
b. Pada tahap pemahaman dan pengujian pengendalian intern, auditor
harus mempertimbangkan risiko pengendalian (Control Risk), yaitu
suatu risiko tidak dapat dicegahnya salah saji material dalam suatu
saldo akun atau asersi tentang suatu saldo akun oleh pengendalian
intern.
12

c. Pada tahap pelaksanaan pengujian substantif, auditor harus


mempertimbangkan risiko dekteksi (Detection Risk), yaitu suatu
risiko tidak terdeteksinya salah saji material dalam suatu saldo akun
atau asersi tentang suatu saldo akun oleh prosedur audit yang
dilaksanakan oleh auditor.
5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo
awal jika berikatan dengan klien berupa audit tahun pertama.
Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup
untuk meyakini bahwa :
a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak
material terhadap laporan keuangan tahun berjalan.
b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ke
tahun berjalan atau telah dinyatakan kembali, jika hal itu semestinya
dilakukan.
c. Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara
konsisten.
Sifat dan lingkup bukti audit yang harus diperoleh auditor
berkenaan dengan saldo awal tergantung pada :
a. Kebijakan akuntansi yang dipakai oleh entitas yang bersangkutan.
b. Apakah laporan entitas tahun sebelumnya telah diaudit, dan jika
demikian, apakah pendapat auditor atas laporan keuangan tersebut
berupa pendapat selain wajar tanpa pengecualian.
c. Sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun
berjalan.
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang
dilaksanakan auditor adalah untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
yang rendah, untuk mendukung pendapat apakah dalam semua hal yang
material, laporan keuangan disajikan secara wajar. Tujuan ini
diwujudkan melalui pengumpulan dan evaluasi buukti tentang asersi
13

yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh


manajemen.
Ada dua strategi audit awal yang dapat dipilih oleh auditor, yaitu
: primarily substantive approach dan lower assessed level of control risk
approach.
7. Memahami pengendalian intern klien
Melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern
dengan menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern
tersebut. Jika auditor mengetahui bahwa pengendalian intern klien di
bidang tertentu adalah kuat, maka ia akan mempercayai informasi
keuangan yang dihasilkan.
2.6 Tahap Pelaksanaan Audit
Pada tahapan audit laporan keuangan yang ketiga ini memiliki
beberapa langkah yang harus dilakukan dalam proses pengujian. Langkah
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Analitik
Pada pengujian analitik ini dilakukan oleh auditor pada tahap
awal proses audit dengan mempelajari perbandingan dan hubungan
antara data yang satu dengan data yang lain agar membantu auditor untuk
memahami bisnis clien serta menemukan bidang dalam bisnis tersebut
yang sekiranya memerlukan audit yang lebih intensif.
2. Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian disini merupakan prosedur audit yang
dirancang untuk memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien,
terutama frekuensi, mutu dan karyawan dalam melaksanakan aktivitas
pengendalian yang telah ditetapkan pengujian substantive
3. Pengujian Substantif
Untuk pengujian substantif merupakan prosedur audit yang
dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan yang secara
langsung memberikan pengaruh ada pembuatan laporan keuangan yang
lebih tepat.
14

2.7 Tahap Pelaporan


Tahap pelaporan adalah tahap yang paling penting dan akhir dari suatu
pekerjaan audit. Dalam setiap tahap audit akan selalu terdapat dampak
psikologis bagi auditor maupun auditee, pelaporan hasil audit merupakan
tahap akhir dalam kegiatan audit dan dapat memberikan dampak yang luas
maka di perlukan pengetahuan khusus tentang penyusunan laporan hasil
audit. Laporan Hasil Audit (LHA) adalah media auditor untuk
memberitahukan atau melaporkan hasil – hasil auditnya dan berfungsi
sebagai alat komunikasi dari auditor kepada pihak – pihak yang
berkepentingan.
Secara umum, Laporan hasil audit memiliki tujuan dan manfaat antara
lain:
a. Sebagai bukti pelaksaan tugas;
b. Sebagai bukti ;
c. Sebagai sumber referensi untuk perencanaan audit berikutnya;
d. Sebagai alat pembuktian apabila ada sanggahan dari pihak yang terlibat;
e. Sebagai media untuk mengkomunikasikan informasi – informasi penting
yang diperoleh selama pelaksanaan audit.
Selain hal tersebut di ataas laporan hasil audit juga mempunyai tujuan
untuk menyediakan informasi, rekomendasi dan penilaian yang independen
bagi para pengguna laporan mengenai pelaksanaan kegiatan entitas yang
diaudit, apakah telah diselenggarakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Laporan hasil audit merupakan bentuk komunikasi tertulis yang berisi pesan
agar pembaca laporan (audite/manajemen) dapat mengerti dan
menindaklanjuti temuan (sesuai rekomendasi yang terdapat di dalam laporan
tersebut).
Ada tiga (3) langkah utama yang sangat penting dalam ,
mengembangkan laporan audit secara tertulis, yaitu:
1) Persiapan (preparation)
Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan-
temuan audit, menggabungkan temuan-temuan tersebut menjadi sebuah
15

laporan yang koheren dan logis, serta menyiapkan bukti-bukti


pendukung dan dokumentasi yang diperlukan.
2) Penelaah (review)
Merupakan tahap analisis kritis terhadap laporan tertulis yang
dilakukan oleh staf audit, review dan komentar atas laporan diberikan
oleh pihak manajemen atau auditee.
3) Pengiriman (transmission)
Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar
dapat dikirim ke lembaga yang member tugas untuk mengaudit dan
kepada auditee.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Proses audit atas laporan keuangan historis dibagi menjadi empat
tahap : (1) penerimaan perikatan audit, (2) perencanaan audit, (3) pelaksaan
pengujian audit, (4) pelaporan audit. Dalam audit, auditor melakukan tiga
macam pengujian yang secara garis besar dibagi menjadi tiga golongan :
pengujian analitik, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif. Akhir
dari proses audit ini adalah laporan hasil audit yang akan menghasilkan
laporan keuangan auditan yang nantinya akan digunakan sebagai informasi
baik untuk pihak internal atau pihak eksternal perusahaan serta pihak lain
yang berkepentingan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2013. Auditing Edisi ke-6. Jakarta : Salemba Empat.

My World. 2014. Pengujian Pengedalian dan Pengujian Substantif. Diakses pada


tanggal 1 Oktober 2020
(https://datakata.wordpress.com/2014/12/26/pengujian-pengendalian-dan-
pengujian-substantif/).

E-Akuntansi Segala Hal Tentang Akuntansi. 2019. Berbagai Macam Pengujian


Audit. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2020 (https://www.e-
akuntansi.com/berbagai-macam-pengujian-audit).

17

Anda mungkin juga menyukai