Anda di halaman 1dari 11

III.

METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan

untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

penelitian.

Usahatani ubi kayu adalah suatu bentuk organisasi produksi yang dilakukan di

daerah ladang dengan komoditi ubi kayu. Petani adalah individu atau

sekelompok orang yang melakukan usaha guna memenuhi kebutuhan

sebagai/secara keseluruhan dalam hidupnya dalam bidang pertanian.

Penerimaan usahatani ubi kayu adalah hasil yang diperoleh petani dari

penjualan ubi kayu sebagai hasil produksi dikalikan dengan harga jual dalam

satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Besar keluarga adalah total anggota keluarga yang menjadi tanggungan

keluarga dan tinggal dalam satu rumah, diukur dengan satuan orang. Petani

yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani ubi kayu yang

memiliki lahan dan mengolah sendiri.

Pendapatan usahatani ubi kayu adalah penerimaan yang diperoleh petani ubi

kayu setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dalam
2

hal ini biaya pembelian pupuk, bibit, upah, tenaga kerja, sewa lahan, pajak

lahan, dan biaya penyusutan alat-alat pertanian dalam satu kali musim tanam.

Pendapatan usahatani ubi kayu diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan usahatani non ubi kayu adalah seluruh pendapatan keluarga petani

yang berasal dari usahatani non ubi kayu setelah dikurangi dengan pengeluaran

tunai yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan usaha non pertanian adalah seluruh pendapatan keluarga petani

yang berasal dari usaha non pertanian setelah dikurangi dengan pengeluaran

tunai yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diperoleh dari usahatani ubi

kayu, usahatani non ubi kayu, dan non pertanian setelah dikurangi dengan

biaya, yang diukur dengan satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pengeluaran adalah seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkan oleh seluruh

anggota rumah tangga petani ubi kayu, yang meliputi pengeluaran pangan dan

non pangan, yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/th).

Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang

dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluarga, yang diukur

dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pengeluaran non pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang

yang dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluarga, yang diukur

dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).


3

Pengeluaran keluarga adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh keluarga

petani untuk keperluan-keperluan konsumsi, yaitu pangan dan non pangan,

yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Biaya total adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk

melakukan usahatani ubi kayu meliputi biaya tetap dan biaya tidak

tetap/variabel dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani

tanaman ubi kayu diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha).

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam

proses produksi selama musim tanam. Penggunaan tenaga kerja diukur dalam

satuan hari orang kerja (HOK).

Ongkos angkut adalah jumlah ongkos yang dikeluarkan oleh petani untuk

membawa ubi kayu ke pabrik tapioka. Cara perhitungannya adalah hasil

produksi dikalikan dengan ongkos angkut, dalam satuan rupiah (Rp).

Harga ubi kayu adalah harga yang diterima oleh petani atas penjualan ubi kayu

berdasarkan umur tanaman yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram

(Rp/Kg).

Hasil produksi ubi kayu adalah jumlah produksi ubi kayu yang dihasilkan oleh

petani yang diukur dalam satuan kilogram.


4

Lama berusahatani adalah lamanya petani mengusahakan tanaman ubi kayu

sampai dilakukan penelitian, yang diukur dalam satuan tahun (th).

Kesejahteraan adalah sesuatu dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan

dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap faktor-faktor yang

menentukan tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan masing-masing

keluarga diukur dengan kriteria setara beras menurut Sajogyo.

Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakcukupan/kekurangan akan aset-

aset penting dan peluang-peluang dimana setiap manusia berhak

memperolehnya. Kemiskinan juga berkaitan erat dengan “outcome” yang

kurang/tidak cukup dalam hubungannya dengan (1) kesehatan, gizi, dan literasi,

(2) kurangnya hubungan sosial, (3) kerawanan, (4) kepercayaan diri yang

rendah dan ketidakberdayaan (BPS, 2011).

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.

Lokasi ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

Desa Rajabasa Batang hari Kecamatan Sukadana merupakan sentra ubi kayu di

Kabupaten Lampung Timur.

Sifat petani ubi kayu sebagai populasi dalam penelitian ini cenderung homogen

dalam hal: (1) semua petani menggunakan teknik budidaya yang sama, (2)

semua petani menghasilkan produk yang sama, (3) semua petani bermaksud
5

menjual produknya, (4) semua petani mencari keuntungan dalam menjual

produknya, dan (5) semua petani menginginkan kemudahan-kemudahan dalam

menjual produknya. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah

petani ubi kayu yang mengusahakan ubi kayu secara monokultur, karena

mayoritas petani menggunakan sistem tersebut.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak

sederhana (simple random sampling). Penentuan jumlah sampel mengacu pada

Sugiarto (2003), dengan rumus :

n = NZ²S²
Nd² + Z²S²

Keterangan:

n = Jumlah sampel
N = Jumlah rumah tangga
Z = derajat kepercayaan ( 90 % = 1,645)
S² = Varian sampel (5% = 0,05)
d = derajat penyimpangan (5% = 0,05)

Perincian jumlah responden ditentukan dari masing-masing wilayah (ni) dan

dipergunakan alokasi proposional sebagai berikut:

ni = Ni . n
N

Keterangan :

ni = Jumlah sampel i
Ni = Jumlah rumah tangga wilayah i
N = Jumlah rumah tangga
n = Jumlah sampel keseluruhan
6

Jumlah sampel yang diambil sebagai responden di Desa Raja Batang Hari dan

Desa Sukadana sebanyak 50 orang dari 408 petani ubi kayu. Pengumpulan data

penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – April 2013. Secara terperinci dapat

di lihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah responden penelitian analisis pendapatan dan tingkat


kesejahteraan petani ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur
Kecamatan Sukadana.

Desa Jumlah populasi Jumlah responden


(Orang) (Orang)
Raja Basa Batang Hari 364 42

Sukadana 44 8

Jumlah 408 50

n = 408 . (1,64)² . 0,05 = 48 responden


408. (0,05)² + (1,64)² . 0,05

Jumlah sampel Desa Gedung Bandar Rahayu :

n = 364 . 48 = 45 responden
408

Jumlah sampel Desa Gedung Meneng :

n2 = 44 . 48 = 8 responden
408

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian direncanakan dengan menggunakan metode survei yaitu penelitian

yang mengambil sampel dari suatu populasi. Data yang dikumpulkan dalam

penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan
7

dengan teknik wawancara langsung kepada petani ubi kayu dengan

menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih

dahulu. Data sekunder diperoleh dari berbagai kepustakaan dan instansi-

instansi pemerintah yang terkait dalam penelitian ini.

D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif (deskriptif) dan analisis kuantitatif (statistik) (Bagong dan Sutinah,

2005). Metode pengolahan data dilakukan dengan metode tabulasi dan

komputerisasi (Microsoft Excell).

1. Analisis pendapatan

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani

ubi kayu. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara

penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang

dikeluarkan dalam satu tahun dirumuskan sebagai berikut:.

π = Y. Py – Σ Xi.Pxi – BTT

Keterangan :

π = Pendapatan (Rp)
Y = Produksi (Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp/Kg)
ΣXi = Jumlah faktor produksi ke i (1,2,3,….n)
Px = Harga produksi ke i (Rp)
BTT = Biaya tetap total (Rp)
8

Untuk mengetahui apakah usahatani ubi kayu menguntungkan atau tidak

bagi petani maka digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya

dirumuskan sebagai berikut :

R/C = PT
BT

Keterangan :

R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biaya


PT = Penerimaan total
BT = Biaya total yang dikeluarkan oleh petani

Kriteria pengukuran pada analisis nisbah penerimaan dengan biaya total :

a) Jika R/C > 1, maka usaha tani ubi kayu menguntungkan.


b) Jika R/C = 1, maka usaha tani ubi kayu impas.
c) Jika R/C < 1, maka usaha tani ubi kayu mengalami kerugian.

2. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Usaha Tani Ubi Kayu

Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan

keluarga dari usaha tani ubi kayu dan pendapatan keluarga yang berasal dari

luar usaha tani ubi kayu, dengan rumus sebagai berikut:

Prt = P usaha tani ubi kayu + P usaha tani ubi kayu

Keterangan :
Prt = Pendapatan Rumah Tangga
P usaha tani ubi kayu = Pendapatan dari usaha tani ubi kayu
P usaha tani ubi kayu = Pendapatan dari luar usaha tani ubi
kayu
9

3. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Usaha Tani Ubi Kayu


(Deskriftif Kualitatif)

Kriteria Sajogyo (1997) Pendekatan / Pengeluaran Rumah Tangga

berdasarkan pengeluaran pangan dan pengeluaran nonpangan.

Pengukuran ini dilakukan dengan cara menghitung kebutuhan harian,

mingguan, dan bulanan. Total pengeluaran rumah tangga dapat

diformulasikan sebagai berikut :

Ct = C a + Cb + C n

Keterangan :

Ct = Total pengeluran rumah tangga


Ca = Pengeluaran untuk pangan
Cb = Pengeluaran untuk nonpangan
Cb = C1 + C2 + C3 + C4 + C5 + …. + Cn
Dimana:
C1 = Pengeluaran untuk bahan bakar
C2 = Pengeluaran untuk aneka barang/jasa
C3 = Pengeluaran untuk pendidikan
C4 = Pengeluaran untuk kesehatan
C5 = Pengeluaran untuk listrik
Cn = Pengeluaran lainnya

Pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan adalah total pengeluaran

rumah tangga pengolah ikan teri asin baik pengeluaran untuk pangan

maupun nonpangan dalam sebulan kemudian dikonversikan ke dalam

tahun dibagi jumlah tanggungan rumah tangga. Konsumsi rumah tangga

dibedakan atas konsumsi pangan dan nonpangan. Komoditas makanan

terdiri dari padi-padian dan hasil-hasilnya, umbi-umbian dan hasil-

hasilnya, minyak dan lemak, pangan hewani, buah atau biji berminyak,

kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lainnya. Komoditas bukan

makanan terdiri dari pendidikan, pakaian, kesehatan, kebersihan,


10

kosmetik, sosial, tabungan, arisan dan cicilan, sumbangan, rekreasi,

perbaikan rumah, transportasi, listrik, telepon atau handphone, perabotan

rumah, aksesoris dan bahan bakar.

Pengeluaran rumah tangga per kapita per tahun ini kemudian

dikonversikan ke dalam ukuran setara beras per kilogram untuk

mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga usaha tani ubi kayu

(Sajogyo, 1997). Secara matematis tingkat pengeluaran per kapita per

tahun pada rumah tangga usaha tani ubi kayu dan tingkat pengeluaran

per kapita per tahun setara beras dapat dirumuskan :

Menurut Sayogyo didasarkan pada besarnya pengeluaran per kapita per

tahun yang diukur dengan harga beras setempat adalah:

1) Miskin, apabila pengeluaran/kapita/tahun lebih rendah dari nilai tukar

320 kg beras untuk daerah pedesaan dan 480 kg untuk daerah kota.

2). Miskin Sekali, apabila pengeluaran/kapita/tahun lebih rendah dari

nilai tukar 240 kg beras untuk daerah pedesaan dan 360 kg untuk

daerah kota.
11

3). Paling Miskin, apabila pengeluaran/kapita/tahun lebih rendah dari

nilai tukar 180 kg beras untuk daerah pedesaan dan 270 kg untuk

daerah kota.

Anda mungkin juga menyukai