Anda di halaman 1dari 138

AD – ART IBI

ANGGARAN DASAR
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA

MASA BAKTI 2018 – 2023

i
SAMBUTAN KETUA UMUM
PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN
INDONESIA

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat


Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-
Nya Kongres XVI IBI 2018 dapat berjalan dengan
lancar. Kongres merupakan forum tertinggi tingkat
nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang
dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Melalui
Kongres di evaluasi pelaksanaan program selama
lima tahun yang lalu dan disusun rencana program
lima tahun kedepan. Selain hal tersebut juga
dilaksanakan pemilihan Ketua Umum dan 4 (empat)
Pengurus Harian Pengurus Pusat IBI periode 2018-
2023 serta pengesahan perangkat-perangkat
organisasi.
Kongres XVI IBI 2018 telah dilaksanakan pada
tanggal 29 Oktober - 3 November 2018 bertempat
di JIEXPO Kemayoran Jakarta dengan kegiatan
Sidang Organisasi dan Sidang Ilmiah. Kongres
dihadiri oleh Pengurus Pusat, Pengurus Daerah,
Pengurus Cabang, anggota dan utusan Institusi
Pendidikan Kebidanan.

ii
Salah satu keputusan Kongres tersebut adalah
ditetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Rumah Tangga (ART) IBI 2018 – 2023 dengan
nomor 004/SKEP/Kongres XVI/IBI/X/2018 dan
diamanatkan kepada Pengurus Pusat IBI 2018 –
2023 untuk menjadikan AD dan ART tersebut
sebagai acuan dalam mengelola organisasi.
Naskah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga IBI 2018 – 2023 hasil Kongres tersebut
diadakan perbaikan redaksional oleh Tim Perumus,
sehingga tersaji seperti dalam buku ini, dengan
harapan dapat dijadikan acuan atau pedoman oleh
semua jajaran kepengurusan maupun anggota IBI
seluruh Indonesia.
Terima kasih kepada semua pihak yag telah
membantu kelancaran Kongres dan tersajinya buku
AD dan ART IBI ini, semoga amal ibadah kita
mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jakarta, Desember 2018

Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes.


Ketua Umum

iii
KEPUTUSAN
KONGRES XVI IKATAN BIDAN INDONESIA
NOMOR : 004/SKEP/KONGRES XVI/IBI/X/2018
TENTANG
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IBI

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Kongres XVI Ikatan Bidan
Indonesia:
Menimbang : a. Bahwa kongres sebagai forum musyawarah
tertinggi organisasi IBI berwenang
meninjau menyempurnakan AD dan ART
IBI.
b. Bahwa untuk menyesuaikan dengan
perkembangan organisasi maupun situasi
dan kondisi saat ini, perlu diadakan
perubahan/ penyempurnaan AD dan ART.
c. Bahwa karena hal tersebut perlu
diterbitkan Keputusan Kongres XVI IBI
tahun 2018 tentang AD dan ART.
Mengingat : a. Anggaran Dasar Bab V Pasal 12 tentang
Kongres.
b. Anggaran Rumah Tangga Bab VI Pasal 18
tentang Kongres.
Memperhatikan : Hasil Kongres XVI yang membahas tentang
AD dan ART IBI 2018 – 2023 pada tanggal 30 –
31 Oktober 2018.

MEMUTUSKAN

iv
Menetapkan : Keputusan Kongres XVI Ikatan Bidan
Indonesia tentang AD dan ART IBI Tahun 2018
- 2023.
Pertama : Menerima dan Mengesahkan perubahan,
penyempurnaan AD dan ART IBI sebagaimana
tertera dalam lampiran keputusan ini.
Kedua : Dengan berlakunya AD dan ART tahun 2018-
2023, maka AD-ART tahun 2013 - 2018
dinyatakan tidak berlaku.
Ketiga : Menugaskan tim PPIBI masa bakti 2018-2023
untuk mendokumentasi-kan dan menindak
lanjuti AD dan ART dimaksud dan digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan tugasnya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 31 Oktober 2018

Atas nama peserta Kongres XVI Ikatan Bidan Indonesia


PIMPINAN KONGRES

Ketua : Hj. Taty Nurti, SPd, M.Kes.

Sekretaris : Hj. Suriani B., SKM, MSc.

Anggota : Hj. E. Widyani, Sj., SKM, MQIH.

Anggota : Tuminah Wiratnoko, SIP, MM.

Anggota : G.U. Masyitha, SKM, M.Kes.

v
vi
ANGGARAN DASAR DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA
MASA BAKTI 2018-2023

Hak cipta dilindungi undang-undang pada


pengarang. Tidak diperkenankan mem-perbanyak
buku ini dalam bentul stensil, fotocopy atau cara lain
tanpa izin tertulis pengarang.

vii
DAFTAR ISI

Sambutan .................................................... ii
Keputusan Kongres XVI IBI No. 004/SKEP/
KONGRES XVI/X/2018 tentang Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IBI ........ iv
Surat Keputusan Pemberlakukan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga .............. vi
Daftar Isi ................................................... viii
Pancasila ..................................................... x
Pembukaan (Preambul) UUD 1945 .................. 1
Lagu Indonesia Raya ........................................ 3
Logo Ikatan Bidan Indonesia (IBI) .................... 4
Penjelasan Arti Logo IBI ................................... 5
Sumpah atau Janji Bidan ................................. 6
Pengertian Bidan .............................................. 8
Falsafah Kebidanan ......................................... 9
Mukadimah .............................................. 13

viii
Anggaran Dasar ............................................. 15
Anggaran Rumah Tangga .............................. 28
Organogram Ikatan Bidan Indonesia .............. 99
Organogram Pengurus Pusat ....................... 100
Organogram Pengurus Daerah .................... 101
Organogram Pengurus Cabang ................... 102
Organogram Pengurus Ranting ................... 103
Susunan Pengurus Pusat IBI ....................... 104
Hymne IBI ................................................. 106
Mars IBI ................................................. 107
Sejarah IBI ................................................. 108
Daftar Pelaksanaan Kongres IBI .................. 124
Sejarah Pendidikan Bidan ............................ 126

ix
PANCASILA

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN


BERADAB

3. PERSATUAN INDONESIA

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH


HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH


RAKYAT INDONESIA

x
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PEMBUKAAN
(Preambule)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah


hak segala bangsa. Oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan


Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa


dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.

1
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

2
INDONESIA RAYA
Cipt.: W.R. Supratman

Indonesia Tanah Airku


Tanah Tumpah Darahku
Di sanalah Aku Berdiri
Jadi Pandu Ibuku

Indonesia Kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru
Indonesia Bersatu

Hiduplah Tanahku
Hiduplah Negeriku
Bangsaku Rakyatku Semuanya

Bangunlah Jiwanya
Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya Merdeka Merdeka


Tanahku Negeriku Yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

3
LOGO
IKATAN BIDAN INDONESIA

4
Penjelasan Arti Logo:

1. “Bentuk bundar, dilingkari oleh garis merah


putih” yang berarti persatuan abadi.
2. “Buah Delima” adalah buah yang berisi biji
(bibit) dan air lambang kesuburan.
3. “Dua Helai Daun” berarti lambang
kemampuan dari pihak laki-laki dan
perempuan untuk memberi hidupnya bibit.
4. ”Ular & Cawan” melambangkan simbol Dewa
Aesculapius dan Dewi Hygea yang berarti
pelayanan kebidanan memelihara dan
mempertahankan biji (bibit) agar tumbuh &
berkembang dengan baik.
5. “Buah Delima merekah” menggambarkan
buah delima yang sudah matang,
mengandung biji-biji yang matur dan sehat
dapat melanjutkan hidup baru/generasi
penerus yg sehat dan berkualitas dan bidan
adalah seorang yang siap untuk menghantar
biji-biji yang matur dan sehat menjadi
generasi penerus yang sehat dan
berkualitas.

5
SUMPAH ATAU JANJI BIDAN

Para lulusan pendidikan kebidanan diberikan


Ijazah Bidan sebagai tanda lulus dan diwajibkan
mengucapkan sumpah atau Janji Bidan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Lafal sumpah
atau janji Bidan adalah sebagai berikut:

Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya:


1. Akan mengabdikan ilmu saya dengan jujur
dan adil sejalan dengan profesi bidan.
2. Akan mengabdikan diri saya dalam pela-
yanan kebidanan dan kesehatan tanpa
mem-bedakan agama, pangkat, suku dan
bangsa.
3. Akan menghormati kehidupan manusia
sejak pembuahan.
4. Akan membela hak dan menghargai tradisi
budaya dan spiritual pasien yang saya layani
5. Tidak akan menceritakan kepada siapapun
dan menjaga segala rahasia yang
berhubungan dengan tugas saya kecuali jika
diminta pengadilan untuk keperluan
kesaksian.

6
6. Akan menghormati, membina kerjasama,
keutuhan dan kesetiakawanan dengan
teman sejawat.
7. Akan menjaga martabat dan menghormati
keluhuran profesi dengan terus menerus
mengembangkan diri untuk mengikuti
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sumpah/janji ini saya ikrarkan dengan sungguh-


sungguh dengan mempertaruhkan kehormatan
profesi saya sebagai bidan. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberi kekuatan kepada saya.

Keterangan:
Pengucapan sumpah profesi atau janji bidan
dilakukan pada waktu wisuda/ setelah wisuda
dibimbing oleh Ketua Organisasi Profesi atau Wali
Profesi yang ada di Institusi Pendidikan yang
bersangkutan. Naskah Sumpah Profesi ditanda
tangani oleh yang membacakan naskah sumpah,
Wisudawati dan Rohaniawan sebagai saksi.

Wali Profesi adalah BIDAN, Anggota IBI, dan


mempunyai KTA, yang ada di Institusi tersebut
(antara lain Direktur, Kajur, Kaprodi atau Dosen)
atas pendelegasian dari ketua Organisasi Profesi
IBI tingkat Pusat, Daerah, maupun Cabang.

7
PENGERTIAN BIDAN

Bidan adalah seorang perempuan yang telah


menyelesaikan program pendidikan kebidanan
baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang
diakui secara sah oleh pemerintah pusat dan
telah memenuhi persyaratan untuk melakukan
praktik kebidanan.

Bidan adalah tenaga profesional yang


bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas,
memfasilitasi dan memimpin persalinan atas
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
Asuhan ini mencakup upaya promotif dan
preventif, mengoptimalkan proses persalinan
fisiologis dengan pendekatan bio psiko sosial
kultural, spritual dan emosional, melakukan
deteksi dini risiko dan komplikasi pada ibu, bayi,
dan anak balita serta melaksanakan pertolongan
pertama pada kegawat-daruratan.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling


dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada
8
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan
antenatal dan persiapan menjadi orang tua,
termasuk kesehatan perempuan, kesehatan
seksual, dan kesehatan reproduksi serta
kesehatan bayi dan anak balita.

Bidan dapat praktik diberbagai fasilitas


pelayanan kesehatan: Rumah Sakit,
Puskesmas, klinik, Praktik Mandiri, atau unit
kesehatan lainnya.

FALSAFAH KEBIDANAN

Dalam menjalankan perannya bidan memiliki


keyakinan yang dijadikan panduan dalam mem-
berikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi:
a. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses
alamiah dan bukan penyakit.
b. Perempuan adalah pribadi yang unik
mempunyai hak, kebutuhan, keinginan
masing-masing. Oleh sebab itu perempuan
harus berpartisipasi aktif dalam setiap
asuhan yang diterimanya.

9
c. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu dan
bayinya, proses fisiologis harus dihargai,
didukung dan dipertahankan. Bila timbul
penyulit, dapat menggunakan teknologi
tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk
memastikan kesejahteraan perempuan dan
janin/bayinya
d. Perempuan harus diberdayakan untuk
mengambil keputusan tentang kesehatan
diri dan keluarganya melalui komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling.
Pengambilan keputusan merupakan
tanggung jawab bersama antara
perempuan, keluarga dan pemberi asuhan.
e. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu, bayi, balita, kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga
(mengurangi kesakitan dan kematian).
Asuhan kebidanan berfokus pada: promosi
kesehatan yang bersifat holistik dan
pencegahan, diberikan dengan cara yang
kreatif, fleksibel, suportif, dan peduli.
Bimbingan, monitoring dan pendidikan juga
diberikan berpusat pada perempuan.
Asuhan diberikan berkesinambungan,
sesuai dengan kebutuhan perempuan, tidak
10
otoriter, serta menghormati keputusan dan
pilihan perempuan.
f. Praktik kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner.
Bidan memiliki otonomi penuh dalam
praktiknya yang menempatkan perempuan
sebagai pusat pelayanan.
g. Profesi bidan mempunyai pandangan hidup
Pancasila dalam memberikan pelayanan
kebidanan. yang memandang semua
manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual yang unik merupakan
satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh
dan tidak ada individu yang sama.
h. Setiap individu berhak memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman dan
memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan
perbedaan kebudayaan. Setiap individu
berhak menentukan nasib sendiri dan
mendapatkan informasi yang cukup untuk
berperan disegala aspek pemeliharaan
kesehatan.
i. Setiap individu berhak untuk dilahirkan
secara sehat, untuk itu maka setiap wanita
usia subur, ibu hamil, melahirkan dan
bayinya berhak mendapatkan pelayanan
yang berkualitas.
11
j. Setiap individu berhak untuk mendapatkan
pelayanan yang berkualitas. Untuk itu setiap
ibu berhak melahirkan bayinya secara
fisiologis dan bayi berhak dilahirkan secara
fisiologis dan sehat. Pengalaman melahirkan
merupakan pengalaman yang
membahagiakan dan tak terlupakan. Tugas
keluarga, mempersiapkan pemenuhan
kebutuhan anak sampai menginjak masa
remaja.
k. Keluarga-keluarga yang berada di suatu
wilayah/daerah membentuk kumpulan
masyarakat dan masyarakat Indonesia
terhimpun didalam satu kesatuan bangsa
Indonesia. Masyarakat terbentuk karena
adanya interaksi antara manusia dan
budaya dalam lingkungan yang bersifat
dinamis, mempunyai tujuan dan nilai-nilai
yang terorganisir.

12
MUKADIMAH

1. Bahwa tujuan Kemerdekaan Negara Republik


Indonesia adalah untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah
darah Indonesia, untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

2. Bahwa tujuan perjuangan Ikatan Bidan


Indonesia sesungguhnya merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari pergerakan
bangsa Indonesia.

3. Bahwa Ikatan Bidan Indonesia sebagai salah


satu kekuatan sosial, mempunyai hak,
tanggung jawab dan kewajiban yang sama
dengan kekuatan sosial lainnya dalam rangka
mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 demi masa depan yang lebih baik
bagi keluarga, masyarakat dan bangsa yang
diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

13
4. Maka, seluruh anggota Ikatan Bidan
Indonesia dalam pelaksanaan fungsinya
sebagai salah satu kekuatan sosial,
mempersatukan diri dalam satu wadah yang
menghimpun semua potensi bidan di
Indonesia yaitu “IKATAN BIDAN
INDONESIA” (IBI) yang didirikan secara
nasional pada tanggal 24 Juni 1951 di
Jakarta.

5. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Ikatan Bidan Indonesia menyusun,
menetapkan dan melaksanakan Anggaran
Dasar-nya yang diperbaharui sesuai dengan
tuntutan perubahan dan perkembangan
zaman serta disyahkan dalam Kongres Ikatan
Bidan Indonesia dan di syahkan oleh Notaris.

14
ANGGARAN DASAR
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

15
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
PENGURUS PUSAT

Pasal 1
NAMA

Organisasi ini bernama Ikatan Bidan


Indonesia, disingkat IBI.

Pasal 2
WAKTU

Ikatan Bidan Indonesia didirikan secara


nasional pada 24 Juni 1951 di Jakarta, untuk
jangka waktu yang tidak ditentukan

Pasal 3
KEDUDUKAN

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia


berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia.

16
BAB II
AZAS, SIFAT, TUJUAN DAN KEGIATAN

Pasal 4
AZAS
Ikatan Bidan Indonesia berazaskan Pancasila.

Pasal 5
SIFAT
Ikatan Bidan Indonesia sebagai satu-satunya
organisasi Bidan bersifat netral dijiwai oleh
filosofi dan kode etik bidan Indonesia.

Pasal 6
TUJUAN
Ikatan Bidan Indonesia bertujuan:
(1) Menggalang dan mempererat persatuan
dan persaudaraan sesama bidan,
organisasi perempuan dan pihak terkait
untuk mencapai visi dan misi.
(2) Membina dan mengayomi anggota serta
mengembangkan dan meningkatkan
pendidikan, pengetahuan dan

17
keterampilan terutama dalam lingkup
kebidanan.
(3) Berperan serta dalam pembangunan,
terutama dalam pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan
anak.
(4) Meningkatkan martabat dan kedudukan
bidan serta memberdayakan perempuan
dalam masyarakat.

Pasal 7
KEGIATAN
Untuk mencapai tujuan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 6, IBI melakukan
kegiatan ke dalam dan keluar organisasi
sesuai rencana kerja.

BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 8
ANGGOTA

18
(1) Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah
bidan yang telah memiliki Surat Tanda
Registrasi dan Kartu Tanda Anggota yang
masih berlaku.
(2) Ketentuan mengenai keanggotaan IBI
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Pasal 9
ORGANISASI
(1) Tingkat Nasional:
Kepengurusan di Tingkat Nasional
dinamakan PENGURUS PUSAT ber-
kedudukan di Ibukota Negara.
(2) Tingkat Propinsi:
Kepengurusan di tingkat Propinsi
dinamakan PENGURUS DAERAH dan
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
(3) Tingkat Kabupaten/Kota:

19
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota
dinamakan PENGURUS CABANG dan
berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.
(4) Tingkat Kecamatan/Institusi:
Kepengurusan di tingkat kecamatan /unit
Pelayanan Kesehatan/Institusi Pendidikan
dinamakan PENGURUS RANTING

Pasal 10
KEPENGURUSAN
(1) Pemimpin Organisasi disebut Ketua
Umum
(2) Kepengurusan Organisasi selanjutnya
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 11
TUGAS KEPENGURUSAN
(1) Memimpin organisasi sesuai dengan
ketentuan AD dan ART serta kebijakan
yang ditetapkan oleh Kongres IBI.
(2) Tugas kepengurusan selanjutnya diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga

20
BAB V
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 12
KONGRES
(1) Kongres merupakan wadah/forum
tertinggi dalam organisasi Ikatan Bidan
Indonesia untuk menetapkan dasar dan
tujuan organisasi serta kebijakan secara
Nasional.
(2) Kongres diadakan setiap lima tahun
sekali.
(3) Dalam keadaan mendesak dapat
diadakan Kongres Luar Biasa.
(4) Ketentuan tentang Kongres, Musyawarah
Daerah, Musyawarah Cabang dan
Musyawarah Ranting diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 13
RAPAT
(1) Diantara dua Kongres/Musda/Muscab/
Musran diadakan Rapat Kerja Nasional

21
(Rakernas), Rapat Kerja Daerah
(Rakerda), Rapat Kerja Cabang
(Rakercab) dan Rapat Kerja Ranting
(Rakerran).
(2) Ketentuan tentang Rakernas, Rakerda,
Rakercab dan Rakerran diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 14
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(1) Pengambilan keputusan dalam Kongres


dan rapat-rapat yang tersebut pada
pasal-pasal dalam BAB V dilakukan
dengan musyawarah.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang
pengambilan keputusan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.

22
BAB VI
LAMBANG

Pasal 15

(1) Lambang atau logo Organisasi IBI adalah


lingkaran yang didalamnya terdapat buah
delima merekah, cawan, ular dan dua
helai daun.
(2) Logo Ikatan Bidan Indonesia, dengan
gambar sebagai berikut:

(3) Penjelasan lebih lanjut tentang arti logo


IBI diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

23
BAB VII
KEUANGAN

Pasal 16
(1) Keuangan IBI diperoleh dari :
1. Uang Pangkal.
2. Iuran Anggota.
3. Sumbangan dalam bentuk apapun
yang sah dan tidak mengikat.
4. Penerimaan-penerimaan lain yang
sah.
5. Usaha lain yang sah
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang keuangan
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 17
Anggaran Rumah Tangga
(1) Hal-hal yang tidak diatur didalam
Anggaran Dasar akan diatur didalam
Anggaran Rumah Tangga yang

24
merupakan rincian pelaksanaan
Anggaran Dasar.
(2) Anggaran Rumah Tangga dan peraturan
pelaksanaan lainnya tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar.

BAB IX
PEMBUBARAN

Pasal 18
Pembubaran Organisasi
(1) Organisasi dapat dibubarkan atas
Keputusan Kongres.
(2) Berdasarkan permintaan tertulis yang
ditandatangani oleh 2/3 (dua per tiga)
jumlah cabang yang diketahui Pengurus
Daerah masing-masing dengan alasan
yang obyektif.

25
BAB X
HAK MILIK DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 19
(1) Hak milik organisasi yang berbentuk
barang-barang bergerak dan tidak
bergerak serta kekayaan intelektual
digunakan bagi kepentingan dan
kelangsungan hidup organisasi.
(2) Apabila organisasi ini dibubarkan, maka
hak milik dan kekayaan organisasi
lainnya diserahkan kepada masyarakat
atau badan sosial lainnya.
(3) Tata cara pengelolaan hak milik dan aset
organisasi akan diatur tersendiri.

BAB XI
PENUTUP

26
Pasal 20
Anggaran Dasar Ikatan Bidan Indonesia ini
disahkan oleh Kongres XVI Ikatan Bidan
Indonesia tahun 2018 di Jakarta.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Oktober 2018

KONGRES XVI IKATAN BIDAN INDONESIA

PIMPINAN KONGRES

Ketua : Hj. Taty Nurti, SPd, M.Kes.

Sekretaris : Hj. Suriani B., SKM, MSc.

Anggota : Hj. E. Widyani, Sj., SKM, MQIH.

Anggota : Tuminah Wiratnoko, SIP, MM.

Anggota : G.U. Masyitha, SKM, M.Kes.

27
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

28
BAB I
PENJELASAN UMUM

Pasal 1

1. Bidan adalah seorang perempuan yang


telah menyelesaikan program pendidikan
kebidanan baik di dalam negeri maupun di
luar negeri yang diakui secara sah oleh
pemerintah pusat dan telah memenuhi
persyaratan untuk melakukan praktik
kebidanan.
Bidan adalah tenaga profesional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat
selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memfasilitasi dan memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir,
bayi dan anak balita. Asuhan ini mencakup
upaya promotif dan preventif,
mengoptimalkan proses persalinan
fisiologis dengan pendekatan bio psiko
sosial kultural, spritual dan emosional,
melakukan deteksi dini risiko dan komplikasi

29
pada ibu, bayi, dan anak balita serta
melaksanakan pertolongan pertama pada
kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam
konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga
kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan
ini mencakup pendidikan antenatal dan
persiapan menjadi orang tua, termasuk
kesehatan perempuan, kesehatan seksual ,
dan kesehatan reproduksi serta kesehatan
bayi dan anak balita.
Bidan dapat praktik diberbagai fasilitas
pelayanan kesehatan : Rumah Sakit,
Puskesmas, klinik, Praktik Mandiri, atau unit
kesehatan lainnya.
2. Ikatan Bidan Indonesia adalah organisasi
profesi yang seluruh anggotanya terdiri dari
bidan dan merupakan satu-satunya wadah
persatuan bidan Indonesia.
3. Ikatan Bidan Indonesia merupakan
organisasi profesi kesehatan dan organisasi
perempuan.
4. Ikatan Bidan Indonesia berdiri secara
Nasional pada tanggal 24 Juni 1951 atas
prakarsa perkumpulan bidan di Jakarta.

30
5. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di
Departemen Dalam Negeri No.133 sesuai
UU No.08/1985
6. Ikatan Bidan Indonesia sebagai anggota
KOWANI sejak tahun 1951 dengan nomor
keanggotaan No.13
7. Ikatan Bidan Indonesia sebagai Anggota
International Confederation of Midwives
(ICM) sejak tahun 1956.
8. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di
Departemen Kehakiman pada tanggal 15
Oktober 1954 dalam lembaran Negara
nomor: J.A.5/92/7 Tahun 1954 yang
diperbarui pada tahun 2015 dengan Akta
Notaris Khanief, S.H., M.Kn. nomor 6
tanggal 13 Agustus 2015 dan disahkan oleh
Kemenkumham nomor AHU-112.AH.01.08
Tahun 2015 tentang Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar.

Pasal 2
Ikatan Bidan Indonesia mempunyai Logo dengan
bentuk dan identitas yang melambangkan:
1. “Bentuk bundar, dilingkari oleh garis merah
putih” yang berarti persatuan abadi.

31
2. “Buah Delima” adalah buah yang berisi biji
(bibit) dan air lambang kesuburan.
3. “Dua Helai Daun” berarti lambang
kemampuan dari pihak laki-laki dan
perempuan untuk memberi hidupnya bibit.
4. ”Ular & Cawan” melambangkan simbol Dewa
Aesculapius dan Dewi Hygea yang berarti
pelayanan kebidanan memelihara dan
mempertahankan biji (bibit) agar tumbuh &
berkembang dengan baik.
5. “Buah Delima merekah” menggambarkan
buah delima yang sudah matang,
mengandung biji-biji yang matur dan sehat
dapat melanjutkan hidup baru/generasi
penerus yg sehat dan berkualitas dan bidan
adalah seorang yang siap untuk menghantar
biji-biji yang matur dan sehat menjadi
generasi penerus yang sehat dan berkualitas.

32
LOGO IBI:

Penataan bentuk dan warna logo sebagai berikut:


1. Lingkaran:
a. Luar : Merah darah
b. Tengah : Putih kertas dasar
c. Dalam : Hitam
2. Ular:
a. Warna : Hitam cobra, dengan garis-
garis putih di lehernya.
b. Jenis : Cobra/Senduk.
3. Cawan:
a. Bentuk : Seperti corong, dengan
bulatan atas berbentuk
oval.
b. Warna : Putih kertas dasar dengan
garis pinggir gambar
warna hitam.
4. Daun dan Tangkai Delima:
a. Jenis : Daun delima
b. Warna : Hijau daun delima
c. Jumlah daun : 2 helai

5. Buah Delima:
a. Warna: Orange tua, ke bawah semakin muda
warnanya, dimulai setengah bagian buah
delima ke bawah.

33
b. Biji: Warna merah biji delima, Jumlah biji besar
24, biji kecil 51
c. Mulut buah : Enam helai/bibir.
6. Tulisan:
a. Formasi: Melingkar setengah lingkaran bawah.
b. Isi: IKATAN BIDAN INDONESIA
c. Warna: Merah darah.
7. Bukaan/Rekahan Buah Delima:
a. Vertikal: 33%.
b. Horizontal: 76%, dari atas sisa 20%, dari
bawah sisa 13%.
8. Ukuran Logo: Sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan yang berlaku

BAB II
KEANGGOTAAN, HAK, KEWAJIBAN,
SANKSI DAN BERHENTI

Pasal 3
KEANGGOTAAN
(1) Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah
bidan yang memiliki Surat Tanda Registrasi
dan Kartu Tanda Anggota yang masih
berlaku.

34
(2) Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat
domisili atau institusi tempat kerja.
(3) Jenis anggota IBI, terdiri dari:
a. Anggota Biasa
b. Anggota Partisipatif
(4) Anggota Biasa adalah anggota IBI yang
memiliki STR dan aktif membayar iuran.
(5) Anggota Partisipatif adalah anggota IBI
yang bekerja di luar keanggotaan domisili
dan mengikuti ketentuan yang berlaku di
tempat kerja. Iuran partisipasi di tempat
kerja tidak boleh melebihi iuran pokok
anggota (Rp 10.000).

Pasal 4
SYARAT DAN TATA CARA PENERIMAAN
UNTUK MENJADI ANGGOTA
(1) Syarat Menjadi Anggota
a. Memiliki Ijazah Bidan/Lulus Bidan
b. Mengisi Formulir Pendaftaran dengan
melampirkan:
1) Foto Copy Ijazah Bidan (2 lembar).
2) Foto Copy Sertifikat Kompetensi
(bagi lulusan Bidan setelah 1
Agustus 2013) (2 lembar).

35
3) Foto Copy Surat Tanda Registrasi
(STR) (2 lembar).
4) Foto Copy KTP (2 lembar).
5) Pas Foto 4x 6 (2 lembar).

(2) Tata Cara Penerimaan Anggota


a. Pendaftaran dilakukan di Kantor
Pengurus Ranting/Cabang sesuai
domisili atau institusi tempat kerja.
b. Formulir Pendaftaran dapat diperoleh di
Pengurus Cabang/Ranting.
c. Formulir yang sudah diisi diteliti
kebenarannya, diputuskan dalam rapat
pengurus Ranting/Cabang.
d. Calon anggota yang memenuhi
persyaratan diusulkan oleh Pengurus
Ranting/Cabang untuk diregister oleh
Pengurus Pusat dan diterbitkan Kartu
Tanda Anggota (KTA) yang berlaku
selama 5 (lima) tahun.

(3) Tata cara perpanjangan KTA


a. 3 (tiga) bulan sebelum habis masa
berlakunya mengajukan perpanjangan
b. Mengisi Formulir Pendaftaran
perpanjangan

36
c. Melampirkan foto copy KTA yang akan
habis masa berlakunya

Pasal 5
HAK ANGGOTA

(1) Anggota Biasa berhak untuk mendapat-kan


pengayoman dari organisasi secara
berjenjang.
(2) Anggota Biasa berhak menghadiri rapat
dan mengajukan usul, baik tertulis maupun
lisan.
(3) Anggota Biasa yang aktif berhak memilih
dan dipilih
(4) Anggota Biasa berhak memiliki:
a. Kartu Tanda Anggota IBI (KTA) yang
dikeluarkan oleh Pengurus Pusat dan
di tanda tangani Ketua Umum IBI.
b. Lencana Ikatan Bidan Indonesia.
c. Buku Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
d. Seragam IBI: Seragam Nasional dan
Seragam Lapangan.

37
Pasal 6
KEWAJIBAN ANGGOTA
(1) Tunduk pada AD-ART.
(2) Memahami, menghayati dan mengamal-
kan kode etik bidan.
(3) Membayar uang pangkal bagi anggota
baru.
(4) Menjaga IBI agar tetap sebagai organisasi
profesi yang tidak berafiliasi dengan partai
politik apapun.
(5) Anggota Biasa membayar iuran secara
teratur.

Pasal 7
SANKSI ANGGOTA
(1) Sanksi dijatuhkan kepada anggota yang:
a. Sengaja mencemarkan nama baik
organisasi
b. Menggunakan nama organisasi untuk
kepentingan pribadi

(2) Jenis Sanksi


a. Teguran lisan yang diberikan 1-3 kali
dibuktikan dengan surat pernyataan/
perjanjian dari yang bersangkutan dan

38
diketahui oleh ketua PR dan PC dan
ditembuskan ke PD.
b. Teguran tertulis 1-3 kali diberikan
dalam waktu 3 bulan bila yang
bersangkutan tidak mengindahkan
teguran tersebut maka akan diberikan
sanksi pencabutan surat rekomendasi
dari OP untuk melakukan praktik
mandiri selama 6 bulan.
c. Bila selama kurun waktu yang
bersangkutan tidak mengindahkan
teguran tersebut maka sanksi yang
berlaku adalah dikeluarkan dari
anggota setelah dikonsultasikan dan
diputuskan oleh Pengurus secara
berjenjang dari Pengurus Cabang,
Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat.

Pasal 8
BERHENTI DARI KEANGGOTAAN
(1) Mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
(2) Meninggal dunia.
(3) Diberhentikan karena sesuatu hal yang
merugikan IBI.

39
BAB III
ORGANISASI

Pasal 9

(1) Tingkat Nasional:


Kepengurusan di Tingkat Nasional
dinamakan PENGURUS PUSAT ber-
kedudukan di Ibukota Negara.
(2) Tingkat Propinsi:
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan
PENGURUS DAERAH dan berkedudukan di
Ibukota Propinsi.
(3) Tingkat Kabupaten/Kota:
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota
dinamakan PENGURUS CABANG dan
berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.
(4) Tingkat Kecamatan/Institusi:
Kepengurusan di tingkat kecamatan /unit
Pelayanan Kesehatan/Institusi Pendidikan
dinamakan PENGURUS RANTING

40
BAB IV
KEPENGURUSAN

Pasal 10
PENGURUS PUSAT (PP)
(1) Susunan Pengurus Pusat:
a. Ketua Umum
b. Sekretaris Jendral
1) Tata Usaha dan Rumah Tangga
2) Hubungan Masyarakat
3) Advokasi dan Kerjasama Dalam &
Luar Negeri.
c. Ketua I
1) Bidang Organisasi
2) Bidang Hukum
3) Bidang R&D (Research &
Development / Penelitian dan
Pengembangan Organisasi)
d. Ketua II
1) Bidang Pendidikan
2) Bidang Pelatihan
3) Bidang Pelayanan
e. Bendahara
1) Bidang Administrasi Keuangan
2) Fundraising (Pencari Dana)
3) Yayasan Buah Delima
41
f. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
g. Majelis Pertimbangan Organisasi
h. Tim Teknis

(2) Ketentuan tentang Pengurus Pusat:


a. Ketua Umum dan 4 (empat) orang
pengurus terpilih disahkan oleh
Kongres IBI dengan batas usia 50-65
tahun dan minimal pendidikan Diploma-
III Kebidanan.
b. Empat orang pengurus terpilih
dimaksud dalam huruf a ditetapkan
sebagai pengurus harian yang
jabatannya ditentukan oleh Ketua
Umum terpilih secara musyawarah.
c. Ketua Umum dapat dipilih kembali,
dengan ketentuan bahwa yang
bersangkutan hanya dapat memangku
jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
d. Pengurus harian ditugaskan untuk
melengkapi susunan pengurus pusat.
e. Ketua Umum hanya dapat memangku
jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam
organisasi IBI hanya dibenarkan
42
menduduki satu jabatan, baik dalam
satu unit kepengurusan maupun untuk
jenjang kepengurusan yang berbeda.

(3) Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab


Pengurus Pusat :
a. KETUA UMUM
1) Memimpin organisasi sesuai
dengan ketentuan AD/ART serta
kebijakan yang ditetapkan oleh
Kongres IBI.
2) Mengkoordinir seluruh kegiatan
Pengurus Pusat IBI mulai dari
perencanaan, pelaksanaan
maupun evaluasi serta ber-
tanggung jawab penuh untuk
kegiatan ke dalam maupun ke luar
organisasi.
3) Mengarahkan, membina dan
mengawasi seluruh program IBI
4) Menyelenggarakan Kongres,
Rakernas dan rapat-rapat.
5) Mengadakan koordinasi dengan
MPO, MPEB, Kolegium, dan Konsil
Kebidanan.

43
b. SEKRETARIS JENDERAL
1) Mewakili Ketua Umum apabila
berhalangan, berdasarkan
pelimpahan wewenang dari Ketua
Umum.
2) Mengkoordinir kegiatan Tata
Usaha dan Rumah Tangga,
Hubungan Masyarakat, Advokasi
dan Hubungan Luar negeri.
3) Bekerjasama dengan pengurus
lainnya unntuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
4) Menandatangani cek dengan
Ketua Umum atau Bendahara
5) Menerbitkan dan menanda-tangani
surat pengesahan PD dan PC IBI
bersama Ketua Umum.
6) Menandatangani semua surat
keluar bersama Ketua Umum.
7) Membina hubungan kerjasama
dengan lintas sektor, lembaga
donor, organisasi profesi dalam
dan luar negeri dengan
berkoordinasi dengan Ketua
Umum.

44
8) Bertanggungjawab atas penge-
lolaan kesekretariatan kepada
Ketua Umum.
9) Mengendalikan kegiatan IBI
kedalam organisasi maupun luar
organisasi.
10) Menyiapkan perangkat kerja
organisasi secara umum yang
meliputi aspek legal yang
berhubungan dengan tata kerja
organisasi, pendidikan dan praktik
bidan.
11) Menjalin hubungan keluar
organisasi.
12) Menyiapkan Kongres dan Rapat
Kerja Nasional.
13) Menyiapkan Rencana Kerja
Organisasi.
14) Menyiapkan laporan tahunan,
tengah periode dan 5 tahunan.

c. KETUA I
1) Mewakili Ketua Umum apabila
berhalangan, berdasarkan
pelimpahan wewenang dari Ketua
Umum.

45
2) Mengkoordinir, mengarahkan,
membina, mengawasi pelak-
sanaan, program kerja Bidang
Organisasi, Bidang Hukum,
Bidang Penelitian dan
Pengembangan Organisasi.
3) Bekerjasama dengan pengurus
lainnya untuk kelancaran &
keberhasilan program IBI.
4) Membina Pengurus Daerah
5) Memperkuat organisasi dengan
mengadakan pelatihan, seminar,
workshop tentang organisasi,
hukum, penelitian dan
pengembangan organisasi.
6) Menyiapkan Kongres dan
Rakernas serta pertemuan periodik
IBI tingkat pusat
7) Mengkoordinasikan peraturan dan
perundang-undangan yang
berhubungan dengan organisasi
IBI, Pendidikan dan Pelayanan
Kebidanan.

d. KETUA II
1) Mewakili Ketua Umum apabila
berhalangan, berdasarkan
46
pelimpahan wewenang dari Ketua
Umum
2) Mengkoordinasikan, mengarah-
kan, membina dan mengawasi
pelaksanaan program kerja Bidang
Pendidikan, Bidang Pelatihan dan
Bidang Pelayanan Kebidanan.
3) Bekerjasama dengan pengurus
lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
4) Menyiapkan kerjasama dengan
lembaga/institusi terkait dengan
pelayanan, pendidikan dan
pelatihan.
5) Meningkatkan mutu pendidikan,
pelatihan dan pelayanan
kebidanan.

e. BENDAHARA
1) Mewakili Ketua Umum apabila
berhalangan, berdasarkan
pelimpahan wewenang dari Ketua
Umum.
2) Membuat rencana anggaran
pendapatan & belanja (RAPB)
jangka pendek dan jangka
panjang.
47
3) Mengkoordinasikan kegiatan
Bidang Administrasi Keuangan dan
Fundraising.
4) Bertanggung jawab atas
pengelolaan keuangan sesuai
ketetapan dan kebijakan
organisasi.
5) Bekerjasama dengan pengurus
lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI
6) Menandatangani cek dengan
Ketua Umum atau Sekretaris
Jenderal.
7) Mengkoordinir Yayasan Buah
Delima.

f. TIM TEKNIS
Tim Teknis dibentuk oleh Pengurus
sesuai kebutuhan dan bertanggung
jawab kepada Ketua Umum.

Pasal 11
MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK BIDAN
(MPEB)
(1) Majelis Pertimbangan Etik Bidan (MPEB)
merupakan suatu komponen dalam struktur
48
organisasi IBI yang fungsinya untuk
membina Etika dan Kode Etik Bidan
(2) Tugas MPEB :
a. Menyempurnakan pedoman
penyelesaian masalah etika profesi dan
kode etik bidan.
b. Merencanakan dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat.
c. Memberikan saran dan pertimbangan
yang perlu dalam rangka tugas
pengurus pusat.
d. Membentuk tim sesuai kebutuhan
masalah Etik Bidan.
e. Melakukan kegiatan dalam rangka
pembinaan etika dan kode etik bidan.
f. Memberikan solusi/saran berkenaan
dengan pembinaan etika dan kode etik
bidan.
g. Penanganan masalah berkenaan
dengan praktik bidan.
h. Melaporkan hasil kegiatan di bidang
tugasnya secara berkala.

49
Pasal 12
MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI
(MPO)

(1) MPO merupakan suatu komponen dalam


struktur organisasi yang fungsinya untuk
memberikan pertimbangan dalam
pengelolaan organisasi.
(2) MPO memberikan pertimbangan, masukan,
dan saran kepada pengurus harian baik
diminta maupun tidak diminta
(3) MPO Tingkat Pusat adalah Mantan
Pengurus Pusat IBI yang terpilih dan
bersedia.
(4) Unsur MPO/Pelindung di Tingkat Provinsi/
Pengurus Daerah :
a. Pelindung: Gubernur
b. Penasehat: Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
c. Mantan Pengurus Daerah IBI yang
terpilih dan bersedia.
d. Unsur terkait lainnya.
(5) Unsur MPO/Pelindung di Tingkat Kab./
Kota/ Pengurus Cabang:
a. Pelindung: Bupati/Walikota

50
b. Penasehat: Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
c. Mantan Pengurus IBI yang terpilih dan
bersedia.
d. Unsur terkait lainnya bila dibutuhkan.
(6) MPO/Pelindung di Tingkat Kecamatan/
Pengurus Ranting: Disesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat

Pasal 13
KOLEGIUM KEBIDANAN INDONESIA

(1) Untuk mengembangkan cabang ilmu dan


standar pendidikan Kebidanan, organisasi
profesi Bidan dapat membentuk kolegium
kebidanan.
(2) Kolegium Kebidanan Indonesia adalah
suatu komponen dalam struktur organisasi
IBI yang fungsinya untuk menjaga dan
meningkatkan mutu pendidikan dan
pelayanan kebidanan.
(3) Kolegium Kebidanan merupakan badan
otonom di dalam Organisasi Profesi Bidan.
(4) Kolegium Kebidanan Indonesia adalah
kumpulan para pakar profesi kebidanan

51
(midwifery) dan berkedudukan di tingkat
pusat.
(5) Anggota Kolegium Kebidanan Indonesia
dipilih oleh PP IBI dan bertanggung jawab
kepada Ketua Umum Pengurus Pusat
Ikatan Bidan Indonesia.
(6) Ketentuan tentang Kolegium Kebidanan
Indonesia diatur tersendiri.

Pasal 14
KONSIL KEBIDANAN INDONESIA

(1) Konsil Kebidanan Indonesia merupakan


Lembaga yang melaksanakan tugas secara
independent berkedudukan di ibu kota
negara Republik Indonesia.
(2) Konsil kebidanan Indonesia dibentuk untuk
meningkatkan mutu praktik bidan serta
untuk memberikan perlindungan dan
kepastian hukum kepada bidan dan
masyarakat.
(3) PPIBI menunjuk perwakilan IBI di konsil
sesuai ketentuan yang berlaku.
(4) Ketentuan tentang Konsil Kebidanan
Indonesia diatur melalui peraturan
perundangan undangan tersendiri.

52
Pasal 15
YAYASAN BUAH DELIMA

(1) Yayasan Buah Delima merupakan unit


kegiatan di bawah koordinasi bendahara
(2) Untuk kegiatan operasional dibentuk suatu
kepengurusan
(3) Yayasan Buah Delima memiliki Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
tersendiri.

Pasal 16
PENGURUS DAERAH (PD)
(1) Susunan Pengurus Daerah:
a. Ketua Pengurus Daerah
b. Sekretaris
1) Tata Usaha dan Rumah Tangga
2) Hubungan Masyarakat dan Advokasi
c. Wakil Ketua I
1) Bidang Organisasi
2) Bidang Hukum
3) Bidang Penelitian dan Pengem-
bangan Organisasi.
d. Wakil Ketua II
1) Bidang Pendidikan
53
2) Bidang Pelatihan
3) Bidang Pelayanan
e. Bendahara
1) Bidang Administrasi Keuangan
2) Fundraising (Penggali Dana)
3) Yayasan Buah Delima
f. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
g. Majelis Pertimbangan Organisasi
h. Tim Teknis

(2) Ketentuan tentang Pengurus Daerah


a. Ketua Pengurus Daerah dan 4 (empat)
orang pengurus terpilih disahkan oleh
Musyawarah Daerah dengan batas usia
45-65 tahun dan minimal pendidikan
Diploma-III Kebidanan.
b. Empat pengurus terpilih dimaksud
dalam huruf a ditetapkan sebagai
pengurus harian yang jabatannya
ditentukan oleh Ketua PD terpilih secara
musyawarah.
c. Ketua PD dapat dipilih kembali, dengan
ketentuan bahwa yang bersangkutan
hanya dapat memangku jabatan yang
sama berturut-turut dua periode.
d. Pengurus harian ditugaskan untuk
melengkapi susunan pengurus daerah.
54
e. Ketua PD hanya dapat memangku
jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam
organisasi IBI hanya dibenarkan
menduduki satu jabatan, baik dalam
satu unit kepengurusan maupun untuk
jenjang kepengurusan yang berbeda.

(3) Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab:


a. Ketua Pengurus Daerah:
1) Memimpin organisasi sesuai
dengan ketentuan AD/ART serta
kebijakan yang digariskan oleh
Pengurus Pusat IBI.
2) Mengkoordinasikan seluruh
kegiatan PD IBI mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi serta bertanggung jawab
penuh untuk kegiatan ke dalam
dan ke luar organisasi.
3) Menentukan kebijakan umum,
mengarahkan, membina dan
mengawasi seluruh program kerja
PD.
4) Menyelenggarakan Musyawarah
Daerah, Rakerda dan rapat-rapat.
55
b. Sekretaris :
1) Mewakili Ketua apabila ber-
halangan, berdasarkan pe-
limpahan wewenang dari Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarah-
kan, membina dan mengawasi
kegiatan tata usaha dan rumah
tangga, hubungan masyarakat dan
advokasi.
3) Bekerjasama dengan pengurus
lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
c. Wakil Ketua I:
1) Mewakili Ketua apabila ber-
halangan, berdasarkan pe-
limpahan wewenang dari Ketua.
2) Mengkoordinasikan,
mengarahkan, membina dan
mengawasi pelaksanaan program
kerja bidang Oganisasi, Hukum,
Penelitian dan Pengembangan
Organisasi
3) Bekerjasama dengan Pengurus
lainnya untuk kelancaran,
keberhasilan program IBI.
d. Wakil Ketua II:

56
1) Mewakili Ketua apabila
berhalangan, berdasarkan pe-
limpahan wewenang dari Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarah-
kan, membina dan mengawasi
pelaksanaan program kerja bidang
Pendidikan, Pelatihan, dan
Pelayanan.
3) Bekerjasama dengan pengurus
lainnya untuk kelancaran, keber-
hasilan program IBI.
e. Bendahara:
1) Mewakili Ketua apabila
berhalangan, berdasarkan
pelimpahan wewenang dari Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarah-
kan, membina dan mengawasi
kegiatan bidang administrasi
keuangan dan fundraising (pencari
dana), dan Yayasan Buah Delima.
3) Bertanggung jawab atas
pengelolaan keuangan organisasi
sesuai ketetapan dan kebijakan
organisasi.
4) Mencari dana untuk dinamika dan
kelangsungan organisasi.

57
5) Bekerjasama dengan Pengurus
lainnya untuk kelancaran, keber-
hasilan program IBI.
f. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
1) Merencanakan dan melaksana-
kan kegiatan sesuai dengan
kebijakan MPEB pusat
2) Melaporkan hasil kegiatan di
bidang tugasnya, secara berkala.
3) Memberikan saran dan
pertimbangan yang perlu dalam
rangka tugas PD.
4) Melakukan kegiatan berkenaan
dengan etika dan kode etik bidan.
5) Memberikan solusi/saran ber-
kenaan dengan etika dan kode
etik bidan.
6) Penanganan masalah ber-kenaan
dengan praktik bidan.
7) Melaksanakan pembinaan Etik
Bidan.
8) Mempelajari dan meng-identifikasi
etika profesi dan kode etik bidan.
9) Meningkatkan penerapan etika
profesi dan kode etik bidan melalui
pelatihan, seminar dan lain-lain.

58
10) Membina dan mengawasi
penerapan etika profesi dan kode
etik bidan secara berkala/ber-
kesinambungan.
11) Bila terjadi penyimpangan
pelaksanaan etika profesi dan
kode etik bidan, segera
melaporkan ke MPEB tingkat
pusat.
12) Berkoordinasi dengan MPEB
Pusat untuk menyelesaikan
masalah etik melalui pengurus
daerah.
g. Majelis Pertimbangan Organisasi
Majelis Pertimbangan Organisasi
memberikan pertimbangan, masukan,
saran kepada pengurus harian dalam
pengelolaan organisasi di tingkat
Provinsi.
h. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung di
koordinasi oleh Bendahara PD,
kegiatan YBD diatur dalam Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga
tersendiri.
i. Tim Teknis
59
Tim Teknis dibentuk oleh Pengurus
sesuai kebutuhan dan bertanggung
jawab kepada Ketua Pengurus Daerah.

Pasal 17
PENGURUS CABANG (PC)
(1) Susunan Pengurus Cabang
a. Ketua Pengurus Cabang
b. Sekretaris
1) Tata Usaha dan Rumah Tangga
2) Hubungan Masyarakat dan
Advokasi
c. Wakil Ketua I
1) Bidang Organisasi
2) Bidang Hukum
3) Bidang Penelitian dan
Pengembangan Organisasi
d. Wakil Ketua II
1) Bidang Pendidikan
2) Bidang Pelatihan
3) Bidang Pelayanan
e. Bendahara
1) Bidang Administrasi Keuangan
2) Fundraising (Penggali Dana)
3) Yayasan Buah Delima
d. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
60
e. Majelis Pertimbangan Organisasi
f. Tim Teknis

(2) Ketentuan tentang Pengurus Cabang


a. Ketua Pengurus Cabang dan empat
pengurus terpilih disahkan oleh
Musyawarah Cabang dengan batas
usia 40-65 tahun dan minimal
pendidikan Diploma-III Kebidanan.
b. Empat pengurus terpilih dimaksud
dalam huruf a ditetapkan sebagai
pengurus harian yang jabatannya
ditentukan oleh Ketua PC terpilih
secara musyawarah.
c. Ketua PC dapat dipilih kembali,
dengan ketentuan bahwa yang
bersangkutan hanya dapat
memangku jabatan yang sama
berturut-turut dua periode.
d. Pengurus harian ditugaskan untuk
melengkapi susunan pengurus
cabang.
e. Ketua PC hanya dapat memangku
jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam
organisasi IBI hanya dibenarkan
61
menduduki satu jabatan, baik dalam
satu unit kepengurusan maupun
untuk jenjang kepengurusan yang
berbeda.

(3) Tugas, Wewenang dan Tanggung


Jawab:
a. Ketua Cabang:
1) Memimpin organisasi sesuai
dengan ketentuan AD dan ART
serta kebijakan yang ditentukan
Pengurus Pusat IBI melalui PD
IBI.
2) Mengkoordinasikan seluruh
kegiatan Cabang mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasinya serta bertanggung
jawab penuh untuk kegiatan ke
dalam dan ke luar organisasi.
3) Menentukan kebijakan umum,
mengarahkan, membina dan
mengevaluasi seluruh program
Pengurus Cabang.
4) Menyelenggarakan Muscab,
Rakercab dan rapat-rapat.
5) Membentuk Tim Teknis sesuai
kebutuhan
62
b. Sekretaris:
1) Mewakili Ketua apabila ber-
halangan, berdasarkan pe-
limpahan wewenang dari
Ketua.
2) Mengkoordinasikan kegiatan
Tata Usaha dan Rumah
Tangga, Hubungan Masyarakat
dan Advokasi.
3) Bekerjasama dengan Pengurus
lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
c. Wakil Ketua I :
1) Mewakili Ketua apabila
berhalangan, berdasarkan
pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2) Mengkoordinasikan, meng-
arahkan, membina dan meng-
awasi pelaksanaan program
kerja bidang Organisasi,
Hukum, Penelitian dan
Pengem-bangan Organisasi.
3) Melakukan pembinaan
anggota.

63
4) Bekerjasama dengan Pengurus
lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
d. Wakil Ketua II :
1) Mewakili Ketua apabila
berhalangan, berdasarkan
pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2) Mengkoordinasikan,
mengarahkan, membina dan
mengawasi pelaksanaan
program kerja Bidang
Pendidikan, Pelatihan dan
Pelayanan.
3) Melakukan pembinaan
anggota.
4) Bekerjasama dengan pengurus
lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
e. Bendahara :
1) Mewakili Ketua apabila
berhalangan, berdasarkan
pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2) Mengkoordinasikan,
mengarahkan, membina dan
mengawasi kegiatan Bidang
64
Administrasi Keuangan, Bidang
Fundraising (penggali dana),
dan Yayasan Buah Delima.
3) Bertanggung jawab atas
pengelolaan keuangan
organisasi sesuai ketetapan
dan kebijakan Pengurus
Harian.
4) Bekerjasama dengan Pengurus
lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
f. Majelis Pertimbangan Etik Bidan:
1) Merencanakan dan melak-
sanakan kegiatan sesuai
dengan kebijakan MPEB pusat
2) Melaporkan hasil kegiatan di
bidang tugasnya, secara
berkala.
3) Memberikan saran dan
pertimbangan yang perlu dalam
rangka tugas PC.
4) Melakukan kegiatan berkenaan
dengan etika dan kode etik
bidan.
5) Memberikan solusi/saran
berkenaan dengan etik dan
kode etik bidan.
65
6) Penanganan masalah ber-
kenaan dengan praktik bidan.
7) Melaksanakan pembinaan Etik
Bidan.
e. Majelis Pertimbangan Organisasi
(MPO) tingkat cabang
Majelis Pertimbangan Organisasi
memberikan pertimbangan,
masukan, saran kepada pengurus
harian dalam pengelolaan
organisasi di tingkat cabang.
g. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung
dikoordinir oleh Bendahara PC,
kegiatan YBD diatur dalam
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga tersendiri.
h. Tim Teknis
Tim Teknis dibentuk oleh Pengurus
sesuai kebutuhan dan bertanggung
jawab kepada Ketua Pengurus
Cabang.

66
Pasal 18
PENGURUS RANTING (PR)
(1) Susunan Pengurus Ranting:
a. Pelindung/Penasehat
b. Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-seksi yang dibentuk sesuai
kebutuhan
(2) Ketentuan tentang Pengurus Ranting:
a. Ketua Ranting dan 2 (dua) pengurus
dipilih dan disahkan oleh
Musyawarah Ranting (Musran) IBI
untuk jangka waktu sampai Musran
berikutnya dengan batas usia 30-65
tahun dan minimal pendidikan
Diploma-III Kebidanan.
b. Dua (2) Pengurus terpilih lainnya
ditetapkan sebagai Pengurus
Harian yang jabatannya ditentukan
oleh Ketua Ranting terpilih.
c. Pengurus harian ditugaskan untuk
melengkapi susunan Pengurus
Ranting.
d. Setiap anggota pengurus dalam
organisasi IBI hanya dibenarkan

67
menduduki satu jabatan, baik dalam
satu unit kepengurusan maupun
untuk jenjang kepengurusan yang
berbeda.
(3) Tugas, Wewenang dan Tanggung
Jawab :
a. Pelindung/Penasehat : sesuai
situasi dan kondisi Ranting
b. Ketua Ranting :
1) Memimpin organisasi sesuai
dengan ketentuan AD/ART
serta kebijakan yang ditentukan
Pengurus Daerah melalui
Pengurus Cabang.
2) Menentukan kebijakan umum,
mengarahkan, membina dan
mengevaluasi seluruh program
Ranting.
3) Bertanggung jawab penuh atas
kegiatan ke luar dan ke dalam
organisasi.
4) Menyelenggarakan Musya-
warah ranting dan rapat-rapat
ranting.
c. Sekretaris :
1) Mewakili Ketua apabila
berhalangan, berdasarkan
68
pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2) Mengkoordinasikan kegiatan
sekretariat dan umum.
3) Bekerjasama dengan anggota
Pengurus lainnya untuk
kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
d. Bendahara:
1) Mewakili Ketua apabila
berhalangan, berdasarkan
pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2) Bertanggung jawab atas
pengelolaan keuangan
organisasi sesuai ketetapan
dan kebijakan organisasi.
3) Mencari dana untuk dinamika
dan keberlangsungan
organisasi.
4) Bekerjasama dengan Pengurus
lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
e. Seksi (yang dibutuhkan):
1) Merencanakan dan melak-
sanakan kegiatan seksi sesuai

69
dengan ketetapan Pengurus
Ranting.
2) Melaporkan hasil kegiatan di
bidang tugasnya secara
berkala.
3) Memberikan saran dan
pertimbangan yang diperlu-kan
dalam rangka tugas Pengurus
Ranting.

BAB V
TUGAS, KEWENANGAN, HAK, SANKSI
DAN BERHENTI DARI PENGURUS

Pasal 19
TUGAS DAN KEWENANGAN
PENGURUS PUSAT

(1) Melaksanakan Rencana Strategis yang


ditetapkan oleh Kongres. Menyusun draft
Rencana Strategis dan menetapkan
kebijakan organisasi secara nasional
untuk periode kepengurusan berikutnya.
(2) Menyusun dan melaksanakan rencana
kerja tahunan.

70
(3) Membina dan mengembangkan
kerjasama dengan instansi Pemerintah,
LSM, organisasi wanita, organisasi profesi
kesehatan dan profesi lainnya, baik di
dalam maupun di luar negeri.
(4) Menyelenggarakan pelatihan, penelitian,
pertemuan ilmiah, seminar dan lokakarya
dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan anggota/pengurus serta
mendorong penerapan kode etik bidan,
menyelenggarakan program kerja/
proyek.
(5) Menyelenggarakan Kongres.
(6) Menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional.
(7) Menerbitkan buku AD-ART selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Kongres.
(8) Membimbing pelaksanaan Musyawarah
Daerah.
(9) Mengesahkan dan melantik Pengurus
Daerah.
(10) Mencari alternatif solusi masalah
organisasi yang tidak terpecahkan dalam
jajaran IBI.
(11) Mengelola uang pangkal, iuran anggota &
pendapatan dari sumber lain serta
mengusahakan dana bagi organisasi

71
dengan jalan yang syah dan tidak
mengikat.
(12) Melaksanakan kunjungan kerja untuk
pembinaan dan pengembangan
organisasi.
(13) Menyelenggarakan administrasi dan
dokumentasi.
(14) Mengesahkan pendirian Pengurus
Daerah dan Pengurus Cabang yang baru
dibentuk
(15) Menerbitkan surat pengesahan Susunan
Pengurus Daerah dan Cabang.
(16) Mencari alternatif pemecahan masalah
hukum yang dihadapi oleh kepengurusan
dan anggota IBI.
(17) Mensosialisasikan dan mempublikasikan
kegiatan organisasi secara berkala.
(18) Membuat inventaris milik organisasi.
(19) Mengadakan dan mendistribusikan
atribut, buku-buku pedoman, protap
pelayanan, majalah Bidan dan lain-lain
(20) Menyelenggarakan pengawasan,
pemeliharaan barang bangunan
milik/kekayaan organisasi.
(21) Membentuk dan mengembangkan
Yayasan Buah Delima.

72
(22) Membentuk dan mengembangkan Majelis
Pertimbangan Organisasi.
(23) Membentuk dan mengembangkan Majelis
Pertimbangan Etik Bidan.
(24) Membentuk dan mengembangkan
Kolegium.
(25) Membentuk Kepengurusan.
(26) Membuat registrasi anggota sesuai
dengan laporan Ketua PD.
(27) Menerbitkan Kartu Tanda Anggota (KTA)
IBI
(28) Membuat profil IBI secara Nasional

Pasal 20
TUGAS DAN KEWENANGAN
PENGURUS DAERAH

(1) Menindaklanjuti Rencana Strategi (Renstra)


yang sudah disahkan kongres sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah dan
membuat rencana kerja.
(2) Membina dan mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan organisasi di tingkat
propinsi.
(3) Membina dan mengembangkan kerjasama
dengan instansi Pemerintah, LSM,

73
organisasi perempuan, organisasi profesi
kesehatan dan profesi lainnya.
(4) Menyelenggarakan Musda dan
mempertanggung jawabkan seluruh
kegiatan Pengurus Daerah.
(5) Membentuk cabang dan melantik Pengurus
Cabang.
(6) Menerbitkan surat pengesahan Pengurus
Ranting.
(7) Menyelenggarakan Rakerda.
(8) Mencari alternatif pemecahan masalah
hukum yg dihadapi oleh kepengurusan &
anggota IBI.
(9) Membimbing pelaksanaan Muscab.
(10) Melaporkan semua kegiatan kepada
Pengurus Pusat IBI secara periodik.
(11) Melaksanakan pembinaan kepada
Pengurus Cabang.
(12) Menyelenggarakan seminar, lokakarya,
pelatihan, pendidikan berkelanjutan,
penelitian untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta mutu
pelayanan Kebidanan, pendistribusian
atribut, buku-buku pedoman, protap
pelayanan, majalah Bidan dan lain-lain
(13) Menyelenggarakan administrasi dan
dokumentasi.
74
(14) Mengelola uang pangkal dan iuran anggota
serta mengusahakan dana bagi organisasi.
(15) Membentuk dan mengembangkan yayasan
buah delima.
(16) Membentuk dan mengembangkan Majelis
Pertimbangan Organisasi.
(17) Membentuk dan mengembangkan MPEB
(18) Membentuk kepengurusan Cabang baru
(19) Membuat registrasi anggota sesuai laporan
Ketua Cabang.
(20) Mengajukan KTA kepada PP atas ajuan
PC.
(21) Membuat profil IBI Daerah.

Pasal 21
TUGAS DAN KEWENANGAN
PENGURUS CABANG

(1) Menindaklanjuti Renstra yang telah dibuat


oleh Pengurus Daerah.
(2) Membuat rencana kerja tahunan
(3) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan
sesuai kebutuhan, situasi dan kondisi
daerah masing-masing dengan memper-
timbangkan kebijakan Pengurus Daerah.

75
(4) Membina dan mengembangkan hubungan
kerjasama dengan instansi pemerintah
setempat, organisasi profesi, organisasi
perempuan dan LSM.
(5) Menyelenggarakan Musyawarah Cabang
dan mempertanggungjawabkan kegiatan
yang telah dilaksanakan.
(6) Membentuk Ranting dan melantik Pengurus
Ranting.
(7) Membimbing pelaksanaan rapat Ranting.
(8) Melaporkan semua kegiatan secara
berkala ke Pengurus Daerah.
(9) Melaksanakan pembinaan kepada
Pengurus Ranting.
(10) Menyelenggarakan seminar, lokakarya dan
mengikut-sertakan anggota dalam
pelatihan yang diselenggarakan oleh
Pengurus Daerah maupun Pengurus Pusat.
(11) Membuat registrasi anggota,
(12) Mengajukan KTA melalui Pengurus Daerah
(13) Menyelenggarakan administrasi dan
dokumentasi.
(14) Mengelola uang pangkal dan iuran anggota
serta mengusahakan dana bagi organisasi
dengan jalan yang sah dan tidak mengikat.
(15) Membuat profil IBI Cabang.

76
Pasal 22
TUGAS DAN KEWENANGAN
PENGURUS RANTING

(1) Melaksanakan kegiatan berdasarkan


kebijaksanaan Pengurus Cabang.
(2) Membina dan mengembangkan hubungan
kerjasama dengan instansi pemerintah,
organisasi profesi dan LSM.
(3) Menyelenggarakan Musyawarah Ranting
dan mempertanggungjawabkan hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan.
(4) Membuat registrasi anggota.
(5) Mengajukan KTA melalui PC.
(6) Menyelenggarakan administrasi dan
dokumentasi organisasi.
(7) Mengelola uang pangkal dan iuran anggota
serta mengusahakan dana bagi organisasi
dengan jalan yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 23
HAK PENGURUS
(1) Pengurus berhak mewakili organisasi sesuai
kewenangan/bidang/majelis/seksi masing-
masing.
(2) Pengurus berhak mengeluarkan pendapat.
77
(3) Pengurus berhak memperoleh peng-
hargaan sesuai dengan prestasi/ kinerja
yang telah dicapai.
(4) Seluruh pengurus berhak diperlakukan yang
sama, sejajar/sederajat dalam
melaksanakan program organisasi.
(5) Pengurus berhak memperoleh per-
lindungan hukum.
(6) Pengurus memperoleh santunan bilamana
mendapat kecelakaan dalam tugas sesuai
kemampuan/kondisi organisasi.

Pasal 24
SANKSI PENGURUS
(1) Pengurus dikenakan sanksi apabila:
a. Tidak melaksanakan tugas yang
dibebankan selama 3 bulan berturut-
turut.
b. Tidak dapat beradaptasi dan bekerja
secara tim dalam kepengurusan yang
berakibat mengganggu kelancaran
organisasi.
c. Mencemarkan nama baik/citra
organisasi.
d. Terkena tindak pidana.

78
(2) Jenis Sanksi
a. Teguran lisan yang diberikan 1-3 kali
dibuktikan dengan surat pernyataan
/perjanjian dari yang bersangkutan dan
diketahui oleh ketua PR dan PC dan
ditembuskan ke PD.
b. Teguran tertulis 1-3 kali diberikan dalam
waktu 3 bulan bila yang bersangkutan
tidak mengindahkan teguran tersebut
maka akan diberikan sanksi pencabutan
surat rekomendasi dari OP untuk
melakukan praktik mandiri selama 6
bulan.
c. Bila selama kurun waktu yang
bersangkutan tidak mengindahkan
teguran tersebut maka sanksi yang
berlaku adalah diberi surat
pemberhentian sebagai Pengurus.

(3) Mekanisme pemberian sanksi dijabarkan


dalam juklak organisasi.

79
Pasal 25
BERHENTI DARI PENGURUS

(1) Apabila Ketua Umum/Ketua PD/Ketua


PC/Ketua PR tidak bisa melaksanakan tugas
karena berhalangan tetap dan atau
mengundurkan diri atau meninggal sebelum
selesai masa bakti, maka tugas Ketua
dijabat oleh salah satu Pengurus harian yang
mendapat suara terbanyak kedua dalam
Kongres/Musda/Muscab/ Musran atas
kesepakatan rapat pengurus serta disahkan
oleh Pengurus Pusat.
(2) Apabila salah satu anggota pengurus tidak
dapat melaksanakan tugas secara
fisik/mental dan atau meninggal sebelum
selesai masa bakti serta berhalangan hadir
tetap, maka tugas anggota pengurus
tersebut digantikan oleh anggota atas
penunjukkan oleh Ketua Umum/Ketua
PD/Ketua PC/Ketua PR dan disepakati oleh
seluruh anggota pengurus setempat.
(3) Alasan Berhenti dari Pengurus
a. Absen dari Kepengurusan 6 bulan tanpa
ada keterangan

80
b. Terpidana
c. Sakit Berat
d. Meninggal

BAB VI
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT-
RAPAT

Pasal 26
KONGRES

(1) Kongres:
a. Merupakan wadah/forum tertinggi dalam
organisasi IBI untuk menetapkan dasar
dan tujuan organisasi serta kebijakan
secara nasional.
b. Kongres dilaksanakan satu kali dalam
masa kepengurusan.
c. Di antara dua Kongres diadakan Rapat
Kerja Nasional.

(2) Ketentuan Kongres:


a. Kongres dilaksanakan 5 tahun sekali,
sesuai dengan masa kepengurusan.

81
b. Tempat pelaksanaan Kongres di
Jakarta.
c. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat,
Utusan Pengurus Daerah dan Utusan
Pengurus Cabang.
d. Kongres dapat dianggap sah apabila
dihadiri oleh separuh ditambah satu
dari jumlah cabang yang ada.
e. Kongres dilaksanakan oleh Panitia
Kongres yang dibentuk dan disahkan
oleh Pengurus Pusat.
f. Pimpinan Kongres dipilih oleh peserta
Kongres.
g. Peserta Kongres berwenang menerima
atau menolak laporan pertanggung-
jawaban Pengurus Pusat.
h. Tujuan Kongres:
1) Menyempurnakan dan
mengesahkan AD dan ART.
2) Menyusun dan mengesahkan
Renstra.
3) Mengesahkan laporan per-
tanggungjawaban Pengurus
Pusat.
4) Mengesahkan perangkat
organisasi yang disepakati.

82
5) Memilih dan mengesahkan Ketua
Umum dan Pengurus Harian
Pengurus Pusat melalui penerapan
sistem pemilihan yang telah baku.
6) Melantik Ketua Umum dan 4
pengurus harian terpilih.
(3) Kongres Luar Biasa :
Kongres Luar Biasa diadakan apabila : 2/3
(dua per tiga) dari jumlah cabang yang ada
di seluruh Indonesia menyatakan tidak
percaya atas pimpinan Ketua Umum IBI.
(4) Tata cara penyelenggaraan Kongres diatur
dalam Petunjuk Pelaksanaan Organisasi.

Pasal 27
MUSYAWARAH DAERAH
(1) Musyawarah Daerah:
a. Merupakan wadah/forum untuk
musyawarah dan menetapkan kebijakan
pelaksanaan tugas di daerah
berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat
dan Keputusan Kongres IBI.
b. Musda dilaksanakan satu kali dalam
masa kepengurusan.

83
c. Di antara dua musyawarah daerah
diadakan Rapat Kerja Daerah

(2) Ketentuan Musyawarah Daerah:


a. Musyawarah Daerah dilaksanakan 5
tahun sekali, sesuai masa
kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera, selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah
Kongres.
c. Dihadiri oleh pengurus daerah, wakil dari
pengurus pusat, dan utusan
cabang/ranting.
d. Musyawarah Daerah dianggap sah
apabila dihadiri oleh separuh +
(ditambah) satu jumlah cabang yang
ada.
e. Musda dilaksanakan oleh panitia Musda
yang dibentuk oleh Pengurus Daerah.
f. Pimpinan Musda dipilih oleh peserta
Musda.
g. Peserta Musda berwenang menerima
atau menolak laporan per-
tanggungjawaban pengurus daerah.
h. Tujuan Musyawarah Daerah:
1) Menyampaikan informasi tentang
perubahan AD dan ART sesuai
84
keputusan Kongres kepada peserta
Musda.
2) Menyusun dan mengesahkan
program kerja daerah, berdasarkan
keputusan Kongres, kebijakan
pengurus pusat dan disesuaikan
dengan situasi serta kondisi daerah.
3) Membahas dan mengesahkan
laporan pertanggungjawaban
pengurus daerah.
4) Memilih pengurus daerah melalui
penerapan sistem pemilihan yang
telah baku.
5) Melantik Ketua dan 4 Pengurus
Daerah Terpilih.

(3) Musyawarah Daerah Luar Biasa:


Musyawarah Daerah Luar Biasa diadakan
apabila 2/3 (dua per tiga) dari jumlah cabang
dalam satu wilayah propinsi menyatakan
tidak percaya atas pemimpin Ketua
Pengurus Daerah.
(4) Tata cara penyelenggaraan Musyawarah
Daerah diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi.

85
Pasal 28
MUSYAWARAH CABANG

(1) Musyawarah Cabang:


a. Merupakan wadah/forum untuk
musyawarah dan menetapkan kebijakan
organisasi dalam wilayah cabang
berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat
melalui Pengurus Daerah.
b. Muscab dilaksanakan sekali dalam
masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah cabang
diadakan Rapat Kerja Cabang.

(2) Ketentuan Musyawarah Cabang:


a. Musyawarah Cabang dilaksanakan 5
tahun sekali, sesuai masa
kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera, selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah
Musda.
c. Dihadiri oleh pengurus cabang, utusan
pengurus ranting dan wakil dari
pengurus daerah.

86
d. Musyawarah Cabang dianggap sah
apabila dihadiri oleh separuh +
(ditambah) satu jumlah ranting yang
ada.
e. Muscab dilaksanakan oleh panitia
Muscab yang dibentuk oleh Pengurus
Cabang.
f. Pimpinan Muscab dipilih oleh peserta
Muscab.
g. Peserta Muscab berwenang menerima
atau menolak laporan
pertanggungjawaban pengurus cabang.
h. Tujuan Musyawarah Cabang:
1) Menyampaikan informasi tentang
perubahan AD dan ART sesuai
keputusan Kongres kepada peserta
Muscab
2) Menyusun dan mengesahkan
program kerja cabang, berdasarkan
keputusan Kongres, kebijakan
pengurus pusat/daerah dan
disesuaikan dengan situasi serta
kondisi cabang.
3) Membahas dan mensahkan laporan
pertanggung jawaban pengurus
cabang.

87
4) Memilih pengurus cabang melalui
penerapan sistem pemilihan yang
telah baku.
5) Melantik Ketua dan 4 Pengurus
Cabang Terpilih
(3) Musyawarah Cabang Luar Biasa:
Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan
apabila 2/3 dari pengurus ranting
menyatakan tidak percaya atas pimpinan
Ketua Cabang.
(4) Tata cara penyelenggaraan Musyawarah
Cabang diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi.

Pasal 29
MUSYAWARAH RANTING

(1) Musyawarah Ranting


a. Musyawarah anggota di ranting
merupakan wadah/forum untuk
menentukan kebijakan organisasi di
tingkat ranting berdasarkan kebijakan
PP melalui PD dan PC.
b. Musran dilaksanakan sekali dalam masa
kepengurusan.

88
c. Di antara dua musyawarah ranting
diadakan Rapat Kerja Ranting.

(2) Ketentuan Musyawarah Ranting


a. Musyawarah Ranting dilaksanakan 5
tahun sekali, sesuai masa
kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera (selambatnya 6
bulan) setelah musyawarah cabang.
c. Dihadiri oleh pengurus dan anggota
ranting serta wakil pengurus cabang.
d. Musyawarah ranting dianggap sah
apabila dihadiri oleh ½ ditambah 1(satu)
orang dari jumlah anggota.
e. Dilaksanakan oleh panitia Musran yang
dibentuk oleh Pengurus Ranting.
f. Tujuan Musyawarah ranting:
1) Menyampaikan informasi tentang
perubahan AD dan ART sesuai
dengan keputusan Kongres.
2) Menyusun rencana kegiatan
organisasi di tingkat ranting
berdasarkan Renstra IBI,
keputusan Musda dan Muscab.
3) Membahas dan mengesahkan
laporan pertanggung jawaban
pengurus ranting.
89
4) Memilih pengurus ranting.
5) Melantik Ketua Pengurus Ranting
terpilih

(3) Musyawarah Ranting Luar Biasa:


Musyawarah Ranting Luar Biasa diadakan
apabila 2/3 dari anggota menyatakan tidak
percaya atas pimpinan Ketua Ranting.
(4) Tata cara penyelenggaraan Musyawarah
Ranting diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi.

Pasal 30
RAPAT KERJA NASIONAL
(1) Rapat kerja nasional dilaksanakan diantara
dua kongres.
(2) Dihadiri oleh pengurus pusat, utusan
pengurus daerah dan utusan pengurus
cabang.
(3) Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh panitia
pengarah dan dilaksanakan oleh panitia
pelaksana yang disahkan oleh Pengurus
Pusat
(4) Rapat Kerja Nasional bertujuan untuk :

90
a.Mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
b. Menyempurnakan rencana kegiatan
yang akan datang.
c. Menetapkan tempat penyelenggaraan
Rakernas yang akan datang.
d. Membahas hal yang dianggap penting.
(5) Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja
Nasional diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi.

Pasal 31
RAPAT KERJA DAERAH

(1) Rapat kerja daerah dilaksanakan antara


dua Musda.
(2) Dihadiri oleh wakil Pengurus Pusat,
Pengurus Daerah, utusan Pengurus
Cabang dan utusan Pengurus Ranting.
(3) Rapat kerja daerah diselenggarakan oleh
panitia yang disahkan oleh Pengurus
Daerah.
(4) Rapat Kerja Daerah bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilaksanakan.

91
b. Menyempurnakan rencana kegiatan
yang akan datang.
c. Menetapkan tempat penyeleng-garaan
Rakerda yang akan datang.
d. Membahas hal yang dianggap penting.
(5) Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja
Daerah diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi.

Pasal 32
RAPAT KERJA CABANG

(1) Rapat kerja cabang dilaksanakan antara


dua Muscab.
(2) Dihadiri oleh wakil Pengurus Daerah,
Pengurus Cabang dan utusan Pengurus
Ranting.
(3) Rapat kerja cabang diselenggarakan oleh
panitia yang disahkan oleh pengurus
cabang.
(4) Rapat Kerja Cabang bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
b. Menyempurnakan rencana kegiatan
yang akan datang.
c. Membahas hal yang dianggap penting.

92
(5) Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja
Cabang diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi.

Pasal 33
RAPAT KERJA RANTING

(1) Rapat kerja ranting dilaksanakan antara


dua Musran.
(2) Dihadiri oleh wakil pengurus cabang dan
pengurus dan anggota ranting.
(3) Rapat kerja ranting diselenggarakan oleh
panitia yang disahkan oleh pengurus
ranting.
(4) Rapat Kerja Ranting bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
b. Menyempurnakan rencana kegiatan
yang akan datang.
c. Membahas hal yang dianggap penting.
(5) Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja
Ranting diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi.

93
BAB VII
HAK SUARA

Pasal 34
(1) Dalam Kongres, Musyawarah Daerah,
Musyawarah Cabang dan Musyawarah
Ranting hanya anggota aktif yang
mempunyai hak suara.
(2) Dalam Kongres dan Musyawarah Daerah
suara diwakili oleh utusan cabang yang
mendapatkan mandat, dalam Muscab suara
diwakili oleh utusan ranting yang
mendapatkan mandat.
(3) Dalam Kongres, bagi cabang yang tidak
hadir, hak suara dapat diwakilkan kepada
utusan PD yang membawa mandat.
(4) Dalam kegiatan Kongres, masing-masing
cabang mempunyai hak suara menurut
perbandingan jumlah anggota aktif dalam
cabang yang mewakili sebagai berikut :
a. 75 orang anggota = 1 (satu) suara.
b. Setiap kelipatan 75 anggota
berikutnya mendapatkan 1 (satu)
suara.
c. Kelebihan dari kelipatan 75 lebih dari
½ (setengah), dibulatkan menjadi 1
94
(satu) suara. Kelebihan kurang dari ½
(setengah) dapat ditambahkan pada
cabang lain atau ditarik ke cabang lain.
(5) Dalam Musyawarah Daerah, Musyawarah
Cabang hak suara menurut perbandingan
jumlah anggota aktif dalam cabang yang
ditentukan pada tata tertib Musyawarah
Daerah dan Musyawarah Cabang sesuai
dengan kondisi setempat.

BAB VIII
KEUANGAN

Pasal 35
Keuangan IBI diperoleh dari:
1. Uang pangkal,
2. Uang iuran anggota,
3. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah
dan tidak mengikat.
4. Penerimaan lain yang sah.
5. Usaha lain yang sah.

95
Pasal 36
Uang pangkal dan iuran anggota ditentukan
sebagai berikut:
1. Uang pangkal sebesar Rp 25.000 (Dua Puluh
Lima Ribu Rupiah) tiap anggota.
2. Iuran bulanan anggota sebesar Rp.10.000
(Sepuluh Ribu Rupiah) tiap anggota per
bulan.
3. Iuran dibayar di Ranting/Cabang dimana
bidan terdaftar sebagai anggota.
4. Iuran anggota partisipatif dibayarkan di
ranting tempat terdaftar sebagai anggota
partisipatif.

Pasal 37
1. Penggunaan uang pangkal dan iuran
anggota cabang diatur sebagai berikut:
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 75% untuk Pengurus Cabang (yang
tidak mempunyai ranting).
2. Penggunaan uang pangkal dan iuran
anggota ranting diatur sebagai berikut :
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah

96
c. 25% untuk Pengurus Cabang
d. 50% untuk Pengurus Ranting
3. Tata cara pengelolaan keuangan selanjutnya
diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi.

BAB IX
PENUTUP

Pasal 38
Hal-hal yang belum tercakup dalam Anggaran
Rumah Tangga ini, akan diatur kemudian dalam
aturan khusus oleh Pengurus Pusat IBI.

Pasal 39
Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dalam
Kongres XVI IBI tahun 2018 di Jakarta,
sedangkan sistematika dan redaksinya
disempurnakan oleh Panitia Kongres bersama-
sama dengan Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia.

97
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Oktober 2018

KONGRES XVI IKATAN BIDAN INDONESIA

PIMPINAN KONGRES

Ketua : Hj. Taty Nurti, SPd, M.Kes.

Sekretaris : Hj. Suriani B., SKM, MSc.

Anggota : Hj. E. Widyani, Sj., SKM, MQIH.

Anggota : Tuminah Wiratnoko, SIP, MM.

Anggota : G.U. Masyitha, SKM, M.Kes.

98
ORGANOGRAM
IKATAN BIDAN INDONESIA

99
ORGANOGRAM PENGURUS PUSAT
IKATAN BIDAN INDONESIA

100
ORGANOGRAM PENGURUS DAERAH
IKATAN BIDAN INDONESIA

101
ORGANOGRAM PENGURUS CABANG
IKATAN BIDAN INDONESIA

102
ORGANOGRAM PENGURUS RANTING
IKATAN BIDAN INDONESIA

103
SUSUNAN PENGURUS PUSAT
IKATAN BIDAN INDONESIA
MASA BAKTI 2018-2023

Ketua Umum : Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes

Sekretaris Jenderal : Dr. Ade Jubaedah, SSiT, MM,


MKM
Tata Usaha & Rumga : Sri Setiyati
Humas : Ida Ayu Citarasmi, SSiT, MKM
Advokasi & Kerjasama : Laurensia Lawintono, MSc
Dalam & Luar Negeri
Ketua I : Nunik Endang S, SST, SH, MSc
Organisasi : Sri Poerwaningsih, SST, SKM,
M.Kes
Hukum : Herlyssa, SST, MKM.
Penelitian dan : Dra. Maryanah, AmKeb, M.Kes.
Pengembangan

Ketua II : Yetty Leoni Irawan, MSc


Pendidikan : Dr. Indra Supradewi, MKM
Pelatihan : Tuti Sukaeti, SPd, SST, M. Kes
Pelayanan : Siti Romlah, MKM

Bendahara : Heru Herdiawati, SST, SH, MH


Administrasi Keuangan : Sri Martini
Fund Rising : Ratna Chairani, SST, M.Kes

Ketua YBD : Dra. Misfita Farida, SKM, M.Kes

104
Majelis Pertimbangan Organisasi:
- Nur Ainy Madjid, SKM
- Tuminah Wiratnoko, SIP, MM

Majelis Pertimbangan Etik Bidan:


Aan Andanawaty, SST, MM.Kes

Tim Teknis : Sesuai Kebutuhan

105
HYMNE IBI
Ciptaan: Bidan Kartini*

Setiap waktu ku berjuang


Untuk kemanusiaaan
Itulah semua tugasku
Yang tak mengenal waktu

Berat terasa ringan


Tugas seorang bidan
Ku tak ingin tanda jasa
Semua hanya ikhlas adanya

Ikatan bidan Indonesia


Berasas pancasila
Seluruh jiwa dan ragaku
Demi bahagia seluruh bangsaku

*Bidan kartini: Anggota IBI Cabang Jakarta


Selatan

106
MARS IBI

Cipt: Anwar N
Lirik: Adhyati H (PDIBI Aceh)

Marilah seluruh warga bidan


di kawasan Nusantara
Berhimpun di dalam satu wadah
Ikatan Bidan Indonesia

Membela dan setia mengamalkan


ajaran Pancasila
Bekerja dengan tulus ikhlas
Mengabdi mengemban amanat bangsa

Ingatlah sumpah jabatan kita kepada Tuhan


Yang kita ikrarkan bersama
slalu jadikan pegangan

Janganlah membuat perbedaan


antara miskin kaya
Tugas sucimu sbagai penyelamat
Seluruh wanita di mayapada

107
SEJARAH
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan


bahwa tanggal 24 Juni 1951 dipandang sebagai
hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI
tersebut didasarkan atas hasil konferensi bidan
pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni
1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan
senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi
bidan pertama tersebut telah berhasil
meletakkan landasan yang kuat serta arah yang
benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu
mendirikan sebuah organisasi profesi bernama
Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk
kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pada konferensi IBI tersebut juga dirumuskan
tujuan IBI, yaitu:
a. Menggalang persatuan dan persaudaraan
antar sesama bidan serta kaum wanita pada
umumnya, dalam rangka memperkokoh
persatuan bangsa.
b. Membina pengetahuan dan keterampilan
anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan Kesehatan Ibu

108
dan Anak (KIA) serta kesejahteraan
keluarga.
c. Membantu pemerintah dalam pembangunan
nasional, terutama dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
d. Meningkatkan martabat dan kedudukan
bidan dalam masyarakat.

Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun


ke tahun IBI terus berkembang dengan hasil-
hasil perjuangannya yang semakin nyata dan
telah dapat dirasakan manfaatnya baik oleh
masyarakat maupun pemerintah sendiri.

Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai


pemrakarsa konferensi tersebut adalah: Ibu Selo
Soemardjan, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu
Salikun, Ibu Sukaesih, Ibu Ipah dan Ibu S.
Margua, yang selanjutnya memproklamirkan IBI
sebagai satu-satunya organisasi resmi bagi para
bidan Indonesia. Hasil-hasil terpenting dari
konferensi pertama bidan seluruh Indonesia
tahun 1951 tersebut adalah:
a. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan
Indonesia, sebagai satu-satunya organisasi
yang merupakan wadah persatuan &
kesatuan Bidan Indonesia.
109
b. Pengurus Besar IBI berkedudukan di
Jakarta.
c. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan
ranting. Dengan demikian
organisasi/perkumpulan yang bersifat lokal
yang ada sebelum konferensi ini semuanya
membaurkan diri dan selanjutnya bidan-
bidan yang berada di daerah-daerah
menjadi anggota cabang-cabang dan ranting
dari IBI.
d. Musyawarah menetapkan Pengurus Besar
IBI dengan susunan sebagai berikut:
Ketua I : Ibu Fatimah Muin
Ketua II : Ibu Sukarno
Penulis I : Ibu Selo Soemardjan
Penulis II : Ibu Rupingatun
Bendahara : Ibu Salikun

Tiga tahun setelah konferensi, IBI terdaftar di


Departemen Kehakiman pada tanggal 15 Oktober
1954 dalam lembaran Negara nomor: J.A.5/92/7
Tahun 1954, dan pada tahun 1956 IBI diterima
sebagai anggota ICM (International Confederation
of Midwives). Hingga saat ini IBI tetap
mempertahankan keanggotaan ini, dengan cara

110
senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan ICM yang
dilaksanakan di berbagai negara baik pertemuan-
pertemuan, lokakarya, pertemuan regional maupun
kongres tingkat dunia dengan antara lain
menyajikan pengalaman dan kegiatan IBI. IBI yang
seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah
tergabung dengan Kongres Wanita Indonesia
(KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat ini IBI
tetap aktif mendukung program-program KOWANI
bersama organisasi wanita lainnya dalam
meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia.
Selain itu sesuai dengan Undang-Undang RI No.8
tahun 1985, tentang organisasi kemasyarakatan
maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah
satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia.
Begitu juga dalam Komisi Nasional Kedudukan
Wanita di Indonesia (KNKWI) atau National
Commission on the Status of Women (NCSW) IBI
merupakan salah satu anggota pendukungnya.

Pada kongres IBI yang kedelapan yang


berlangsung di Bandung pada tahun 1982, terjadi
perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti
menjadi Pengurus Pusat IBI, karena IBI telah
memiliki 249 cabang yang tersebar di seluruh
propinsi di Indonesia. Selain itu kongres juga
mengukuhkan anggota pengurus Yayasan Buah
Delima yang didirikan pada tanggal 27 Juli 1982.

111
Yayasan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan
anggota IBI, melalui pelaksanaan berbagai
kegiatan.

Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI


melangsungkan Kongres di luar pulau Jawa, yaitu
di Kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam
kongres ini juga didahului dengan pertemuan ICM
Regional Meeting Western Pacific yang dihadiri
oleh anggota ICM dari Jepang, Australia, New
Zealand, Philiphina, Malaysia, Brunei Darussalam
dan Indonesia. Bulan September 2000
dilaksanakan ICM Asia Pacific Regional Meeting di
Denpasar Bali. Pada tahun 1986 IBI secara
organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan
Keluarga Berencana oleh Bidan Praktek Swasta
melalui BKKBN.

Di tingkat internasional, sebagai anggota


International Confederation of Midwives (ICM) sejak
1956 IBI selalu aktif mengikuti kegiatan organisasi
tersebut terutama kongres ICM maupun kongres
ICM Regional Asia Pasific (Aspac). Pada Kongres
ICM ke 30 di Praha, melalui bidding IBI berhasil
ditetapkan menjadi tempat penyelenggaraan
kongres ICM ke-32 dan akan diselenggarakan di
Bali tahun 2020. Pada Kongres ICM ke-31 bulan
Juni 2017 di Toronto Canada, Dr. Emi Nurjasmi,

112
MKes Ketua Umum PPIBI 2013-2018 terpilih
sebagai Koordinator ICM Asia Pasific.

Selain itu, dalam menyikapi tantangan globalisasi,


kemajuan dan kebutuhan masyarakat Indonesia
yang semakin berkembang, maka IBI berkewajiban
untuk menyusun Rancangan Undang Undang
Kebidanan dan mengajukannya kepada lembaga
yang berwenang. UU Kebidanan merupakan
payung hukum profesi bidan, yang saat ini dalam
tahap akhir pengesahan. Dalam pelaksanaan
praktik kebidanan, bidan didukung oleh Peraturan
Menteri Kesehatan yang telah mengalami
perubahan dari Permenkes No 1464 tahun 2010
menjadi Permenkes 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Dengan dinamika
yang terjadi sampai tahun 2015 RUU Kebidanan
belum dapat disahkan menjadi Undang-Undang
dan pada akhirnya usulan rancangan Undang-
Undang Kebidanan diambil alih oleh DPR menjadi
RUU Kebidanan Inisiatif DPR.
Tahun 2016 Komisi IX telah membentuk Panitia
Kerja (Panja) RUU Kebidanan dan telah aktif
melakukan kegiatan seperti mengundang pakar,
organisasi profesi terkait (POGI, IDAI, IDI); instansi
pemerintah (Kementerian Kesehatan,
Kemristekdikti, Kementerian Hukum dan HAM,
Kementerian Menpan-RB, Kementerian Dalam

113
Negeri); serta kalangan Akademisi (Universitas
Airlangga, Universitas Brawijaya dan Universitas
Padjadjaran). Pengurus Pusat IBI juga telah
melakukan berbagai kegiatan dalam rangka
mensosialisasikan dan menjaring aspirasi dari: 1)
Pengurus Pusat dengan sesepuh; 2) Pengurus
Pusat dengan seluruh ketua PD, PC dan anggota;
3) Pengurus Pusat dengan jurusan kebidanan dari
seluruh poltekkes di Indonesia, perwakilan dari
AIPKIND, HPTKes, dan Forum Komunikasi Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemkes; 4) Melalui kegiatan
seminar dan HUT IBI di berbagai daerah bersama
dengan Panja RUU Kebidanan Komisi IX DPR RI;
5) Rakernas, PIT Bidan, serta website IBI; 6) IBI
juga mengundang pakar dalam rangka penguatan
konsep RUU Kebidanan (Prof. Budi Sampurno,
Prof. Adang Bachtiar, Sundoyo, SH, MH, Della
Sherratt). Pada Tahun 2018 Surpres untuk
membahas RUU Kebidanan diterbitkan. Panja RUU
Kebidanan Komisi IX DPR RI secara lebih intensif
melakukan rapat kerja dengan Pemerintah
(Kemenkes, Kemenristekdikti, Kemenaker,
Kemendagri, KemenPAN-RB, dan
KemenkumHAM).

Seiring berjalan waktu terdapat beberapa


perubahan kebijakan, antara lain:

114
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan
b. Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
c. Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Tentang Keselamatan Pasien
d. Permenkes Nomor 52 Tahun 2017 Tentang
Eliminasi Penularan Human Immuno-
deficiency Virus, Sifilis, Dan Hepatitis B Dari
Ibu Ke Anak
e. Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi
f. Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
g. Permenkes Nomor 17 Tahun 2017 Tentang
Rencana Aksi Pengembangan Industri
Farmasi Dan Alat Kesehatan.
h. Permenkes Nomor 97 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,
Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual.

115
i. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 Tentang
Upaya Kesehatan Anak.

Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia di


semua tingkatan dapat dikatakan semakin maju dan
berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun
2018, IBI telah memiliki 34 Pengurus Daerah, 509
Pengurus Cabang (di tingkat Kabupaten/Kota) dan
3.728 Pengurus Ranting IBI (di tingkat
Kecamatan/unit Pendidikan/Unit Pelayanan).

Jumlah anggota yang telah memiliki Kartu Tanda


Anggota (KTA) 304.732 (12 September 2018),
sedangkan jumlah bidan yang terdaftar di Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) ada 658.510
(MTKI, Agustus 2018).

116
PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA IBI
TAHUN 1988 – 2018

TAHUN JUMLAH ANGGOTA

1988 16.413
1990 25.397
1994 46.114
1995 54.080
1996 56.961
1997 57.032
1998 66.547
2003 68.772
2008 87.338
2013 141.148
2018 304.732

Dari tahun ke tahun IBI berupaya untuk


meningkatkan mutu dan melengkapi atribut-
atribut organisasi, sebagai syarat sebuah

117
organisasi profesi, dan sebagai organisasi
masyarakat yaitu :
1. AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan
disesuaikan dengan perkembangan tiap 5
(lima) tahun sekali.
2. Kode Etik Bidan, yang ditinjau,
disempurnakan dan disesuaikan dengan
perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali.
3. Pedoman berkelanjutan pendidikan Bidan
4. Buku Prosedur Tetap pelaksanaan tugas-
tugas Bidan.
5. Buku Pedoman Organisasi.
6. Buku Pedoman Bagi Bidan di desa.
7. Buku Pedoman Klinik IBI.
8. Buku 50 tahun IBI, yang mencatat tentang
sejarah dan kiprah IBI, diterbitkan dalam
rangka menyambut HUT ke 50 IBI pada tahun
2001.
9. Renstra IBI 1996 - 1998

Khusus melalui kepengurusan tahun 1998 - 2003


atribut-atribut/kelengkapan tersebut bertambah
lagi dengan disusunnya:
1. Majalah Bidan
2. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Buku Pedoman Maternal & Neonatal
4. Buku Pedoman Keluarga Berencana
118
5. Buku Pedoman Pencegahan Infeksi
6. Buku Pedoman Asuhan Persalinan Normal
7. Buku Kepmenkes 900 Tahun 2002
8. Buku Kumpulan Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Organisasi IBI
9. Kepmenkes 237 Tahun 1997 tentang
Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu
10. Kepmenkes 450 Tahun 2004 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Secara Eksklusif
Pada Bayi di Indonesia
11. Kepmenkes 900 Tahun 2002 tentang
Registrasi dan Praktek Bidan
12. Renstra IBI 1998 – 2003

Pada Kepengurusan tahun 2003 – 2008


Telah dihasilkan :
1. Pedoman Uji Kompetensi Bidan
2. Renstra 2008 – 2013
3. Bidan Delima
4. Kesehatan reproduksi up-date satu set
(warna ungu).
5. Inisiasi Menyusu Dini
6. Modul Pembelajaran untuk DIII Kebidanan
(kerjasama dengan YPKP)
7. Kepmenkes 369 Tahun 2007 tentang
Standar Profesi Bidan
8. Kolegium Kebidanan
119
9. Lahirnya Asosiasi Institusi Pendidikan
Indonesia (AIPKIND)

Pada Kepengurusan tahun 2008 – 2013


Telah dihasilkan :
1. Pedoman Uji Kompetensi Bidan yang telah
disempurnakan
2. Renstra 2008 – 2013
3. E-Learning Bidan Delima
4. Draft Standar Kompetensi Bidan
5. Draft Revisi Kode Etik Bidan
6. Draft Standar Pendidikan Bidan
7. Draft Standar Pendidikan Berkelanjutan
Bidan
8. Draft Standar Pelayanan Bidan

Pada Kepengurusan tahun 2013 – 2018


Telah dihasilkan :
1. AD ART 2013 - 2018
2. Buku Petunjuk Pelaksanaan Organisasi
IBI 2013-2018
3. Buku Etika dan Kode Etik Bidan
4. Buku Rencana Strategis 2013-2018
5. Draft Revisi Standar Kompetensi Bidan
6. Draft Revisi Standar Pendidikan Bidan
7. Draft Revisi Standar Pelayanan Bidan

120
8. Buku Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (CPD) Bidan
9. Buku Log Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (CPD) Bidan
10. Buku Acuan Peserta Pelatihan Midwifery
Update (MU)
11. Modul Paket Pelayanan Awal Minimum
(PPAM) Kesehatan Reproduksi
12. Jurnal Ilmiah Bidan (terakreditasi Dikti)
13. Modul E-Learning Asuhan Kebidanan
pada Ibu Hamil dengan PEB
14. Modul Pelatihan Tim Penilai Kompetensi
Kerja Bidan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

VISI IBI, yaitu:


Menjadikan organisasi profesi yang handal
dalam Mewujudkan bidan profesional
berstandar global

MISI IBI, yaitu:


1. Meningkatkan kekuatan organisasi ber-
basis Informasi Teknologi (IT)
2. Meningkatkan peran IBI dalam
penjaminan mutu pendidikan Kebidanan
3. Meningkatkan peran IBI dalam
penjaminan mutu pelayanan Kebidanan
121
4. Meningkatkan kesejahteraan anggota
5. Menjalin kerjasama dengan stakeholders
6. Meningkatkan inovasi pelayanan
kebidanan
7. Meningkatan pengembangan pelayanan
berbasis research

Rencana Strategis IBI tahun 2018-2023:


1. Mengutamakan kebersamaan
2. Mempersatukan diri dalam satu wadah
3. Pengayoman terhadap anggota
4. Pengembangan diri dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dan Seni
(IPTEKS)
5. Peran serta dalam pembangunan
kesehatan
6. Mempertahankan dan meningkatkan citra
bidan
7. Pelayanan berkualitas
8. Pemberdayaan Perempuan

Prioritas Strategi:
1. Pengembangan standarisasi pendidikan
bidan dengan standar internasional.
2. Peningkatan pelatihan bagi anggota IBI
3. Membangun kerjasama dan kepercayaan
dari donor dan mitra IBI.
122
4. Peningkatan advokasi kepada pemerintah
untuk mendukung pengembangan profesi
bidan
5. Peningkatan pembinaan terhadap anggota
berkaitan dengan peningkatan
kompetensi, profesionalisme dan aspek
hukum.
6. Peningkatan pengumpulan data dasar.
7. Peningkatan akses Organisasi Profesi IBI
terhadap pelayanan dan pendidikan
kebidanan.
8. Capacity Building bagi pengurus IBI.
9. Peningkatan pengadaan sarana
prasarana.
10. Membangun kepercayaan anggota IBI,
donor dan mitra dengan tetap menjaga
mutu pengelolaan keuangan yang
accountable.

Sejak berdirinya tahun 1951 hingga sekarang,


IBI telah berhasil menyelenggarakan Kongres
Nasional sebanyak 15 kali. Sesuai dengan
Anggaran Dasar IBI, pada setiap Kongres
merencanakan program kerja dan pemilihan
Ketua Umum Pengurus Pusat IBI. Rekapitulasi
tempat penyelenggaraan Kongres Nasional IBI
dan Ketua Umum terpilih, sebagai berikut ini:
123
DAFTAR PELAKSANAAN KONGRES IBI

Kongres Tahun Tempat Ketua Terpilih

Munas 1951 Jakarta Ibu Fatimah Muin


I 1953 Bandung Ibu Ruth Soh Sanu
Ibu Selo
II 1955 Malang
Soemardjan
III 1957 Yogyakarta Ibu Tuti Sutjiati
Lawang – Ibu Rukmini
IV 1961
Malang Oentoeng
Ibu Rukmini
V 1969 Jakarta
Oentoeng
Ibu Rabimar Juzar
VI 1975 Jakarta
Bur
Ibu Rabimar Juzar
VII 1978 Jakarta
Bur
Ibu Samiarti
VIII 1982 Bandung
Martosewojo
Ibu Samiarti
IX Nov. 1985 Medan
Martosewojo
Ibu Rabimar Juzar
X Nov. 1988 Surabaya
Bur
Ujung Ibu Nisma Chairil
XI Okt. 1993
Pandang Bahri
Ibu Wastidar
XII Sep. 1998 Denpasar
Musbir
7-11 Sep. Ibu Dra. Harni
XIII Jakarta
2003 Koesno, MKM

124
2-6 Nov Ibu Dra. Harni
XIV Padang
2008 Koesno, MKM

10-16 Nov Ibu Dr. Emi


XV Jakarta
2013 Nurjasmi, M.Kes

29 Okt – 03 Ibu Dr. Emi


XVI Jakarta
Nov 2018 Nurjasmi, M.Kes

125
SEJARAH PENDIDIKAN BIDAN

Tahun 1851 Pendidikan Bidan bagi


wanita pribumi tidak
berlangsung lama.
Tahun 1902 Pendidikan Bidan bagi
wanita pribumi dibuka
kembali.
Tahun 1938 – 1939 Di Sekolah Bidan Budi
Kemuliaan di Jakarta dan
Mardi Waluyo Semarang
dibuka Pendidikan ”Direct
Entry” untuk Bidan,
lulusan MULO/HBS selam
3 tahun. Para siswa boleh
menempuh ujian Bidan
setelah mendapat sertifikat
Aspirant mantri juru rawat
(Perawatan Umum)
Tahun 1950 Pendidikan Bidan, SMP + 3
tahun.
Tahun 1954 Dibuka sekolah guru bidan.
Tahun 1975-1984 Sekolah Bidan ditutup. IBI
terus berjuang agar sekolah
Bidan dibuka kembali.
Tahun 1985 Dibuka Program
Pendidikan Bidan Swadaya

126
Tahun 1989 Crash Program Pendidikan
Bidan A, SPK/Pengatur
Rawat 1 tahun dan
Penempatan Bidan di
Desa.
Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan
B, Akper + 1 th hanya 2
angkatan.
Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan
C, SMP + 3 th di 11
propinsi. Pada Kongres VIII
IBI di Surabaya, IBI
mengeluarkan
rekomendasi; agar dasar
pendidikan bidan SMU dan
hal ini terus diperjuangkan.
Tahun 1994 Program Bidan PTT.
Tahun 1996 Dibuka DIII Kebidanan.
Tahun 2000 Dibuka Program D-IV Bidan
Pendidik
Tahun 2006 Dibuka S2 Kebidanan di
Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran .
Tahun 2008 Dibuka S1 + Profesi
Kebidanan di Fakultas
Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya

127
Tahun 2009 Dibuka S1 + Profesi
Kebidanan di Fakultas
Kedokteran Universitas
Brawijaya (UB) Malang
Tahun 2011 Dibuka S2 Kebidanan di
Universitas Andalas
Padang dan Universitas
Brawijaya Malang
Tahun 2012 Dibuka S2 Kebidanan di
Universitas Hassanudin
Makassar
Tahun 2013 Dibuka S1 + Profesi
Kebidanan di Universitas
Andalas Padang
Tahun 2014 Dibuka S2 Kebidanan di
Universitas 'Aisyiyah
Yogyakarta
Hingga Tahun 2018 Sudah berdiri 32 Program
Studi Profesi Bidan

128

Anda mungkin juga menyukai