Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes.
Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi
risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati dan
makroangiopati.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat
badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.
Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama, yang meliputi:
1. Riwayat Penyakit :
Usia dan karakteristik saat onset diabetes.
Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan riwayat perubahan berat badan.
Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda.
Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi gizi
medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri
. 2. Pemeriksaan Fisik
3. Evaluasi Laboratorium
4. Penapisan Komplikasi
Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama, yang meliputi:
1. Riwayat Penyakit
2. Pemeriksaan Fisik
3. Evaluasi Laboratorium
4. Penapisan Komplikasi
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas
fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau
suntikan.
Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya
pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting.
o Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral atau insulin serta
obat-obatan lain.
o Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika
pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
o Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM.
o Pemeliharaan/perawatan kaki.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu.
• Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat
tinggi.
• Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total
asupan energi.
• Protein
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan
tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas,
berat badan, dan lain-lain.
BB Normal: BB ideal ± 10 %
Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali
perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu.
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup
sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
Obat Antihiperglikemia Oral
Glipizide is a 2.5 mg to 10 mg tablet, taken as a single dose or in two divided doses, 30 minutes before
breakfast.
is the initial drug-of-choice in patients with type 2 diabetes mellitus. It is given orally in 500 to 1000 mg
tablets twice a day.
are available as 25 mg, 50 mg, or 100 mg tablets, given three times a day just before meals.
canagliflozin is initially given as 100 mg daily, which is gradually increased to 300 mg daily, dapagliflozin
as 5 mg or 10 mg daily, and empagliflozin as 10 mg or 25 mg daily.
Obat Antihiperglikemia Suntik
1. Insulin
2. GLP-1/Incretin Mimetic
Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta sehingga terjadi peningkatan pelepasan insulin, mempunyai
efek menurunkan berat badan, menghambat pelepasan glukagon, dan menghambat nafsu makan.
3. Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam penatalaksanaan DM, namun
bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau
kombinasi sejak dini.
Prognosis
Prognosis pada penderita diabetes tipe 2 bervariasi. Tergantung pada seberapa baik seseorang
memodifikasi risiko komplikasinya. Serangan jantung, stroke, dan penyakit ginjal dapat menyebabkan
kematian dini. Kecacatan akibat kebutaan, amputasi, penyakit jantung, stroke, dan kerusakan saraf
dapat terjadi. Beberapa orang dengan diabetes tipe 2 menjadi tergantung pada perawatan dialisis atau
memerlukan transplantasi ginjal karena gagal ginjal.