Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TAHAPAN TUMBUH KEMBANG ANAK SEKOLAH

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

ANDI WIYANA : 11409719048

INDRA ADI KUSUMA : 11409719057

MIRANDA ANGRAINI : 11409719061

RENITA VITA TRIYANTI : 11409719068

SANIA HIDAYAH : 11409719070

SUTIKNO : 11409719072

YOGI FEBY PEBRIA BAYU .P. : 11409719075

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI / TANJUNGPURA


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Banjarmasin, Maret 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................2

D. MANFAAT PENULISAN............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN...........................................................................................6

B. ETIOLOGI.................................................................................................8

C. PATOFISIOLOGI.......................................................................................9

D. MANIFESTASI KLINIS............................................................................10

E. PATWAY.................................................................................................11

F. KLASIFIKASI...........................................................................................14

G. KOMPLIKASI..........................................................................................14

ii
H. PENATA LAKSANAAN............................................................................14

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...............................................................17

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN..........................................................................................18

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................19

C. INTERVENSI KEPERAWATAN...............................................................20

D. IMPLEMENTASI......................................................................................22

E. EVALUASI...............................................................................................22

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN.........................................................................................23

B. SARAN....................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil
dari proses pematangan fungsi – fungsi fisik, yang berlangsung secara
normal pada diri anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu.
(Kartono)
Sedangkan menurut crow and crow pertumbuhan pada umumnya
dibatasi pada perubahan – perubahan struktural dan fungsional dalam
pembentukan seseorang secara jasmaniah dari saat masih terbentuk
konsepsional (janin) melalui periode prenatal (dalam kandungan ),
postnatal (lahir) sampai pada keewasaanya.

Menurut Kamus Lengkap Psikologi ( J.P. Chaplin, 2004: 134)


perkembangan adalah kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari
tingkah laku yang tidak dipelajari.
Bijou dan Baer ( dalam Sunarto dan B. Agung Hartono, 2002:39 )
mengemukakan perkembangan adalah perubahan progresif yang
menemukan cara organisme bertingkah laku dan berinterkasi dengan
lingkungan.

Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang


dilakukan pada setiap tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita,
kanak-kanak, remaja, dewasa maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki
tahapan dimana mereka sudah cukup mengerti dan memahami sesuatu
serta mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.

Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi


dirinya yang digunakan dalam rangka mencapai kematangan ketika
individu tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala
labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak

1
terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang
lain di sekitarnya.

Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa


sekolah dimana mereka akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih
luas dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak usia sekolah agar
dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan
potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud konsep pertumbuhan anak usia sekolah?
2. Bagaimana konsep perkembangan anak usia sekolah menurut ahli?
3.Bagaimana perkembangan seksualnya?
4. Bagaimanakah dengan komunikasi pada usia sekolah?
5. Bagaimana bermain pada usia sekolah?
6. Apa yang dimaksud perawatan anak dengan hospitalisasi?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep pertumbuhan anak usia sekolah
2. Memahami konsep perkembangan anak usia sekolah menurut
ahli
3. Memahami perkembangan seksualnya
4. Memahami komunikasi pada usia sekolah
5. Memahami cara bermain pada anak usia sekolah
6. Mengetahuo perawatan anak dengan hospitalisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pertumbuhan Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)


1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan (growth) adalah peningkatan jumlah dan besar sel di
seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri menyintesis
protein-protein secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya
fungsi alat-alat tubuh.Perkembangan (development) adalah perubahan
secara berangsur - angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat - alat
tubuh.
2. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Faktor hereditas
Adalah factor keturunan secara genetic dari orang tua kepada anak.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan pranatal
1) Gizi ibu ketika hamil
2)   Posisi janin
3) Zat kimia
4) Faktor hormonal
c.    Lingkungan pascanatal
1) Sosial budaya
2) Nutrisi
3) Cuaca/iklim
4) Olahraga
5) Status kesehatan
6) Posisi anak dalam keluarga
3.   Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak usia sekolah (6-12
tahun)
a. Parameter Umum

3
Rata-rata tinggi badan anak usia 6-12 tahun 113 cm dan rata-rata
BB anak usia 6-12 tahun mencapai 21 kg.
b. Nutrisi
Kebutuhan kalori harian anak usia 7-12 tahun menurun sehubungan
dengan ukuran tubuh, dan rata-rata membutuhkan 2400 kalori
perhari. Banyaknya anak yang tidak menyukai sayuran, biasanya
hanya satu jenis makanan,yang disukai orang tua memiliki peranan
penting dalam mempengaruhi pilihan anak terhadap makanan.
c. Pola tidur
Kebutuhan tidur setiap anak bervariasi, biasanya 8 sampai 9,5 jam
setiap malam.
d. Kesehatan gigi
Mulai sekitar usia 6 tahun gigi permanen tumbuh dan anak secara
bertahap kehilangan gigi desi dua.
e. Eliminasi
Pada usia 6 tahun, 85% anak memiliki kendala penuh terhadap
kandung kemih dan defekasi, enurisis nocturnal (mengompol) terjadi
pada 15% anak berusia 6 tahun.

B. Konsep Perkembangan menurut Feud, Erikson, Sullivan, Kohlberg dan


Piaget
Perkembangan Psikososial
1. Tinjauan (Erikson)
a. Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai “Industri
Versus Inferioritas”. “Industri” yang dimaksud adalah kemampuan
seorang anak dalam menguasai tugas perkembangannya
(kepandaian), sedangkan “Inferioritas” merupakan perasaan dimana
seorang anak merasa rendah diri dan kepercayaan dirinya turun
akibat suatu kegagalan dalam memenuhi standar yang ditetapkan
orang lain untuk anak.
1) Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup
teman sekolah dan guru.

4
2) Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas
perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi, dan inisiatif) dan
saat ini berfokus pada penguasaan kepandaian (Industri).
3) Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk
pencapaian.
4) Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak
realistis atau perasaan gagal dalam memenuhi standar yang
ditetapkan orang lain untuk anak. Ketika anak merasa adekuat,
rasa percaya dirinya akan menurun.

b. Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan sktivitas yang dapat ia
selesaikan
c. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerja
sama untuk mencapai tujuan.
d. Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin
meningkat.
2. Rasa takut dan stressor
a. Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal
dapat terselesaikan atau berkurang. Namun, anak dapat
menyembunyikan rasa takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai
“pengecut” atau “bayi”.
b. Rasa takut yang sering terjadi:
1)   Gagal di sekolah
2) Gertakan
3) Guru yang mengintimidasi
4) Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
c. Stressor yang sering terjadi
1) Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu
dipermalukan, membuat keputusan, membutuhkan
izin/persetujuan, kesepian, kemandirian dan lawan jenis.
2) Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu
kematangan seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi, tekanan

5
dari teman sebaya, dan keinginan untuk menggunakan obat-
obatan.
d. Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi
rasa takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian
tanpa menjadi overprotective.
e. Anak perlu mengetahui bahwa orang-orang akan mendengarkan
mereka dan memahami perkataannya.
3. Sosialisasi
a. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan
kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dan
aktivitas yang lebih kompleks, membuat keputusan, dan kegiatan
yang memiliki tujuan.
b. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya,
perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
c. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang
baru.
d. Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan
banyak waktu dan energi.
4. Bermain dan mainan
a. Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama periode usia
sekolah.
b. Karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, klub rahasia, aktivitas
“geng”, pramuka atau organisasi lain. Puzzle yang rumit, koleksi,
permainan papan, membaca dan mengagumi pahlawan tertentu.
c. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan
permainan.
d. Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan meliputi:
1) Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit
2) Buku dan kerajinan tangan
3) Musik dan seni
4) Kegiatan olahraga (mis:berenang)
5) Kegiatan tim

6
6) Video game (tingkatkan pemantauan orang tua terhadap isi
permainan untuk menghindari pajanan terhadap perilaku
kekerasan dan seksual yang tidak dikehendaki).
5. Disiplin
a. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan
membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya,
walaupun membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang
dipercaya untuk menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan
untuk membuat keputusan.
b.    Tanggungjawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia
sekolah merasa bahwa mereka merupakan bagian penting keluarga
dan meningkatkan rasa pencapaian terhadap prestasi mereka.
c. Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas anak,
membantu dalam mengajarkan keterampilan, nilai, dan rasa
tanggungjawab.
d.   Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan
pemberi asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret dan
beralasan (memberikan penjelasan yang meyakinkan) serta
mempertahankan peraturan sampai batas minimal.
Perkembangan Psikoseksual
1. Tinjauan (Freud)
a. Periode latensi, yang terdiri dari usia 5-12 tahun, menunjukkan tahap
yang relative tidak memperhatikan masalah seksual sebelum masa
pubertas dan remaja.
b. Selama periode ini, perkembangan harga diri berkaitan erat dengan
perkembangan keterampilan untuk menghasilkan konsep nilai dan
menghargai seseorang.
2. Perkembangan seksual
a. Masa peremajaan dimulai pada akhir usia sekolah, perbedaan
pertumbuhan dan kematangan diantara kedua gender semakin nyata
pada masa ini.
b. Pada tahap awal usia sekolah, anak memperoleh lebih banyak
pengetahuan dan sikap mengenai seks. Selama usia sekolah, anak
menyaring pengetahuan dan sikap tersebut.

7
c. Pertanyaan mengenai seks memerlukan jawaban jujur yang
berdasarkan tingkat pemahaman anak.
Perkembangan Kognitif
1. Tinjauan (Piaget)
a.   Anak berusia antara 7-11 tahun berada dalam tahap konkret
operasional, yang ditandai dengan penalaran induktif, tindakan logis,
dan pikiran konkret yang reversible.
b. Karakteristik spesifik tahapan ini antara lain:
1) Transisi dari egosentris ke pemikiran objektif (yaitu:melihat dari
sudut pandang lain, mencari validasi, bertanya).
2) Berfokus pada kenyataan fisik saat ini disertai ketidakmampuan
melihat untuk melebihi kondisi saat ini.
3) Kesulitan menghadapi masalah yang jauh, masa depan atau
hipotesis.
4) Perkembangan berbagai klerifikasi mental dan aktivitas yang
diminta.
5) Perkembangan prinsip konservasi (yaitu:volume, berat, massa,
dan angka).
c. Aktivitas yang khas pada anak tahap ini antara lain:
1) Mengumpulkan dan menyortir benda (mis:kartu baseball, boneka,
dan kelereng)
2) Meminta/memesan barang-barang menurut ukuran, bentuk,
berat, dan criteria lain.
3) Mempertimbangkan pilihan dan variabel ketika memecahkan
masalah.
2. Bahasa
a. Anak mengembangkan pola artikulasi orang dewasa formal pada usia
7-9 tahun.
b. Anak belajar bahwa kata-kata dapat dirangkai dalam bentuk
terstruktur.
c. Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan paling
penting yang dikembangkan oleh anak.
Perkembangan Moral

8
Pada usia ini, konsep moral anak tidak lagi sesempit dan sekhusus
sebelumnya. Antara usia 7-12 tahun, konsep anak mengenai keadilan sudah
berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar-salah (yang
dipelajari dari orangtua) menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan
keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Menurut Piaget, “relativisme
moral menggantikan moral yang kaku”. Sebagai contoh: Bagi anak 5 tahun,
berbohong selalu buruk. Sedangkan bagi anak yang lebih besar, dia sadar
bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan; dan oleh karena itu,
ia terpengaruh situasi, bahwa berbohong tidak selalu buruk.
1. Tahapan moral Kohlberg:
a. Tingkat pertama, moralitas anak baik – anak mengikuti peraturan
untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan
hubungan-hubungan yang baik.
b. Tingkat kedua, moralitas konvensional – yaitu moralitas dari aturan-
aturan dan penyesuaian konvensional. Jika kelompok sosial
menerima peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok,
maka anak harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk
menghindari penolakan kelompok dan celaan.
Ketika anak mencapai akhir masa kanak-kanak, kode moral
berangsur-angsur mendekati kode moral dewasa, dimana perilakunya
semakin sesuai dengan standar-standar yang ditetapkan oleh orang
dewasa.Perkembangan moral anak-anak, ditentukan oleh: peranan disiplin,
perkembangan suara hati, pengalaman rasa bersalah, dan pengalaman rasa
malu.

C. Perkembangan Seksual
Anak biasanya mengetahui bahwa  memperhatikan tubuh orang lain.
Di umur ini anak masih bermain peran yang melibatkan perbedaan jenis
kelamin karena rasa keingintahuannya. Anak mulai mendengar dan
memperhatikan kata-kata yang “berbau” seks, kadang mereka menggunakan
istilah-istilah tertentu yang mereka dapatkan dari teman-temannya. Mereka
masih merasa tertarik pada proses kehamilan dan persalinan. Anak mulai
memilih teman sejenis sebagai teman dekatnya. Anak sudah malu jika tidak
berpakaian dengan baik di depan orang lain dan juga di depan orang tuanya.

9
Permainan “seksual” yang sering diperankan adalah permainan bermain
saling berpura-pura mengenai perkawinan atau bermain peran “dokter-
pasien/perawat”.
Tahap ini anak mulai menggunakan energinya untuk mulai aktivitas
intelektual dan fisik, dalam periode ini kegiatan seksual tidak muncul,
penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini.
Walaupun orangtua tidak sepenuhnya memberikan pendidikan seks
yang jelas dan benar kepada anak-anaknya, secara disengaja atau tidak,
seorang anak telah mengawali tahap kehidupan seksualnya sendiri, yang
didapat melalui berbagai pertanyaan, permainan, dan dari lingkungan
sekitarnya. Pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh seorang anak
biasanya tentang perbedaan anggota tubuh laki-laki dan perempuan.
Seorang anak perempuan akan bertanya kepada orngtuanya, mengpa
bentuk tubuhnya berbeda dengan kakak lelakinya. Dalam hal ini, orang tua
harus mempunyai kepekaan yang tajam terhadap pikiran-pikiran yang ada
dalam benak anak tersebut. Pada tahap ini, seorang anak biasanya lebih
merisaukan keadaan tubuhnya darpada rasa keingintahuannya. Bisa saja
pikiran anak tadi menjadikan dirinya tidak merasa dicintai oleh orangtuanya
karena tidak memiliki bentuk tubuh seperti kaka lelakinya. Biasanya,
pertanyaan seperti itu muncul lebih awal karena si anak sendiri sering melihat
ketelanjangan anggota keluarga atau teman-temannya. Sebaiknya seorang
anak dihindarkan dari ketelanjangan orangtuanya. Hubungan yang terjadi
antara orangtua dan anak adilandasi rasa kekaguman tersebut, tidak
diragukan lagi nilai kekaguman dan hormat kepada orangtuanya akan
semakin ilang.
Pertanyaan yang sering muncul dalam benak si anak adalah tentang
darimana seorang bayi berasal. Sebagian anak berpendapat, bayi yang baru
lahir merupakan pemberian Tuhan yang akan diberikan kepada seseorang
jika orang itu berbuat kebaikan.

D. Komunikasi
1. Cara komunikasi dengan anak
a. Melalui orang lain/pihak ketiga

10
Cara berkomunikasi inidapat menumbuhkan kepercayaan
diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi
dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang
berada di samping anak.
Komunikasi ini dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang
dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada
pokok pembicaraan.
b. Bercerita
Hendaknya sesuai dgn pesan yang akan disampaikan
c. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi,
melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat
diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan
respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan
dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan
negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
d. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan
untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku
atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak.
e. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan
dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak
pada saat itu.
f. Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini dapat menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada
situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai
dengan pendapat anak.
g. Penggunaan skala.

11
Penggunaan skala atau peringkat dapat mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri,
cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.
h. Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya
baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya
banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara
ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan
untuk menulis.
i. Menggambar
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan
untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah
yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan
mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan
maksud dari gambar yang ditulisnya.

j. Bermain
Bermain merupakan alat efektif pada anak dalam
membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal
antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan
pesan-pesan dapat disampaikan.

2. Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak

a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Sikap
d. Usia Tumbuh kembang
e. Status kesehatan anak
f. Sistem sosial
g. Saluran

12
h. Lingkungan.
E. Bermain
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut
jenis kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika diberikan mainan jenis mekanik
yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai
seorang laki-laki misalnya mobil-mobilan. Ank perempuan lebih tepat
diberikan permainan yang dapt menstimulasi untuk mengembangkan
perasaan, pikiran, dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang
perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.
1. Fungsi bermain pada anak.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreatifitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan
bermain sebagai terapi.
a. Perkembangan sensorik motorik.
Aktivitas sensorik dan motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang
digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan
sensorik motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan
prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.

b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakumbedakan eksploitasi dan
manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan
sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur,
dan membedakan objek.
c. Perkembangan social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain,
anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang
lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
social dan belajar memesahkan masalah dari hubungan tersebut.

13
Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah
tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya di
luar lingkungan keluarga.
d. Perkembangan kreatifitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan/atau kegiatan
yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain anak akan belajar
dan mencoba merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan
merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan
kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan
belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya
dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya
terhadap orang lain.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai dasar dan salah dari
lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Denagan
melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta
belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya.

g. Bermain sebagai terapi


Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut

14
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stresorr yang ada di lingkungan rumah
sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permaianan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenanganya melakukan permainan. Dengan demkian
permainan adalah media komunikasi antara anak dengan orang
lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan di rumah
sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui
ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan
permainan atau melalui interaksi yang ditunjukan anak dengan
orang tua dan teman kelompok bermainnya.
2. Tujuan bermain.
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat
di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga
kesinambungannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-
idenya. Seperti yang telah di uraikan diatas pada saat sakit dan
dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat
mengekspresikannya.
c. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan
masalah. Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi,
fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam
pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga akan
dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya, semakin
lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat
menyelesaikannya dengan baik.

15
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat di rumah sakit. Stress yang dialami anak dirawat di rumah
sakit tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang dialami
orang tua. Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan
anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang
dialaminya di rumah sakit secara efeAKTORktif. Permainan
adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena telah terbukti
dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan marah.
3. Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
Ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak
yaitu tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan
anak, jenis kelamin anak, lingkungan yang mendukung, serta alat dan
jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak.

F. Perawatan Anak dengan Hospitalisasi


1. Tinjauan
a. Stressor meliputi, takut terhadap mutilasi dan kematian, perhatian
terhadap kesopanan.
b. Anak usia sekolah mengalami kesulitan dengan ketergantungan yang
dipaksakan.
2. Reaksi terhadap penyakit
a. Anak usia sekolah menganggap kekuatan dari luar sebagai penyebab
penyakit.
b. Mereka menyadari perbedaan tingkat keparahan penyakit. Misalnya,
mereka mengetahui bahwa kanker lebih serius daripada sakit flu.
3. Reaksi terhadap hospitaliasasi
a. Mekanisme pertahanan utama anak usia sekolah adalah reaksi
formasi, suatu mekanisme pertahanan yang tidak disadari. Anak
menganggap suatu tindakan adalah berlawanan dengan dorongan
hati yang mereka sembunyikan.
b. Anak usia sekolah dapat bereaksi terhadap perpisahan dengan
menunjukkan kesendirian, kebosanan, isolasi, dan depresi.
c. Perasaan hilang kendali dikaitkan dengan bergantung kepada orang
lain dan gangguan peran dalam keluarga.

16
d. Takut cedera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut
terhadap penyakit, kecacatan, dan kematian.
4. Penatalaksanaan keperawatan
a. Berikan intervesi umum
1) Motivasi pengungkapan secara verbal
2) Motivasi perawatan diri
3) Motivasi interaksi dengan teman sebaya
4) Beritahu bahwa anak usia sekolah “boleh” untuk menangis
5)   Berikan informasi factual, gunakan model untuk
mendemonstrasikan konsep atau prosedur
6) Sediakan benda atau aktivitas pengalih
b. Berikan kenyamanan fisik dan intervensi yang aman
1) Berikan anak usia sekolah kesempatan untuk mengendalikan
seluruh fungsi tubuhnya
2) Bantu perkembangan keterampilan motorik halus anak.
Anjurkanlah hal-hal berikut ini:
a)      Mainan bongkar pasang, seperti satu set Lego
b)      Menggambar
c)      Permainan computer
d)     Menggambar bagian-bagian tubuh
e)      “Membaca catatan” saat ada pendidikan kesehatan untuk
pasien
3) Perbolehkan anak untuk berpartisispasi dalam pengobatan.
c.   Berikan intervensi kognitif
1) Bantu mengembangkan cara berpikir rasional (berikan
penjelasan ilmiah, rasional, dan peraturan) dan bantu membuat
keputusan
2) Bantu anak menguasai konsep konservasi, konstan dan
reversibilitas, klasifikasi dan kategorisasi
a) Biarkan anak untuk mencatat asupan dan pengeluaran
urine serta tanda-tanda vital
b) Anjurkan anak untuk mengatakan kepada perawat kapan
prosedur harus dilakukan
c) Bantu anak membuat buku catatan kecil

17
d) Gunakan konsep, seperti kartu atau papan permainan,
dalam penyuluhan atau permainan
e) Motivasi anak untuk mengerjakan tugas sekolah
c. Berikan waktu untuk, dan dorong anak mengungkapkan secara
verbal (bicarakan
waktunya)
e. Berikan intervensi psikososial dan emosional
Berikan kesempatan untuk menyalurkan tekanan
a) Anjurkan interaksi dengan teman sebaya, penyuluhan kelompok,
dan batasi lingkungan
b)      Hindari ruangan yang digabung dengan usia lain
5. Tingkatkan pencapaian kemampuan
a. Berikan pujian terhadap cara bermain yang kooperatif
b. Beri anak tugas yang dapat diselesaikan
c. Libatkan anak dalam perawatan

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak


1. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster,
pembunuhan dan  diawali oleh situasi yang asing.àbinatang buas
2. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
3. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
4. Prosedur yang menyakitkan
5. Takut akan cacat atau mati.
6. Berpisah dengan orang tua dan sibling

Reaksi terhadap Hospitalisasi


Reaksi hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada usia
perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadapsakit,sistem
pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada
umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalahkecemasan karena
perpisahan,kehilangan,perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai
pengalaman yang mengancam dan stressor.Kedua hal ini dapat

18
menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak, hal ini mungkin terjadi
karena beberapa hal seperti :
1. Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan
dan kebiasaan
sehari-hari.
3. Keterbatasan mekanisme koping

Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :


1. Tingkat perkembangan usia
2. Pengalaman sebelumnya
3. Support sistem dalam keluarga
4. Keterampilan koping
5. Berat ringannya penyakit

Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:


1. Takut
a. Unfamiliarity
b. Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
c. Rutinitas rumah sakit
d. Prosedur yang menyakitkan
e. Takut akan kematian
2. Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak
terutama berpengaruh pada anak dibawah usia 12 tahun.
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus (
masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutupkepala ) dan keluarga
yang tidak dapat bebas berkunjung akan membuat anak menjadi stress
dan takut berada di rumah sakit.

3. Privasi yang terhambat


Hal ini biasanya terjadi pada anak remaja.Sikap yang biasanya
mucul adalah rasa malu.Contohnya dalam berpakaian.Anak merasa tidak
bebas berpakaian.

19
Reaksi anak terhadap hospitalisasi :
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai ,
keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan
kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok
sosial,perasaan takut mati,kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan
dengan verbal dan non verbal

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari
proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada
anak yang sehat pada waktu yang normal. Sedangkan sifat dan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan adalah dalam pertumbuhan akan terjadi
perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain- lain.
Faktor pendukung pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah
pertumbuhan fisik, kecerdasan, sosial, bahasa, bakat khusus, sikap nilai dan
moral, dan interaksi keturunan dan lingkungan dalam perkembangan.
Perkembangan anak usia sekolah meliputi: 1) perkembangan fisik yang
dipengaruhi oleh keluarga, jenis kelamin, status ekonomi dan sosial, gizi dan
kesehatan, dan gangguan emosional. 2) perkembangan intelektual. 3)
perkembangan afektif. 4) pekembangan minat anak usia sekolah minat ada
dua yaitu minat kognitif dan minat afektif. 5) perkembangan bahasa meliputi
keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis. 6) perkembangan sosial.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, saya dan semua pembaca dapat
memahami tentang karakteristik yang terdapat pada anak usia usia sekolah,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya.dan saya berharap

20
pembaca dapat menyerap atupun mengambil nilai positif yang ada dalam
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Sri Rumini dan Siti Sundari, Perkembangan Anak & Remaja, (Jakarta:PT Rineka
Cipta, 2004), hlm.41-42
Agus Dharma & Mickhael Andryanto, Pengantar Psikolog, Jakarta,
Erlangga,2010, hal. 101.
http://www.makalahskripsi.com/2013/09/makalah-karakteristik-anak-sd-kelas.html
http://rustamsakry.blogspot.co.id/2013/03/perkembangan-anak-pada-masa-
sekolah_18.html
http://sahabatedhay.blogspot.co.id/2014/05/makalah-perkembangan-peserta-
didik.html

21

Anda mungkin juga menyukai