Anda di halaman 1dari 5

COURSEWORK MARKETING COMMUNICATION

Nama : Natasya Lee

NIM : 20110240587

Kelas : COMM24-3SP

Pertanyaan : Membuat STP dari MUJI


Indonesia, membuat positioning
perceptual maps, & analisa mengapa
banyak sekali toko MUJI yang akhirnya
tutup di seluruh dunia?

Sumber gambar : https://japanesestation.com/lifestyle/japan-fact/5-toko-murah-meriah-jepang-yang-


menjadi-mewah-di-indonesia

 STP dari MUJI Indonesia


1. Segmentation :
a. Geographic Segmentation : Penduduk di kota metropolitan seperti DKI Jakarta dan
sekitarnya, BSD atau Gading Serpong, dan Alam Sutera karena toko MUJI saja hanya ada
di Kota Jakarta ( tapi sekarang sudah tutup semuanya)
b. Demographic Segmentation : Remaja sampai dewasa sekitar umur 17 – 40 tahunan
dengan penghasilan middle sampai ke atas karena harga barang-barang yang dijual di
MUJI lumayan pricey (agak mahal) bagi masyarakat khususnya yang tinggal di Jakarta
c. Behavioral Segmentation : Pecinta baju-baju casual, orang-orang yang suka

mendekor rumah dengan gaya minimalist ala ala jepang, anak muda atau pekerja
kantoran yang suka barang barang estetik lucu.
d. Psychographic Segmentation : Orang terorganisir yang rapi, peduli terhadap kesan ke-
estetikan
rumahnya (karena tentu saja rumah merupakan cerminan kepribadian pemilik
rumahnya) supaya rumahnya terkesan instagram-able, orang yang suka menulis-nulis
rapi di notebooknya, ataupun orang pecinta lingkungan karena bahan bahan dasar yang
dipakai untuk produk baju-bajunya kebanyakan ramah lingkungan.

2. Target Market : Differentiated Marketing, karena MUJI merupakan suatu brand retail
dari Jepang yang tidak hanya menjual produk pakaian saja, tetapi ada juga perabot rumah
tangga seperti alat makan, sapu, pel ,dan ada juga stationery atau alat-alat tulis serta
bukunya.

3. Positioning : MUJI merupakan brand apparel, home living, ataupun stationery


import dari Jepang dengan konsep minimalist, simple serta intagram-able dengan
mengutamakan kualitas seperti slogan ciri khasnya yaitu “No Brand, Quality Goods” yang
artinya tidak apa-apa jika merek tidak terkenal, yang penting kualitasnya setara dengan
merek-merek dunia yang terkenal dan menurut saya harga yang cukup mahal.

Positioning Perceptual Maps of MUJI

HIGH PRICE

LOW QUALITY HIGH QUALITY


LOW PRICE

Menurut saya, MUJI menjual produk dengan high quality dengan very high price untuk
masyarakat Indonesia. Mungkin harganya termasuk tinggi bagi saya karena memang MUJI ini barangnya
import semua dari Jepang. Jadi kemungkinan besar sekali pajaknya tinggi, sehingga ketika saya beli
brand MUJI ini di Singapore harganya jauh lebih murah dibandingkan yang di Jakarta.

 Mengapa pada akhirnya banyak toko MUJI yang tutup di seluruh dunia?
Berdasarkan sumber yang saya baca, MUJI ini merupakan brand yang mengutamakan
experience konsumen ketika datang ke tokonya langsung. Memang sih, vibes toko MUJI ini
terkesan minimalist dan mewah. Hal ini yang menurut MUJI menjadi senjata marketingnya
dimana para pengunjung menceritakan pengalaman mereka ini ke orang-orang sekitar. Dengan
kata lain, MUJI mengandalkan teknik “mouth to mouth” yaitu dari mulut satu orang ke orang-
orang lainnya. Memang vibes tokonya terkesan vibes homey sekali. Tapi di masa pandemic
seperti ini, apalagi dengan adanya social distance dimana orang-orang dianjurkan untuk
mengurangi bahkan tidak berpergian ke mana-mana dulu, siapa yang ingin datang ke toko MUJI
nya langsung? Bahkan sebelum pandemic saja, saya seringkali melewati toko MUJI yang ada di
Mall Kelapa Gading dan Grand Indonesia terkesan sepi sunyi. Gimana pas pandemic ini? Banyak
brand-brand yang sudah memulai focus untuk membuat online storenya. Tetapi MUJI masih saja
belum mulai penjualan online nya. Sangat disayangkan sekali, padahal kualitasnya memang
bagus & cenderung ramah lingkungan.
Selain itu, saya personal belum pernah melihat iklan-iklan MUJI di media social yang sedang
menjamur seperti Tiktok, Instagram ataupun Youtube. Dengan kata lain, MUJI ini jarang
mengiklankan atau menampilkan produk iklannya di media manapun atau adverstising manapun
di jalanan. Padahal peminatnya cukup besar dan memiliki potensi untuk dijual bahkan di luar
Jakarta.
Harga barang yang dijual Muji juga cenderung mahal walaupun memang kualitasnya bagus.
Menurut saya, sekarang ini saya bisa mendapatkan barang dengan kualitas setara MUJI dengan
harga yang lebih murah di online shop lainnya. MUJI juga jarang sekali mengadakan diskon atau
promo-promo tertentu yang menjadi idaman setiap masyarakat Indonesia seperti diskon 12.12,
promo akhir bulan, ataupun promo menarik lainnya.
Menurut saya juga, suasana toko di MUJI kurang berkesan menurut saya. Ketika ke toko
UNIQLO atau MINISO, seringkali kita disambut dengan ramah oleh pegawainya. “Welcome to
Miniso!”, itulah kata-kata yang seringkali kita dengar ketika kita masuk ke toko nya langsung.
Sedangkan di MUJI, setiap kali saya datang, saya tidak pernah disambut sedemikian ramah,
bahkan pegawai yang mengitari toko MUJI untuk membantu kita jika kesulitan mencari barang
saja tidak ada. Saya yang harus mencari pegawai nya sendiri. Tidak ada tuh pegawai yang
mondar mandir untuk membantu pelanggannya. Mungkin ini kembali lagi ya ke persepsi masing-
masing pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai