STROKE
NIM :191440130
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah kebagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa
tahun (Smeltzer et al, 2002)
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin,2009).
B.ETIOLOGI
1.Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda
dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
a)Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan arteri
besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007).
Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut:
4.Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran
darah serebral.
c)Arteritis( radang pada arteri )
d)Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
2.Myokard infark
3.Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah
terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-
embolus kecil.
4.Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada
endocardium.
2.Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau
kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak
yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan,
sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.
3.Hipoksia Umum
4.Hipoksia Setempat
C.KLASIFIKASI
(Muttaqin, 2008)
1.Stroke siskemik
Tipe stroke ini terjadi karena aliram darah tersumbat atau berkurang aliran darah kedaerah otak.
Penyumbatan ini dapat terjadi karena aterosklerosis atau pembentukan bekuan darah.
2.Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
a)Perdarahan intraserebral
b)Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal
dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim
otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, dll)
a) TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b)Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c)Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen . Sesuai
dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
D.MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke
akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
2.Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak.
8.Gangguan persepsi
Aliran darah disetiap otak terhambat karena trombus atau embolus, maka terjadi kekurangan
oksigen kejaringan otot, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia imun (karena
henti jantung atau hipotensi) hipoxia karena proses kesukaran bernafas suatu sumbatan pada arteri
koroner dapat mengakibatkan suatu area infark (kematian jaringan). Perdarahan intraksional
biasanya disebabkan oleh ruptura arteri cerebri ekstravasasi darah terjadi didaerah otak atau
subarachnoid,sehingga jarak yang terletak didekatnya akan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi
jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri disekitar pendarahan ,spesma ini
dapat menyebar keseluruh hemisfer otak, bekuan darah yang semua lunak akhirnya akan larut dan
mengecil , otak yang terletak disekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis.
Infark regional kortikal, sub kortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi karena daerah
perdarahan suhu arteri tidak/kurang mendapat aliran darah. Aliran/suplai darah tidak tidak
disampaikan didaerah tersebut oleh karena arteri yang bersangkutan tersumbat atau pecah. Sebagai
akibat keadaan tersebut biasa terjadinya anoksia atau hypoksia. Bila aliran darah ke otak berkurang
sampai 24-30 ml/100 gr jaringan akan terjadi ischemia untuk jangka waktu yang lama dan bila otak
hanya mendapat suplai darah kurang dari 16ml/100 gr jaringan otak,maka akan terjadi infark
jaringan otak yang permanen (DepKes 1993)
F.KOMPLIKASI
2.Aliran darah serebral,bergantung pada tekanan darah,curah jantung dan integritas pembuluh
darah serebral. Hipertensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada
aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium. Embolisme akan
menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
4.Pneumonia terjadi akibat gangguan pada gerakan menelan. Mobilitas dan pengembangan paru
serta batuk yang parah setelah serangan stroke, maka dapat terjadi peradangan didalam rongga
dada dan kadang-kadang pneumonia
5. Dekubitua, karena penderita mengalami kelumpuhan dan kehilangan perasaannya. Dekubitus
selalu menjadi ancaman khusunya didaerah bokong,panggul,pergelangan kaki,tumit bahkan telinga.
6. Kejang atau konvulsi, serangan ini lebih besar kemungkinannya terjadi bila korteks serebri sendiri
telah terkena pada serangan yang mengenai struktur otak yang lebih dalam.
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan
mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3.CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak.
Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
4.EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
Pemeriksaan laboratorium
1.Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-
hari pertama.
H.PENATALAKSANAAN
1.Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat,posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisawi
bertahap jika hemodinamika stabil
2.Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan oksigen sesuau
kebutuhan
7.Menurunkan TIK
8.Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada
gangguan menelan sebaikya dipasang NGT
I.PATHWAY
Peningkatan tekanan
Trombus/emboli
sistemik
di cerebral
Aneurisma
N
Kerusakan komunikasi verbal
PTIK/herniasi cerebral
Hemisfer kanan
Gangguan mobilitas
Hemiparese/plegi
fisik
kiri
Area grocca
Defisit perawatan
Kerusakan fungsi N.VII dan N.XII diri
Resiko aspirasi Resiko trauma Resiko jatuh
Kurang pengetahuan
J.konsep asuhan keperawatan
A.Pengkajian
1.Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2.Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan.
Pengumpulan data:
1.Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi,
mudah lelah, dan susah tidur.
2.Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi arterial.
3.Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
4.Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung kemih,
distensi abdomen, suara usus menghilang.
5.Makanan/caitan :
6.Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan dengan
berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada
sisi yang sama di muka.
7.Nyaman/nyeri
8.Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.
9.Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan orientasi Tidak
mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil
keputusan.
10.Interaksi sosial
B.Diagnosa keperawatan
1.Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat
C.Intervensi keperawatan
4.berikan obat
sesuai
indikasi,contoh
nya
antikoagulan
(heparin)
2. Kerusakan mobilitas Tujuan: 1.kaji 1.mengidentifikasi
fisik berhubungan kemampuan kelemahan/kekuatan dan
Dapat melakukan
dengan kelemahan klien dalam dapat memberikan
aktivitas secara
melakukan informasi bagi pemulihan
minimum
aktivitas
2.menurunkan resiko
Kriteria hasil:
2.ubah posisi terjadinya
Mempertahankan minimal setiap trauma/iskemia jaringan
posisi yang 2 jam(telentang
3.dapat berespons
optimal,meningkat atau miring)
dengan baik jika daerah
kan kekuatan dan
3.anjurkan yang sakit tidak menjadi
fungsi bagian
pasien untuk lebih terganggu
tubuh yang
membantu
terkena,
pergerakan dan
mendemonstrasik
latihan dengan
an perilaku yang
menggunakan
memungkinkan
ekstremitas
aktivitas
yang tidak sakit
Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan,membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari,memberikan asuhan perawatan untuk tujuan yang berpusat pada klien (Potter & Perry,
2005).
E.EVALUASI
Evaluasi adalah respons pasien terhadap terapi dan kemajuan mengarah pencapaian hasil yang
diharapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik dan bagian kontrol proses keperawatan,
melalui mana status pernyataan diagnostik pasien secara individual dinilai untuk
diselesaikan,dilanjutkan atau memerlukan perbaikan (Doenges dkk, 1999).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan Penyakit Saraf.
Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo