Anda di halaman 1dari 48

DIM RENSTRA

No Hal URAIAN RENSTRA USULAN PERUBAHAN RAKER


i Cover Warna kuning muda kombinasi tua diterima
Warna diganti
Logo IBI letakkan ditengah

ii Kata Pengantar Data KTA refisi sampai bulan Juni diterima


Data KTA 2021
Organisasi Profesi Ikatan Bidan Indonesia yang berdiri tahun
1951, telah tumbuh dan berkembang secara pesat dengan
memiliki Pengurus Daerah di 34 Tingkat Propinsi, 509 Pengurus
Cabang di Tingkat Kabupaten/Kota dan 3.728 Pengurus Ranting
di Kecamatan/ unit Pelayanan/Pendidikan. Jumlah anggota IBI
yang telah memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) 304.732,
sedangkan jumlah bidan yang terdaftar di Majelis Tenaga
Kesehatan Indonesia (MTKI) ada 658.510 (MTKI, Agustus 2018)

Sebagai organisasi profesi satu-satunya wadah Bidan Indonesia


IBI memiliki mekanisme lima tahunan yaitu Kongres, salah satu
hasil Kongres XVI IBI 2018 adalah Rencana Strategis yang
merupakan acuan untuk merumuskan kegiatan kedalam
maupun keluar yang dilaksanakan oleh tiap jenjang
kepengurusan di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota
dalam mewujudkan tujuan organisasi. Pelaksanaan Rencana
Strategis tentunya tetap menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi tiap-tiap daerah.

Rencana Strategis Organisasi Ikatan Bidan Indonesia ini akan


dievaluasi dan disempurnakan pada Kongres XVII IBI 5 (lima)
tahun mendatang, untuk itu kami mengharapkan masukan dan
perbaikan yang mungkin dilaksanakan guna meningkatkan
mutu dalam mengelola Organisasi Ikatan Bidan Indonesia yang
kita cintai.

Terima kasih dan selamat bekerja.

Jakarta, Desember 2018

Pengurus Pusat Ikatan Bidan


Indonesia

iii SAMBUTAN
KETUA UMUM PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN INDONESIA

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya Kongres XVI IBI 2018
dapat berjalan dengan lancar. Kongres merupakan forum
tertinggi tingkat nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang
dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Melalui Kongres di evaluasi
pelaksanaan program selama lima tahun yang lalu dan disusun
rencana program lima tahun kedepan. Selain hal tersebut juga
dilaksanakan pemilihan Ketua Umum dan 4 (empat) Pengurus
Harian Pengurus Pusat IBI periode 2018-2023 serta pengesahan
perangkat-perangkat organisasi.

Kongres XVI IBI 2018 telah dilaksanakan pada tanggal 29


Oktober - 3 November bertempat di JIEXPO Kemayoran Jakarta
dengan kegiatan Sidang Organisasi dan Sidang Ilmiah. Kongres
dihadiri oleh Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, Pengurus
cabang, anggota dan utusan Institusi Pendidikan Kebidanan.

Salah satu keputusan Kongres tersebut adalah ditetapkan


Rencana Strategis (Renstra) IBI Masa Bakti 2018 – 2023 dengan
nomor 005/SKEP/Kongres XVI/IBI/X/2018 dan diamanatkan
kepada Pengurus Pusat IBI 2018 – 2023 untuk menjadikan
Renstra tersebut sebagai acuan dalam mengelola organisasi.

Naskah Rencana Strategis IBI Masa Bakti 2018 – 2023 hasil


Kongres tersebut diadakan perbaikan redaksional oleh Tim
Perumus, sehingga tersaji seperti dalam buku ini, dengan
harapan dapat dijadikan acuan atau pedoman oleh semua
jajaran kepengurusan maupun anggota IBI seluruh Indonesia.

Terima kasih kepada semua pihak yag telah membantu


kelancaran Kongres dan tersajinya buku Rencana Strategis IBI
ini, semoga amal ibadah kita mendapat pahala dari Tuhan Yang
Maha Kuasa.

Jakarta, Desember 2018

Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes


Ketua Umum
vii DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar………………………….………………………………….
ii
Sambutan Ketua Umum
PPIBI..................................................................................
iii
Keputusan Kongres XVI IBI tentang Renstra…………………… iv
Surat Keputusan PPIBI Tentang Pemberlakuan Renstra.... v
Daftar Isi............................................................................. vi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………………………............ 1
B. Tujuan…………………………………………………………… 2
BAB II Analisis Situasi
A. Profil Ikatan Bidan Indonesia………………………… 3
B. Program Pemerintah RI dan Program Global…. 7
C. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal….... 12
BAB III Nilai, Visi, Misi dan Strategi
A. Nilai-nilai…………………………………………………….............
17
B. Visi………………………………………………………………...........
17
C.Misi………………………………………………………………..........
17
D. Penetapan Tujuan Jangka Panjang………………………….
17
E. SWOT Matriks………………………………………………..........
17
F. Pemilihan Alternatif Strategi………………………….........
19
G. Penetapan Alternatif Strategi…………………………........
19
H. Penjabaran Prioritas Strategi ke dalam Tujuan-
tujuan
Strategi.....................................................................
20
BAB IV Rencana Kerja
A. Sekretaris Jenderal………………………………………...........
21
B. Bidang I…………………………………………………………........
24
C. Bidang II…………………………………………………………........
26
D. Bendahara……………………………………………………….......
29
E. Majelis Pertimbangan Etik Bidan…………………………...
33
BAB V Penutup………………………………………………………………………..
34
1 BAB I PENDAHULUAN Alinea 2 Peran strategis Bidan
A. Latar belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan
guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun
sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan
yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan. Pendidikan
kesehatan merupakan bagian penting dalam pembangunan
kesehatan guna menghasilkan sumber daya manusia kesehatan
sebagai penggerak pembangunan kesehatan. Berbicara tentang peran bidan diterima
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ada dalam sistem kesehatan memiliki
dalam sistem kesehatan dan memiliki posisi strategis dalam peran strategis dalam penurunan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi AKI, AKB, Kespro dan KB tetapi juga
(AKB), Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) isue stunting.
dalam upaya pengendalian pertumbuhan penduduk, serta Menyertakan Penurunan Angka
peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya perempuan Stunting dalam peran strategis
dan anak. Bidan dalam memberikan pelayanan harus mampu bidan karena saat ini stunting
menghadapi tuntutan yang terus berubah seiring menjadi issue prioritas nasional,
perkembangan masyarakat dan dinamika kemajuan ilmu dan data evidance riskesdas
pengetahuan dan teknologi. Organisasi Ikatan Bidan Indonesia menunjukkan bahwa angka
(IBI) adalah satu-satunya wadah untuk menghimpun seluruh stunting di Indonesia pada tahun
anggota IBI dalam pelaksanaan fungsinya sebagai salah satu 2018 masih berada pada 30,5%
kekuatan sosial dalam mempersatukan diri setiap anggotanya.
Sesuai dengan Anggaran Dasar IBI 2018-2023 BAB II pasal
6, IBI bertujuan: 1. Menggalang dan mempererat persatuan
dan persaudaraan sesama bidan, organisasi perempuan dan
pihak terkait untuk mencapai visi dan misi, 2. Membina dan
mengayomi anggota serta mengembangkan dan meningkatkan
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan terutama dalam
lingkup kebidanan, 3. Berperan serta dalam pembangunan,
terutama dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak, 4.
Meningkatkan martabat, kedudukan bidan serta
memberdayakan perempuan dalam masyarakat.
Anggota IBI merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
OP-IBI. Mutu dan kinerja organisasi dinilai oleh pelanggan
menjadi satu kesatuan dalam organisasi profesi. Jadi organisasi
harus mempertimbangkan semua fitur dan karakteristik produk
organisasi, layanan serta semua bentuk akses yang memberi
kontribusi nilai kepada pelayanan dan mengarah kepada
kepuasan, preferensi, acuan (refferal) dan loyalitas profesi.
(Sadikin, 2005).
Untuk mencapai tujuannya sebagaimana tercantum
dalam Anggaran Dasar IBI 2018-2023 BAB II pasal 7, OP-IBI
melakukan kegiatan ke dalam dan ke luar organisasi, dengan
demikian untuk mendukung kegiatan dimaksud, diperlukan
perencanaan strategis (Renstra). Rencana strategis digunakan
oleh kelompok masyarakat, stakeholder, dan organisasi lain
untuk mengembangkan Blueprint (cetak biru) menjadi suatu
tindakan dan perubahan untuk mengembangkan kinerja. Oleh
sebab itu proses Rencana Strategis harus berbasis masyarakat,
inklusif dan partisipatif yang memungkinkan keterlibatan
stakeholder dalam memberikan masukan.
Sebagai organisasi profesi bidan yang terbesar di seluruh
dunia, IBI akan menghadapi tantangan baik nasional dan
global. PP-IBI sebagai pengurus organisasi bidan mengharapkan
dapat mencapai keberhasilan pada saat ini dan yang akan
datang, disamping itu untuk menghadapi lingkungan eksternal
maupun internal yang kompetitif. Untuk itu organisasi
memerlukan sistem yang mampu menerapkan visi misi ke
dalam action plan yang komprehensif, koheren, terukur dan
seimbang.
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penyusunan Rencana strategis OP IBI tahun 2018-2023
adalah untuk memberikan arah dan kendali program
OP IBI dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
2. Tujuan Khusus Point 2 : Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana
kegiatan yang berkaitan dengan program OP IBI Belum tercantum hubungan Renstra diterima
baik dilingkungan OP IBI maupun dengan mitra PP dengan Renstra PD dan PC
program Karena dalam menyusun renstra PD
b. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan monitoring dan PC mengacu pada Renstra PP
dan evaluasi program OP IBI yang disesuaikan dengan situasi dan
c. Sebagai alat komunikasi antara Pengurus Pusat, kondisi wilayah masing-masing
Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan Pengurus
Ranting dengan para anggota IBI maupun dengan
mitra program

4 BAB II BAB II
ANALISIS SITUASI Analisis situasi
A. Profil Ikatan Bidan Indonesia Profil Ikatan Bidan Indonesia
 Organisasi Profesi Ikatan Bidan Indonesia Acuan pada Pemenkes  ttg Pelayanan Diterima
a. Kedudukan Organisasi Kesehatan pada Jaminan Kesehatan
Organisasi Profesi Ikatan Bidan Indonesia (OP IBI) No 5 tahun 2018 di perkuat dan
berdiri pada tanggal 24 Juni 1951 di Jakarta dan perlu pembahasan pelayanan
disahkan oleh Menteri Kehakiman No. J.A.5/92/7 kebidanan yg tertuang di permenkes
pada tanggal 15 Oktober 1954. No 21 tahun 2021 (kewenangan
Pada tahun yang sama yaitu tahun 1951 IBI bidan dlm pelyanan semakin sempit)
terdaftar sebagai anggota organisasi Kongres Wanita
Indonesia (KOWANI) dan menjadi anggota yang aktif
sampai dengan saat ini. Pada tahun 1956 IBI menjadi
anggota dari International Confederation of Midwives
(ICM) dan menjadi anggota yang aktif sampai dengan
saat ini. IBI selalu mengikuti pertemuan Regional Asia
Pasifik, juga mengikuti Kongres ICM. Sebagai anggota
ICM IBI selalu menyesuaikan diri dengan kebijakan
organisasi bidan dunia tersebut baik pada sistem
pelayanan maupun sistem pendidikan. Pada tahun
1985 IBI juga terdaftar di Departemen Dalam Negeri
sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dengan
status IBI sebagai LSM akan mendekatkan langsung
kepada masyarakat, khususnya kesehatan ibu, bayi,
anak balita , anak prasekolah, kesehatan reproduksi
dan keluarga berencana.

b. Kepengurusan Point b : Kepengurusan diterima


Organisasi Profesi Ikatan Bidan Indonesia telah Tentang perangkat OP Azaz
tumbuh dan berkembang secara pesat, Struktur Kepengurusan belum menyertakan
Organisasi terdiri dari Pengurus Pusat IBI yang Regulasi Undang-Undang Kebidanan
berada di Jakarta dan memiliki Pengurus Daerah No 4 Tahun 2019 dan Standar
34 (Tingkat Provinsi), Pengurus Cabang 509 Pelayanan Kebidanan No 320 Tahun
(Tingkat Kabupaten/Kota) dan Pengurus Ranting 2020
3728 (Untuk tiap Kecamatan/ unit Pelayanan Terbitnya renstra sebelum terbitnya
/Pendidikan). Undang-Undang Kebidanan Sehingga
Patut ditambah Regulasi yang terbit
Dalam kepengurusan IBI memakai azas terbaru,
desentralisasi, sentralisasi dan dekonsentrasi. IBI sehingga perlu penambahan
telah memiliki perangkat organisasi, yaitu :  UU No.4 tahun 2019 tentang
1. AD dan ART Kebidanan
2. Pedoman Pelaksanaan Organisasi  Permenpan RB No.36 tahun 2019
3. Pedoman Pengelolaan Keuangan tentang Jabatan Fungsional Bidan
4. Pedoman Pengelolaan Administrasi  no.7 diganti menjadi Kepmenkes
5. Pedoman Pengelolaan Perpustakaan RI no.320 tahun 2020 tentang
6. Pedoman Rekrutmen Pegawai Standar Profesi Bidan
7. Kepmenkes RI No 369 Tahun 2007 tentang
Standar Profesi Bidan
8. Kepmenkes RI No 938 Tahun 2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan
Permenkes RI No 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan
5 c. Keanggotaan c. Keanggotaan Diterima
Jumlah anggota IBI yang telah memiliki Kartu Tanda Pada point Keanggotaan belum
Anggota (KTA) 304.732,(IBI, 2 Sept 2018) sedangkan menyertakan sistem online untuk
jumlah bidan yang terdaftar di Majelis Tenaga memperoleh KTA, Perlu disesuaikan
Kesehatan Indonesia (MTKI) 658.510 (MTKI,Agustus dengan kebijakan organisasi terkini
2018). Sistem Online dalam pendaftaran
dan perpanjangan KTA harus
dimasukkan

Sinkronisasi jumlah anggota


berdasarkan KTA dengan MTKI

d. Keuangan
Keuangan IBI diperoleh dari :

1. Uang pangkal,
2. Uang iuran anggota,
3. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan
tidak mengikat
4. Penerimaan lain yang sah
5. Usaha lain yang sah
Kepatuhan anggota membayar iuran ± 82,93%. Point 2 : Pelayanan Kebidanan Diterima
• Dana Program Bidan Delima
 Pelayanan Kebidanan
• PMB disepakati masuk dalam
Bidan memberikan pelayanan disetiap tatanan pelayanan
FKTP
kesehatan sesuai dengan Permenkes Nomor 5 Tahun 2018
 Tambah dana hibah dan
tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan
UNSAID/UNFPA
Nasional mulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
 PMB belum ada dasar yang jelas
yaitu Puskesmas atau yang setara, Praktik Dokter,Praktik
baik Permenkes atau Kepmenkes
dokter gigi, Praktik dokter layanan primer, klinik pratama atau
nya
yang setara, rumah sakit kelas D Pratama atau yang setara dan
Fasilitas kesehatan rujukan yaitu Klinik utama atau yang setara,
Rumah
6 Bab II. 2. Pelayanan Kebidanan
Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Dalam Pada Point Pelayanan Kebidanan , Diterima
memberikan pelayanan kebidanan, bidan berpedoman pada alinea 1,
standar praktek bidan, berdasarkan Peraturan Menteri Perlu Penambahan acuan regulasi
Kesehatan Nomor 28 tahun 2017 tentang Praktek Bidan. Standar Profesi Bidan dalam
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pemberian pelayanan kebidanan
kebidanan IBI bekerjasama dengan Kemenkes RI membuat selain PMK 28 tahun 201 karena
supervisi fasilitatif bagi bidan koordinator terhadap bidan di sudah ada regulasi yang lebih baru
Puskesmas dan bidan di desa. yaitu dengan memasukkan Standar
Khusus untuk Praktek Mandiri Bidan (PMB), IBI telah Profesi Bidan no 320 Tahun 2021
menstandarisasi pelayanan dengan merek/branded Bidan tentang Standar Profesi dalam
Delima. Sampai dengan 31 September 2018 Bidan Delima Asuhan Pelayanan Kebidanan
sudah ada di 27 propinsi dengan jumlah 18.214 orang dan
jumlah fasilitator 2033 orang. Program Bidan Delima dimulai Perubahan redaksional
pada bulan April 2004 dengan dana dari United States Agency IBI telah menetapkan Program Bidan
for International Development (USAID) dan Technical delima sebagai sistem standarisasi
Assistance dari STARH (April 2004 – Juli 2006). Mulai Juli 2006 kualitas pelayanan pada PMB. Pada
– Maret 2009 sebagai Technical Assistance dari HSP. Pada saat ini Bidan Delima sudah
bulan Maret 2009 support dana dari USAID dengan Technical mencakup 24 propinsi dengan
Assistance dari HSP berakhir. Tahun 2010 – sekarang Program jumlah Bidan Delima 12.9379.255,
Bidan Delima bersifat mandiri namun banyak bermitra dengan calon Bidan Delima 1.425 dan jumlah
berbagai perusahaan yang berkomitmen diantaranya Johnson fasilitator 1.98793.  Program Bidan
& Johnson, PT. Bayer Indonesia dan United Nations Population Delima dimulai pada bulan April
Fund (UNFPA). 2004 dengan dana dari USAID dan
Program Bidan Delima telah dikelola secara sistemik dan Technical Assistance dari STARH
berjenjang. Manajemen Bidan Delima ada tiga area yaitu: (April 2004 – Juli 2006). Mulai Juli
1) Manajemen Bidan Delima tingkat pusat oleh tim PP IBI 2006 – Maret 2009 sebagai Technical
2) Manajemen Bidan Delima tingkat propinsi oleh tim PD IBI Assistance dari HSP. Pada bulan
3) Manajemen Bidan Delima tingkat kabupaten/kota oleh PC Maret 2009 support dana dari USAID
IBI. dengan Technical Assistance dari HSP
Program Bidan Delima telah memiliki sistem informasi berakhir. Tahun 2010 – sekarang
manajemen dan pengelolaan logistik, secara teknis manajemen Program Bidan Delima bersifat
Bidan Delima tingkat pusat dikelola oleh Unit Pelaksana Bidan mandiri namun banyak bermitra
Delima, yang pada saat ini memiliki 4 orang tenaga sekretariat. dengan berbagai perusahaan yang
Sedangkan manajemen Bidan Delima tingkat daerah dan berkomitmen diantaranya Johnson &
cabang dikelola oleh Unit Pelaksana Bidan Delima Daerah dan Johnson, JHPIEGO, General Electric,
Unit Pelaksana Bidan Delima Cabang MSD, PT. Tempo, PT. Tunggal Idaman
Abdi dan PT. Bayer Indonesia.

7 3. Pendidikan Formal dan Non Formal 3.Pendidikan Formal dan Non diterima
a. Pendidikan Formal Formal;
Pendidikan dan pelatihan bidan akan menentukan  Dicantumkan pelatihan : PPI,
kualitas personal dan profesional bidan yang pada Vaksinator, Pendampingan
akhirnya akan menentukan kualitas pelayanan Stunting, Kespro, Penurunan AKI
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu, bayi, dan AKB
anak balita, anak prasekolah, kesehatan reproduksi dan  Metode Pendidikan dan
keluarga berencana. Pelatihan menyesuaikan kondisi
pandemic Covid 19
Karena Pendidikan dan pelatihan
bidan akan menentukan kualitas
personal dan profesional bidan yang
pada akhirnya akan menentukan
kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat, khususnya Kesehatan
reproduksi dan Keluarga Berencana.

Di Indonesia, berdasarkan data


Kemenkes RI tahun 2020 jumlah
Di Indonesia, berdasarkan data MTKI pada bulan Agustus tahun tenaga bidan di Indonesia 749.866
2018 jumlah bidan di Indonesia adalah 658.510 orang yang orang. Hasil Riskesdas 2010
tersebar di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dan menunjukkan terdapat 82,2%
persalinan ditolong oleh tenaga
pendidikan (Rumah sakit, Puskesmas, RSAB, bidan di Desa,
kesehatan dan 75% nya ditolong oleh
BPM, institusi pendidikan dan institusi lain). Hasil Sirkesnas
bidan. Dalam pelayanan KB
2016 menunjukkan terdapat 82,4 % pemeriksaan kehamilan pencapaian peserta KB baru
dilakukan oleh bidan, 41 % bertempat di praktik mandiri bidan. sebanyak ...... peserta,  32,2%
Sedangkan cakupan persalinan di fasyankes sejumlah 79,3 %, diantaranya dilakukan di Praktik
sebagian besar bertempat dipraktek tenaga kesehatan 22,6%. Mandiri Bidan.  Dari profil ini tampak
Data SDKI 2017 menunjukan pelayanan persalinan di fasyankes bahwa bidan berperan penting
sebesar 74%, dilihat dari penolong persalinan, sebanyak 61% sebagai mitra perempuan dan tenaga
ditolong oleh tenaga kesehatan bidan. Dari profil ini tampak kesehatan professional strategis
bahwa bidan berperan penting sebagai mitra perempuan dan dalam peningkatan kesehatan
tenaga kesehatan professional strategis dalam peningkatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
kesehatan ibu dan anak di Indonesia. di Indonesia.

Realita yang ada bidan sebagai mitra perempuan


merupakan profesi yang memiliki pekerjaan dengan
kompleksitas dan tanggung jawab yang besar. Untuk
menyiapkan bidan yang tanggap terhadap situasi terkini
dan dapat mengatasi berbagai situasi kompleks yang
dihadapi perempuan sepanjang siklus reproduksinya
serta bayi dan anak balita sehat, anak prasekolah
dibutuhkan bidan yang mampu berpikir kritis, analisis-
sintesis, advokasi dan kepemimpinan yang hanya dapat
dihasilkan oleh sistem pendidikan tinggi kebidanan yang
berkualitas dan mampu berkembang sesuai kebutuhan
kemajuan zaman.
Dengan demikian bidan tidak hanya dituntut memiliki
kemampuan klinis saja tetapi juga harus memiliki
8 kemampuan menganalisa permasalahan non klinis dan
sosial budaya yang berpengaruh pada kualitas kesehatan
reproduksi perempuan, serta kemampuan pemberdayaan,
advokasi dan negosiasi serta kemampuan penelitian dalam
pengembangan ilmu dan praktik kebidanan. Dengan
demikian, akses dan kualitas pelayanan kesehatan
reproduksi, memerangi kemiskinan, meningkatkan
pendidikan dan pemberdayaan perempuan atau
kesetaraan gender menjadi persoalan penting untuk
dikelola dan diwujudkan.

Sejak dicanangkannya salah satu isu Rencana Strategis


Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2005 tentang
Pemerataan Kesempatan belajar dan Perluasan
Kesempatan Belajar, pendidikan kebidanan khususnya
level vokasi tumbuh dengan subur. Sampai dengan tahun
2018 Jumlah institusi penyelenggara Pendidikan Vokasi
Kebidanan di Indonesia saat ini 715 institusi, 32 program
studi profesi bidan dan 5 program studi S2 Kebidanan.

Pengembangan profesi bidan berjalan sangat lambat


karena berbagai sebab a.l. pengembangan pendidikan dan
dukungan stakeholders. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap pengembangan kualitas pelayanan kebidanan.
Berbagai hasil riset yang dilakukan oleh profesi lain,
memperlihatkan rendahnya peran bidan dalam
pengembangan profesinya dan campurtangan profesi lain
yang tidak sepenuhnya sesuai dengan filosofi yang dimiliki
oleh bidan dalam proses pendidikan bidan menambah
buruknya mutu lulusan bidan. Lulusan yang dihasilkan lebih
bersifat trained labour dengan minimnya keterampilan
clinical reasoning dan clinical judgemnent sehingga tidak
memenuhi standar kompetensi dan profil bidan.

Disamping itu kebijakan pemerintah terhadap pendidikan


bidan yang terus berubah dan sangat tergantung pada
kebutuhan program menambah rendahnya mutu lulusan
dengan variasi yang tidak jelas dan tidak kompeten. Untuk
itu sudah saat saatnya pendidikan kebidanan diatur dalam

9 sistem yang pasti dan IBI sebagai organisasi profesi ikut


terlibat langsung dalam merencanakan dan menentukan
bentuk pendidikan bidan. Pendidikan kebidanan yang
dibutuhkan saat ini di Indonesia adalah pendidikan bidan
yang mempersiapkan lulusannya mampu bersaing ditingkat
nasional maupun global diantara profesi dan interprofesi.
Hal ini diperkuat dengan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003
yang menyatakan bahwa pendidikan profesi diperoleh
melalui pendidikan setelah strata satu. Demikian juga
organisasi bidan internasional (ICM) dalam kongresnya ke-
29 pada tahun 2011 di Durban, Afrika Selatan juga
memutuskan pentingnya ada acuan standar pendidikan
bidan bagi setiap Negara diseluruh dunia. Dengan dasar
inilah IBI menetapkan pendidikan bidan Indonesia yang
mengacu pada ketetapan ICM yaitu pendidikan profesi
bidan minimal strata satu profesi (S1–Profesi) dan
diselenggarakan di lembaga pendidikan tinggi (University
environment).

b. Pendidikan Non Formal a. Pendidikan Non Formal diterima


1) Pelatihan Perubahan Redaksiona
Pelatihan klinis untuk bidan dilaksanakan oleh Jaringan 1). Pelatihan
Nasional Pelatihan Klinik (JNPK-KR) beserta jajarannya, Pelatihan klinis untuk bidan
ditingkat regional oleh Pusat Pelatihan Klinik Tertier dilaksanakan oleh BAPELKES,
(P2KT), ditingkat propinsi oleh Pusat Pelatihan Klinik Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
Skunder (P2KS) dan tingkat kabupaten/kota oleh Pusat (JNPK) beserta jajarannya,
ditingkat regional oleh Pusat
Pelatihan Klinik Primer (P2KP), yang dibuktikan dengan
Pelatihan Klinik Tertier (P2KT),
MOU dan dapat dilaksanakan oleh organisasi profesi
ditingkat propinsi oleh Pusat
Pada saat ini pelatihan untuk bidan meliputi Midwifery Pelatihan Klinik Skunder (P2KS)
Update, Asuhan Persalinan Normal (APN), Asuhan Pasca dan tingkat kabupaten/kota oleh
Pusat Pelatihan Klinik Primer
Abortus (APK), Contrasepsi Update (CTU), Penanganan
(P2KP), yang dibuktikan dengan
Obstetri Neonatologi Emergency Dasar PONED,
MOU.
Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif Pada saat ini pelatihan untuk
(PONEK), Pelatihan Stimulasi Dini dengan Pijat Bayi, bidan meliputi Midwifery Update,
Strategis Konseling Berimbang KB, dan Penanganan Asuhan Persalinan Normal (APN),
kegawatdaruratan maternal neonatal, . Sedangkan Diklat Asuhan Pasca Abortus (APK),
IBI telah melaksanakan pelatihan : kepemimpinan Contrasepsi Update (CTU),
imunisasi, penggunaan Alat Bantu Pengambil Keputusan Penanganan Obstetri Neonatologi
Emergency Dasar PONED,
(ABPK), fasilitator Bidan Delima, penggunaan buku KIA.
Penanganan Obstetri Neonatal
Pelaksanaan
Emergency Komprehensif
(PONEK) dan . Sedangkan Diklat
IBI telah melaksanakan
pelatihan : kepemimpinan
imunisasi, penggunaan Alat Bantu
Pengambil Keputusan (ABPK),
fasilitator Bidan Delima,
penggunaan buku KIA.
Pelaksanaan pelatihan tersebut
masih sangat rendah karena
masih tergantung dari donor.

10 pelatihan tersebut masih sangat rendah karena masih


tergantung dari donor.

2) Seminar
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengadakan seminar secara Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Blok kuning dihapus : diterima
periodik pada acara-acara peringatan hari bersejarah bagi mengadakan seminar secara
IBI. Seminar juga dilaksanakan bersama mitra kerja. Topik periodik pada acara-acara
seminar disesuaikan dengan kebutuhan bidan, kebutuhan peringatan hari bersejarah bagi
organisasi dan kebutuhan program. Seminar IBI,. Seminar juga dilaksanakan
dilaksanakan di propinsi maupun di kabupaten/kota. bersama mitra kerja. Topik
seminar disesuaikan dengan
3) Workshop kebutuhan bidan, kebutuhan
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengadakan workshop organisasi dan kebutuhan
secara periodik. Workshop juga dilaksanakan bersama program.  Seminar dilaksanakan
mitra kerja. Topik Workshop disesuaikan dengan di propinsi maupun di
kebutuhan bidan, kebutuhan organisasi dan kebutuhan kabupaten/kota
program, workshop dilaksanakan di propinsi maupun di
kabupaten/kota.

c. Peranan IBI dalam Pendidikan Bidan


Pendidikan bidan diselenggarakan oleh pemerintah yaitu
Kementerian Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi c. Peranan IBI dalam Pendidikan
(Kemenristekdikti) serta pihak swasta. Pemberian ijin bidan.
pendirian institusi oleh Kemenristekdikti dengan Baris kedua dari bawah: 7 profesi
rekomendasi dari Organisasi Profesi. IBI juga sebagai tim kesehatan lain yaitu,dan gizi
evaluator dan visitator bersama Kemenristekdikti. didukung oleh proyek Healht
Profesional.......
Kegiatan akreditasi pendidikan bidan dilaksanakan oleh
lembaga, yaitu LAM PTKES (Lembaga Akreditasi Mandiri
Perguruan Tinggi Kesehatan). Untuk kegiatan akreditasi
PP IBI Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan,
Kebidanan, Kesehatan Masyarakat, Farmasi telah menjadi
anggota assesor akreditasi Badan Akreditasi Nasional
(BAN PT). Pelaksanaan akreditasi BAN PT, profesi bidan
masih tergabung dengan profesi lain. Demikian pula,
materi borang akreditasi masih bersifat umum, belum
menggambarkan untuk akreditasi pendidikan bidan. Sejak
tahun 2014 PPIBI Maksud dan penjelasan dari 7 profesi
kesehtan lain, yaitu dan Gizi

11 bersama 7 profesi kesehatan lain yaitu, dan Gizi didukung


oleh proyek Health Profesional Education Quliaty (HPEQ)
projek telah membentuk Lembaga Akreditasi Mandiri
(LAM) yang nanti akan berperan untuk melakukan
akreditasi.

Program Pemerintah RI dan Program


Global
B. Program Pemerintah RI dan Program Global

1. Program Pemerintah RI
Renstra  Kementerian Kesehatan ini menyangkut/
menguraikan  Arah kebijakan dan strategis
pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 yang
merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang bidang kesehatan (RPJPK) 2005-2025. yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan
perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh
wilayah Republik lndonesia.

Program Kementrian Keseahatan terdiri dari dua


program yaitu program generik dan program teknis.

Program generic meliputi :

1) Program dukungan manajemen dan pelaksanaan


tugas tehnis lainnya
2) Program penguatan Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat
(KIS)
3) Program peningkatan pengawasan dan
akuntabilitas  aparatur kementerian  kesehatan
4) Program penelitian dan pengembangan kesehatan
12 Program tehnis  meliputi :
Program tekhnis belum tertuang Disesuaikan dengan program
1) Program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak
program kesiapan pranikah sbg siklus pemerintah yg terkini
2) Program Pengendalian penyakit dan penyehatan kehidupan reproduks
lingkungan
Meningkatkan pelayanan kebidanan
3) Program Pembinaan upaya kesehatan
dalam mempersiapkan kesehatan
4) Program kefarmasian dan alat kesehatan Reproduksi calon pengantin yang
5) Program pengembangan dan pemberdayaan sehat
sumber daya manusia kesehatan. Ditambah program stunting

Visi Kementerian Kesehatan:

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan


2015-2019 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti
visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya
untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi
pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu


menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju,
berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif
serta memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia
yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim
yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, serta

13 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian


dalam kebudayaan.

Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal


dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan pada
Kabinet Kerja, yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi


segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan
reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing
di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat
restorasi sosial Indonesia.

Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan


pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya
status kesehatan masyarakat dan; 2)
meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial
dan finansial di bidang kesehatan.

Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan


pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle),
yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok
usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.

14 Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat


dampak (impact atau outcome). dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat, indikator yang akan
dicapai adalah:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per


100.00 kelahiran hidup (SP 2010), 346 menjadi
306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32
menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi
8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta
pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat.

Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap


(responsiveness) dan perlindungan masyarakat
terhadap risiko sosial dan finansial di bidang
kesehatan, maka ukuran yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya beban rumah tangga untuk


membiayai pelayanan kesehatan setelah memiliki
jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%
2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap
pelayanan kesehatan dari 6,80 menjadi 8,00.

SASARAN STRATEGIS

Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah:

1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan


sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase persalinan di
fasilitas kesehatan sebesar 85%.
b. Menurunnya persentase ibu hamil kurang
energi kronik sebesar 18,2%.

15 c. Meningkatnya persentase kabupaten dan


kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 80%.
2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit, dengan
sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas
kesehatan lingkungan sebesar 40%.
b. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar
40%.
c. Kab/Kota yang mampu melaksanakan
kesiapsiagaan dalam penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat yang
berpotensi wabah sebesar 100%.
d. Menurunnya prevalensi merokok pada pada
usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.
3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai
adalah:
a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1
Puskesmas yang terakreditasi sebanyak 5.600.
b. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1
RSUD yang terakreditasi sebanyak 481
kab/kota.
4. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu
sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan
sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di
Puskesmas sebesar 90%.
b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional
serta alat kesehatan yang diproduksi di dalam
negeri sebanyak 35 jenis.
c. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di
peredaran yang memenuhi syarat sebesar
83%.
16 5. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan
Pemerataan Tenaga Kesehatan, dengan sasaran
yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5
jenis tenaga kesehatan sebanyak 5.600
Puskesmas.
b. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki
4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis
penunjang sebesar 60%.
c. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan
kompetensinya sebanyak 56,910 orang.
6. Meningkatnya sinergitas antar
Kementerian/Lembaga, dengan sasaran yang akan
dicapai adalah:
a. Meningkatnya jumlah kementerian lain yang
mendukung pembangunan kesehatan.
b. Meningkatnya persentase kab/kota yang
mendapat predikat baik dalam pelaksanaan
SPM sebesar 80%.
7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan
luar negeri, dengan sasaran yang akan dicapai
adalah:
a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR
untuk program kesehatan sebesar 20%.
b. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber dayanya untuk
mendukung kesehatan sebanyak 15.
c. Jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di
bidang kesehatan yang diimplementasikan
sebanyak 40.
8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan
teknis dan pemantauan-evaluasi, dengan sasaran
yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima
tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi
dari berbagai sumber sebanyak 34 provinsi.
17 b. Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi
terpadu sebanyak 100 rekomendasi.
9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan
pengembangan kesehatan, dengan sasaran yang
akan dicapai adalah:
a. Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI
sebanyak 35 buah.
b. Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis
penelitian dan pengembangan kesehatan yang
diadvokasikan ke pengelola program
kesehatan dan atau pemangku kepentingan
sebanyak 120 rekomendasi.
c. Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional
(Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi
masyarakat sebanyak 5 laporan.
10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang
baik dan bersih, dengan sasaran yang akan dicapai
adalah:
a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit
memiliki temuan kerugian negara ≤1% sebesar
100%.
11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur
Kementerian Kesehatan, dengan sasaran yang
akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase pejabat struktural
di lingkungan Kementerian Kesehatan yang
kompetensinya sesuai persyaratan jabatan
sebesar 90%.
12. Meningkatnya persentase pegawai Kementerian
Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik
sebesar 94%. Meningkatkan sistem informasi
kesehatan integrasi, dengan sasaran yang akan
dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase Kab/Kota yang
melaporkan data kesehatan prioritas secara
lengkap dan tepat waktu sebesar 80%.
18 b. Persentase tersedianya jaringan komunikasi
data yang diperuntukkan untuk akses
pelayanan e-health sebesar 50%

2. Program Global (Globalisasi dalam Pelayanan


Kesehatan)
Globalisasi diartikan dunia tanpa pagar, adanya pasar
terbuka, ditandai dengan terbentuknya World Trade
Organization (WTO) pada tahun 1955, yang diikuti oleh
144 negara diantaranya Indonesia. Perjanjian WTO ini
meliputi :

1. General Agreement on Tarifs and Trade (GATT)


2. The Agreement on Trade – Related Aspects of
Intelectual Property Rights (TRIPS)
3. The General Agreement on Trade and Services
(GATS)

Prinsip perbedaan ini adalah tidak ada perbedaan


antara Negara anggota. Perdagangan jasa kesehatan
khususnya untuk bidan adalah sebagai berikut :

1. Cross Border (Mode 1)


Dalam mode 1 tidak ada komitmen dalam jasa
kesehatan karena sampai saat ini belum ada
instrument yang handal yang dapat menghambat
masuknya jasa pelayanan kesehatan.

2. Consumption Aboard (Mode 2)


Dalam mode 2 belum ada komitmen, karena tidak
ada batasan untuk menghambat misalnya seorang
pasien untuk berobat keluar negeri.

3. Commercial Precence (Mode 3)


Pada mode 3 ini diperlukan:
3.1. Kolegium kebidanan
3.2. Sertifikasi nasional
3.3. Sertifikasi internasional
3.4. Lisensi
3.5. Akreditasi
4. Temporary Movement of Natural Person (Mode 4)
Pada mode 4 yang menyangkut tenaga bidan asing
telah dinyatakan terbuka pada tahun 2010.

19 Selanjutnya juga terdapat program tingkat global yang


dilaksanakan oleh pemerintah yaitu Mdgs yang saat
ini dilanjutkan menjadi Sdgs, beberapa point yang
terdapat dalam sdgs sangat berkaitan dengan peran
fungsi bidan dalam peningkatan drajat kesehatan
masyarakat melalui peningkatan kesehatan ibu dan
anak yang terdapat dalam Goals 3 SDGs, Good Health
and will being yaitu Menjamin kehidupan yang sehat
dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di
segala usia, yaitu pada 2030:

1. Mengurangi AKI hingga di bawah 70 per 100.000


KH
2. Mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat
dicegah, dengan menurunkan Angka Kematian
Neonatal hingga 12 per 1.000 KH dan Angka
Kematian Balita 25 per 1.000 KH;

Bidan memasuki era global ini perlu persiapan yang


dimulai dengan kesadaran dan pemahaman untuk
individu bidan, organisasi profesi, pendidikan dan
pelayanan kebidanan.

Persiapan utama untuk menghadapi globalisasi


tersebut adalah:

1. Organisasi yang adekuat, bekerjasama dengan


organisasi terkait (stakeholder) untuk menentukan
dan mempunyai kewenangan dalam pendidikan
bidan serta pelayanan kebidanan.
2. Adanya standarisasi dalam sistem pendidikan
bidan disertai dengan monitoring dan evaluasi dari
sistem tersebut.
3. Adanya standarisasi pada sistem pelayanan
kebidanan disertai dengan monitoring dan
evaluasi pelayanan kebidanan.
4. Penguatan regulasi kebidanan untuk peningkatan
mutu pendidikan dan mutu pelayanan

Organisasi profesi yang adekuat, adanya sistem


pendidikan yang terstandar akan melahirkan lulusan
yang siap pakai berdaya saing dalam dunia kerja akan
mewujudkan pelayanan kebidanan yang prima siap
untuk tatanan global. Bidan secara personal memiliki:
kompetensi profesi, kompetensi komunikasi,
kompetensi personal, kompetensi sosial dan
kompetensi global. Untuk itu diperlukan bidan yang
memiliki ciri : sadar ilmu pengetahuan dan teknologi,
kreatif, beretika dan solidaritas.

20 C. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Analisis Lingkungan Internal dan


Eksternal
1. Analisis Lingkungan Internal
a. Manajemen Organisasi Analisis lingkungan Internal : pada diterima
Manajemen organisasi IBI diatur sesuai dengan Management organisasi blm ada tim
struktur dan fungsi masing-masing komponen. audit internal
Setiap komponen dalam organisasi telah memiliki
fungsi dan uraian tugas yang jelas. Komponen usulan adanya Tim AUDIT Internal IBI
tersebut adalah : Ketua Umum, Sekretaris Jendral, Adanya nya mekanisme usulan yang
Ketua I, Ketua II, Bendahara, Tim Teknis, Majelis lazim top down
Pertimbangan Organisasi (MPO/Penasehat),
Majelis Pertimbangan Etik Bidan, Yayasan Buah Usulan renstra sebelum RAKERNAS
Delima dan Bidan Delima. IBI sudah memiliki dg mekanisme Button up yaitu :
Mekanisme konsep renstra dibuat
manual untuk manajemen organisasi.
setelah ada penghimpunan aspirasi
mulai Ranting -Cabang – Daerah yang
b. Sumber Daya Manusia (SDM) kemudian dirangkum oleh PP untuk
Organisasi IBI dikelola oleh SDM yang telah disahkan dalam Rakernas /Konas
terlatih dalam bidang organisasi sesuai dengan
peran dan fungsinya. Dalam organisasi IBI ada dua
komponen/fungsi yaitu : fungsi sebagai pengurus
IBI dan fungsi sebagai sekretariat.

c. Sarana Prasarana
Pengurus Pusat IBI beralamat di Jalan Johar Baru
V/D13, Johar Baru, Jakarta Pusat, dengan luas
bangunan 1200 m² yang digunakan untuk yayasan
buah delima di lantai 1 dan sekretariat IBI di lantai
2 serta Jalan Johar Baru V No. 34 dengan luas
bangunan 214,7 m² yang digunakan oleh bidan
delima. Pengurus Pusat IBI juga memilki
kendaraan operasional sebanyak 1 mobil dan 3
motor.

Pengurus Daerah IBI masing-masing telah


mempunyai kantor baik milik sendiri atau berada
di Dinas Kesehatan Propinsi. Demikian pula PC IBI
juga sudah milik sendiri atau berada di Dinas
Kesehatan Kabupaten. Ada beberapa PD maupun
PC yang memilki kendaraan operasional. Pada
umumnya sekretariat IBI Propinsi sudah memiliki
sarana telpon, fax maupun komputer, namun
untuk sekretariat IBI tingkat kabupaten/kota
belum seluruhnya memiliki fasilitas tersebut.

d. Keuangan
Sumber keuangan IBI bersumber dari uang
pangkal,uang iuran anggota, sumbangan dalam
bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat,
penerimaan lain yang sah dan usaha lain
21 yang sah. Iuran tiap anggota Rp 10.000 (sepuluh
ribu rupiah) tiap bulan. Iuran tersebut dialokasikan
untuk : PR 50%, PC 25%, PD 15%, PP 10%. Anggota
IBI yang aktif membayar iuran berdasarkan data
per propinsi 5 tahun terakhir rata-rata 82,93%.

e. Sistem Informasi
Ikatan Bidan Indonesia telah memiliki :

1) Pedoman Sistem Informasi


2) Website: www.ibi.or.id
3) E-mail : ppibi@ibi.or.id
4) Telpon dan faksimili
5) Majalah Bidan
6) Jurnal
7) Facebook
Untuk Bidan Delima sistem informasinya :

1) Website : bidandelima.org
2) Email : bidandelimapusat@gmail.com
3) Telpon dan faksimili

f. Produk Layanan
Pengurus Pusat IBI, PD IBI, PC IBI memberikan
pelayanan secara berjenjang kepada anggota dan
institusi pendidikan, meliputi :

1) KTA
2) Seragam IBI dan atribut
3) Majalah, jurnal, prosiding, dan buku pedoman
4) Pelatihan-pelatihan
5) Rekomendasi STR
2. Analisis Lingkungan Eksternal Point 2 : Analisis Lingkungan External Diterima
a. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
1) Undang-undang RI No. 8 tahun 1999 tentang Belum dicantumkan peraturan
Perlindungan Konsumen terbaru tentang kebidanan dan
2) Undang-undang RI No. 39 tahun 1999 tentang perkembangan system informasi
Hak Asasi Manusia terbaru dengan memasukkan :
3) Undang-undang RI No. 23 tahun 2002 tentang 1. UU no.4 th.2019 tentang
Perlindungan Anak Kebidananan dan UU no.19
4) Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang tentang IT
Sistem Pendidikan Nasional 2. Terkait tupoksi : permenkes no
97 tahun 2014 diganti dgn yg
update permenkes no 21 th 2021
ttg pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, hamil, persalinan,
nifas, pelayanan kontrasepsi can
pelayanan sexual
3. kepmenkes 320 tahun 2020
tentang standar profesi
kebidanan
4. Revolusi 4.0: seluruh anggota
wajib mengetahui perkembangan
Ilmu dan Teknologi
5. Upaya mencapai Standar
pelayanan minimal
22 5) Undang-undang RI No. 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
6) Undang-undang RI No. 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431)
7) Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen
8) Undang-undang RI. No 25 tahun 2009
tentang Pelayanan publik
9) Undang-undang RI No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
10) Undang-undang RI No. 44 tahun 2009
tentang Rumah sakit
11) Undang-undang RI No. 52 tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan
dan pembangunan keluarga
12) Undang-undang RI No. 12 tahun 2012
tentang pendidikan tinggi
13) Undang-undang RI No. 13 tahun 2013
tentang Ketenagakerjaan
14) UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang
perlindungan anak
15) Undang-undang RI No. 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan
16) Peraturan Presiden RI No 8 tahun 2012
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI)
17) Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
18) Peraturan Pemerintah RI No. 33 tahun
2012 tentang ASI Eksklusif
19) Peraturan Pemerintah RI No. 96 tahun
2012 tentang Pelayanan Publik
20) Peraturan Pemerintah RI No. 12 tahun
2013 tentang Jaminan Kesehatan
21) Peraturan Pemerintah RI No. 4 tahun
2014 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi
22) Peraturan Pemerintah RI No. 47 tahun
2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
23 23) Peraturan Pemerintah RI No. 61 tahun
2014 tentang Kesehatan Reproduksi
24) Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1192
Tahun 2004 tentang Pendirian Diploma
Bidang Kesehatan
25) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 369
Tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan
26) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938
Tahun 2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan
27) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 230
tahun 2010 tentang Pedoman Rawat
Gabung.
28) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 229
tahun 2010 tentang Pedoman Asuhan
Kebidanan pada Masa Perimenopause
29) Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 1 tahun 2008
tentang Jabatan Fungsional Bidan
30) Peraturan Menteri Kesehatan No. 551
Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Bidan dan Angka
Kreditnya
31) Peraturan Menteri Kesehatan No. 411
tahun 2010 mengenai Laboratorium Klinik
32) Peraturan Menteri Kesehatan No. 46
tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
33) Peraturan Menteri Kesehatan No. 71
tahun 2013 tentang Pelayann Kesehatan
Pada Jaminan Kesehatan Nasional
34) Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun
2014 tentang Klinik
35) Peraturan Menteri Kesehatan No. 21
tahun 2016 tentang Penggunaan Dana
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
36) Peraturan Menteri Kesehatan No 25
tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak
37) Peraturan Menteri Kesehatan No. 28
Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional
38) Peraturan Menteri Kesehatan No. 59
tahun 2014 Standar Tarif JKN
39) Peraturan Menteri Kesehatan No. 75
tahun 2014 tentang Puskesmas
24 40) Peraturan Menteri Kesehatan No. 97
tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan dan Masa Sesudah
Melahirkan,Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, sertaPelayanan Seksual.
41) Peraturan Menteri Kesehatan No 99
tahun 2015 tentang Pelayanan Kesehatan
pada Jaminan Kesehatan Nasional
42) Peraturan Menteri Kesehatan No. 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
43) Peraturan Menteri Kesehatan No. 11
tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
44) Peraturan Menteri Kesehatan No. 12
tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
45) Peraturan Menteri Kesehatan No. 17
tahun 2017 tentang Rencana Aksi
Pengembangan Industri Farmasi Dan Alat
Kesehatan
46) Peraturan Menteri Kesehatan No. 27
tahun 2017 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
47) Peraturan Menteri Kesehatan No. 28
tahun 2017 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.
48) Peraturan Menteri Kesehatan No. 52
tahun 2017 Tentang Eliminasi Penularan
Human Immunodeficiency Virus, Sifilis,
Dan Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak
49) Peraturan Menteri Kesehatan No. 45
tahun 2018 tentang Perijinan dan
Klasifikasi Rumah Sakit.
50) Permenpan No. 1 /2008 tentang Jabatan
dan fungsi bidan
51) Permendikbud Nomor 50 tahun 2014
tentang sistem penjaminan mutu
pendidikan tinggi
52) Permenristekdikti No. 44 tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi
53) International Confederation of Midwives,
Essential Competencies for Basic
Midwifery Practice, 2013
54) World Health Organization, Standard of
Midwifery Practice for Safe Motherhood,
1999
55) Standar Pendidikan Bidan, IBI 2018
56) Standar Kompetensi Bidan, IBI 2018
57) Standar Pelayanan Kebidanan, IBI 2018
24 58) Standar Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Bidan, IBI 2018
59) Etik dan kode etik profesi IBI tahun 2018
Kebijakan dan hukum diatas adalah peraturan-
peraturan yang mendukung keberadaan tenaga
bidan, sebelum disahkannya UU Praktek Bidan.

b. Mitra IBI
Ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi
menjalani kerjasama dengan stakeholder terkait,
baik pemerintah maupun non pemerintah, yaitu :
1) Kementerian Kesehatan; 2) Kementerian Riset
dan Teknologi dan DIKTI; 3) BKKBN; 4)
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
dan perlindungan Anak; 5) Kementrian Kelautan
dan Perikanan; 6) Kementerian Penertiban
Aparatur Negara; 7) Kementerian Dalam Negeri; 8)
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal 9)
Kementerian Sosial; 10)WHO; 11) USAID; 12)
UNICEF; 13) Ford Foundation; 14) JHUCCP; 15)
Word Vision; 16) UNFPA; 17) Bill & Melinda Gates
Foundation; 18) JHPIEGO ; 19)
KOWANI/BKOW//GOW; 18) Yayasan Pendidikan
Kesehatan Perempuan (YPKP); 19) Save the
Children;20) MCCI; 21) Institusi Kebidanan; 22)
HSP; 23) Johnson & Johnson; 24) JNPK-KR 25)
Kapal perempuan; 26) GAVI; dan lainnya.

26 Analisis SWOT Usulan tambahan Peluang:

Point 3 : Analisis
SWOT Diterima
Peluang, belum tercantum peraturan
terbaru seperti point 2 hal.14 dan
Standar Pelayanan Minimal
 Menambahkan UU no.4 th.2019
tentang Kebidananan,
 Kepmenkes no. 320 th.2020, ttg
Standar Profesi
 UU no.19 tentang IT, dan
 Revolusi 4.0
 Standar Pelayanan Minimal

 usul bu utk butir kegiatan jabatan Advokasi penerpan PERMENPAN No


fungsional bidan di tambahkan 36 th 2019 ttg jabatan fungsional
angka kredit bagi bidan yang bidan
menduduki jabatan struktural.
angka kredit agar bisa di gunakan
utk kenaikan pangkat. karena
selama ini jabatan struktural yang
di jabat oleh seorang bidan tidak
ada angka krdeit di dalam butir
kegiatan

Usulan tambahan Kelemahan:


 Profesi bidan belum bisa Diterima
menduduki jabatan fungsional di 
tingkat management
kepemerintahan
 Usul ditambahkan pada no. 13.
Kepatuhan anggota IBI terhadap
penggunaan / pemakaian seragam
IBI masih rendah.
 Belum Semua Bidan yang sudah
Menjadi anggota IBI muncul dalam
KTA Online padahal sudah pernah
memiliki KTA yang dikeluarkan
secara manual (Belum migrasi
otomatis)
 Belum semua Bidan memahami
dalam penggunaan CPD Online
untuk perpanjangan STR
 beberapa anggota IBI menjadi
dapat menduduki
jabatanPengawas, administrator,
Pimpinan tinggi, anggota legislasi
 tidak aktif dalam organisasi IBI,
bidan yang diangkat dalam jabatan
fungsional lain mendapatkan
kesulitan memperoleh STR
 Ketidaksiapan Bidan Indonesia 4.0
di Era digital pelayanan kesehatan
dan medical tourisme (10 kawasan
wisata)
 Lulusan S2 kebidanan atau bidan
pendidik dan tidak bekerja di
lingkup kebidanan tidak aktif
menjadi anggota profesi.
Organisasi biasanya yang ada
dipelayanan. Bidan di struktural
dan fungsional lebih sibuk dan
tidak aktif di dalam organisasi
profesi. Tidak membayar iuran dan
tidak berminat memperpanjang
STR.
 Jenjang pendidikan tidak sesuai
dengan kenaikan jabatan.
 Bagi PC yg baru di bentuk hrs
bersusah payah tuk melengkapi
instrumen OP di tempat tab.mis.
berkaitan dgn KTA,STR, Iuran

Harapan:
Bidan (non-ASN) yang bertugas di Diterima
daerah terpencil mendapatkan
tunjangan oleh pemda.
27

28 BAB III BAB III NILAI, VISI, MISI, dan


NILAI, VISI, MISI DAN STRATEGIS STRATEGI

Dalam proses Concensus Decision Making Group (CDMG)


dirumuskan nilai, visi, misi dan strategis OP IBI untuk masa lima
tahun kedepan 2018 – 2023, yaitu :

A. Nilai-nilai
Point A : Nilai Diterima

1. Mengutamakan kebersamaan Tambahan Nilai


2. Mempersatukan diri dalam satu wadah 9. Azas keterbukaan dengan tetap
3. Pengayoman terhadap anggota mengedepankan etika
4. Pengembangan diri dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Seni (IPTEKS) Pembelajaran Untuk Masa Depan
5. Peran serta dalam pembangunan kesehatan 10. Menggunakan teknologi yang
6. Mempertahankan dan meningkatkan citra bidan belum ditemukan
7. Pelayanan berkualitas 11. Melakukan pekerjaan yang
8. Pemberdayaan Perempuan belum pernah ada.
12. Kemampuan untuk berjejaring
secara masif
13. Multitasking
14. Melek teknologi
15. Sangat tergantung pada
interaktivitas
16. Keterampilan visual-spasial yang
sangat kuat
17. bergantung sepenuhnya pada
internet
18. Berkeinginan untuk belajar
banyak hal esensial
19. Berkeinginan ditantang untuk
mencapai kesimpulan sendiri
20. Regulasi mengimbangi
perkembangan tekhnolog

B. Visi : Visi misi: Perlindungan hukum


untuk anggota harus ada

Menjadikan organisasi profesi yang handal dalam Mewujudkan


bidan profesional berstandar global

C. Misi :
Point c : Misi
Point 1
1. Meningkatkan kekuatan organisasi berbasis 8. Perlunya ketegasan perlindungan
Informasi Teknologi (IT) hukum anggota
2. Meningkatkan peran IBI dalam penjaminan mutu 9. Meningkatkan Kesejahteraan
pendidikan Kebidanan Anggota
3. Meningkatkan peran IBI dalam penjaminan mutu 10. Ditambahan pada misi no.4.
pelayanan Kebidanan Kesejahteraan dan perlindungan
4. Meningkatkan kesejahteraan anggota hukum anggota
5. Menjalin kerjasama dengan stakeholders
6. Meningkatkan inovasi pelayanan kebidanan Pengaturan standar penggajian
bidan di TPMB min sesuai UMR
7. Meningkatan pengembangan pelayanan berbasis Bidan.
researc

29 C. Penetapan tujuan jangka panjang Penetapan tujuan jangka panjang Diterima


Dalam proses Concensus Decision Making Group (CDMG) Kalimat lebih difokuskan, usulan: “
ditetapkan tujuan jangka panjang dengan memperhatikan tujuan jangka panjang adalah….
faktor eksternal dan faktor internal dengan prinsip Dapat dicapai dengan...
meningkatkan kekuatan yang ada untuk mengatasi Belum menyertakan kemampuan IT
kelemahan dan memanfaatkan peluang yang ada untuk dalam profesionalisme bidan karena
menghindari ancaman yang muncul. Tujuan jangka panjang sesuai dengan Misi organisasi IBI
yaitu meningkatkan kekuatan
ditetapkan juga dengan memperhatikan nilai-nilai, visi, misi
organisasi berbasis IT : maka
dengan demikian tujuan jangka panjang yang berkembang
ditambahkan kemampuan IT
saat Concensus Decision Making Group (CDMG) dan
ditetapkan adalah meningkatkan profesionalisme bidan
yang berfokus kepada kepuasan pelanggan.

D. SWOT Matriks
Dari analisa SWOT matriks (lihat lampiran 1) didapat :

Strength (Kekuatan) IBI :

1. Profesi bidan merupakan profesi yang diakui baik


nasional maupun internasional
2. Kepercayaan masyarakat terhadap OP tinggi
3. Kedudukan Organisasi yang berjenjang
4. Jumlah anggota yang banyak
5. Tingkat Pendidikan anggota yang semakin tinggi (s2
dan S3)
6. Kepengurusan dari tingkat pusat sampai tingkat
ranting di seluruh wilayah Indonesia
7. Rekomendasi IBI dibutuhkan untuk peningkatan mutu
pendidikan bidan dan anggota
8. Teknologi Informasi berbasis Online
9. Pelatihananggotameningkat
10. Advokasiterhadap mitra semakin meningkat
11. Kerjasama dengan stakeholder terkait semakin
meningkat
12. Perencanaan dan pelaporan program yang semakin
baik
13. Loyalitas anggota terhadap OP tinggi
14. RUU Kebidanan
15. Untuk Re-registrasi peran IBI menilai fortofolio dan
memberikan rekomendasi untuk re-registrasi
16. Memiliki Trainer yang Handal

30 Weaknesses (Kelemahan) IBI : Menambahkan point pada Diterima


substansi
1. Pengumpulan data dasar masih kurang Weaknesses (Kelemahan)
2. Pemanfaatan teknologi terhadap pendataan anggota 1. Belum Semua Bidan yang
kurang optimal sudah Menjadi anggota IBI
3. Profesionalisme bidan belum optimal muncul dalam KTA Online
4. Akses IBI ke pelayanan dan pendidikan belum optimal padahal sudah pernah memiliki
5. Sarana prasarana (multimedia) kurang KTA yang dikeluarkan secara
6. Dana dari iuran anggota belum optimal manual (Belum migrasi
7. Leadership dan menejemen kepengurusan IBI belum otomatis)
merata di setiap jenjang 2. Belum semua Bidan
8. Kepatuhan anggota terhadap SOP Pelayanan masih memahami dalam penggunaan
rendah CPD Online untuk
9. Monitoring dan evaluasi masih lemah perpanjangan STR
10. Belum Semua Bidan menjadi anggota IBI 3. Ditambahkan point kelemahan
11. Proses Penerbitan STR yang lama dalam migrasi data bidan yang
12. Kepatuhan membayar iuran secara tepat waktu masih sudah memiliki KTA lama
rendah kedalam Sistem Online
Opportunity (Kesempatan/Peluang) IBI : 4. Menambahkan point
kelemahan dengan system CPD
1. Pendanaan Pemda meningkat
Online yang belum difahami
2. Adanya dana desa
Bidan
3. Adanya RUU Kebidanan yang sudah pada tahapan
akhir
4. Pelayanan kebidanan terstandar
dihapus
5. Kesadaran masyarakat tentang hukum meningkat
Proses penerbitan STR yang lama
6. Program KIA menjadi perhatian global
7. IBI sebagai anggota dari organisasi tingkat nasional dan
internasional
8. Adanya program JKN
9. Peningkatan jenjang pendidikan vokasi ke pendidikan
profesi bidan
10. Kepercayaan terhadap IBI untuk menjadi tuan rumah
dalam kongres ICM
Treath (Tantangan) IBI :

1. Dukungan
pemerintah untuk pengembangan profesi belum optimal
2. Monitoring dan
evaluasi pasca pelatihan masih rendah
3. Jumlahanggota
IBI yang terusmeningkat
4. Tidak semua
pemda memberikan anggaran untuk OP IBI
5. Pendidikan
bidan yang belum memenuhi standar akreditasi
6. Belum semua
bidan menjadi anggota IBI
31 7. Tuntutan
stakeholder terhadap kualitas Bidan
8. Belum semua
PMB terstandar bidan delima
E. Pemilihan alternatif strategis
Pemilihan alternatif strategis didasarkan kepada hasil dari
SWOT matriks dan IE matriks yang dilandasi oleh hasil dari
EFE dan IFE matriks. (lihat lampiran 2)

Dari hasil matriks SWOT/TOWS posisi OP IBI berada dalam


future quadrant dan strategis yang dianjurkan adalah
related diversification, vertical integration, market
development, product development, dan market
penetration.

F. Penetapan alternatif strategis


Berdasarkan pada pemilihan alternatif strategis maka
selanjutnya dilakukan penetapan terhadap strategis yang
terpilih. Adapun strategis yang terpilih adalah product
development, market penetration dan market
development. Selanjutnya untuk menentukan strategis
mana yang paling baik maka digunakan matriks
Quantitative Strategisc Planning (QSPM) yang didasarkan
pada faktor-faktor kritis untuk sukses eksternal dan
internal. (lihat lampiran)

Berdasarkan kesesuaian strategis prioritas terpilih dengan


strategis yang dijabarkan dalam matrik SWOT. Maka
prioritas strategis sebagai berikut:

1. Strategis market penetration


a. Membangun kerjasama dan kepercayaan dari
donor dan mitra OP IBI
b. Peningkatan akses OP IBI terhadap pelayanan dan
pendidikan kebidanan
c. Peningkatan pengadaan sarana prasarana
(multimedia)
d. Membangun kepercayaan anggota IBI, donor dan
mitra dengan tetap menjaga mutu pengelolaan
keuangan yang accountable
Peningkatan advokasi kepada pemerintah untuk
mendukung pengembangan profesi bidan serta
32 e. pelaksanaan monitoring dan evaluasi pasca
pelatihan yang berkesinambungan
f. Peningkatan pembinaan terhadap anggota
berkaitan dengan peningkatan kompetensi,
propesionalisme dan aspek hukum

2. Strategis product development


a. Peningkatan pelatihan bagi anggota IBI
b. Peningkatan pengumpulan data dasar (need
assessment)
c. Peningkatan capacity building bagi pengurus IBI
d. Peningkatan pembinaan terhadap anggota
berkaitan dengan peningkatan kompetensi,
propesionalisme dan aspek hukum
e. Pegembangan standarisasi pendidikan bidan
dengan standar internasional

3. Strategis market development


a. Peningkatan akses OP IBI terhadap pelayanan dan
pendidikan kebidanan
b. Peningkatan advokasi kepada pemerintah untuk
mendukung pengembangan profesi bidan serta
pelaksanaan monitoring dan evaluasi pasca
pelatihan yang berkesinambungan
c. Peningkatan pembinaan terhadap anggota
berkaitan dengan peningkatan kompetensi,
profesionalisme dan aspek hukum

G. Penjabaran prioritas strategis ke dalam tujuan-tujuan


strategis

33
34
Bab IV Rencana Kerja Periode 2018-2023 Dicantumkan target sasarannya Diterima
Dalam rencana kerja periode belum dicamtumkan target perangkat Organisasi ,Capaian
sasarannya perangkat Organisasi kenerja periode
tahunan/pertengahan kepengurusan
agar dapat mengukur hasil kerja.

Sasaran kerja  harus dibuat 


supaya bisa menilai per tahun 
sehingga saat rakernas bisa
terlihat dan terukur termasuk
saat akhir kepengurusan.

1 35
36 SETJEN
Point 1
Meningkatkan kerjasama dengan stake holder  PMB MOU langsung dengan BPJS Diterima
 Adanya kelanjutan MOU dan MOA dengan stakeholder  BPJS Menaikkan biaya persalinan
 Adanya kelanjutan MOU dan
MOA dengan stakeholder dengan
mitra Baru

Pada sasaran stakeholder ada 5 mitra baru Perlu sosialisasi berjenjang siapa saja Diterima
yg menjadi mitra kerja IBI
Point 2
Meningkatkan dukungan pemerintah dalam pengembangan Advokasi pemeintah
jenjang karir dan kesejahteraan bidan - Permenpan 36 tahun 2019 tentang
- Advokasi ke Kemenkes, Kemenpan, BKKBN,  PERSI, ARSADA, Jabatan ungsional Bidan
ASKLIN
 Advokasi ke Pemerintah tentang pola Karir Bidan
Mengawal Implementasi Regulasi Hingga ke Tingkat -Permenkes No 28 tahun 2017 dan Diterima
Kabupaten Melalui Keberadaan PC dengan Pendekatan UU No 4 tahun 2019 (turunan UU)
Sistem

Pentingnya Menambahkan komponen kegiatan Menambahkan komponen Sasaran Diterima


implementasi regulasi karena ketika hasil advokasi terbit Kegiatan Pada
tidak bersamaan Program Kerja Ke-3 Sekjen
adopsinya pada setiap kabupaten kota. Meningkatkan dukungan
pemerintah dalam pengembangan
jenjang karir dan
kesejahteraan bidan yaitu dengan
menambahkan
indikator Implementasi Regulasi
dimana indikator
keberhasilannya adalah adanya
kesamaan aturan
pada seluruh kabupaten kota

Bahan apa saja yg perlu disiapkan


Point 3 Menyiapkan Bahan Untuk pertemuan ICM Regional agar dapat dipahami setiap Pengurus Diterima
Asia Pasifik dan anggota
bukan hanya bayar iuran ICM
perlu sosialisasi hasil / rekomendasi 
ICM ke layanan OP dibawahnya

36 Point 4
Pengembangan sistem Manajemen IBI Pelaksanaan Pelatihan IT bagi
Pengurus PD, PC dan PR

37 Point 5 Meningkatkan sarana prasara mulai


Meningkatkan Sarana dan prasarana dari PP, PD dan PC diterima
adanya seluruh perangkat organisasi Tersedianya perangkat organisasi
sesuia dengan pedoman yang ada
(Juklak)

Tersedianya ruang pelatihan dan


sarana pendukung . Diterima :
DENGAN Jumlah pengurus 509 org
(pengurus Cab) Tanggapan KU :
seyogyanya Gedung PP mampu Sebagai bahan pemikiran/diskusi
menampung kegiatan di Gedung
sendiri
usulan PP mampu menyediakan
Gedung yang mumpuni untuk
kegiatan 2 yang sifat nya Nasional
agar ada kebanggaan tersendiri bagi
seluruh anggota. (Prestise)

38 Point 6
Pertemuan Rutin antar PP setiap 3 buLan sekali Pertemuan Rutin antar PD dan PC Diterima
setiap 3 bulan sekali : ditambahkan
(Luring / Daring)/Sesuai Situasi &
Kondisi

Pertemuan Rutin antar PP setiap 3 buLan sekali Pertemuan Rutin antar PC dan PR
setiap 3 bulan sekali : ditambahkan
(Luring / Daring ) Sesuai Situasi &
Kondisi

Terdistribusinya Jurnal Majalah Bidan Pelaksanaan Work Shop, Orientasi, Diterima


Seminar tentang cara penyusunan
Jurnal bagi Bidan 39 6 Tersedianya
majalah bidan secara elektrik
sehingga memudahkan untuk
mengakses
2 40 BIDANG I
41 Point 1
Peningkatan Pembinaan terhadap   anggota berkaitan   dengan Apakah perlu :
peningkatan kompetesi, profesionalisme, peraturan perundang-  mempertimbangkan kompetensi Diterima
undangan dan aspek hukum SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia)
 Advokasi regulasi terkait
kompetensi bidan sesuai bidang
penugasannya (Bidan di OK,NICU
dll)

Adanya pedoman penanganan kasus


Adanya pedoman penanganan kasuskasus hukum dalam Diterima
hukum dalam pelayanan kebidanan,
pelayanan kebidanan
termasuk perlindungan hukum bagi
Bidan dalam melaksanakan tugas

Point 2
Menyusun draft penyempurnaan AD/ART 2018 – 2023

Advokasi ke Pemerintah / Menyusun pola jenjang karir bidan  Butir kegiatan bidan ahli Diterima
di pelayanan berdasarkan permenpan no.36
tahun 2019 untuk bisa
melaksanakan pelayanan disemua
Lini FKTP,RS,Puskesmas, Dinkes,
KB )
 Kaji ulang nilai sertifikat
seminar/pelatihan
 Kaji Ulang Permenpan RB no.36
tahun 2019 tentang jabatan
Advokasi ke Kemenkes, Kemenpan, BKKBN, PERSI, ARSADA, fungsional bidan :
ASKLIN Pengembangan profesi
(nilai ijazah setiap jenjang
pendidikan)
Percepatan lahirnya JUKLAK
dan JUKNIS oleh Kemenkes

Perlu update data anggota tiap tahun

3 46 BIDANG II
47 Point 4
Menyiapkan tenaga panitia uji kompetensi bidan Menyiapkan tenaga panitia yang Diterima
berasal dari profesi Bidan uji
kompetensi bidan termasuk UKOM
jenjang Jabatan

Point 5
Peningkatan kualitas pelayanan praktik mandiri bidan melalui  Update Teknologi dalam Diterima
penerapan standar bidan delima pelayanan kebidanan
 Adanya pembinaan yang
berkualitas dan
berkesinambungan kepada
anggota bidan delima untuk
mempertahankan kualitas
pelayanan kebidanan yang
diberikan

 Bimbingan Tekhnis, Monitoring


dan Evaluasi Bagi Bidan Delima

 Mohon pelatihan bidan delima


 Mohon dimasukkan rancangan
biaya Pelatihan yang baku

Perlu menambahkan butiran kegiatan pada renstra bidang II Diterima


point 5 yaitu advokasi regulasi dengan mengusulkan standar  Advokasi Regulasi Bidan Delima
bidan Delima sebagai salahsatu syarat Bidan Berjejaring dengan Sebagai syarat
BPJS Berjejaring/MOU dengan BPJS
penting dilakukan agar memiliki
standar yang sama
Bidan Delima
Ditambah supervisi fasilitatif secara
koontinue

47 BENDAHARA
Program Strategis no 1 Adanya Sistem RR Keuangan Berbasis
Menambah point kegiatan, ditambah satu point yaitu pelatihan IT Diterima
sistem keuangan organisasi / sistem aplikasi keuangan
organisasi Agar muncul kegiatan pelatihan
sistem keuangan
organisasi/ pembuatan sistem
aplikasi keuangan
organisasi.

Revitalisasi dg Mangement yang baru


Menambah point kegiatan, ditambah satu point yaitu pelatihan yang memiliki Landasan Hukum diterima
sistem keuangan organisasi / sistem aplikasi keuangan ( jadikan Koperasi )
organisasi
Agar muncul kegiatan pelatihan
sistem keuangan organisasi/
pembuatan sistem aplikasi keuangan
organisasi.
54 MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI
Menambah Program Strategis yaitu membuat Tim reaksi cepat
dalam
Penyelesaian masalah etika bidan Menambah satu point kegiatan Diterima
pembentukan Tim
Reaksi Cepat
Terbentuknya tim reaksi cepat masalah etik Ditambah sosialisasi SOP
bidan ditujukan agar tuntas suatu masalah penanganganan masalah bagi
yang menjadi isue. anggota
Penutup Tambah kesimpulan diterima

Catatan tambahan:

Usulan renstra mendatang untuk focus pada 5 isu penting:

6. Advokasi  turunan UU Kebidanan dan PMK 21


7. Penguatan layanan  penguatan peran TPMB dan peran bidan fasilitas kesehatan pertama serta rujukan.
8. Pendidikan dan Pelatihan
9. Kepemimpinan dan jenjang karir bidan
10. Pengorganisasian 
penguatan pengorganisasian untuk menyusun struktur dan renstra sesuai dengan standar, serta memastikan mengakomodir
permasalahan/kebjikan/kearifan lokal masing-masing daerah.
menyusun kode etik dan kode perilaku profesi.
memeriksa dan memberikan rekomendasi atas pelanggaran kode etik dan kode perilaku profesi.

Penyusunan rencana strategi harus memenuhi kaidah di buat tersistem agar dapat terukur pencapaiannya.

 Mengenai perayaan hari ultah IBI, seperti tabur bunga  disesuaikan pada masa pandemik
 Batas waktu HUT IBI harus dipertegas
 SK pengesahan PD PC hasil musda dan mucab  diusulkan SK PD di sahkan oleh PP, PC disyahkan oleh PD, dsr

Total peserta 87

Anda mungkin juga menyukai