Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN

DISTOSIA

OLEH :

NAMA –NAMA KELOMPOK


1. MANAS MERIANA TOULEU
2. MARIA F.OEMATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMARNATHA


KUPANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam keadaan fisiologis normal, persalinan (persalinan normal) dapat


berlangsung sediri walau tanpa intervensi penolong. Ada 3 (tiga) factor “P” utama yang
berpengaruh terhadap kelancaran suatu persalinan. 3 (tiga) faktor “P” tersebut adalah
Power, Passage, Passanger. Power adalah kekuatan sang Ibu, Passage adalah keadaan
jalan lahir dan Passanger adalah keadaan janin. Disamping 3 faktor “P” masih ada faktor-
faktor lain diantaranya Psikologi Ibu (respon Ibu), penolong saat bersalin, dan juga posisi
ibu saat persalinan. Jadi dalam hal ini diperlukan adanya keseimbangan antara faktor “P”
dengan faktor pendukung lainnya sehingga persalinan normal diharapkan berlangsung
dengan selamat. Jika faktor “P” tersebut terjadi satu gangguan maka hal ini proses
persalinan menjadi terganggu. Gangguan, kesulitan atau kelambanan dalam persalinan ini
disebut Distosia.

Distosia terjadi disebabkan karena adanya kelainan His (Power), hal ini
menyebabkan terhambatnya proses kelahiran sehingga proses persalinan menjadi
terhambat atau terjadi kemacetan. Distosia memberikan dampak atau pengaruh yang
buruk bagi sang ibu maupun janin. Pengenalan dini disertai penanganan yang tepat akan
menentukan prognosis ibu maupun janin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Distosia His?
2. Apa yang dimaksud dengan Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir (Passage)?
3. Apa yang dimaksud dengan Imbang Feto – Pelvik, Imbang Sefalo- Pelvik dan

Disproposi Sefalo- Pelvik?


4. Apa yang dimaksud dengan Panggul Sempit (Pelvic Contraction)?
Apa yang dimaksud dengan Partus Percobaan?
5. Apa yang dimaksud dengan Kelainan Jalan Lahir Lunak?
6. Apa yang dimaksud dengan Distosia Tumor Dan Kelainan Lain Jalan Lahir?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Distosia His.
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir

(Passage)
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Imbang Feto – Pelvik, Imbang Sefalo-

Pelvik dan Disproposi Sefalo- Pelvik?


3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Panggul Sempit (Pelvic Contraction)
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Partus Percobaan
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kelainan Jalan Lahir Lunak
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Distosia Tumor Dan Kelainan Lain
Jalan Lahir

D. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka yaitu, metode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab utama. Bab I berisi tentang
latar belakang dari penulisan makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan makalah. Bab II merupakan bagian yang berisi
penjelasan tentang tinjauan teoritis, yang membahas materi atau pokok bahasan dari
makalah ini yaitu tentang “Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Distosia”. Bab III
merupakan tinjauan kasus yang membahas tentang asuhan keperawatan sesuai dengan
kasus pemicu, serta Bab IV merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan
saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Distosia His

1. Pengertian

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan (Bobak,
2004 : 784) . tersebut adalah :

a. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan/power).

b. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir).

c. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan
jumlah bayi.

d. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.

e. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan


pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung.

Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan


abnormal wanita, seorang tenaga medis harus mempertimbangkan interaksi kelima
faktor ini dan bagaimana kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan.
Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan pengeluaran
(ekspulsi) janin tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus
menunjukan perubahan.
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan yang
disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik ), kelainan besar
janin, bentuk janin ( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat ), letak janin ( letak
sungsang, letak melintang ), serta karena kelainan jalan lahir. (Rustam Mukhtar,
1994).

Distosia kelainan His (Power) merupakan His yang abnormal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan. Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik
kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan His yang
normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan kemajuan persalinan.
His persalinan tersebut meliputi :

a. Secara klinis yaitu minimal 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-
60 detik,

b. KTG yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik dengan
tekanan intrauterina 40-60 mmHg.

c. Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu
his. Pada kala pembukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang
digambarkan pada servikogram menurut friedman.

d. Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri,
lalu menjalar keseluruh otot rahim.

e. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian-
bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan
tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim) dan
serviks tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.

2. Etiologi
a. Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua; sedangkan inersia uteri
sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti
b. Factor herediter, emosi, dan ketakutan memegang peranan penting

c. Salah pimpinan persalinan, atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosin,


dan obat-obatan penenang.

d. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim; ini
dijumpai pada kesalahan- kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik.

e. Kelainan uterus misalnya uterus bikornis unikolis.

3. Klasifikasi
Distosia His dibagi Menjadi 2, yaitu :

a. Inersia Uteri

Adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan lebih jarang
dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri dibagi atas 2 keadaan :

1) Inersia uteri primer

Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan. Hal ini harus
dibedakan dengan his pendahuluan yang juga lemah dan kadang- kadang
menjadi hilang ( fase labour )

2) Inersia uteri sekunder

Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam
waktu yang lama

b. Tetania Uteri
Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada
relaksasi rahim. Hal ini dalam menyebabkan terjadinya partus presipitatus yang
dapat menyebabkan persalinan diatas kendaraan, dikamar mandi, dan tidak
sempat dilakukan pertolongan. Akibatnya terjadilah luka- luka janin lahir yang
luas pada serviks,vagina, dan perineum dan pada bayi dapat terjadi perdarahan
intracranial. Bila ada kesempitan panggul dapat terjadi ruktura uteri mengancam,
dan bila tidak segera ditangani akan berlanjut menjadi rupture uteri.

4. Patofisiologi

His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan
pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan
relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke
asalnya ± 10 mmHg.

Incoordinate uterine action yaitu sifat His yang berubah. Tonus otot uterus
meningkat, juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena
tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara
kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan.

Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang
lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini
juga di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang
pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini
menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri
pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara
teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas
antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat
diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap
sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
5. Manifestasi Klinik
a. Ibu: Gelisah, Letih, Suhu tubuh meningkat, Nadi dan pernafasan cepat, Edem
pada vulva dan servik, Bisa jadi ketuban berbau Janin

b. Janin: DJJ cepat dan tidak teratur

6. Pelaksanaan Terapeutik

a. Penanganan Umum

1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin

2) Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ

3) Kolaborasi dalam pemberian obat

4) Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)

5) Berikan analgesia berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg


(IM)

6) Perbaiki keadaan umum

7) Dukungan emosional dan perubahan posisi

b. Penanganan Khusus

1) Kelainan His

2) TD diukur tiap 4 jam


3) DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II

4) Pemeriksaan dalam

5) Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)


6) Berikan analgetik seperti petidin, morfin

7) Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his

c. Kelainan janin

1) Pemeriksaan dalam

2) Pemeriksaan luar

3) MRI

Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik
primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan

B. Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir ( Passage )

1. Bentuk dan Kelainan Panggul

a. Klasifikasi panggul

Bermacam – macam klasifikasi panggul telah dikemukakan berbagai sarjana,


namun masih kurang memuaskan. Deventer membuat pembagian:

1) Too large ( besar )

2) Too small ( kecil )

3) Too flat ( picak )

Klasifikasi yang banyak dipakai adalah menurut Caldwell dan Moloy (1933).
Mereke membagi perlvis menurut bentuk arsitekturnya menjadi :
1) False (anterior)

2) Hind (posterior)
3) Bentuk kombinasi, yaitu gineko- anthropoid, andro- platipeloid, dan lain-
lain.

b. Kelainan bentuk panggul (deformed pelvis )

1) Congenital

a) Just minor pelvis : sempit, kecil

b) Simple flat pelvis

c) Male type pelvis

d) Funnel pelvis

e) Panggul asimilasi

2) Kelainan penyakit tulang panggul

a) Rachitis

b) Osteomalaysia

c) TBC tulang

3) Kelainan tulang belakang

a) Lordosis

b) Skoiliosis
c) Kiposis

d) Spondilolistesis

C. Imbang Feto – Pelvik, Imbang Sefalo- Pelvik dan Disproposi Sefalo- Pelvik
Adalah proses persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana suatu benda di
sorong melalui ruangan oleh suatu tenaga. Benda yang disorong adalah janin, ruangan
adalah pelvis dan tenaga adalah his, yang mempunyai dwi fungsi, untuk membuka
serviks dan mendorong bayi keluar.

Jika tidak ada disproporsi antara pelvis dan janin normal serta letak anak tidak
patologik, dapat ditunggu partus spontan. Bila dan disproporsi feto- pelvic, atau janin
letak lintang, maka akan terjadi persalinan patologis.

1. Pemeriksaan Panggul
Terdiri dari :
a) Pemeriksaan panggul luar

b) Pemeriksaan panggul dalam (VT)

Pada pemeriksaan ini dicoba memperkirakan ukuran :

a) Konjugata diagnalis dan konjugata vera

b) Distansia interspinarum

c) Diameter antero – posterior pintu bawah panggul

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan antara kehamilan minggu 34-36

2. Pemeriksaan Besarnya Janin

Pemeriksaan ini dilakukan sesaat sebelum partus atau waktu partus. Kalau bentuk
normal dan letak anak memanjang yang menentukan imbang feto- pelvic ialah kepala,
maka disebut imbang sefalo-pelvik. Besarnya kepala rata- rata tergantung dari
besarnya (berat) janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan. Berat
Badan (BB) janin. Ada beberapa perkiraan berat janin :
a. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (rumus Naegle).

b. Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (EBW). Sudah tentu
untuk mendapat kecakapan ini diperlukan latihan dan pengalaman yang agak
lama.

c. Perhitungan menurut paul sson – langstadt

Uterus dianggap sebgaia benda yang terdiri dari bahan homogeny berbentuk elips
jika letak janin memanjang. Volume tergantung dari dia diameter transfersa dan
diameter longitudinal dari uterus, yang diukur menggunakan jangka panjang
baudeloque. Kemudian secara empiric dibuat suatu grafik yang menggambarakan
hubungan antara bb dan jumlah kedua diameter itu.

d. Berdasarkan atas ukuran Macdonald, yaitu jarak antara simfisis kubis dan batas
antara FU melalui konveksitas abdomen.

BBJ = (MD – 12) x 155 gram

BBJ = berat badan janin dalam gram


MD = ukuran Mac Donald dalam cm
Kepala belum H III : (MD – 13)
Kepala di H III : (MD – 12)
Kepala lewat H III : (MD – 11)

Bila ketuban sudah pecah di tambah 10%

e. Dengan menggunakan alat- alat canggih, seperti ultrasonografi, diameter


biparietalis dapat diukut.
3. Pemeriksaan Radiologik
Untuk pelvimetri dibuat 2 buah foto :

a. Foto pintu atas panggul

Ibu dalam posisi setengah duduk (THOMS), sehingga tabung rongga tegak lurus
di atas pintu atas panggul.

b. Foto lateral

Ibu dalam posisi berdiri, tabung Rontgen diarahkan horizontal pada trochanter
major dari samping.

4. Jenis panggul wanita


Ginekoid : 64,2%
Anthropoid : 16,3%

Platipeloid : 13,6%

Android : 2,2%
Panggul patologik : 3%

5. Ukuran Pelvis

Diameter pelvis dihitunh dengan cara:

a. THOMS – sentimeter – grid, atau

b. Matematika, menurut prinsip segitigas siku- siku


Rumus : x : b = c : a
a = jarak tabung film dapat dipasang tetap, misalnya 100 cm
b = jarak objek – film harus diukur pada setiap pemotretan
c = diukur pada gambar Rontgen
x = yang harus dihitung

6. Luas Bidang Panggul

Untuk menentukan luasnya suatu bidang panggul dipergunakan index MENGERT,


yaitu diameter AP dikalikan diameter transversa. Luas bidang panggul wanita
Indonesia ( standard ) :

Pintu atas panggul 10 x 12 = 1120 cm 2

Pintu tengah 10 x 11,5 – 115 cm 2

Untuk tiap –tiap panggul yang dibuat pelvimetri , diukur luas bidang menurut
index MENGERT, kemudian dibandingkan dengan luas terdiri tadi.

7. Kapasitas Panggul

Perbandingan antara luas bidang yang didapat itu dengan luas Standard dalam persen
dinamakan kapasitas dari pada bidang.

Contoh :

Pintu atas : conjugate vera 10 cm

Diameter transversa 11 cm
Luas : 10 cm x 11 cm = 110 cm 2

Kapasitas = 92 %
Pintu tengah : distansia interspinarum 9 cm

Diameter AP 12 cm

Luas = 9 cm x 12 cm = 108 cm 2

Kapasitas 108 : 115 = 94 %

Sebagai kapasitas dari pelvis seluruhnya diambil kapasitas terkecil, dari contoh diatas
adalah 92%

8. Daya Akomodasi

Daya akomodasi suatu pelvis adalah volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat
dilahirkan secara spontan dan normal melalui panggul yang dinyatakan dalam gram
BB. Suatu panggul dengan kapasitas 100% harus dapat melahirkan bayi dengan
beratnya 4000gram. Daya akomodasi turun seimbang dengan kapasitasnya. Contoh :
untuk panggul dengan kapasitas 92% dapat diperhitungkan daya akomodasi :

( 92 : 100 ) x 4000 gram = 3680 gram

D. Panggul Sempit (Pelvic Contraction)

Panggul disebut sempit apabila ukuranya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.
Kesempatan panggul bias pada INLET (pintu atas panggul = p.a.p ), MIDPEL- VIS
(ruang tengah panggul = r.t.p ), OUTLET (p.b.p atau besar panggul), atau kombinasi dari
INLET, MIDPELVIS atau OUTLET.

a. Pembagian Panggul Sempit


1) Kesempitan pintu atas panggul

a) Pembagian tingkatan panggul sempit :

Tingkat I : C.V = 9 – 10 cm = borderline


Tingkat II : C.V = 9 – 8 cm = relative
Tingkat III : C.V = 6 – 8 cm = ekstrim
Tingkat IV : C.V = 6 cm = mutlak
b) Pembagian menurut tindakan :

S.C primer = 11 cm.....................partus biasa

1. C.V = 8 – 10 cm......................partus percobaan

2. C.V = 6 -8 cm..........................S.C primer

3. C.V = 6 cm.............................S.C mutlak

Inlet dianggap sempit bila C.V kurang dari 10 cm atau diameter


transversa kurang dari 12 cm. karena yang biasanya diukur adalah
conj. Dia gonalis (C.D) maka inlet dianggap sempit bila C.D kurang
dari 11,5 cm

2) Kesempitan midpelvis
Terjadi bila :
a) Diameter interspinarum 9 cm, atau

b) Kalau diameter transversa ditambahkan dengan diameter segitalis posterior


kurang dari 13,5 cm.

Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan rontgen pelvi- metri.


Dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kemungkinan kesempatan
midpelvis, kalau :
a) Spinal menonjol, partus akan tertahan disebut MIDPELVIC ARREST
b) Side walls konvergen

c) Ada kesempitan outlet.

Midpelvis contraction dapat member kesulitas sewaktu partus sesudah kepala


melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan
kontraindikasi untuk forsep karena daun forsep menambah sempitnya ruangan.

3) Kesempitan outlet

Adalah bila diameter tranversa dan diameter segitalis posterior kurang dari 15
cm. kesempitan outlet, meskipun bias tidak menghalangi lahirnya janin, namun
dapat menyebabkan perineal rupture yang hebat, karena arkus pubis sempit
sehingga kepala janin terpaksa melalui ruangan belakang.

b. Mekanisme persalinan

Bila panggul sempit dalam ukuran muka belakang dan C.V kurang dari 9 cm,
maka dimeter ini tidak dapat dilalui oleh diameter biparietalis dari janin yang cukup
bulan. Maka dari itu kalau kepala turun biasanya terjadinya defleksi sehingga yang
melewati d. anteroposterior adalah diameter bitemporalis. Jadi pada panggul sempit
sering ditemui letak defleksi. Karena pangguk sempit maka persalinan berlangsung
lama, karena adanya obstruksi pada:

Kala I

Kepala tidak masuk p.a.p, maka pembukaan berlangsung lama dan besar
kemungkinan ketuban pecah, maka kepala tidak dapat menekan serviks kecuali
kalau his kuat sehingga terjadi moulage yang hebat pada kepala. Jalanya pembukaan
dapat menentukan prognosa. Bila pembukaan lancer : baik, bila lambat, maka besar
kemungkinan janin tidak dapat melewati panggul.

Kala II
Menjadi lama karena di perlukan waktu untuk turunnya kepala dan untuk moulage.

c. Komplikasi

1) Saat persalinan

Komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada derajat kesempitan


panggul.

a) Persalinan akan berlangsung lama.

b) Sering dijumpai ketuban pecah dini.

c) Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat
menumbung.

d) Maulage kepala berlangsung lama.

e) Sering terjadi inersia uteri sekunder.

f) Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inersia uteri


primer.

g) Partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila berlarut-
larut dapat menyebabkan rupture uteri.

h) Dapat terjadi simfisiolosis, infeksi intrapratal.

i) Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak


menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi
nekrotik dan terjadilah fistula.

2) Pada anak
a) Infeksi intrapartal

b) Kematian janin intrapartal (KJIP)

c) Prolaps funikuli

d) Perdarahan intracranial

e) Kaput suksedancum dan sefalo-hematoma yang besar

f) Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena maulage yang
hebat dan lama.

g) Fraktur pada tulang kepala otak yang hebat dari his dan oleh karena alat-
alat yang dipakai.

d. Prognosis

1) Bahaya pada ibu ialah :

a) Partus berlangsung lama

b) Terjadi rupture uteri

c) Terjadi fistula, karena anak terlalu lama menekan pada jaringan lahir,
terjadi edema, nekrosis yang kemudian mengakibatkan vesiko-vaginam,
vesiko-servika atau rekto-vaginafistel

d) Infeksi intrapartum
e) Simfisiolisis

2) Bahaya bagi anak ia


Persalinan lama menyebabkan KJIP dan memberikan angka kematian yang tinggi

a) Pada panggul smepit sering terjadi ketuban pecah dini dan kemudian
infeksi intrapartum.

b) Terjadi kolaps funikuli

c) Dengan maulage memang terjadi pengecilan ukuran pala. Pengecilan


sampai 0,5 cm tidak merusak otak, pengecilan melebihi 0,5 cm akan
berakibat buruk terhadap anak atau kematian.

e. Terapi

Sebenernya panggul hanya merupakan salah satu factor yang menentukan apakah
anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak factor lain yang memegang
peranan dalam progonosal persalinan.

Bila conjugate vera 11 cm dapat dipastikan partus biasa dan bila ada kesulitan
persalinan pasti tidak disebabkan factor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan
anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.

E. Partus Percobaan

1. Definisi

Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan, untuk memperoleh


nukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalo- pelvic. Unutk menilai hal ini
harus dibandingkan keadaan pada satu titik tolak tertentu, keadaan pada satu titik
berikutnya, dan juga suatu jangka waktu minimum antara keduanya.
Bila partus berjalan secara fisiologis, terjadi perubahan pada pembukaan serviks,
tingkat turunya kepala, dan posisi kepala (rotasi). Perubahan bisa terjadi bersamaan
atau berturutan atau bergantian. Selama didapat perubahan, walaupun hanya dalam
satu jenis gerakan saja, masih dapat dikatakan partus maju. Jika tidak ada perubahan
pada ketiganya, disebut partus tidak maju. Jadi penilaian didasarkan pada ketiga
factor di atas.

2. Syarat

Oleh karena yang harus dinilai adalah imbang sefalo- pelvic, maka pada partus
percobaan, syarat- syarat lain harus lengkap, yaitu :

a. His normal dan adekuat

b. Serviks lunak

c. Anak dalam letak kepala dan hidup.

Pemeriksaan dilakukan antara 2-4 jam, dan waktu ketuban pecah. Bila didapat
suatu inersia uteri atau distosia servikalis, maka partus percobaan tidak dapat
dilakukan. Keadaam patologik ini harus diperbaiki dulu, barulah dimulai partus
percobaan, misalnya dengan :

a. Pemberian pitosin/ sintosinon/ infuse glukosa 10%

b. Pemberian pethidin/ luminal/ dan lain – lain.

Maka jelaslah sekarang bahwa partus percobaan adalah satu cara untuk
mendapatkan diagnosis, apakah ada atau tidak disproporsi sefalo- pelvic.
F. Kelainan Jalan Lahir Lunak
Jalan lahir lunak dapat pula menghalangi lancarnya persalinan. Jalan lahir lunak yang
akan dibicarakan disini adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara, dan keadaan
lain pada jalan lahir lunak.

1. Distosia serviks

Adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks uteri.


Walaupun his normal dan baik, kadang – kadang pembukaan serviks macet karena
ada kelianan yang menyebabkan serviks tidak mau membuka. Ada 4 jenis kelainan
pada serviks uteri, yaitu :

a. Serviks kaku

Adalah suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku. Keadaan ini sering dijumpai
pada primigravida tua, atau karena adanya parut- parut bekas luka atau bekas
infeksi atau pada karsinoma servisis. Kejang atau kaku serviks dibagi 2 :

1) Primer : Karena takut atau pada primigravida tua

2) Sekunder : Karena bekas luka- luka dan infeksi yang sembuh


dan meninggalkan parut
b. Serviks gantung

Adalah suatu keadaan dimana ostium uteri eksternum dapat terbuka lebar,
sedangkan ostium uteri internum tidak mau membuka. Serviks akan tergantung
seperti corong. Bila dalam observasi keadaan tetap dan tidak ada kemajuan
pembukaan ostium uteri internum, maka peertolongan yang tepat adalah
melakukan seksio sesarea.

c. Serviks konglumer
Adalah suatu keadaan dimana ostium uteri internum dapat terbuka sampai
lengkap, sedangkan ostium uteri eksternum tidak mau membuka. Keadaan ini
sering kita jumpai pada ibu hamil dengan prolaps uteri disertai serviks dan
porsio yang panjang. Dalam hal ini serviks dapat menjadi tipis, namun ostium
uteri eksternum tidak membuka atau hanya terbuka 5 cm.

d. Edema serviks

Bila dijumpai edema ang hebat pada serviks dan disertai hematoma serta
nekrosis, maka ini merupakan tanda adanya obstruksi. Bila syarat- syarat untuk
ekstraksi vakum atau forsep tidak dipenuhi, lakukan seksio sesarea.

2. Kelainan pada selaput dara dan vagina

Pada selaput dara yang kaku dan tebal dapat dilakukan eksisi selaput darah (hymen).
Bila terdapat septa vagina ( sirkuler atau antero- posterior ), lakukan eksisi sedapat
mngkin sehingga persalinan berjalan lancer, atau kalau sulit dan terlalu lebar,
dianjurkan untuk melakukan seksio sesaorea.

G. Distosia Tumor Dan Kelainan Lain Jalan Lahir

1. Kelainan pada vulva

a. Edema vulva

Dijumpai pada pre- eklamsi dan gangguan gizi malnutrisi atau pada persalinan
yang lama atau persalianan terlanatar.

b. Stenosis vulva

Dijumpai sebagai akibat perlukaan atau infeksi dengan parut- parut yang kaku
atau dapat mengecilkan vulva (stenosis). Dengan episiotomy persalinan akan
berjalan lancer.

c. Tumor vulva

Dapat berupa abses Bartholini atau kista atau suatu kondilomata. Karena tidak
terlalu besar tidak akan menghalangi persalinan.
2. Kelainan vagina

a. Stenosis vagina congenital

Walaupun jarang hal ini dapat menghalangi jalan lahir. Kalau stenosis agak
tinggi dan kaku diangjurkan untuk melakukan seksio dalam jalan janin.

b. Tumor vagina

Berupa kista Gardner yang kalau besara dapat menghalangi jalannya persalinan.
Apakah dapat ditunggu persalinan pervaginam atau seksio sesarea tergantung
pada besarnya tumor.

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan

c. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada


ketombe

2) Mata : Biasanya konjungtiva anemis

3) Thorak : Inpeksi pernafasan; Frekuensi, kedalam, jenis


pernafasan,
4) Abdomen : Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his
kurang semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya
posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras
atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis
biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan
kandung kemih.

5) Vulva dan Vagina : Lakukan VT, biasanya ketuban sudah pecah atau
belum, edem pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/
tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk
mengidentifikasi adanya plasenta previa.

6) Panggul : Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk


panggul dan kelainan tulang belakang.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama,
kontraksi tidak efektif

b. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama,
CPD.

c. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan


masukan cairan.
d. Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan lunak karena persalinan
lama.

e. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive.

f. Cemas b/d persalinan lama

3. Intervensi

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama,
kontraksi tidak efektif.

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang.


Kriteria Hasil :
1) Klien tidak merasakan nyeri lagi.

2) Klien tampak rilek

3) Kontraksi uterus efektif

4) Kemajuan persalinan baik


Intervensi :
1) Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan
nyeri tekan abdomen.

Rasional : Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan,


penekanan kepala pada servik yang berlangsung lama akan menyebabkan
nyeri.
2) Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
Rasional : Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda,
denga skala dapat diketahui intensitas nyeri klien.

3) Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian

Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat


memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut
nyeri.

4) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan


nyeri, Bantu klien dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan
prosedur

Rasional :Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi


rasa nyeri.

5) Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga.

Rasional : Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan


dapat mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien
merasa diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan terhindari.

6) Kolaborasi : Berikan narkotik atau sedative sesuai instruksi dokter

Rasional : Pemberian narkotik atau sedative dapat mengurangi nyeri hebat,


siapkan untuk prosedur bedah bila diindikasikan

b. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama,
CPD.
Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari

Kriteria Hasil :
1) DJJ dalam batas normal

2) Kemajuan persalinan baik


Intervensi :
1) Melakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi

Rasional : Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan


kelahiran sesarea. Abnormalitas lain seperti presentasi wajah, dagu, dan
posterior juga dapat memerlukan intervensi khusus untuk mencegah
persalinan yang lama

2) Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan
sering perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap
kontraksi uterus.

Rasional : DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata


percepatan dengan variasi rata-rata, percepatan dalam respon terhadap
aktivitas maternal, gerakan janin dan kontraksi uterus.

3) Catat kemajuan persalinan.

Rasional : Persalinan lama/ disfungsional dengan perpanjangan fase laten


dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress berat, infeksi berat,
haemoragi karena atonia/ rupture uterus. Menempatkan janin pada resiko
lebih tinggi terhadap hipoksia dan cedera

4) Infeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas klamidial

Rasional : Penyakit hubungan kelamin didapat oleh janin selama proses


melahirkan karena itu persalinan sesaria dapat diidentifikasi khususnya
klien dengan virus herpes simplek tipe II
5) Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit.
Rasional : Perubahan pada tekanan caitan amnion dengan rupture atau
variasi deselerasi DJJ setelah robek dapat menunjukkan kompresi tali pusat
yang menurunkan transfer oksigen kejanin

6) Posisi klien pada posisi punggung janin

Rasional :Meningkatkan perfusi plasenta/ mencegah sindrom hipotensif


telentang.

4. Implementasi

Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana


tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Evaluasi

Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum
berhasil/ teratasi.
BAB III TINJAUAN
KASUS

Ny. Akmalsyah hamil G1P0A0, 40 minggu. Pemeriksaan fisik Status Keadaan


Umum: baik, kesadaran: Compos mentis, TTV: hasil TD: 120/80 mmHg, N: 86x/menit,
RR: 18x/menit, S: 36,8°C. Berat badan: 43 kg, tinggi badan: 145 cm. Status general mata:
anemis (+/+), ikterus (-/-). Jantung: S1S2 tunggal, regular, murmur (-/-). Paru: Vesikuler,
ronchi (-/-), wheezing (-/-). Abdomen: Bising usus (+), distensi (-). Ekstremitas: Odem
(-). Status obstetrikus abdomen: bayi letak kepala, punggung kiri, kepala penurunan 3/5,
kontraksi 3X10X45” saat awal persalinan saat ini his semakin berkurang bahkan
intervalnya semakin berkurang. Ibu mengatakan sudah tidak kuat mengedan. DJJ (+).
Vagina: VT (05.30 WITA): PØ : 7cm, mulai merasakan kontraksi pada pukul 16.15
WITA. Ibu tampak cemas dan bertanya tentang keadaan janinnya, raut muka ibu tampak
gelisah. Lingkar PAP: 20 cm, mid pelvik: 18 cm, Pintu Bawah Panggul: 14 cm. Ketuban
(-) jernih. Dan ibu mengatakan sebelum waktu persalinan tiba, ia sudah tidak nafsu
makan. Alasannya karena ia cemas dengan kehamilan pertamanya ini, porsi makannya
selalu terlihat utuh.

A. Identitas Diri Klien

Nama : Ny. A
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Cidodol no.34 Grogol Selatan, Kebayoran Lama
Jakarta Selatan.
Agama : Islam
Suku : Jawa Barat
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru SD
Status Perkawinan : Menikah
B. Riwayat Penyakit

1. Keluhan Utama:

Pasien mengeluh perutnya mulai kontraksi sejak pukul 16.15


2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Kontraksi 3X10X45” saat awal persalinan saat ini his semakin berkurang bahkan
intervalnya semakin berkurang. Ibu mengatakan sudah tidak kuat mengedan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Ibu belum pernah mengalami keadaan seperti ini.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status kesehatan umum

Keadaan Umum: baik, kesadaran: Compos mentis, TTV: hasil TD: 120/80 mmHg, N:
86x/menit, RR: 18x/menit, S: 36,8°C. Berat badan: 45 kg, tinggi badan: 145 cm.
2. Inspeksi:

a. Sistem Penglihatan

Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, reaksi otot
terhadap cahaya baik, anemis (+)

b. Sistem Pendengaran

Daun telinga normal, serumen (-), ketajaman pendengaran baik.

c. Sistem Pernafasan

Bentuk dada simetris, ekspansi dinding dada simetris, RR: 18x/menit, tidak ada
retraksi dinding dada.

d. Sistem Pencernaan
Tidak ada mual
muntah
e. Sistem Kardiovaskular

Tidak terlihat adanya kardiomegali

3. Palpasi
a. Sistem Pencernaan

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen.

b. Sistem Kardiovaskular

Denyut nadi regular: 86x/menit

4. Auskultasi

Bising usus 4 kuadran (+), paru: Vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-).Jantung: S1S2
tunggal, regular, murmur (-/-).

5. Perkusi

Tidak ada nyeri pada bagian pinggang saat di perkusi

D. Data Fokus

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Ibu mengatakan bahwa “ia sudah- G1P0A0, 40 mingggu
tidak mampu mengedan” -
TTV: TD:120/80 mmHg, N: 86x/menit,
RR: 18x/menit, S: 36,8°C. KU: Baik,
- Ibu mengatakan bahwa “bagaimana
Kesadaran: cm, TB: 145 cm, BB: 43 kg.
tentang keadaan janinnya” -
Lingkar PAP: 20cm, mid pelvic: 18cm,
Pintu Bawah Panggul: 14 cm.
- Ibu mengatakan bahwa “sebelum Anemis (+), ikterus (-)
-
waktu persalinan tiba, ia tidak nafsu Jantung: S1S2 tunggal, regular, murmur
-
(-/-).
makan”
Paru: Vesikuler, ronchi (-/-), wheezing
- (-/-). Abdomen: Bising usus (+), distensi
(-). Ekstremitas: Odem (-).
Status obstetrikus abdomen: bayi letak
kepala, punggung kiri, kepala
- penurunan 3/5, kontraksi 3X10X45”
saat awal persalinan saat ini his semakin
berkurang bahkan intervalnya semakin
berkurang.
DJJ (+). Vagina: VT (05.30 WITA): PØ :
-
7cm

Ibu tampak cemas


-
Raut muka ibu tampak gelisah
- Ketuban (-) jernih.

- Mulai kontraksi pukul 16.15


WITA VT (05.30 WITA): PØ :
-
7cm
- Porsi makan ibu selalu terlihat utuh

- IMT: 21,36 (normal bila dalam keadaan


tidak hamil, namun seharusnya BB saat
-
hamil bertambah 10-12 kg, jadi
kesimpulannya IMT ibu underweight)

E. Analisa Data

Data Subjektif/Objektif Masalah Kemungkinan Penyebab


DS: Resiko Tinggi Cidera Penurunan tonus otot/pola
maternal (Ibu) kontraksi otot, obstruksi
Ibu mengatakan bahwa “ia
mekanis pada penurunan
sudah tidak kuat untuk
janin, keletihan maternal.
mengedan”
DO:

- Ibu terlihat anemis

- Kepala penurunan: 3/5

- Kontraksi: 3X10X45”
saat awal persalinan
namun saat ini his
berkurang
- Ketuban (-) jernih

- DJJ (+)

- Lingkar PAP: 20 cm,

Ansietas
midpelvic: 18 cm, Pintu Partus Lama
Bawah Panggul: 14 cm.
- PØ : 7cm

DS:

Ibu mengatakan bahwa


“bagaimana tentang keadaan
janinnya”
DO:

- Ibu tampak cemas


Ketidakseimbangan Nutrisi
- Raut muka ibu tampak Kurang Dari Kebutuhan Faktor Psikologis (Proses
gelisah Tubuh Melahirkan)
- Mulai kontraksi pukul:

16.15 WITA

- VT: 05.30 WITA. PØ :

7cm

DS:

Ibu mengatakan bahwa


“sebelum waktu persalinan
tiba, ia tidak nafsu makan”
DO:
- Ibu tampak cemas

- Porsi makan tampak utuh

- Ibu terlihat tidak


memiliki tenaga
- IMT=21,36

(underweight)
- Anemis (+)

F. Daftar Masalah
1. Resiko tinggi cidera maternal (Ibu)

2. Ansietas

3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

G. Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. Resiko tinggi cidera terhadap maternal berhubungan dengan Penurunan tonus otot/pola
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.

2. Ansietas berhubungan dengan partus lama

3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan


Faktor Psikologis (Proses Melahirkan)

H. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional

Keperawatan Kriteria Hasil Tindakan


1 Resiko tinggi Tujuan: -Kaji kembali - Membantu dalam
cidera terhadap riwayat mengidentifikasi
Mencegah
Maternal persalinan. kemungkinan
terjadinya resiko
berhubungan penyebab, kebutuhan
cedera pada ibu
dengan Penurunan pemeriksaan
Kriteria Hasil:
tonus otot/pola diagnostik dan
kontraksi otot, - Keletihan dapat intervensi yang tepat.
obstruksi mekanis teratasi
pada penurunan Evaluasi tingkat - Kelelahan ibu yang
janin, keletihan keletihan yang berlebihan
maternal. menyertai,serta menimbulkan disfungsi
- Tidak terjadi aktifitas dan sekunder, atau
- istirahat,sebelum mungkin akibat dari
awitan persalinan lama.
persalinan
-
Disfungsi kontraksi
- Kaji pola dapat memperlama
kontraksi uterus persalinan,meningkatk
an resiko komplikasi
maternal/janin

- Catat kondisi
Serviks kaku atau tidak
serviks.pantau -
siap tidak akan dilatasi,
tanda
menghambat
amnionitis.catat
penurunan
peningkatan janin/kemajuan
suhu atau persalinan. terjadi
jumlah sel amniositis secara
darah putih langsung dihubungkan
dengan lamanya
persalinan sehingga
melahirkan harus
terjadi dalam 24 jam
setelah pecah ketuban

Digunakan sebagai
- Monitor indikator dalam

penonjolan, mengidentifikasi

posisi janin dan - persalinan yang lama

presentase janin

2
Ambulasi dapat
- Tempatkan klien
membantu kekuatan
pada posisi
gravitasi dalam
dorsal
-
rekumben
lateral dan
baring atau merangsang pola
Ansietas ambulasi sesuai persalinan normal dan
berhubungan toleransi dilatasi serviks
dengan partus lama
- Bantu dengan
persiapan seksio - Melahirkan seksio sesari
sesaria sesuai segera diindifikasikan
indikasi untuk untuk cincin bandl
malposisi, untuk distres janin
karena CPD

- Siapkan untuk
melahirkan - Melahirkan secara forsep
dengan forsep dilakukan pada ibu
(bila perlu) yang lelah berlebihan
dan tidak mampu
untuk mengedan lagi

- Adanya ansietas dan


Kaji status gangguan gangguan
psikologis dan emosional klien dapat
emosional klien menghambat kerja
sama klien dengan
Tujuan: perawat dalam
3
melakukan persalinan
Agar tidak

terjadi Anjurkan - Pengungkapan perasaan


-
pengungkapan dapat mengurangi
kecemasan yang perasaan ansietas
berlebih

Kriteria Hasil:
Anjurkan - Membantu menurunkan

- Tidak terlihat
kegelisahan
dari muka ibu
-
- Bisa mengontrol

kecemasannya
penggunaan ansietas dan
tehnik memungkinkan klien
pernapasan dan untuk berpartisipasi
Ketidakseimbanga latihan relaksasi secara aktif
n Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan Jelaskan prosedur - Pemahaman yang baik
Tubuh dan tindakan mengenai prosedur

berhubungan yang akan atau tindakan dapat


-
dengan Faktor dilakukan mengurangi ansietas

Psikologis (Proses sehubungan


Melahirkan) dengan distosia
- lingkungan yang nyaman
Berikan dapat membuat ibu
lingkungan yang menjadi lebih rileks
nyaman sehingga dapat
mengurangi
kecemasan
-
Kaji adanya alergi
- mengetahui adanya
makanan alergi makanan dapat
mencegah terjadinya
komplikasi

Anjurkan klien - zat besi diperlukan


untuk oleh tubuh sebagai
- meningkatkan unsur pembentukan
intake zat besi energi

- jumlah nutrisi dapat


Monitor jumlah
nutrisi dan menjadi indikator

kandungan keseimbangan nutrisi

kalori tubuh

-
Tujuan:

Setelah
dilakukan
asuhan
dapat terpenuhi
- Monitor pucat, - pucat, kemerahan dan
Kriteria Hasil: kemerahan dan kekeringan
kekeringan konjungtiva sebagai
konjungtiva indikator status nutrisi
- Adanya
klien
peningkatan
berat badan - agar tidak terjadi
Motivasi klien
- Tidak ada tanda- letargi yang berlebih
untuk
tanda - serta meningkatkan
menambahkan
malnutrisi energi
jumlah intake
- Tidak terjadi makanan
penurunan
- substansi gula dapat
berat badan Kolaborasi dalam
meningkatkan energi
yang berarti pemberian
dalam tubuh
- substansi gula
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang
dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his yaitu suatu
keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat
kelancaran persalinan. Kelainan his dapat diklasifikasikan menjadi Insersia uteri hipotoni
(disfungsi uteri hipotonik) yaitu kontraksi uterus terkoordinasi tetapi tidak adekuat.

Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita
dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya
akibat hidroamnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau
primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. dan Insersia uteri
hipertoni (disfungsi uteri hipertonik / disfungsi uteri inkoordinasi) yaitu kontraksi uterus
tidak terkoordinasi, kuat tetapi tidak adekuat, kelainan his dengan kekuatan cukup besar
(kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas,
tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong
bayi keluar.

B. Saran

1. Ibu Hamil.

Diharapkan kepada ibu selama dalam masa kehamilan agar melakukan kunjungan / pemeriksaan
kehamilan, untuk mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak sesuai
dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat penyakit sistematik. Agar nantinya bisa
didiagnosa apakah ibu bisa bersalin dengan normal atau tidak.
2. Petugas Kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar mampu menekan AKI/AKB


dengan cara mengurangi komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu
hamil.

3. Penulis

Agar dapat meningkatkan pengetahuan maupun wawasan pembelajaran


serta pengalaman dalam praktek asuhan kebidanan. Khususnya mengenai
asuhan kebidanan ibu bersalin dengan komplikasi seperti distosia

4. Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan kajian maupun referensi dalam menambah


khazanah perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai