Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI PADA

PERUSAHAAN

DISUSUN OLEH :

EVI IRA SURYATI

NIM : 18020001

PROGRAM STUDI SARJANA 1 AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MANAJEMEN BISNIS INDONESIA


KATA PENGANTAR

Asaalamualikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat selama ini, shalawat beriring
salam kita haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah memberikan suri
tauladan yang baik.

Di Indonesia, prinsip akuntansi diatur oleh IAI atau Ikatan Akuntansi Indonesia, yaitu badan
yang mengatur peraturan dan kebijakan akuntansi yang berlaku di Indonesia. Lalu apakah prinsip
akuntansi itu? Prinsip akuntansi merupakan dasar atau acuan dalam melaksanakan proses akuntansi.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip akuntansi ini, dapat dihindari terjadinya perbedaan atau
permasalahan dalam menerapkan unsur-unsur akuntansi dalam laporan keuangan.

Kami menyadari makalh kami masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran
dari segala pihak sangat kami butuhkan demi untuk menyempurnakan karya tulis ini. Atas segala
perhatian dan saran kami ucapkan terimakasih.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………............................…………………….......1

BAB 1

Pendahuluan……………………………………………………………………………………............................………3

Latar belakang……………………………………………………………………………………..................................3

Rumusan masalah………………………………………………………………………………………….......................4

Tujuan.…………………………………………………………………………………………….....................................4

BAB 11

Pembahasan……………………………………………………………………………………….................................5

Prinsip akuntansi .....….……………………………………………………………………………............................5

Kebenaran dalam prinsip akuntansi ………………………………………………………………….................18

BAB 111

Kesimpulan…………………………………………………………………………………………................................26

Penutup………………………………………………………………………………………………….............................26

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Akuntansi merupakan suatu ilmu yang di dalamnya berisi bagaimana manusia berfikir sehingga
menghasilkan suatu kerangka pemikiran konseptual tentang prinsip, standar, asumsi, teknik, serta
prosedur yang ada dijadikan landasan dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tersebut
harus berisi informasi-informasi yang berguna dalam memantu pengambilan keputusan bagi para
pemakainya.

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, sesungguhnya kita telah menggunakan jasa akuntansi.
Ketika seorang pemilik warung mencatat pembelian barag dagangannya, mencatat siapa saja yang
berhutang da warungnya, memisahkan kotak antara uang yang masuk dari hasil penjualan dengan
kotak uang yang dialokasikan untuk belanja kebutuhan barang dagangan dan kebutuhan operasional
di warungnya. Maka, pada dasarnya pemilik warung tadi telah menerpkan teknik akuntansi.
Penerapan pengetahuan di bidang akuntansi tentu semakin luas dan kompleks jika dihadapkan pada
bisnis dengan skala yang lebih besar.

Seperti ilmu-ilmu lainya, ilmu akuntansi juga berkembang sesuai perkembangan teknologi dan
peradaban manusia. Selain itu, faktor kebutuhan juga ikut serta dalam perkembangan akuntansi itu
sendiri. Akan tetapi, baik akuntansi maupun ilmu-ilmu lain tidak berkembang dengan sendirinya
tanpa adanya hal yang cukup berarti yang dapat mendorong akuntansi tersebut berkembang dan
bertahan hingga sekarang.

3
1.2. Rumusan masalah

1. Apakah Prinsip-Prinsip Akuntansi?

2. Bagaimana kebenaran dalam akuntansi itu?

1.3. Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merasa perlu mencantumkan tujuan dalam
penulisannya agar penulisan makalah ini lebih terarah pada sasaran yang akan dicapai. Tujuan
penulisan tersebut yakni untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang prinsip-prinsip akuntansi
dan kebenaran dalam akuntansi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI

2.1.1. Prinsip biaya

Menurut prinsip biaya (cosf principle), biaya perolehan/akuisisi (acquisition cost) atau biaya historis
adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban,
biaya, dan ekuitas. Dengan kata lain, suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal
akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi. Oleh
karena itu, APB Statement No. 4 mendefinisikan biaya sebagai berikut:

Biaya (cosf) adalah jumlah, yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluarkan atau property lain
yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau kewajiban yang terjadi,
dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan diterima. Biaya (dan atau aktiva)
yang belum habis masa berlakunya adalah biaya (dan atau aktiva) yang berkaitan dengan produksi
pendapatan di masa depan. ... Biaya yang sudah habis masa berlakunya tidak berkaitan dengan
produksi pendapatan di masa depan, dan oleh karena itu diperlakukan sebagai pengurang dari
pendapatan sekarang atau dibebankan terhadap laba ditahan.

Biaya mencerminkan harga pertukaran dari, atau pengorbanan moneter yang diberikan untuk
akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut melibatkan aktiva nonmoneter, maka
harga pertukaran adalah ekuivalen kas dari aktiva atau jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat
diterapkan terhadap pengukuran transaksi kewajiban dan modal.

Prinsip biaya dapat dibenarkan dalam hal objektivitasnya maupun Pertama dalil kelangsungan usaha.
biaya akuisisi adalah informasi yang objektif dan dapat diverifikasi. Kedua, dalil kelangsungan usaha
mengasumsikan bahwa entitas tersebut akan melanjutkan aktivitasnya dalam jangka waktu yang
tidak terbatas sehingga meniadakan kebutuhan untuk menggunakan nilai sekarang atau nilai
likuidasi guna penilaian aktiva.

validitas yang kurang kuat dari dalil unit pengukuran, yang mengasumsikan bahwa daya beli dari
dolar adalah stabil, merupakan keterbatasan utama terhadap penerapan prinsip biaya. Penilaian
biaya historis dapat menghasilkan angka yang salah jika perubahan dalam nilai aktiva seiring dengan
berjalannya waktu diabaikan. Secara serupa, ,nilai aktiva yang dibeli pada waktu yang berbeda dalam
suatu periode di mana daya beli dolar berubah tidak dapat digabungkan bersama-sama di neraca
dan memberikan hasil yang berarti.

5
2.1.2. Prinsip pendapatan

Prinsip pendapatan (revenue principle) menspesifikasi:

1. hakikat dari komponen-komponen pendapatan;

2. pengukuran pendapatan; dan

3. penentuan waktu dari pengakuan pendapatan,

Setiap fakta dari prinsip pendapatan menimburkan masalah yang menarik dan controversial
dalam teori akuntansi. Hakikat dan komponen-komponen Pendapatan telah diinterpretasikan
sebagai:

1. arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa;

2. arus keluar barang atau jasa dari perusahaan ke pelanggannya; dan

3. produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha selama
periode waktu tertentu. Hendriksen mempertimbangkan bahwa:

1. konsep produk lebih superior dibandingkan dengan konsep arus keluar, yang lebih superior
dibandingkan dengan konsep arus masuk; dan

2. konsep produk adalah netral dalam hal pengukuran (jumlah) dan penentuan waktu (tanggal
pengakuan) dari pendapatan, tetapi konsep arus masuk membingungkan baik pengukuran maupun
penentuan waktu dengan proses pendapatan.

Interpretasi yang berbeda dari hakikat pendapatan semakin diperburuk oleh pandangan-pandangan
yang berbeda mengenai apa yang sebaiknya dimasukkan dalam pendapatan. Pada dasarnya, ada dua
pandangan mengenai komponen-komponen pendapatan. Pandangan luas atau komprehensif dari
pendapatan memasukkan semua penghasilan dari aktivitas bisnis dan investasi. Pandangan ini
mengidentifikasikan semua perubahan dalam aktiva bersih yang berasal dari aktivitas penghasil
pendapatan dan keuntungan atau kerugian lainnya yang berasal dari penjualan aktiva tetap dan
investasi sebagai pendapatan. Menerapkan pandangan ini, Accounting Terminology Bulletin No.2
mendefinisikan pendapatan (revenue) sebagai berikut:

Pendapatan berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta diukur dengan pembebanan
yang dikenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewa untuk barang dan jasa yang. disediakan bagi
mereka. Pendapatan juga mencakup keuntungan dari penjualan atau pertukaran aktiva (selain
saham yang diperdagangkan), bunga, dan dividen yang diperoleh dari investasi, dan peningkatan
lainnya dalam ekuitas pemilik kecuali yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal

Pandangan yang lebih sempit dari pendapatan hanya memasukkan hasil dari aktivitas penghasil
pendapatan dan mengeluarkan laba investasi serta keuntungan dan kerugian dari penjualan aktiva
tetap. Pandangan ini mengharuskan pemisahan yang jelas, dibuat antara pendapatan dengan
keuntungan dan kerugian. Dengan mengadopsi pandangan yang lebih sempit dari pendapatan,

6
American Accounting Association pada pernyataan tahun 1957 mendefinisikan laba bersih (net
income) sebagai:

“kelebihan dari kekurangan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang telah habis masa
berlakunya serta keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dari penjualan, pertukaran, atau
konversi lainnya dari aktiva”.

Pengukuran pendapatan

Pendapatan diukur dalam hal nilai dari produk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi "wajar"
(arm’s length). Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas uang yang
diterima atau akan diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang ditransfer oleh
perusahaan kepada pelanggannya. Dua interpretasi utama yang timbul dari konsep pendapatan ini:

1. Diskon kas dan pengurangan apa pun dalam harga tetap, seperti kerugian dari piutang tak
tertagih, adalah penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung ekuivalen kas bersih atau nilai
sekarang terdiskonto atas klaim uang yang sebenarnya dan sebagai konsekuensinya, harus dikurangi
ketika menghitung pendapatan. (Interpretasi ini berlawanan dengan pandangan bahwa diskon kas
dan kerugian dari piutang tak tertagih sebaiknya dianggap sebagai beban.)

2. Untuk transaksi nonkas, nilai pertukaran ditetapkan setara dengan nilai pasar wajar dari
pengorbanan yang diberikan atau diterima, mana yang lebih mudah dan lebih jelas untuk dihitung.

Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan

Pada umumnya diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh sepanjang seluruh tahapan dari siklus
operasi (yaitu, selama penerimaan pesanan, produksi, penjualan, dan penagihan).dengan adanya
kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan dan laba ke tahapan yang berbeda dari siklus operasi,
akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memililih "kejadian penting" (critical evenf) dalam
siklus tersebut untuk penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba. Kejadian penting tersebut
dipilih untuk mengindikasikan kapan perubahan tertentu dalam aktiva dan kewajiban dapat
dipertanggungjawabkan secara memadai. Definisi awal dari prinsip realisasi (rearization) adalah:

Arti penting dari realisasi adalah bawah suatu perubahan dalam aktiva atau kewajiban telah menjadi
cukup pasti dan objektif untuk membenarkan pengakuan dalam akun-akun. Pengakuan ini dapat
tergantung pada transaksi pertukaran antara pihak-pihak yang independen, atau pada praktik
perdagangan yang sudah mapan, atau pada persyaratan dari suatu kinerja kontrak yang dianggap
kelihatan cukup pasti.

Hakikat yang luas dari pernyataan ini telah menyebabkan akuntan mencari aturan-aturan atau
pertimbangan-pertimbangan spesifik yang diperlukan untuk pengakuan atas perubahan aktiva dan
kewajiban tertentu Tentu saja, prinsip realisasi dan kriteria terkait untuk pengakuan perubahan dan
aktiva kewajiban memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Sebagaimana dilaporkan oleh American
Accounting Association committee tahun 1973- 1974 mengenai concepts and standards External
Reporting,

7
kriteria spesifik untuk pengakuan pendapatan dan laba adalah;

1. diperoleh, dalam satu pengertian atau yang lain;

2. dalam bentuk yang dapat didistribusikan;

3. hasil dari konversi yang ditetapkan dalam transaksi antara perusahaan dengan pihak eksternal;

4. hasil dari penjualan secara legal atau dari proses yang serupa;

5. terpisah dari modal;

6. dalam bentuk aktiva yang likuid;

7. baik dampak kotor maupun bersihnya atas ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasikan
dengan tingkat keandalan yang tinggi.

2.1.3. Prinsip Pengaitan

Prinsip pengaitan (matching principle) menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode
yang sama dengan pendapatan terkait; yaitu, pendapatan diakui dalam suatu periode tertentu
menurut prinsip pendapatan, dan beban terkait kemudian diakui. Asosiasi ini paling baik dilakukan
ketika hal tersebut mencerminkan hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Secara
operasional, proses asosiasi terdiri atas proses dua tahap untuk akuntansi beban. Pertama, biaya
dikapitalisasi sebagai aktiva yang mencerminkan gabungan potensi atau manfaat jasa. Kedua, setiap
aktiva dihapus sebagai beban untuk mengakui proporsi dari aktiva potensi jasa yang telah habis
masa berlakunya dalam menghasilkan pendapatan selama periode ini. Dengan demikian, akuntansi
akrual dan bukannya akuntansi kas yang diimplikasikan oleh prinsip pengaitan dalam hal kapitalisasi
dan alokasi. Asosiasi antara pendapatan dengan beban tergantung pada salah satu dari empat
kriteria berikut ini:

1. Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan suatu pendapatan (misalnya,
harga pokok penjualan dikaitkan dengan penjualan terkait).

2. Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya pada periode tersebut
(misalnya, gaji pimpinan perusahaan untuk periode tersebut).

3. Alokasi biaya sepanjang periode yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut (misalnya,
depresiasi).

4. Membebankan semua biaya lainnya dalam periode terjadinya, kecuali dapat ditunjukkan
bahwa biaya-biaya tersebut memiliki manfaat masa depan (misalnya, beban iklan).Biaya yang belum
habis masa berlakunya (yaitu, aktiva) yang tidak memenuhi salah satu dari keempat kriteria untuk
membebankan ke periode berjalan dapat dibebankan ke periode masa depan dan dapat
diklasifikasikan dalam kategori yang berbeda sesuai dengan penggunaannya yang berbeda dalam
perusahaan. Penggunaan yang beraneka ragam seperti itu dapat menjustifikasi perbedaan dalam
penerapan prinsip pengaitan.

8
Sekarang akan dibahas mengenai kategori aktiva dan biaya utama serta aturan terkait untuk
penentuan waktu dari beban.

Biaya produksi barang Jadi untuk dijual

Biaya produksi barang jadi untuk dijual umumnya meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik. Proses dua tahap digunakan untuk mempertanggungjawabkan biaya-biaya ini:

1. penilaian persediaan, atau penentuan biaya produk yang melekat ke produk tersebut; dan

2. penentuan laba, atau pengaitan biaya produk dengan pendapatan.

Ketika menentukan jumlah penilaian persediaan, masalahnya adalah menentukan biaya manakah
yang merupakan biaya produk (karena biaya tersebut memberikan manfaat ke masa depan dan
sebaiknya dikapitalisasi sebagai persediaan) dan biaya manakah yang merupakan biaya periode
tersebut (karena biaya tersebut hanya memberikan manfaat bagi periode berjalan saja.dan
sebaiknya dibebankan terhadap laba periode berjalan). Metode perhitungan biaya penyerapan (atau
penuh) dan metode perhitungan biaya langsung menghasilkan jawaban yang berbeda.

Metode perhitungan biaya (penuh) (absorption (full) costing) memperlakukan semua biaya produksi
sebagai biaya produk yang melekat ke produk tersebut, dibawa ke depan, dan dilepaskan sebagai
biaya periode berjalan pada saat penjualan. Metode perhitungan biaya langsung (direct costing)
hanya memperlakukan biaya produksi variabel sebagai biaya produk dan seluruh biaya overhead
manufaktur tetap sebagai biaya periode berjalan. Pilihan antara kedua metode tersebut telah
menimbulkan kontroversi besar dalam literatur akuntansi selama bertahun-tahun. Tidak ada satu
metode Pun yang muncul sebagai pemenang utama. Namun, pada umumnya diakui bahwa
perhitungan biaya langsung adalah lebih relevan bagi pengambilan keputusan internal. Pelaporan
terpisah antara biaya tetap dengan biaya variabel diasumsikan memfasilitasi analisis laba
inkremental dan menghilangkan dampak perubahan persediaan dari laba.

Aktiva operasi dapat didepresiatsikan

Akitiva operasi dapat didepresiasikan (depreciable operating asset) juga sering disebut sebagai
aktiva modal yang terpakai (wasting capital asset). Karena aktiva operasi dapat didepresiasikan
diasumsikan akan memberikan manfaat ke lebih dari satu periode, aktiva tersebut dikapitalisasi pada
biaya akuisisinya, yang kemudian dialokasikan menggunakan dasar logis selama umur manfaat aktiva
tersebut. Proses alokasi ini dikenal sebagai depresiasi untuk aktiva berwujud seperti bangunan,
perlengkapan, peralatan, dan furnitur, sebagai deptesi untuk aktiva yang diwakili oleh sumber daya
alam (seperti deposit mineral dan lahan hutan), serta sebagai amortisasi untuk aktiva tidak berwujud
seperti hak atau manfaatkhusus (misalnya paten, hak cipta, hak waralaba, merek dagang, goodwill,
beban ditangguhkan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya organisasional, dan biaya sewa
guna usaha). Akuntansi depresiasi (depreciation accounting) didefinisikan sebagai berikut:

9
Akuntansi depresiasi adalah sistem akuntansi yang bertujuan untuk mendistribusikan biaya atau nilai
dasar lainnya dari aktiva modal berwujud (jika ada), selama estimasi masa manfaat dari unit tersebut
(yang dapat berupa sekelompok aktiva) dengan cara yang sistematis dan rasional. Hal itu adalah
proses alokasi, bukan proses penilaian. Depresiasi untuk tahun berjalan adalah bagian dari total
beban dalam sistem semacam itu yang dialokasikan selama tahun tersebut. Meskipun alokasi itu
mungkin saja mempertimbangkan kejadian-kejadian yang terjadi selama tahun tersebut dengan
memadai, alokasi itu tidak dimaksudkan sebagai pengukuran atas dampak dari kejadian-kejadian
semacam itu.

Sejumlah metode depresiasi telah dikembangkan, di mana masing-masing didasarkan pada pola
beban depresiasi yang berbeda-beda selama umur manfaat dari aktiva berwujud. Metode depresiasi
dapat didasarkan pada:

1. waktu, seperti metode garis lurus;

2. output seperti metode jam jasa (service-hours method) dan metode unit output (unit-of-output
method);

3. beban depresiasi yang semakin menurun (reducing depreciation charge), seperti metode
jumlah angka tahun (sum of years digit), metode persentase tetap atas jumlah dasar depresiasi yang
semakin menurun (fixed percentage on decliningbase amount method), metode tarif depresiasi yang
semakin menurun atas biaya (decliningrate on cost method), dan metode saldo menurun ganda
(double - declining balance method) ;

4. konsep investasi dan bunga, seperti metode anuitas (annuity method) dan metode cadangan
dana untuk pelunasan (sinking fund method) .

Aktiva operasi yang tidak didepresiasikan

Kelompok utama ketiga dari aktiva dan biaya terdiri atas aktiva operasi yang tidak didepresiasikan
(nondepreciable operating asset), yang juga disebut sebagai aktiva modal permanen (permanent
capital asset), karena diasumsikan bahwa aktiva tersebut tidak dikonsumsi selama operasi dari bisnis
tersebut dilaksanakan. Nilainya tidak dipengaruhi oleh aktivitas produktif dan aktiva tersebut tidak
memiliki dampak atas penentuan laba sampai dijual atau dinilai kembali. Oleh karena itu, prinsip
pengaitan tidak dapat diterapkan terhadap aktiva operasi yang tidak didepresiasikan.

Biaya penjualan dan administrasi

Biaya penjualan dan administrasi (costs of selling and administration) adalah seluruh biaya
nonmanufaktur yang diperlukan untuk memelihara organisasi penjualan dan administratif dasar.
Biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik pada periode di mana biaya tersebut terjadi, baik
dalam metode perhitungan biaya langsung maupun metode perhitungan biaya penyerapan [penuh].

10
2.1.4. Prinsip Objektivitas

Kegunaan dari informasi keuangan sangat bergantung pada keandalan dari prosedur pengukuran
yang digunakan. Karena memastikan keandalan maksimum sering-kali sulit untuk dilakukan, maka
akuntan telah menggunakan prinsip objektivitas (objectivity principle) untuk membenarkan pilihan
prosedur pengukuran. Tetapi, prinsip objektivitas memiliki interpretasi yang berbeda:

1. Pengukuran objektif adalah ukuran yang bersifat "tidak memihak," dalam arti bahwa
pengukuran tersebut bebas dari bias pribadi si pengukur. "Dengan kata lain, objektivitas mengacu
pada realitas eksternal yang independen dari orang yang memandangnya."

2. Pengukuran objektif adalah pengukuran variabel, dalam hal bahwa pengukuran tersebut
didasarkan pada bukti.

3. Pengukuran objektif adalah hasil dari "kesepakatan di antara sekelompok pengamat atau
pengukur tertentu."Pandangan ini juga mengimplikasikan bahwa objektivitas akan tergantung pada
sekelompok pengukur tertentu.

4. Ukuran dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan sebagai indikator dari tingkat
objektivitas sistem pengukuran tertentu.

2.1.5. Prinsip Konsistensi

Prinsip konsistensi (consistency principle) menganggap bahwa kejadian ekonomi yang serupa
sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini
mengimplikasikan bahwa prosedur akuntansi yang sama akan diterapkan kepada transaksi yang
serupa sepanjang waktu. Penerapan konsep konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih
dapat diperbandingkan dan lebih berguna. Tren dalam data akuntansi dan hubungan dengan faktor-
faktor eksternal akan terungkap dengan Iebih akurat ketika digunakan prosedur pengukuran yang
dapat diperbandingkan.

Secara serupa, distorsi laba dan jumlah neraca serta manipulasi yang mungkin darilaporan keuangan
dihindari dengan penerapan yang konsisten atas prosedur akuntansi sepanjang waktu. Oleh karena
itu, konsistensi adalah batasan pengguna untuk memfasilitasi keputusan Pengguna dengan
memastikan dapat diperbandingkannya Iaporan keuangan dari suatu perusahaan sepanjang waktu,
sehingga meningkatkan kegunaan dari laporan tersebut. Dalam opini standar, akuntan publik
mengakui prinsip konsistensi dengan memerhatikan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yang diterapkan atas dasar "konsisten dengan
laporan tahun sebelumnya”.

11
Prinsip konsistensi tidak menghalangi suatu perusahaan untuk mengubah prosedur akuntansinya
ketika hal tersebut dibenarkan oleh situasi yang berubah, atau jika prosedur alternatif lebih baik
(aturan preferensi). Sesuai dengan APB Opinion No. 20, perubahan yang membenarkan perubahan
dalam prosedur adalah:

1. perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi;

2. perubahan dalam estimasi akuntansi;

3. perubahan dalam entitas pelaporan.

Perubahan-perubahan ini akan dicerminkan dalam akun dan dilaporkan dalam laporan
keuangan secara retro aktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara Prospekfi/untuk
perubahan dalam estimasi akuntansi, secara umum dan sekaranguntuk perubahan dalam prinsip-
prinsip akuntansi.

2.1.6. Prinsip Pengungkapan Penuh

Terdapat kesepakatan umum dalam akuntansi bahwa sebaiknya terdapat pengungkapan yang
"penuh," "adil” dan "memadai" atas data akuntansi. Pengungkapan penuh (full disclosure)
mengharuskan laporan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat
keiadian-kejadian ekonomi yang telah memengaruhi perusahaan selama periode berjalan dan
supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna dan tidak menyesatkan
bagi investor kebanyakan. Lebih eksplisit lagi, prinsip pengungkapan penuh mengimplikasikan bahwa
tidak ada informasi atas substansi atau kepentingan bagi kebanyakan investor yang akan dihilangkan
atau disembunyikan.

Prinsip tersebut diperkuat lebih lanjut lagi oleh berbagai persyaratan pengungkapan yang ditetapkan
oleh APB Opinions, FASB Statements, dan SEC Accounting Release dan persyaratan SEC lainnya.
Tetapi, pengungkapan penuh adalah konsepsi terbuka yang masih meninggalkan beberapa
pertanyaan yang belum terjawab atau terbuka terhadap interpretasi yang berbeda. Pertama, apa
yang dimaksud dengan pengungkapan "penuh," "adil," dan "memadai" ? "Memadai" mengandung
arti seperangkat informasi minimum yang akan diungkapkan; "adil" mengimplikasikan batasan etis
yang mengharuskan perlakuan yang adil terhadap pengguna; dan "penuh' mengacu pada penyajian
informasi yang lengkap dan komprehensif. Posisi lainnya yang diterima adalah untuk memandang
"keadilan' sebagai tujuan utama dan titik trade-off antara pengungkapan penuh dengan
pengungkapan yang memadai. Dengan demikian, dalam judul Fair Presentation in Confomity with
Generally Accepted Accounting Principles, APB StatementNo. 4 menyatakan bahwa penyajian yang
"adil" dipenuhi ketika:

keseimbangan yang memadai telah dicapai antara kebutuhan yang saling berlawanan untuk
mengungkapkan aspek-aspek penting dari posisi keuangan dan hasil operasi sesuai dengan aspek-
aspek konvensional dan untuk meringkas banyaknya data yang mendasari ke dalam angka-angka
yang terbatas dalam laporan keuangan dan catatan pendukung.

12
Kedua, apa yang sebaiknya diungkapkan sehingga "investor rata-rata yang hati-hati" tidak akan
disesatkan? Apakah sebaiknya data tersebut pada dasarnya berupa informasi akuntansi? Apakah
sebaiknya data tersebut memasukkan informasi terbaru dan tambahan-tambahan seperti akuntansi
aktiva sumber daya manusia, akuntansi sosioekonomi, akuntansi inflasi' dan pelaporan segmen?

Jawaban terhadap Pertanyaan-Pertanyaan ini tergantung pada penentuan yang sesuai atas
pengguna, kebutuhan mereka, tingkat keahlian mereka, dan yang lebih penting lagi' kapabilitas
mereka untuk memproses informasi, dengan risiko meluapnya informasi yang disebabkan oleh
ekspansi data' Skinner menarik perhatian pada beberapa masalah yang sebaiknya menjadi subjek
dari pengungkapan Penuh:

1. rincian dari kebijakan dan metode akuntansi, terutama ketika penilaian dibutuhkan dalam
penerapan metode akuntansi, ketika metode tersebut bersifat khusus bagi entitas pelaporan
tersebut, atau ketika metode akuntansi alternative dapat digunakan;

2. informasi tambahan untuk membantu dalam analisis investasi atau untuk mengindikasikan hak
dari berbagai pihak yang memiliki klaim atas entitas pelaporan;

3. perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau metode penerapannya dan
dampak dari Perubahan semacam itu;

4. aktiva, kewajiban, biaya, dan pendapatan yang dihasilkan dari transaksi dengan pihak-pihak
yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau pejabat yang memiliki hubungan
istimewa dengan entitas pelaporan tersebut;

5. aktiva, kewajiban, dan komitmen kontinjen;

6. transaksi keuangan atau nonoperasi lainnya dampak material terhadap posisi keuangan laporan
akhir tahun.

2.1.7. Prinsip Konservatisme

Prinsip konservatisme (conservatism principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi
dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang
relevan dan andal. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih
teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak
paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas Pemegang saham Secara lebih spesifik prinsip
tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai tertinggi dari
kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan. oleh karena itu, prinsip konservatisme
mengharuskan bahwa akuntan menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik
akuntansi untuk pelaporan keuangan.

13
Untuk mencapai tujuan guna memahami laba dan aktiva sekarang, prinsip konservatisme dapat
mengarah pada perlakuan yang merupakan penyimpangan terhadap pendekatan yang dapat
diterima atau teoretis. Misalnya saja, adopsi konsep "mana yang lebih rendah antara biaya atau
harga pasar" berlawanan dengan prinsip historis' Meskipun penilaian LIFO dan depresiasi dipercepat
umumnya dipandang sebagai tindakan-tindakan yang kontra-inflasi, hal tersebut dapat dipandang
sebagai akibat dari adopsi prinsip konservatisme. Dengan demikian Chatfield berpendapat bahwa:

Keduanya [ LIFO dan depresiasi dipercepat] memaksakan tradisi yang lebih tua dari konservatisme
neraca, begitu rupa sehingga pembayar pajak masih diperbolehkan untuk menggunakan penilaian
persediaan LIFO bersama-sama dengan metode mana yang lebih rendah antara biaya atau harga
pasar. Keduanya mengutamakan kebutuhan manajemen akan penilaian yang lebih tepat.

Di masa lalu, konservatisme telah digunakan ketika berurusan dengan ketidakpastian dalam
lingkungan dan terlalu optimisnya manajer dan pemilik serta juga ketika melindungi kreditor
terhadap distribusi yang tidak sah atas aktiva perusahaan sebagai dividen. Konservatisme adalah
nilai yang dijunjung tinggi di masa lalu dibandingkan di masa ini. Nilai tersebut telah mengarah pada
provisi atau kewajiban atau keduanya yang arbitrer dan tidak konsisten.

Sterling menyebut konservatisme sebagai "prinsip penilaian akuntansi yang paling kuno dan
mungkin paling bertahan.” Hari ini, penekanan pada penyajian yang objektif dan adil serta
keutamaan investor sebagai pengguna telah mengurangi ketergantungan pada konservatisme.
Konservatisme saat ini dipandang lebih sebagai pedoman'untuk diikuti dalam situasi luar biasa, dan
bukan sebagai aturan umum untuk diterapkan secara kaku dalam semua situasi. Konservatisme
masih digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan penilaian akuntan, seperti memilih
estimasi umur manfaat dan nilai sisa dari aktiva untuk akuntansi depresiasi dan konsekuensi aturan
dari penerapan konsep “mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar" (lower-of-cost-
markef) dalam penilaian persediaan dan efek-efek ekuitas yang dapat dijual. Karena hal tersebut
pada dasarnya adalah manifestasi dari intervensi akuntan yang dapat menimbulkan bias, kesalahan,
distorsi yang mungkin, dan laporan yang menyesatkan, pandangan saat ini mengenai konservatisme
sebagai prinsip akuntansi cenderung untuk menghilang.

2.1.8. Prinsip Materialitas

Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas (materiality principle) adalah suatu prinsip
pengecualian atau modifikasi, Prinsip tersebut menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang
memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat cepat, tanpa
memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
Materialitas berfungsi sebagai pedoman implisit bagi akuntan dalam hal apa yang sebaiknya
diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga memungkinkan akuntan tersebut untuk
memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi masalah berdasarkan biaya
pencatatan, akurasi laporan keuangan, dan relevansi bagi pengguna.

14
Secara umum, otoritas akuntansi telah meninggalkan penerapan materialitas kepada penilaian
akuntan, dan pada saat yang sama menekankan pentingnya hal tersebut. Menurut APB Statement
No. 4, materialitas mengimplikasikan bahwa "laporan keuangan hanya berkepentingan dengan
informasi yang cukup signifikan untuk memengaruhi penilaian atau keputusanl”. APB opinion No. 30
mengandalkan pada konsep materialitas yang belum terdefinisikan untuk menggambarkan pos-pos
luar biasa. Secara serupa, APB opinion No. 22 merekomendasikan pengungkapan atas seluruh
kebijakan atau prinsip yang secara material memengaruhi posisi keuangan, hasil operasi, dan
perubahan dalam posisi keuangan dari entitas tersebut. Pada tahun 1975 FASB mengeluarkan suatu
Discussion Memorandum mengenai masalah materialitas dengan menekankan pentingnya prinsip ini.

Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional. Kebanyakan definisi materialitas


menekankan pada peranan akuntan dalam menginterpretasikan apa yang material dan apa yang
tidak material. Misalnya saja, Frishkoff mendefinisikan materialitas sebagai "pentingnya suatu
informasi keuangan bagi seorang pengguna secara relatif dan kuantitatif, dalam konteks keputusan
yang akan dibuat”.

Studi tahun 1974 oleh Accountants' International Study Group mengkarakteristikkan materialitas
sebagai berikut:

Materialitas pada dasarnya adalah masalah penilaian profesional. Suatu transaksi individual
sebaiknya dianggap material jika pengetahuan mengenai transaksi tersebut dapat dianggap memiliki
pengaruh terhadap pengguna laporan keuangan.

Pedoman atau kriteria yang akan digunakan dalam menentukan materialitas sangat dibutuhkan. Dua
kriteria dasar telah direkomendasikan, Yang pertama, disebut sebagai pendekatan ukuran (size
approach), mengaitkan ukuran dari transaksi ke variabel relevan lainnya, seperti laba bersih.
Misalnya saja, Bernstein menyarankan zona batasan sebesar l0-15 persen dari laba bersih setelah
pajak sebagai titik pembeda antara apa yang material dan apa yang tidak material. Secara serupa,
FASB Discussion Memorandum atas materialitas menyarankan kriteria berdasarkan pendekatan
ukuran:

jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya setara dengan atau melebihi l0 persen dari
jumlah laporan keuangan yang bersangkutan, masalah tersebut sebaiknya dianggap material.

jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya adalah antara 5 dan 10 persen dari jumlah
laporan keuangan yang bersangkutan, materialitas dari masalah tersebut tergantung pada situasi
yang mengelilinginya.

15
Kriteria kedua, disebut sebagai pendekatan kriteria perubahan (change criterion approach),
mengevaluasi dampak dari suatu transaksi terhadap tren atau perubahan antarperiode akuntansi.
pendekatan ini terutama diusulkan oleh Rappaport, yang berpendapat bahwa kriteria materialitas
dapat dinyatakan dalam hal rata-rata, tren, dan rasio keuangan yang menyatakan hubungan analitis
signifikan dalam hal informasi akuntansi. Pendekatan kriteria perubahan telah memengaruhi
Accountants' International Study Group, sebagaimana dinyatakan oleh kutipan berikut ini dari
Materiality in Accounting

Suatu jumlah adalah tidak material semata-mata karena ukurannya; faktor-faktor lain termasuk yang
dinyatakan di bawah ini harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan mengenai materialitas:
Hakikat dari transaksi tersebut, apakah transaksi itu adalah:

1. suatu faktor yang masuk dalam penentuan laba bersih;

2. tidak biasa atau luar biasa;

3. kontinjen terhadap suatu kejadian atau kondisi;

4. dapat ditetapkan berdasarkan pada fakta dan situasi sekarang;

5. diharuskan oleh undang-undang atau peraturan.

jumlah dari transaksi itu sendiri, dalam hubungannya dengan:

1. laporan keuangan secara keseluruhan;

2. total dari akun di mana transaksi tersebut merupakan, atau sebaiknya merupakan, bagiannya;

3. transaksi-transaksi yang berhubungan;

4. jumlah terkait pada tahun sebelumnya atau jumlah yang diperkirakan di tahun-tahun
mendatang.

2.1.9. Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas

Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk transaksi-transaksi yang
berhubungan oleh perusahaan selama waktu tertentu; prinsip keseragaman mengacu pada
penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang
diinginkan adalah untuk mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman
yang diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahain-perusahaan
yang berbeda. Faktanya, suatu perdebatan yang terus-menerus terjadi mengenai apakah fleksibilitas
atau keseragaman yang sebaiknya ada dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. Dukungan utama
untuk keseragaman (unifurmity) adalah klaim bahwa hal itu akan:

16
1. mengurangi keragaman penggunaan prosedur akuntansi dan ketidakcukupan praktik-praktik
akuntansi;

2. memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan keuangan dari perusahaan yang
berbeda;

3. memperbaiki kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan;

4. mengarah pada intervensi dan peraturan pemerintah mengenai praktik akuntansi.

Dukungan utama untuk fleksibilitas (flexibility) adalah klaim bahwa:

1. penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk mencerminkan transaksi yang sama yang
terjadi dalam banyak kasus memiliki risiko menyembunyikan perbedaan yang penting antar kasus;

2. komparabilitas adalah suatu cita-cita yang bersifat utopia; "hal tersebut tidak dapat dicapai
mengadopsi aturan-aturan tetap yang tidak cukup mempertimbangkan situasi faktual yang berbeda".

3. "perbedaan dalam situasi" atau "variabel situasi" membutuhkan perlakuan yang berbeda,
sehingga pelaporan perusahaan dapat menanggapi situasi di mana transaksi dan kejadian terjadi.
Variabel-variabel situasional (circumstantial variables) didefinisikan sebagai:

kondisi-kondisi lingkungan yang bervariasi antarperusahaan dan yang memengaruhi:

a kelayakan dari metode akuntansi, dan/atau

b objektlvitas ukuran-ukuran yang dihasilkan dari penerapan metode akuntansi tersebut

Tujuan implisit baik dari keseragaman maupun fleksibilitas adalah untuk melindungi pengguna dan
untuk menyajikan data yang berarti kepada pengguna. Kedua prinsip tersebut gagal karena posisi
ekstrem mereka terhadap masalah pelaporan keuangan. Fleksibilitas jelas mengarah pada
kebingungan dan ketidakpercayaan. Solusi yang seimbang dapat diberikan dengan mendorong
keseragaman dengan cara mempersempit keragaman dari praktik akuntansi dan, pada saat yang
sama, memungkinkan pengakuan yang memadai atas kejadian pasar dan ekonomi yang khas untuk
perusahaan dan industry tertentu dengan asosiasi yang memadai atas situasi-situasi ekonomi
tertentu dengan teknik akuntansi terkait, Posisi tengah ini membutuhkan definisi operasional atas
"perbedaan dalam situasi" dan pedoman yang lebih baik untuk menghubungkan perbedaan dalam
situasi dengan berbagai prosedur.

17
2.1.10. Ketepatan Waktu Dari Laba Dan Konservatisme Akuntansi

Ketepatan waktu dari laba akuntansi (timeliness of accounting earnings) telah didefinisikan sebagai
sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang.
Sementara laba ekonomi (economic income) dan laba akuntansi (accounting income) yang
dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka pendek.
Laba ekonomi segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang atas arus kas masa depan,
sementara laba akuntansi menggunakan prinsip "pengakuan' untuk memasukkan perubahan yang
sama secara perlahan-lahan sejalan dengan waktu, umumnya pada titik dekat dengan saat realisasi
arus kas terjadi. Yang terjadi adalah tenggang waktu antara laba akuntansi dengan laba ekonomi
yang dapat terjadi selama beberapa periode. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ball dkk.: "Prinsip
pengakuan oleh karena itu menyebabkan laba ekonomi dimasukkan dalam laba akuntansi secara
terlambat dan 'merata dengan berjalannya waktu."

Konservatisme (conservatism) didefinisikan oleh Basu adalah sampai sejauh mana laba akuntansi
periode sekarang secara asimetris memasukkan kerugian ekonomi, relatif terhadap keuntungan
ekonomi. Oleh karena itu, sementara ketepatan waktu mengukur tingkat dimasukkannya laba
ekonomi dalam laba akuntansi kontemporer. konservatisme mengukur tingginya ketepatan waktu
dalam memasukkan penurunan nilai, atau laba ekonomi negatif. Oleh karena itu, asimetri
konservatif dalam ketepatan laba akuntansi diperkenalkan dengan memodifikasi persamaan
sebelumnya untuk memasukkan laba ekonomi secara asimetris.

2.2. Kebenaran Dalam Akuntansi

Kurangnya keprihatinan akan kebenaran dalam akuntansi selalu menjadi masalah utama dalam
literature akuntansi. Bacalah keprihatinan berikut ini yang dinyatakan oleh K' MacNeal pada tahun
1939:

Selama lebih dari empat ratus tahun sejak publikasi. buku Pacioli mengenai pembukuan dengan ayat
jurnal berpasangan pada tahun 1454, metode akuntansi, serta laporan akuntansi, telah didasarkan
pada kemudahan dan bukannya pada kebenaran. Laporan keuangan hari ini terdiri atas campuran
yang mengherankan dari konvensi akuntansi, data historis, dan fakta-fakta sekarang, di mana
bahkan akuntan sering kali tidak dapat membedakan antara kebenaran dengan fiksi.

MacNeal mungkin bersikap terlalu keras terhadap akuntan, dengan adanya kemungkinan dan
kemustahilan akan kebenaran dalam akuntansi. Hal tersebut akan dibahas kemudian, dengan
menunjukkan bahwa ide mengenai kebenaran dalam akuntansi paling baik merupakan suatu ide
normatif yang memiliki sedikit kemungkinan untuk diterapkan dalam akuntansi.

18
2.2.1. Pemikiran Mengenai Kebenaran Dalam Filosofi

Pengetahuan akan proposisi muncul dari kebenarannya. Jika kita mengetahui suatu Proposisi, maka
kita mengetahui bahwa hal itu adalah benar. Pertanyaannya menjadi: Apa yang membuat suatu
proposisi menjadi sesuatu yang benar? Dalam kehidupan sehari-hari kita menemui kondisi-kondisi
dari masalah yang terjadi atau terdapat di dunia yang kita laporkan menggunakan bahasa. Suatu
proposisi yang benar berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi. Kebenaran berkaitan
dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi masalah. Kebenaran tersebut dapat
dinyatakan secara berbeda.

1. Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika proposisi tersebut adalah
benar jika sesuai dengan fakta. Arti kesesuaian dapat dijelaskan dengan sangat baik sebagai berikut:

Kata "kesesuaian'mengusulkan bahwa, ketika kita membuat penilaian yang benar, kita memiliki
sejenis gambar dari realitas dalam pikiran kita dan bahwa penilaian kita adalah benar karena gambar
ini menyerupai realitas yang diwakilinya. Tetapi penilaian kita tidak sdperti hal-hal fisik ke mana hal
tersebut mengacu. Gambaran yang kita gunakan dalam menilai mungkin saja dalam hal-hal tertentu
menyalin atau menyerupai hal-hal fisik, tetapi kita dapat membuat suatu penilaian tanpa
menggunakan gambaran apa pun kecuali kata-kata, dan kata-kata sama sekali tidaklah serupa
dengan hal-hal yang diwakilinya. Kita tidak boleh memahami "kesesuaian” sebagai kata yang berarti
menyalin atau kemiriphn.

2. Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai koherensi ketika proposisi tersebut adalah
benar karena koheren dengan proposisi lain. Proposisi tersebut harus saling mendukung satu sama
lain.

3. Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai apa "yang berlaku’' mengimplikasikan bahwa
proporsi yang benar adalah apa yang berlaku.

Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan proposisi serta keyakinan orang
mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan dengan kondisi masalah. Pernyataan yang
diyakini sebagai benar atau salah masih harus dibuktikan apakah memang benar atau salah. Bukti
tersebut akan menunjukkan bahwa kebenaran dari suatu proposisi tidaklah relatif terhadap waktu,
ruang, atau pembicara, meskipun proposisi itu dapat mengenai waktu, ruang, atau pembicara.
Sebagaimana dinyatakan oleh f. Hospers, "Pembunuhan kaisar terjadi hanya pada satu titik ruang
dan waktu; demikian pula dengan pembakaran orang sebagai penyihir, meskipun hal itu terjadi pada
ruang dan waktu yang berbeda, tidak berarti bahwa hal itu terjadi pada seluruh ruang dan waktu.
Kondisi masalah datang dan pergi, tetapi kebenaran adalah kekal”.

19
Kebenaran dari proposisi dapat dipastikan dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Proposisi
analitis, seperti "seluruh akuntan Amerika adalah orang Amerikai'adalah jelas benar tanpa
pembuktian lebih lanjut, karena bentuk negatif dari proposisi itu adalah "saling berlawanan" (self-
contradictory). Proposisi sintetis (proposisi yang tidak bersifat analitis) perlu dibuktikan sebagai
benar atau salah. Proposisi sintetis tersebut, "Tunis adalah ibukota Tunisia," adalah proposisi sintetis
yang benar.

2.2.2. Kemungkinan Akan Kebenaran Dalam Akuntansi

2.2.2.1. Kebenaran sebagai netralitas

Untuk dapat melaporkan kebenaran, akuntansi perlu menghindari dimasukkannya bias. Hal tersebut
mungkin saja sulit. Bacalah komentar berikut ini:

Pertama, kesulitannya adalah mengetahui fakta. Kedua, kesulitan untuk menggambarkannya.


Sekarang sangat dipahami bahwa catatan kejadian tidak dapat dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada
sejarah yang tidak mengandung bias.

Separuh lain dari permasalahan adalah penggunaan yang benar dari kata-kata. Hal ini bukanlah
bakat yang dimiliki oleh setiap orang, dan sekarang ini seseorang dapat dengan benar menyimpulkan
bahwa semakin sedikit orang yang memilikinya dibandingkan dengan sebelumnya. Banyak masalah
yang akan dikomunikasikan dalam sekelompok akun adalah pada hakikatnya sulit atau kabur
(misalnya, hamper semua hal yang berkaitan dengan pajak); beberapa sangat sulit (misalnya,
kewajiban akibat jaminan atau kontinjensi); beberapa, sebagaimana dijelaskan di atas, bersifat tidak
pasti; dan untuk menjelaskan tingkat ketidakpastian yang tepat adalah tes mencari kemampuan
verbal.

Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan, gambaran, dan komunikasi fakta,
akuntan diharapkan bersikap netral. Karakteristik penting dari informasi yang disediakan adalah
"bebas dari bias" atau netral. Netralitas (neutrality) dianggap sebagai karakteristik kualitatif penting
dari informasi akuntansi. Netralitas, dalam konteks ini, mengacu pada tiadanya bias dalam penyajian
informasi atau laporan akuntansi. Dengan demikian, informasi netral adalah bebas dari bias
terhadap pencapaian hasil tertentu yang diinginkan atau timbulnya jenis perilaku tertentu. Hal ini
tidak untuk mengimplikasikan bahwa penyusun informasi tidak memiliki tujuan ketika menyrsun
laporan tersebut; hal ini hanya berarti bahwa tujuan tersebut sebaiknya tidak memengaruhi.hasil
yang telah ditentukan sebelumnya. Akuntan diharapkan untuk "mengatakan apa adanya" dan
bukannya mengatakan dengan cara yang diinginkan oleh kelompok kepentingan mana pun. Hal ini
umumnya dinyatakan sebagai kriteria dari "kejujuran dan kelengkapan penyajian' (representational
faithfullness and completeness).

20
Hal tersebut mengacu pada kesesuaian antara data akuntansi dengan kejadian yang seharusnya
diwakili oleh data tersebut. Jika ukuran itu menggambarkan apa yang seharusnya diwakilinya, maka
hal tersebut dianggap bebas dari bias pengukuran dan si pengukur. Oleh karena itu, netralitas,
kebenaran penyajian,dan kelengkapan menetapkan kebenaran dalam akuntansi sebagai kesesuaian.
Informasi akuntansi adalah benar karena hal tersebut sesuai dengan fakta.

2.2.2.2. Kebenaran sebagai objektivitas

Untuk menetapkan akurasi dari atribut-atribut yang diukur, akuntan telah mengandalkan prinsip
objektivitas sebagai suatu cara untuk membenarkan prosedur pilihan mereka. Tetapi, objektivitas
(objectivity) telah memperoleh paling tidak empat arti yang mungkin:

1. pengukuran yang impersonal atau berada di luar pikiran dari orang yang melakukan
pengukuran,

2. pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi,

3. pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari para ahli yang memiliki kualifikasi, dan

4. kecilnya penyebaran statistik dari pengukuran atribut ketika dilakukan oleh pengukur yang
berbeda.

2.2.2.3. Kebenaran, objektivitas, dan keandalan

Bagian informasi bisa dianggap sebagai 'dapat diverifikasi" berdasarkan kecilnya nilai pengukuran
penyebaran di sekitar titik tengah namun pada saat yang bersamaan menjadi kurang dapat
diandalkan karena faktor bias.

Keandalan mengacu pada "kualitas yang memungkinkan pengguna data untuk mengandalkannya
dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan dari apayangdiwakili oleh data tersebut” Dengan
demikian, keandalan informasi tergantung pada tingkat kejujuran dalam penyajian suatu kejadian.
Keandalan akan berbeda antarpengguna, tergantung pada tingkat pengetahuan mereka akan
aturan-aturan yang digunakan untuk menlusun informasi tersebut. Secara serupa, pengguna yang
berbeda mungkin mencari informasi dengan tingkat keandalan yang berbeda. Dalam konteks
kerangka konseptual, supaya dapat diandalkan, informasi harus dapat diverifikasi, netral, dan
disajikan dengan jujur.

Istilah "bias" atau "pemindahan' adalah perbedaan sistematis antara titik tengah dari estimasi
ampel suatu parameter dengan nilai yang sebenarnya dari parameter tersebut. Y. Ijiri dan R.K.
Jaedicke mendefinisikan keandalan sebagai tingkat oljektivitas atau verifiabilitas ditambah faktor
bias atau pemindahan.

21
2.2.2.4. Kebenaran, objektivitas, dan kekerasan

Bagian sebelumnya dari kebenaran, objektivitas, dan keandalan fokus pada perbandingan antara apa
yang dilakukan oleh akuntan dengan apa yang diharapkan pengguna ukuran keuangan untuk
dilakukan oleh akuntan. Bagian ini adalah perbandingan antara berbagai kelompok akuntan yang
berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas dengan tingkat kekerasan
(hardness).objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam
kelompok akuntan, dalam pengertian bahwa kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan
sekelompok ukuran dengan titik tengah u yang sama dan varians 62 yang sama, dengan adanya
netralitas mereka dalam hal kepentingan mereka atas hasil dari pengukuran tersebut. Tetapi, tingkat
kekerasan mengasumsikan lingkungan kompetitif yang sedemikian rupa sehingga insentif yang
berbeda dapat mendorong kelompok akuntan yang berbeda untuk menghasilkan kelompok ukuran
yang berbeda.

2.2.2.5. Kebenaran dan peran akuntansi

Jenis kebenaran yang disampaikan dalam praktik dan wacana akuntansi dapat bersifat kontinjen
terhadap Peran yang sebenarnya dimainkan oleh akuntansi dalam organisasi. Tentu saja terdapat
peran tradisional sebagai alat bantu yang berguna bagi pengambilan keputusan yang rasional
dengan pandangan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas organisasional. Kebenaran dalam
akuntansi pada konteks tradisional ini adalah untuk menyediakan angka-angka akuntansi yang
berguna dan diketahui berdasarkan aturan-aturan yang berbasis teknis, Namun, tanpa mengabaikan
bukti bahwa angka akuntansi mungkin tidak digunakan seluas yang dianggap oleh peran tradisional,
literatur memberikan perbedaan antara peran informasi akuntansi yang "riil/aktual" secara
tradisional dan yang didukung/ diartikulasikan/dimaksudkan" secara nontradisional yang
menyarankan jenis kebenaran yang berbeda yang disampaikan oleh informasi akuntansi.
Dampaknya, pemeriksaan atas setiap peran akuntansi akan menunjukkan perpindahan perlahan-
lahan dari akuntansi sebagai potret netral atas realitas ekonomi ke akuntansi sebagai penerjemah
atas interaksi antara beragam sumber kekuatan. Misalnya saja, Lars Samuelson menggambarkan
koeksistensi dari pernyataan yang berbeda atas peran anggaran pada titik waktu yang sama adalah
sebagai berikut:

Menurut pandangan ini, manajemen senior sering kali mengartikulasikan satu peran anggaran tetapi
para penyusun anggaran kemudian menganggap bahwa mungkin yang dimaksudkan adalah peran
lain yang sangat berbeda, di mana tindakan manajemen senior yang lebih mengikuti peran yang
terakhir dibandingkan dengan peran yang pertama. pernyataan yang saling berlawanan atas peranan
anggaran di sini dilihai sebagai faktor utama yang mendasari baik sikap maupun perilaku yang
berorientasi pada sistem pengendalian anggaran,ss

secara serupa, shahid Ansari dan K.J. Euske mengklasifikasikan peran akuntansi yang berbeda
dengan menekankan pada dua dimensi: dikotomi internal-eksternal yang tradisional atas
penggunaan informasi akuntansi' dan fokus pada proses organisasional yang selaras baik dengan
perspektif rasional maupun teknis.

22
2.2.2.6. Mustahilnya kebenaran dalam akuntansi

Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk menghindari kerahasiaan.


Kerahasiaan (secrecy) adalah tindakan menutupi fakta atau menahan informasi mengenai hal
tersebut atau bukti mengenai hal tersebut agar tidak sampai ke publik yang berkepentingan yang
dapat memperoleh dari manfaat mengetahui hal tersebut. Pertimbangan moral berlawanan dengan
kerahasiaan. Sebagaimana dinyatakan oleh Sissela Bok,

Dengan adanya legitimasi atas pengendalian terhadap kerahasiaan dan keterbukaan, serta bahaya
yang dibawa oleh pengendalian tersebut terhadap semua pihak yang terlibat, maka tidak mungkin
terdapat dugaan baik yang mendukung maupun yang melawan kerahasiaan. secara umum.
Kerahasiaan berbeda dalam hal ini dengan kebohongan, pelanggaran janji, kekerasan, dan praktik-
praktik lain untuk mana beban pembuktian berada di pundak mereka yang tergantung pada hal
tersebut. Sebaliknya, kerahasiaan berbeda dari kebenaran, pertemanan, dan praktik-praktik lain
yang memiliki anggapan yang menguntungkan.

Karena akuntan tidak memiliki kebebasan untuk mengungkapkan rahasia yang dapat
menguntungkan pengguna, maka hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai keterbatasan
dari kebenaran naratif dalam akuntansi dibandingkan dengan kebenaran historis. Telah dinyatakan
dengan jelas bahwa kebenaran dalam akuntansi adalah cita-cita yang mustahil; cita-cita tersebut
tidaklah dapat dicapai. Hal tersebut dengan sangat baik dinyatakan oleh William Vatter sebagai
berikut:

Mungkin tidak dapat dihindari bahwa pikiran manusia selalu cenderung untuk memandang
kebenaran sebagai sesuatu yang absolut atau ideal; pandangan semacam itu memiliki keunggulan
dalam usaha untuk membuat penjelasan yang benar-benar tepat atas fenomena ilmu pengetahuan.
Tetapi terdapat tempat-tempat di mana hal yang ideal ini tidak dapat diterapkan. Dunia bisnis nyata
selalu terlalu rumit untuk jawaban-jawaban sederhana terhadap pertanyaan, dan akuntansi
bukanlah suatu pengecualian. Namun, pencarian kebenaran tunggal tetap ada dalam hal bahwa
seharusnya terdapat cara yang "benar" atau "terbaik” untuk menyajikan fakta. Hal ini tampaknya
sampai tingkat tertentu mendasari laporan dengan tujuan umum, tetapi hal tersebut juga dapat
dilihat di tempat lainnya. Pencarian akan "keseragaman" atau komparabilitas dalam penyajian data
keuangan (bahkan ide bahwa hal-hal yang serupa sebaiknya dilaporkan dengan metode yang sama,
sementara hal-hal yang berbeda sebaiknya tidak), penekanan pada konsistensi, tekanan untuk
menyesuaikan dengan bentuk analisis dan penyajian yang telah ditentukan, semuanya adalah
pernyataan atas ide kebenaran tunggal. Pandangan ini memengaruhi spesifikasi prinsip-prinsip
akuntansi, mendukung pandangan bahwa pasti terdapat rumus dasar tertentu atau sekelompok
aturan tertentu yang, jika ditetapkan, dapat diandalkan untuk memproduksi hasil yang benar atau
memadai bahwa sekelompok prinsip tertentu dapat ditetapkan sebagai 'tara' mendasar untuk
melaporkan "fakta-fakta" keuangan. Masalahnya adalah bahwa kebenaran tidaklah sederhana dan
uniter; fakta timbul hanya dalam konteks, serta fakta harus diabstraksi dan diinterpretasikan untuk
komunikasi.

23
Akuntansi diperkecil menjadi skenario di mana kemungkinan-kemungkinan akan kebenaran itu ada
jika didekati dengan kriteria-kriteria seperti netralitas, objektivitas, keandalan, dan/atau kekerasan
serta beradaptasi dengan peran akuntansi yang berbeda dan skenario di mana kemustahilan
kebenaran terdapat dalam kasus-kasus yang melibatkan pengukuran, pemulusan laba, pilihan teknik
akuntansi, penilaian aktiva, alokasi biaya, pengandalan tgrhadap standar bukti, dan penggunaan
kebenaran naratif.

Kegagalan untuk menangkap kebenaran menyarankan sifat nonilmiah dari akuntansi, Argumentasi
terhadap pandangan bahwa akuntansi sebagai ilmu pengetahuan yang mampu memberikan
kebenaran dinyatakan pertama kali oleh A.C. Littleton sebagai berikut:

Adalah jelas bahwa teori akuntansi tidak dapat dikatakan terdiri atas penjelasan-penjelasan ilmiah.
Tidak terdapat hukum akuntansi abadi yang dapat dibandingkan dengan hukum yang abadi dari alam;
tidak ada pengujian dan eksperimen terkendali untuk menghasilkan data yang dapat ditetapkan
sebagai rumus matematika untuk menyatakan hubungan yang ada.

Disiplin akuntansi benar-benar dibangun secara sosial, dan tidak memiliki hukum yang abadi atau
kebenaran. Aturan yang dibuat oleh manusia dalam akuntansi tergantung pada proses penilaian baik
bagi penyusunan maupun penggunaan informasi akuntansi.

24
BAB III

KESIMPULAN & PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pada dasarnya ada beberapa prinsip-prinsip akuntansi prinsip biaya diantaranya : Prinsip
pengaitan, prinsip pendapatan, prinsip objektivitas, prinsip konsistensi, prinsip pengungkapan penuh,
prinsip konservatisme, prinsip materialitas, prinsip keseragaman dan komporabilitas dan ketepatan
waktu dari laba dan konseruatisme akuntansi. Kebenaran dalam akuntansi dapat dibuktikan melalui
filosofi dan dalam akuntansi itu sendiri

3.2. Penutup

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada makalah Penerapan prinsip akuntansi. semoga
bermanfaat bagi para pembaca yang membaca makalah yang kami buat ini,mohon maaf apabila ada
salah kata yang disengaja maupun tidak disengaja, Terimakasih

25

Anda mungkin juga menyukai