KOTA PANGKALPINANG
2018-2023
KATA PENGANTAR
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan organisasi profesi bidan di
Indonesia. Wadah Para bidan dalam mencapai tujuan melalui kebijakan
peningkatan profesionalisme anggota guna menjamin masyarakat
mendapatkan pelayanan berkualitas. IBI didirikan pada tanggal 24 Juni 1951,
menjadi anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 dan
bergabung menjadi anggota ICM (International Confederation of Midwives)
pada tahun 1956. Kantor pusat berkedudukan di Jakarta, IBI memiliki
perwakilan di 34 Provinsi, 509 kota/kabupaten dan 3728 ranting diseluruh
indonesia.
Visi IBI adalah mewujudkan bidan profesional berstandar global. Misi IBI
adalah meningkatkan kekuatan organisasi, meningkatkan peran IBI dalam
meningkatkan mutu pendidikan bidan serta pelayanan, meningkatkan
kesejahteraan anggota dan mewujudkan kerjasama dengan jejaring kerja.
Nilai – nilai yang mendasari IBI adalah mengutamakan kebersamaan,
mempersatukan diri dalam satu wadah, pengayoman terhadap anggota,
pengembangan diri, peran serta dalam komunitas, mempertahankan citra
Bidan dan pelayanan berkualitas kepada Ibu dan Anak.
Visi IBI Kota Pangkalpinang
Jumlah anggota IBI dan anggota yang telah memiliki Kartu Tanda
Anggota (KTA)........., sedangkan jumlah bidan yang terdaftar di Majelis
Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) ada ........ (MTKP, September 2020)
sk
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah darah
Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan perjuangan Ikatan Bidan Indonesia sesungguhnya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pergerakan bangsa
Indonesia. Bahwa Ikatan Bidan Indonesia sebagai salah satu kekuatan
sosial, mempunyai hak, tanggung jawab dan kewajiban yang sama
dengan kekuatan sosial lainnya dalam rangka mengisi kemerdekaan
bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 demi masa depan yang lebih baik bagi keluarga, masyarakat
dan bangsa yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Maka, seluruh
anggota Ikatan Bidan Indonesia dalam pelaksanaan fungsinya sebagai
salah satu kekuatan sosial, mempersatukan diri dalam satu wadah yang
menghimpun semua potensi bidan di Indonesia yaitu “IKATAN BIDAN
INDONESIA” (IBI) yang didirikan secara nasional pada tanggal 24 Juni
1951 di Jakarta.
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang ada dalam sistem
kesehatan dan memiliki posisi strategis dalam penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan pelayanan
Keluarga Berencana (KB) dalam upaya pengendalian pertumbuhan
penduduk, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya
perempuan dan anak. Bidan dalam memberikan pelayanan harus
mampu menghadapi tuntutan yang terus berubah seiring perkembangan
masyarakat dan dinamika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah satu-satunya wadah
untuk menghimpun seluruh anggota IBI dalam pelaksanaan fungsinya
sebagai salah satu kekuatan sosial dalam mempersatukan diri setiap
anggotanya sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga IBI 2018-2023 BAB II pasal 6, bahwa Ikatan Bidan Indonesia
bertujuan:
1) Menggalang dan mempererat persatuan dan persaudaraan sesama
bidan, organisasi perempuan dan pihak terkait untuk mencapai visi
dan misi.
2) (Membina dan mengayomi anggota serta mengembangkan dan
meningkatkan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan
terutama dalam lingkup kebidanan.
3) Berperan serta dalam pembangunan, terutama dalam pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya
kesehatan ibu dan anak.
4) Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan serta
memberdayakan perempuan dalam masyarakat.
Untuk mencapai tujuan sebagaimana tercantum, PC IBI Kota
Pangkalpinang melakukan kegiatan baik dalam maupun luar
organisasi sesuai rencana kerja. Oleh sebab itu Rencana Kerja PC IBI
Kota pangkalpinang juga berbasis masyarakat, inklusif dan partisipatif
yang memungkinkan keterlibatan stakeholder dalam memberikan
masukan.
Sebagai organisasi profesi bidan di tingkat kota, PC IBI Kota
Pangkalpinang akan menghadapi tantangan baik lokal dan global.
Sebagai pengurus organisasi bidan pastinya mengharapkan dapat
mencapai keberhasilan pada saat ini dan yang akan datang.Disamping
untuk menghadapi lingkungan ekternal maupun internal yang kompetitif
dan turbulen, organisasi memerlukan sistem yang mampu
menerjemahkan hasil envisioning ke dalam action plan yang
komprehensif, koheren, terukur dan seimbang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penyusunan Rencana Kerja PC IBI tahun 2018-2023 adalah untuk
memberikan arah dan kendali program PC IBI dalam kurun waktu 5
(lima) tahun
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan yang
berkaitan dengan program Organisasi Profesi (OP) IBI baik
dilingkungan OP IBI maupun dengan mitra program
b. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi
program OP IBI
c. Sebagai alat komunikasi antara Pengurus Cabang dan Pengurus
Ranting dengan para anggota IBI maupun dengan mitra program
BAB II
ANALISIS SITUASI
i. Pendidikan Formal
Pendidikan dan pelatihan bidan akan menentukan kualitas
personal dan profesional bidan yang pada akhirnya akan
menentukan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya
kesehatan ibu dan anak.
Di Pangkalpinang, berdasarkan data Dinas kesehatan
Prpvinsi tahun 2019 jumlah tenaga bidan adalah 175.124 orang
yang tersebar di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dan
pendidikan (Rumah sakit, Puskesmas, RSAB, bidan Desa, BPS,
institusi pendidikan dan institusi lain). Hasil Riskesdas 2010
menunjukkan terdapat 82,2% persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan. diantaranya sebanyak 62,1% (75% persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dilakukan oleh bidan). Dalam
pelayanan KB diketahui bahwa pencapaian peserta KB baru
sebanyak 687.715 peserta, 32,2% diantaranya dilakukan di Bidan
Praktik Mandiri. Dari profil ini tampak bahwa bidan berperan
penting sebagai mitra perempuan dan tenaga kesehatan
professional strategis dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak
di Indonesia.
Realita yang ada bidan sebagai mitra perempuan merupakan
profesi yang memiliki pekerjaan dengan kompleksitas dan tanggung
jawab yang besar. Untuk menyiapkan bidan yang tanggap terhadap
situasi terkini dan dapat mengatasi berbagai situasi kompleks yang
dihadapi perempuan sepanjang siklus reproduksinya serta bayi dan
balita sehat, dibutuhkan bidan yang mampu berpikir kritis, analisis-
sintesis, advokasi dan kepemimpinan yang hanya dapat dihasilkan
oleh sistem pendidikan tinggi kebidanan yang berkualitas dan
mampu berkembang sesuai kebutuhan kemajuan zaman.
Dengan demikian bidan tidak hanya dituntut memiliki
kemampuan klinis saja tetapi juga harus memiliki kemampuan
menganalisa permasalahan non klinis dan sosial budaya yang
berpengaruh pada kualitas kesehatan reproduksi perempuan, serta
kemampuan pemberdayaan, advokasi dan negosiasi serta
kemampuan penelitian dalam pengembangan ilmu dan praktik
kebidanan. Dengan demikian, akses dan kualitas pelayanan
kesehatan reproduksi, memerangi kemiskinan, meningkatkan
pendidikan dan pemberdayaan perempuan atau kesetaraan gender
menjadi persoalan penting untuk dikelola dan diwujudkan.
Sejak terbitnya uu Undang-Undang ini mengatur mengenai
pendidikan Kebidanan,Registrasi dan izin praktik, Bidan warga
negara Indonesia lulusan luar negeri, Bidan Warga Negara Asing,
Praktik Kebidanan, hak dan kewajiban Organisasi Profesi Bidan,
pendayagunaan Bidan, serta pembinaan dan pengawasan. Dalam
pasal 48 menyatakan bahwa Kompetensi dan kewenangan Bidan
diperoleh berdasarkan pendidikan kebidanan lulusan program
diploma tiga dan pendidikan kebidanan lulusan program profesi
yang ditempuh
Pengembangan profesi bidan berjalan sangat lambat karena
berbagai sebab antara lain pengembangan pendidikan dan
dukungan stakeholders. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
pengembangan kualitas pelayanan kebidanan. Berbagai hasil riset
yang dilakukan oleh profesi lain, memperlihatkan rendahnya peran
bidan dalam pengembangan profesinya dan campurtangan profesi
lain yang tidak sepenuhnya sesuai dengan filosofi yang dimiliki oleh
bidan dalam proses pendidikan bidan menambah buruknya mutu
lulusan bidan. Lulusan yang dihasilkan lebih bersifat trained labour
dengan minimnya keterampilan clinical reasoning dan clinical
judgemnent sehingga tidak memenuhi standar kompetensi dan
profil bidan.
Disamping itu kebijakan pemerintah terhadap pendidikan
bidan yang terus berubah dan sangat tergantung pada kebutuhan
program menambah rendahnya mutu lulusan dengan variasi yang
tidak jelas dan tidak kompeten. Untuk itu sudah saat saatnya
pendidikan kebidanan diatur dalam sistem yang ajek dan IBI
sebagai organisasi profesi ikut terlibat langsung dalam
merencanakan dan menentukan bentuk pendidikan bidan.
Pendidikan kebidanan yang dibutuhkan saat ini di Indonesia adalah
pendidikan bidan yang mempersiapkan lulusannya mampu
bersaing ditingkat nasional maupun global diantara profesi dan
interprofesi. Hal ini diperkuat dengan UU Sisdiknas No 20 tahun
2003 yang menyatakan bahwa pendidikan profesi diperoleh
melalui pendidikan setelah strata satu. Demikian juga organisasi
bidan internasional (ICM) dalam kongresnya ke-29 pada tahun
2011 di Durban, Afrika Selatan juga memutuskan pentingnya ada
acuan standar pendidikan bidan bagi setiap Negara diseluruh
dunia. Dengan dasar inilah IBI menetapkan pendidikan bidan
Indonesia yang mengacu pada ketetapan ICM yaitu pendidikan
profesi bidan minimal strata satu profesi (S1–Profesi) dan
diselenggarakan di lembaga pendidikan tinggi (University
environment).
ii. Pelatihan
Pelatihan klinis untuk bidan dilaksanakan oleh Jaringan
Nasional Pelatihan Klinik (JNPK) beserta jajarannya, ditingkat
regional oleh Pusat Pelatihan Klinik Tertier (P2KT), ditingkat
propinsi oleh Pusat Pelatihan Klinik Skunder (P2KS) dan tingkat
kabupaten/kota oleh Pusat Pelatihan Klinik Primer (P2KP).
Pada saat ini pelatihan untuk bidan meliputi Asuhan Persalinan
Normal (APN), Asuhan Pasca Abortus (APK), Contrasepsi Update
(CTU), Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
(PONEK). Sedangkan Diklat IBI masih diperluka pelatihan :
kepemimpinan imunisasi, penggunaan Alat Bantu Pengambil
Keputusan (ABPK), fasilitator Bidan Delima, penggunaan buku KIA.
Pelaksanaan pelatihan tersebut masih sangat rendah karena masih
tergantung dari donor terutama peran pemerintah sangat
diharapkan.
iii. Seminar
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengadakan seminar secara
periodik pada acara-acara peringatan hari bersejarah bagi IBI.
Seminar juga dilaksanakan bersama mitra kerja. Topik seminar
disesuaikan dengan kebutuhan bidan, kebutuhan organisasi dan
kebutuhan program. Pelaksanaan seminar dilaksanakan dapat
berkoordinasi dengan PD propinsi.
iv. Peranan IBI dalam Pendidikan Bidan
Pendidikan bidan diselenggarakan oleh pemerintah (dalam hal
ini Dinas Kesehatan) bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK).
Pemberian rekomendasi melalui proses telaah proposal pengajuan
pendirian institusi dan visitasi ke lapangan. Pada kegiatan visitasi
lapangan PC IBI diikut sertakan untuk visitasi sebagai tim dari SDK
Dinas Kesehatan.
Kegiatan akreditasi pendidikan bidan dilaksanakan oleh
lembaga, yaitu Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN
PT). Untuk kegiatan akreditasi ditingkat pusat PP IBI telah menjadi
anggota assesor akreditasi BAN PT. Pelaksanaan akreditasi BAN
PT, profesi bidan masih tergabung dengan profesi lain. Demikian
pula, materi borang akreditasi masih bersifat umum, belum
menggambarkan untuk akreditasi pendidikan bidan. Sejak tahun
2010 PPIBI bersama 5 profesi kesehatan lain yaitu Kedokteran,
Keperawatan, Farmasi dan Kesehatan masyarakat didukung oleh
proyek Health Profesional Education Quliaty (HPEQ) projek telah
membentuk Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) yang nanti akan
berperan untuk melakukan akreditasi.
B. Program Pemerintah RI dan Program Global
a. Program Pemerintah
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2020-
2024 dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar berupa
kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Pemenuhan pelayanan dasar
itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024. Renstra dibentuk untuk menyelesaikan
masalah-masalah tersebut agar terpenuhi pelayanan dasar
masyarakat Indonesia. Strateginya dapat dilakukan melalui
peningkatan kesehatan ibu dan anak, KB, kesehatan reproduksi,
percepatan perbaikan gizi masyarakat, peningkatan pengendalian
penyakit, penguatan Germas, dan penguatan sistem kesehatan dan
lain- lain tentunya sejalan dengan tugas pokok dan fungsi bidan.
Peningkatan kesehatan ibu dan anak mencakup peningkatan
seluruh persalinan di fasilitas kesehatan, peningkatan kompetensi
bidan, penyediaan sarana prasarana dan farmasi, perluasan imunisasi
dasar lengkap terutama pada daerah dengan cakupan rendah dan
pengembangan imunisasi untuk menurunkan kematian bayi.
Prioritas Utama Arah Kebijakan & Strategi Kemenkes 2020-2024
yaitu peningkatan kesehatan ibu, anak, kb dan kesehatan reproduksi
peningkatan pelayanan kebidanan berkesinambungan (continuum of
obstetric care) di fasilitas publik dan swasta dengan mendorong
seluruh persalinan di fasilitas kesehatan, peningkatan cakupan dan
kualitas pelayanan antenatal, peningkatan kompetensi tenaga
kesehatan terutama bidan, perbaikan sistem rujukan maternal,
penyediaan sarana prasarana dan farmasi terutama jaminan
ketersediaan darah setiap saat, dan pencatatan kematian ibu di
fasilitas pelayanan kesehatan, perluasan imunisasi dasar
lengkap,peningkatan perilaku higiene,peningkatan gizi remaja putri dan
ibu hamil, peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga khususnya
pengasuhan, tumbuh kembang anak dan gizi, perluasan cakupan KB
dan kespro, peningkatan pengetahuan dan akses layanan kesehatan
reproduksi bagi remaja dan praremaja yang responsif gender;
peningkatan kompetensi PKB/PLKB, penguatan jejaring dalam
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi khususnya praktik mandiri
bidan, dokter swasta dan penguatan advokasi, KIE dan konseling
Visi kementerian Kesehatan:
Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden
Republik Indonesia yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong. Visi tersebut
diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi pembangunan yaitu:
1) Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan.
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati
diri sebagai negara maritim.
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian
Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus
menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu
hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan
status sosial ekonomi.
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan
semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian,
seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi
lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha,
masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan
kesehatan, Kementerian Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi
nilai-nilai yaitu:
1. PRO RAKYAT. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat
dan haruslah menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap
orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan
suku, golongan, agama, dan status social ekonomi.
2. INKLUSIF, Semua program pembangunan kesehatan harus
melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak
mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja.
Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus
berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi,
organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan
masyarakat akar rumput.
3. RESPONSIF, Program kesehatan haruslah sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi
permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, social budaya
dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam
mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga
diperlukan penanganan yang berbeda pula.
4. EFEKTIF, Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan
sesuai target yang telah ditetapkan, dan bersifat efisien.
5. BERSIH, Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan
akuntabel.
Bidan memasuki era global ini perlu persiapan yang dimulai
dengan kesadaran dan pemahaman untuk individu bidan, organisasi
profesi, pendidikan dan pelayanan kebidanan.
Persiapan utama untuk menghadapi globalisasi tersebut adalah:
1. Organisasi yang adekuat, bekerjasama dengan organisasi
terkait (stakeholder) untuk menentukan dan mempunyai
kewenangan dalam pendidikan bidan serta pelayanan kebidanan.
2. Adanya standarisasi dalam sistem pendidikan bidan disertai
dengan monitoring dan evaluasi dari sistem tersebut.
3. Adanya standarisasi pada sistem pelayanan kebidanan disertai
dengan monitoring dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Organisasi profesi yang adekuat, adanya sistem pendidikan
yang terstandar akan melahirkan lulusan yang siap pakai berdaya
saing dalam dunia kerja akan mewujudkan pelayanan kebidanan yang
prima siap untuk tatanan global. Bidan secara personal memiliki :
kompetensi profesi, kompetensi komunikasi, kompetensi personal,
kompetensi sosial dan kompetensi global. Untuk itu diperlukan bidan
yang memiliki ciri : sadar ilmu pengetahuan dan teknologi, kreatif,
beretika dan solidaritas.
C. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
a. Analisis Lingkungan Internal
i. Manajemen Organisasi
Manajemen organisasi IBI Kota Pangkalpinnag dimanage sesuai
dengan struktur dan fungsi masing-masing komponen. Setiap
komponen dalam organisasi telah memiliki fungsi dan uraian tugas
yang jelas. Komponen tersebut adalah : Ketua Umum, Sekretaris ,
Ketua I, Ketua II, Bendahara, Tim Teknis, Majelis Pertimbangan
Organisasi (MPO/Penasehat), Majelis Pertimbangan Etik Bidan dan
Yayasan Buah Delima.
ii. Sumber Daya Manusia (SDM)
Organisasi IBI dikelola oleh SDM yang telah terlatih dalam bidang
organisasi sesuai dengan peran dan fungsinya. Dalam organisasi
IBI ada dua komponen/fungsi yaitu : fungsi sebagai pengurus IBI
dan fungsi sebagai sekretariat.
iii. Sarana Prasarana
Sekretariat PC IBI Kota Pangkalpinang beralamatkan di
Jl.Pahlawan 12 Kelurahan Air Kepala 7 Nomor,
email:pkp.pcibi@gmail.com dengan status bangunan pinjaman.
namun untuk sekretariat IBI tingkat kecamatan belum seluruhnya.
iv. Keuangan
Sumber keuangan IBI bersumber dari iuran anggota, usaha,
pemda. Iuran tiap anggota Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) tiap
bulan. Iuran tersebut dialokasikan untuk : PR 50%, PC 25%, PD
15%, PP 10%. Anggota IBI yang aktif membayar iuran berdasarkan
data per propinsi 5 tahun terakhir rata-rata 70%.
v. Sistem Informasi
Ikatan Bidan Indonesia telah memiliki :
1) E-mail : pkp.pcibi@gmail.com
2) Majalah Bidan
vi. Produk Layanan
Pengurus PC IBI memberikan pelayanan secara berjenjang kepada
anggota dan pendidikan, meliputi :
KTA
Seragam IBI dan atribut
Majalah dan buku pedoman
b. Analisis Lingkungan Eksternal
1) Kebijakan dan Hukum
1) UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2) UU No. 36/2009 tentang Kesehatan
3) PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
4) PP No. 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
5) Kepmenkes RI No.1 th 00.06.2.4.1583/2002 tentang Kurikulum
DIII Kebidanan
6) Kepmenkes RI 1192/2004 tentang Pendirian Diploma Bidang
Kesehatan
7) Kepmenkes RI 369/2007 tentang Standar Profesi Bidan
8) Kepmenkes RI 938/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
9) Kepmenkes RI no 1796/ 2011 tentang registrasi tenaga
kesehatan
10)Kepmenkes RI no 28/ 2017 tentang Penyelengaraan Praktik
Bidan
11)Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
Tentang Kebidanan.
2) Mitra IBI
Ikatan Bidan Indonesia Kota Pangkalpinang sebagai organisasi
profesi menjalani kerjasama dengan stakeholder terkait, baik
pemerintah maupun non pemerintah, yaitu : 1) Dinas Kesehatan; 2)
Dinas Pendidikan 3) BKKBN; 4) Badan Pemberdayaan Perempuan
dan lainnya.
c. Analaisis SWOT
KEKUATAN KELEMAHAN
PELUANG ANCAMAN
F 1. Miningkatnya jumlah 1. Dukungan
A anggota yang cepat akibat pemerintah untuk profesi bidan
K adanya pendidikan Bidan belum optimal
T yang banyak
2. Pelayanan 2. Monitoring dan
O
kebidanan terstandar evaluasi pasca pelatihan masih
R
rendah
3. Kesadaran 3. Pendidikan bidan
E
masyarakat tentang hukum belum terstandar
K
meningkat
S
T 4. Program KIA 4. Jumlah anggota IBI
E menjadi perhatian global terus meningkat
R
5. Pendanaan dari 5. Tidak ada anggaran
N donor dan mitra IBI meningkat langsung dari pemerintah untuk
A OP
6. Adanya alokasi
L
dana untuk LSM di pemerintah
baik tingkat kota maupun
kecamatan
BAB III
NILAI, VISI, MISI DAN STRATEGI
SEKRETARIAT
BIDANG 1
9.
10.
11.
12.
13.
14.
a.
b.
15.
16.
BIDANG 2
N PROGRAM KEGIATAN SASARAN KEGIATAN / BIAYA PJ 2019 2020 2021 2022 2023
O STRATEGIS INDIKATOR
KEBERHASILAN
1 Pengembangan Meningkatkan Adanya dukungan
standarisasi advokasi kepada pemerintah terhadap V V V
pendidikan bidan pemerintah untuk pengembangan pendidikan
dengan standar mendukung dan pelayanan kebidanan
pengembangan
pendidikan dan
pelayanan kebidanan.
2 Peningkatan pelatihan Melaksanakan Meningkatnya kompetensi
bagi anggota IBI Pelatihan – pelatihan dan profesionalisme bagi V V V
klinis dan non klinis anggota IBI
Penyelenggaraan Terlaksannya
seminar/ws/symp seminar/ws/sym dalam V V V
dalam pendidikan dan pendidikan dan pelayanan
pelayanan kebidanan kebidanan
BENDAHARA
N PROGRAM KEGIATAN SASARAN KEGIATAN / BIAY PJ 201 201 201 201 201
O STRATEGI INDIKATOR KEBERHASILAN A 4 5 6 7 8
1. Pemantapan Finalisasi Buku Etika dan Adanya Buku Etika & Kode Etik V
Pedoman Etika dan Kode Etik Ikatan Bidan Profesi Bidan yang sudah
Kode Etik Bidan Indonesia hasil KONGRES direvisi
Adanya Pedoman Implementasi V
Indonesia XV
Kode Etik Profesi Bidan
Menyusun mekanisme / Adanya Mekanisme/SOP V
SOP penanganan masalah Penanganan Masalah
2. Meningkatkan Sosialisasi standar Etika Terselenggaranya sosialisasi
kesadaran anggota dan Kode Etik Profesi Bidan standar Etik & Kode Etik IBI
dalam etika dan Indonesia
hukum
3. Meningkatnya Pembinaan anggota IBI Terselenggaranya Pembinaan V V V V V
Kepuasan secara berjenjang anggota IBI secara berjenjang
Masyarakat atau
Pendampingan anggota Terselenggaranya V V V V V
Pelayanan Bidan dan
yang di duga malpraktik Pendampingan anggota yang di
OP
duga malpraktik
Mediasi dengan pihak Terlaksananya mediasi dengan V V V V V
terkait pada anggota yang pihak terkait
diduga malpraktik
BAB V
PENUTUP
Rencana Kerja PC IBI Kota Pangkalpinang tahun 2018 – 2023 ini merupakan
acuan dalam pelaksanaan program kerja IBI. Dengan adanya rencana kerja
semua jajaran kepengurusan IBI dapat mengarahkan diri dalam mewujudkan
visi dan misi IBI.
Harapan kita semua Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan
Rahmat dan Hidayah – Nya kepada Ikatan Bidan Indonesia dan bidan – bidan di
seluruh Bangka Belitung dan Kota pangkalpinang Khususnya tercinta. Amin.