Anda di halaman 1dari 2

NATASYA LEE/ COMM24-3SP/ 20110240587

Dampak Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan

Pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung lebih dari setengah tahun ini sangat mempengaruhi
berbagai sektor kehidupan termasuk aktifitas belajar-mengajar. Tak terkecuali di negeri ini. Sejak bulan
Maret, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggunakan metode pembelajaran daring (online
learning) untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.

Metode pendidikan daring ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan mulai dari
SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di dalam ruangan secara
tatap muka yang dilakukan oleh guru maupun dosen. Sebagai gantinya yaitu dengan online learning.
Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai.

Akibatnya banyak tenaga pendidik yang kebingungan menghadapi perubahan yang mendadak
ini. Sementara itu, tidak ada cara lain untuk mengurangi penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi
perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak.

Hal ini pun diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Nadiem
berpendapat, "Kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih
ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran”.

Hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun belum nampak gerak revolusioner dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan maupun jajaran kementeriannya dalam menyiapkan sarana-prasarana
pembelajaran daring. Pemberian kuota internet hanya berlaku di kota-kota besar, tidak dengan bagian
daerah.

Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap
metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas
pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun
penyampaian dari guru.

Hal ini juga berdampak kepada orang tua atau wali muridnya. Orang tua yang sibuk bekerja
dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam pembelajaran daring. Anak-anak
yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah. Untuk
level SMP, SMA, hingga perguruan tinggi barangkali tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun untuk level
SD bahkan SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran daring ini.

Seringkali guru yang sekadar memberikan tugas kepada para muridnya, lantas diberi nilai
matematis. Pemahaman para guru masih banyak yang berhenti pada pembelajaran sekadar dengan
memberikan soal-soal dari guru kepada murid.

Kemudian belum lagi kendala ekonomi siswa. Belakangan ini banyak digunakan aplikasi untuk
mendukung pembelajaran dengan menggunakan zoom yang paling popular dan juga google classroom.
Masalahnya adalah dimana tidak semua orang tua dan siswa memiliki kemampuan untuk memiliki
perangkat laptop atau smartphone yang mendukung untuk menginstall aplikasi-aplikasi ini.

Lalu diikuti dengan kendala koneksi internet yang tidak stabil, ditambah dengan metode
pembelajaran daring yang diangap kurang efektif. Inilah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh
dunia pendidikan kita di tengah Covid-19.

Di masa adaptasi kebiasaan baru masa Covid-19 ini, sekiranya dapat dijadikan momentum untuk
kebangkitan pendidikan kita. Sekiranya kementerian dapat saling bahu-membahu mempersiapkan
infrastrukturnya maka tidak ada yang mustahil membangun kualitas pendidikan peserta didik yang
tetap sehat di masa pandemi ini serta didukung jaringan internet yang selalu stabil.

Sumber :

Syatiri, Ana Shofiana. “Pendidikan Daring di Masa Covid-19”. Dalam kompas.com, 1 halaman. Tersedia:
https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/12/112834471/pendidikan-daring-di-masa-covid-19?
page=all [12 Agustus 2020].

Anda mungkin juga menyukai