Anda di halaman 1dari 3

COURSEWORK 1 INDONESIAN COMMUNICATION SYSTEM

Nama : Natasya Lee

NIM : 20110240587

Mata Kuliah : Indonesia

Tgl / Jam Kuliah : Senin, 22 Maret 2021

Dosen : Dr, Kartika Singarimbun

Penjelasan Mengenai System Pers di Indonesia dan Kaitkannya dengan Informasi


“Vaksin Covid-19” di Indonesia

Sistem pers yang dianut di Indonesia adalah system pers tanggung jawab social atau
social responsibility. Teori system pers ini merupakan pengembangan dari teori liberal yang
dikembangkan pada abad ke 20 di Amerika Serikat dimana media selain bertujuan untuk
memberikan informasi, menghibur, mencari keuntungan, juga harus dapat memberikan individu
hak untuk mengemukakan masalahnya di dalam forum media, dan jika media tidak dapat
memenuhi kewajiban-nya, maka ada pihak yang harus memaksakannya.

Dengan kemajuan zaman dimana teknologi semakin canggih, hal ini menuntut supaya
media massa juga lebih bertanggung jawab dalam mempublikasikan suatu berita . Teori system
pers bertanggung jawab ini ini, media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen,
kode etik profesional, dan dalam hal penyiaran, dikontrol oleh badan penyiaran. Karena itu,
system pers dan jurnalistik di Indonesia harus menggunakan dasar moral dan etika. Tidak
semata-mata mempublikasikan sesuatu sembarangan hanya demi ketenaran ataupun mencari
perhatian public tanpa memikirkan dampaknya.

Apalagi di tengah pandemic COVID-19 yang mengharuskan kita semua mengurangi


pertemuan secara fisik, media pers semakin diperlukan. Sejak dikabarkan bahwa vaksin COVID-
19 sudah tiba di Indonesia, muncul berbagai isu yang membuat masyarakat ragu tentang
keamanannya. Ditambah lagi, banyak orang belum paham mengenai proses distribusinya ke
seluruh Indonesia. Tentu saja ada pro dan kontra mengenai vaksin ini. Tak sedikit tersebarnya
informasi yang menampilkan berita vaksin yang meresahkan masyarakat bahkan berita palsu
(hoax).

Di media sosial Facebook, tersebar informasi yang menyebutkan data banyak orang
meninggal dunia akibat vaksin Covid-19. Dalam unggahannya, pengunggah juga mengaku
memiliki banyak bukti vaksin Covid-19 mempunyai efek samping yang berbahaya. Selain itu,
ada juga tersebarnya video hoax dengan judul “Relawan Alami Gangguan Saraf Setelah Disuntik
Vaksin Sinovac”.

Dalam hal ini, media


pers tentu saja
bertanggung jawab
untuk meluruskan
permasalahan ini.
KPCPEN (Komite
Penanganan Covid-19
dan Pemulihan Ekonomi
Nasional) dengan segera
mengumukan bahwa
informasi tersebut jelas
salah. Di dalam situs
mereka ditekankan bahwa, “Informasi yang salah. Judul video tidak sesuai dengan yang dibahas.
Dalam video dinyatakan, yang mengalami ganguan saraf adalah relawan uji coba vaksin
Sinopharm. Selain itu, hasil validasi dari pemberitaan media dapat diketahui bahwa yang
mengalami gangguan saraf adalah relawan uji coba vaksin Sinopharm, bukan Sinovac.” Atas
dasar itu, KPCPEN menggandeng Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta kementerian,
lembaga, maupun pemerintah daerah untuk menangani misinformasi (hoax) tentang vaksin COVID-19.
Kominfo mengklaim sudah menghapus 111 isu hoax vaksin Covid-19 yang tersebar di media
sosial. 111 isu hoax tersebut tersebar di Facebook 471 sebaran, Instagram (9), Twitter (45),
YouTube (38) dan TikTok 15. Sistem pers di Indonesia memang seharusnya dan secepat
mungkin memberikan klarifikasi yang sebenarnya secara bertanggung jawab sesuai etika dan
moral.
Sumber artikel : https://covid19.go.id/p/hoax-buster/salah-relawan-alami-gangguan-saraf-
setelah-disuntik-vaksin-sinovac

Anda mungkin juga menyukai