TUGAS
OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
2019
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................3
BAB II................................................................................................................................................41
HASIL RESUME...............................................................................................................................41
RESUME MATERI 1. PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PESTISIDA, FUNGISIDA,
BAKTERISIDA, DAN NEMATISIDA (Materi Pak Iqbal).......................................................41
RESUME MATERI 2. PENGGOLONGAN PESTISIDA BERDASARKAN BEBERAPA
ASPEK (Materi Bapak Iqbal).......................................................................................................43
RESUME MATERI 3. PERMASALAHAN YANG DIAKIBATKAN OLEH PESTISIDA,
EFEK NEGATIF DAN POSITIF (Materi Bapak Iqbal)............................................................47
RESUME MATERI 4. TOKSIKOLOGI PESTISIDA DAN CARA PENGOBATANNYA
(Materi Pak Iqbal).........................................................................................................................49
RESUME MATERI 5. PESTISIDA ALAMI, NABATI, AGENSIA HAYATI DAN BAHAN
DARI ALAM (Materi Pak Iqbal).................................................................................................52
RESUME MATERI 6. KENDALA DAN MANFAAT PESTISIDA ALAMI (Materi Pak
Iqbal)..............................................................................................................................................55
RESUME MATERI 7. CONTOH PRODUK PESTISIDA ALAMI DAN KIMIA (Materi Pak
Iqbal)..............................................................................................................................................56
RESUME MATERI 8. BIOASSAY (Materi Pak Syarief)..........................................................58
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................59
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pestisida
1.1.1 Pengertian Pestisida
Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan sida yang berasal
dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana
zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah memusnahkan, menolak,
pengganggu. Pestisida adalah racun yang sengaja dibuat oleh manusia untuk
(Soemirat, 2003).
Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida
adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk:
b. memberantas rerumputan;
ternak;
f. memberantas atau mencegah hama-hama air;
penggunaan
kerjanya, yaitu :
a. Insektisida
1. Menggigit dan mengunyah, misalnya jengkerik, ulat, dan belalang. Dengan tipe
mulut seperti ini, serangga dapat menggigit dan mengunyah baggian luar
2. Menusuk dan menghisap cairan tanaman, misalnya aphis, wereng, kutu perisai,
jika hanya sebatas menghisap nektar atau madu dari bunga. Akan tetapi,
yang terserang oleh hama ini cenderung bewarna putih kemudian mengarat.
yaitu :
1. Insektisida sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar,
2. Insektisida nonsistemik
pada tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya
bagian tanaman lainnya. Termasuk kategori ini adalah insektisida yang berdaya
itu, serangga harus terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah disemprot
2. Racun kontak
racun kontak berperan sebagai racun perut. Beberapa insektisida yang kuat
3. Racun pernapasan
jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa gas, atau bila wujud
asalnya padat atau cair, yang segera berubah atau menghasilkan gas dan
serangga.
b. Fungisida
bagian tanaman lalu mengadakan pembelahan dengan cara pembesaran sel yang
2007)
sasaran yang diaplikasikan, yakni fungisida non sistemik, sistemik, sistemik lokal.
Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat
harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus menerus terlindungi dari
infeksi baru. Contoh fungisida kontak adalah kaptan, maneb, zineb, ziram,
2. Fungisida Sistemik
sebagai berikut:
1. Gulma dari kelompok rumput (grasses, grass weeds ), yaknik semua gulma
2. Gulma dari kelompok teki (sedges), yakni semua gulma yang masuk kedalam
3. Gulma berdaun lebar, yakni semua gulma yang tidak termasuk ke dalam
kelompok rumput ataupun teki. Contoh gulma berdaun lebar adalah Ageratum
sp. , Boeraria sp., Mikania sp., Monochoria sp., dan Eupatorium sp.
4. Gulma pakisan (fern) ialah gulma yang berasal dari keluarga pakisan. Misalnya
Pergerakan herbisida masuk ke dalam tubuh tanaman dengan dua cara kerja,
yaitu :
1. Herbisida selektif, walaupun diaplikasikan pada tumbuhan tetapi hanya
rumput, misalnya alaklor, butaklor, dan ametrin. Herbisida yang aktif untuk
atau daun yang dapat mematikan hampir semua jenis tumbuhan (termasuk
1. Herbisida tanah (soil acting herbicides), yakni herbisida yang aktif di tanah dan
2. Herbisida yang aktif pada gulma yang tumbuh. Herbisida jenis ini dapat dibagi
di dalam jaringan gulma ke bagian lainnya. Oleh karena itu, herbisida ini
ini mampu membunuh jaringan gulma yang berada dibawah tanah (rimpang,
umbi). Contoh herbisida ini adalah metil metsulfuron, 2,4 D, dan glifosat.
d. Bakterisida
Bakterisida mengandung bahan aktif yang bisa membunuh bakteri. Ukuran bakteri sangan
kecil yaitu sekitar 0,15-6 mikron sehingga mudah masuk ke dalam tanaman inang melalui
luka, stomata, pori air, kelenjar madu, dan lentisel. Didalam tanaman, enzim bakteri akan
memecah tepung menjadi gula dan menyederhanakan senyawa nitrogen yang komplek
umtuk memperoleh tenaga agar bertahan hidup. Bakteri ini juga menghasilkan zat racun
dan zat lain yang merugikan tanaman, bahkan menghasilkan zat yang bisa merangsang sel-
sel inang membelah secara tidak normal. Di dalam tanaman, bakteri ini akan bereaksi
menimbulkan penyakit sesuai tipenya. Bakteri bisa menyebar melalui biji, buah, umbi,
perusakan dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan bakterisida merupakan
salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan Pseudomonas solanacearum yang bisa
mengakibatkan layu pada tanaman famili Solanaceae. Contoh bakterisida yaitu Agrymicin
dan Agrept.
e. Nematisida
walaupun pada umumnya panjangnya kurang dari 200 sampai 1000 milimikron. Hidup
pada lapisan tanah bagian atas. Nematoda yang berperan sebagai hama dibedakan
menjadi :
akar tanaman.
Adanya serangan nematoda pada akar bisa ditandai dengan adanya gejala
yang tampak pada akar ataupun bagian tanaman diatas permukaan tanah. Akar
membentuk tumor atau bisul yang cukup besar seperti bonggol. Luka bekas
menimbulkan penyakit sekunder. Dengan akar yang tidak sehat, distribusi unsur
klorosis dan sering kali diikuti layu daun gugur, atau ujung tanaman mati. Akibat
ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah. Walaupun demikian, ada pula yang
4.Akarisida
Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau,
caplak, dan laba-laba. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, batang, dan
buah. Bagian tanaman yang diserang oleh tungau akan mengalami perubahan
warna, bentuk, timbul bisul-bisul atau buah rontok sebelum waktunya. Contoh
akarisida yaitu Kelthene MF dan Trithion 4 E.
g. Rodentisida
dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang cukup besar. Rodentisida
yang efektif biasanya dalam bentuk umpan beracun. Contohnya Diphacin 110,
jaringan, organ, atau sistem tubuh. Dalam kondisi tertentu setiap zat kimia dapat
menjadi toksik terhadap makhluk hidup. Misalnya, zat kimia yang sangat toksik
dengan dosis yang sangat kecilpun akan menimbulkan kerusakan jaringan pada
makhluk hidup, sebaliknya, zat kimia yang kurang toksik tidak akan menimbulkan
gangguan walaupun makhluk hidup terpajan dengan dosis yang besar. (Harianto,
2009).
Toksisitas (toxicity) atau daya racun pestisida adalah sifat bawaan pestisida
(atau bahaya lainnya) pada hewan tingkat tinggi, termasuk manusia. Toksisitas
Toksisitas akut merupakan pengaruh yang merugikan yang timbul segera setelah
pemaparan dengan dosis tunggal suatu bahan kimia atau pemberian dosis ganda
dalam waktu kurang dari 24 jam. Toksisitas akut dinyatakan dalam angka LD 50,
yaitu dosis yang bisa mematikan (lethal dose) 50% dari binatang uji
(umumnya tikus) yang dihitung dalam mg/kg. LD50 merupakan indikator daya
racun yang utama, di samping indikator lain. Dibedakan antara LD 50 oral (lewat
mulut) dan LD50 dermal (lewat kulit). LD50 oral adalah potensi kematian yang
terjadi pada hewan uji jika senyawa kimia tersebut termakan, sedangkn LD 50
dermal adalah potensi kematian jika hewan uji kontak langsung lewat kulit dengan
racun tersebut.
Jika dinyatakan bahwa angka LD50 oral dari fenvalerat (suatu insektisida)
adalah 451 mg/kg berat badan, hal tersebut menunjukkan bahwa dari sekelompok
tikus yang masing-masing diberi makan 451 miligram fenvalerat untuk setiap kg
berat badan tikus, maka 50 % dari tikus-tikus tersebut akan mati. Sementara angka
LD50 oral kaptan (suatu fungisida) adalah 9.000 mg/kg berat badan menunjukkan
hewan uji mati jika masing-masing diberi 9.000 mg kaptan per kg berat badan.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa fenvarelat lebih beracun dibandingkan
kaptan. Jadi, semakin kecil angka LD50 maka pestisida akan semakin toksik atau
beracun.
harian berulang dari pestisida, bahan kimia, atau bahan lainnya atau pemaparan
dengan bahan-bahan tersebut yang berlangsung cukup lama (biasanya lebih dari
kronik,
tetapi untuk rentang waktu yang lebih pendek, sekitar 10% dari rentang
(Djojosumarto, 2008).
Tabel 1.1 Klasifikasi tingkat bahaya pestisida menurut WHO
IA Sangat berbahaya
(extremely hazardous) <5 <20 <10 <40
IB Berbahaya
(highly hazardous) 5-50 20-100 10-100 40-400
II Cukup berbahaya
(moderately hazardous) 50-500 200-2000 100-1000 400-4000
III Agak berbahaya
(slightly hazardous) > 500 > 2000 >1000 >4000
Parameter lain yang juga digunakan untuk menilai daya racun pestisida
adlah LC50 untuk toksisitas konsentrasi pestisida. Parameter ini berarti konsentrasi
yang mematikan adalah 50% binatang uji (misal ikan). Fumigan sering dinilai dari
Pestisida pada umumnya adalah bahan kimia atau campuran bahan kimia
(Djojosumarto, 2000).
bioaktif, maka pestisida tetap merupakan racun. Setiap racun selalu mengandung
risiko dalam penggunaannya, baik risiko bagi manusia maupun bagi lingkungan.
sebagai berikut :
Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah dan
menimbulkan kebutaan.
Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak
sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis lebih sulit
dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Akibat yang ditimbulkan oleh keracunan kronis
tidak selalu mudah diprediksi.
meskipun tidak mudah dibuktikan dengan pasti dan meyakinkan adalah kanker,
gangguan syaraf, fungsi hati dan ginjal, gangguan pernapasan, keguguran, cacat
terdapat dalam produk pertanian. Risiko bagi konsumen dapat berupa keracunan
langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar pestisida atau lewat
akut, tetapi risiko bagi konsumen umumnya dalam bentuk keracunan kronis, tidak
kesehatan.
1. Risiko bagi orang, hewan atau tumbuhan yang berada di tempat, atau disekitar
meracuni hewan ternak yang masuk ke kebun yang sudah disemprot pestisida.
2. Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
(tanah, udara dan air) dengan segala akibatnya, misalnya kematian hewan
yaitu racun pestisida masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, tertelan melalui
mulut maupun diserap oleh tubuh. Gejala keracunan akan berkembang selama
pemaparan atau 12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan
a. Gejala awal
Gejala awal akan timbul adalah mual/rasa penuh di perut, muntah, rasa
b. Gejala Lanjutan
pengeluaran lendir dari hidung (terutama pada keracunan melalui hidung), kejang
usus dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan, kelemahan yang
c. Gelaja sentral
hilangnya reflek, kejang dan koma. Apabila tidak segera di beri pertolongan
(keluhan) sebagai berikut : leher seperti tercekik, pusing, badan terasa sangat
lemah, sempoyongan, pupil atau celah iris mata menyempit, pandangan kabur,
tremor, terkadang kejang pada otot, gelisah dan menurunnya kesadaran, mual,
muntah, kejang pada perut, mencret, mengeluakan keringat yang berlebihan, sesak
dan rasa penuh di dada, pilek, batuk yang disertai dahak, mengeluarkan air liur
berlebihan. Sebab baru biasanya terjadi 12 jam setelah keracunan, denyut jantung
besar.
Menurut Schulze dan Gallo dalam Raini (2007), berikut gejala dan tanda
a. Insektisida
1. Organoklorin
Cara kerja bahan aktif racun ini dengan mempengaruhi syaraf pusat.
Gejala keracunan muncul 20 menit- 12 jam dengan gejala dan tanda keracunan
yaitu mual, muntah, gelisah, pusing, lemah, rasa geli atau menusuk pada kulit,
asetilkolin pada jaringan saraf sehingga timbul pengaruh kolinergis. Cara kerja
Tabel 1.2 Gejala Klinis untuk Setiap Tingkatan keracunan Dan Prognosisnya
Aktivitas Tingkatan
Gejala Klinis Prognosis
Kolinesterase (%) Keracunan
Munaf, 1997.
3. Piretroid sintetik
Bahan aktif ini dapat menimbulkan gejala keracunan berupa iritasi kulit :
pedih, rasa terbakar, gatal-gatal, rasa geli, mati rasa, inkordinasi, tremor, salivasi,
muntah, diare, iritasi pada pendengaran dan perasa. Jarang terjadi keracunan
karena kecepatan absorbsi melalui kulit rendah dan piretroid cepat hilang.
jam. Gejala keracunan berupa alergi, iritasi kulit dan asma. Piretrin lebih ringan
6. Insektisida mikroba
Gejala keracunan yang ditimbulkan adalah radang saluran pencernaan.
7. DEET repellent
Gejala keracunan yang ditimbulkan yaitu iritasi kulit : kulit kemerahan,
b. Herbisida
berdarah, kulit kemerahan, kerusakan kuku, mual, muntah, dan penglihatan kabur.
Gejala keracunan yang muncul berupa gangguan lensa mata dan dinding
glifosat dapat terjadi melalui inhalasi atau terhirup, kontak dengan kulit, kontak
dengan mata, dan tertelan. Gejala yang ditimbulkan yaitu iritasi mata, iritasi kulit,
batuk, diare, mual, sakit tenggorokan, muntah, sakit kepala, dan sesak nafas, dan
4. Klorfenoksi herbisida
Gejala keracunan yang ditimbulkan adalah iritasi tingkat sedang pada kulit
dan membran mukosa, rasa terbakar pada hidung, sinus dan dada, batuk, pusing,
iritasi perut, muntah, perut dan dada sakit, diare, bingung, dan tidak sadar. Kontak
berlebih pada muka, kelopak mata dan pergelangan kaki, garis putih pada kuku,
pencernaan yaitu radang mulut dan kerongkongan, perut terasa nyeri terbakar,
haus, muntah, dan diare berdarah. Kerusakan sistem saraf pusat yaitu pusing, sakit
kepala, lemah, kejang otot, suhu tubuh turun, lamban, mengigau, koma, dan
keracunan yang ditimbulkan yaitu nyeri tenggorokan, mata pedih, sakit kepala,
c. Fungisida
iritasi mata dan saluran pernafasan, sakit kepala, pusing, mual, muntah, timbul
2. Pentaklorofenol
Gejala keracunan yang ditimbulkan yaitu iritasi kulit, mata dan saluran
pernafasan, menimbulkan rasa kaku pada hidung, tenggorokan gatal, keluar air
koordinasi, kejang-kejang, sulit bernafas, gelisah, eksitasi dan bingung, haus hebat
dan kolaps.
3. Arsenik
Berdampak pada sistem saraf pusat, jantung dan hati. Gejala muncul 1
sampai beberapa jam setelah paparan. Gejala keracunan yang ditimbulkan yaitu
mual, sakit kepala, diare nyeri perut, pusing, kejang otot, dan mengigau.
d. Rodentisida
1. Kumarin
Kercunan kronis ditandai dengan gejala sakit kepala menetap, sakit perut,
salivasi, demam, iritasi saluran pernafasan atas, perdarahan pada hidung, gusi,
kencing berdarah, feses berlendir, timbul bercak biru kehitaman hijau kecoklatan
pada kulit.
2. Indadion
3. Seng sulfat
Gejala keracunan yang ditimbulkan yaitu diare, nyeri perut, mual, muntah,
sesak, tereksitasi, rasa dingin, hilang kesadaran, edema paru, iritasi hebat,
4. Stirkhin
e. Fumigan
1. Sulfur florida
mual, muntah, nyeri lambung, gelisah, mati rasa, kedutan, kejang-kejang, nyeri
Gejala keracunan yang ditimbulkan adalah rasa dingin, nyeri dada, diare,
muntah, batuk, dada sesak, sukar bernafas. lemas, haus dan gelisah, nyeri
3. Halokarbon
pecah-pecah menimbulkan kulit kasar dan luka, nyeri perut, lemah, gagap,
salah satu atau beberapa gejala sekaligus. Misalnya, lesu dan lekas lelah, sakit
kepala, pusing, pandangan kabur, perut mual, muntah-muntah, otot terasa pegal,
pingsan.
penyakit atau kelainan tubuh lainnya yang dapat menimbulkan salah satu atau
beberapa gejala tersebut di atas. Akan tetapi, apabila seseorang yang semula sehat
tersebut, maka patut diduga bahwa gejala tersebut disebabkan oleh keracunan.
berakhir dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia
disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. Tingkat kontaminasi bahaya lewat kulit
2. Konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit, yaitu semakin pekat pestisida
3. Formulasi pestisida misalnya formulasi EC dan ULV atau formulasi cair lebih
4. Jenis atau bagian kulit yang terpapar yaitu mata misalnya mudah sekali
5. Luas kulit yang terpapar pestisida yaitu makin luas kulit yang terpapar makin
besar risikonya.
6. Lamanya kulit terpapar pestisida yaitu makin lama kulit terpapar makin besar
risikonya
7. Kondisi fisik yang bersangkutan. Semakin lemah kondisi fisik seseorang, maka
atau drift pestisidanya dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju atau sarung
2. Pencampuran pestisida
merupakan yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi kulit. Gas dan partikel
semprotan yang sangat halus (misalnya, kabut asap dari fogging) dapat masuk
kedalam paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel di selaput
berbahaya. Partikel atau droplet yang berukuran kurang dari 10 mikron dapat
mencapai paru-paru, namun droplet yang berukuran lebih dari 50 mikron mungkin
tidak mencapai paru-paru, tetapi dapat menimbulkan gangguan pada selaput lendir
2. Lamanya paparan
2. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas (misalnya
tinggi.
3. Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan
disimpan dekat pestisida yang bocor atau disimpan dalam bekas wadah atau
kemasan pestisida.
a. Penyemprotan (Spraying)
air) dipecah oleh noozle (cerat, sprayer) atau atomizer yang terdapat
untuk menyebarkan tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau
alat lainnya yang bisa digunakan untuk menampung pestisida tersebut dan sarung
berwujud cairan Emulsible Concentrate (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan
Wettable Powder (WP) atau Soluble Powder (SP) dan Soluble Liquid (SL)
(Knapsack Solo), pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and
Duster), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan
tempat yang sirkulasi udaranya lancar. Di tempat tertutup, pestisida yang berdaya
sebagai berikut :
2. Tuang pestisida ke dalam gelas ukur, timbangan, atau alat ukur lainnya.
3. Masukkan dalam ember khusus tempat pencampuran pestisida yang sudah di isi
air terlebih dahulu. Jumlah air disesuaikan dengan konsentrasi formulasi yang
penyemprot, karena tidak dapat dipastikan apakah pestisida dan air telah
mengurangi keefektifannya.
Waktu yang baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadinya aliran
udara naik (thermik) yaitu pada pukul 08.00-11.00 WIB atau sore hari pada pukul
mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama
penyemprotan yang terlalu pagi biasanya daun masih berembun sehingga pestisida
b. Pengasapan (Fogging)
rendah dengan menggunakan ukuran droplet yang sangat halus. Perbedaan dengan
cara penyemprotan biasa adalah pada fogging (thermal fogging, hot fog) campuran
kabut asap (fog) yang sangat halus. Fogging banyak dilakukan untuk
penyakit di lingkungan.
c. Penghembusan (Dusting)
pestisida berbentuk butiran. Penaburan dapat dilakukan dengan tangan atau mesin
e. Fumingasi (Fumigation)
padat, cair, maupun gas dalam ruangan tertutup. Fumigasi umumnya digunakan
untuk melindungi hasil panen (misalnya biji-bijian) dari kerusakan karena hama
gudang yang selanjutnya akan membentuk gas (bagi fumigant cair atau padat)
f. Injeksi (Injection)
kedalam batang tanaman, baik dengan alat khusus maupun dengan member batang
bagian tanaman melalui aliran cairan tanaman, sehingga OPT sasaran akan
a. Penyimpanan pestisida
1. Pestisida harus disimpan dalam wadah yang diberi tanda, sebaiknya tertutup
memiliki ventilasi yang cukup, terhindar dari sinar matahari langsung agar
tidak merusak pestisida dan jauh dari makanan, minuman, dan sumber api.
2. Tempat bekas penyimpanan pestisida yang telah tidak dipakai lagi harus
sehat.
2. Catat nama pestisida yang digunakan dan jika dapat juga nama bahan
aktifnya. Catatan ini penting untuk informasi bagi dokter bila terjadi
sesuatu.
pakaian.
5. Periksa alat-alat aplikasi sebelum digunakan. Jangan gunakan alat semprot
kebocoran.
6. Siapkan air bersih dan sabun dekat tempat kerja untuk mencucui tangan atau
keperluan lainnya.
7. Siapkan handuk kecil yang bersih dalam kantung plastik tertutup dan bawa
ke tempat kerja.
atau berlawanan dengan arah angin karena drift pestisida dapat mengenai
kerja.
masuk ke mata atau ke mulut. Untuk keperluan itu, gunakan handuk bersih
2. Segera mandi setelah sampai rumah dan ganti pakaian kerja dengan pakaian
sehari-hari.
3. Jika tempat kerja jauh dari rumah, mandilah di kamar mandi yang telah
plastik tersendiri.
fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di tempat kerja. Alat pelindungi diri
pengaman, atau perangkat sejenis yang bila dipakai dengan benar akan
mengurangi risiko cedera atau sakit diakibatkan oleh bahaya. Alat pelindung diri
adalah metoda terakhir yang digunakan setelah upaya melakukan metoda yang
a. Alat pelindung diri mempunyai keterbatasan yang umum yaitu tidak dapat
c. Saat digunakan, alat pelindung diri harus sudah dipilih dengan tepat dan harus
selalu dimonitor.
yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD harus
memenuhi persyaratan :
bersamaan
g. Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya.
PPE harus :
b. Diberikan satu per orang atau jika tidak diberikana, maka harus dibersihkan
setelah digunakan.
yang harus digunakan personil apabila berada si suatu tempat kerja yang
berbahaya. Alat pelindung diri yang standar untuk bahan kimia berbahaya adalah
pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan kaki.
a. Pakaian pelindung (protective clothing) yaitu celana panjang dan baju lengan
panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dengan tenunan rapat. Pakaian
untuk menyimpan benda-benda seperti rokok. Jas hujan (rain coat) dapat
dijadikan sebagai alat pelindung karena terbuat dari plastik yang mudah untuk
dibersihkan.
b. Penutup ke Semacam celemek (apron) yang dibuat dari plastik atau kulit.
c. pala, misalnya berupa topi lebar (wide brimmed) atau helm khusus
menyemprot. Topi dengan pinggiran yang lebar (wide brimmed) digunakan untuk
melindungi bagian-bagian kepala dan muka. Topi harus tebuat dari bahan yang
kedap cairan (liquid proof) dan tidak terbuat dari kain atau kulit. Helm khusus
untuk menyemprot tanaman tinggi terbuat dari bahan yang keras untuk
melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh seperti pelepah dan buah kelapa
sawit.
kimia berbentuk gas, uap dan partikel-partikel halus. Respirator ini dipergunakan
bila bekerja dengan pestisida yang berselang seling konsentrasinya dari satu
pestisida.
(conister) dan saringan penyerap (filter) yang dapat bekerja lebih lama dari pada
jenis catrdige respirator. Pada umumnya respirator ini dipergunakan bila bekerja
dengan racun secara terus menerus dalam konsentrasi tetap dari pestisida kuat.
3. Supplied air respirator, jenis respirator ini dapat dipergunakan saat mencampur
bergerak ke segala arah dan praktis bila bekerja di areal yang luas.
e. Pelindung muka dan mata misalnya kaca mata, googles atau face shield yang
terbuat dari bahan anti air (water proff) sehingga muka tidak terkena partikel-
partikel pestisida.
f. Sarung tangan (gloves) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, jika
pergelangan tangan. Sarung tangan tidak boleh terbuat dari kulit atau katun karena
g. Safety shoes atau sepatu boot yang terbuat dari bahan neoprene.
BAB II
HASIL RESUME
RESUME MATERI 1. PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN
PESTISIDA, FUNGISIDA, BAKTERISIDA, DAN NEMATISIDA (Materi
Pak Iqbal)
Seperti yang telah diketahui bahwasanyya pestisida memiliki arti yakni zat yang
digunakan atau zat yang dapat mematikan sautu organisme atau makhluk hidup. Dari hal
tersebut dapat diketahui pula bahwa pestisida dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan
organisme penganggu tanaman atau OPT yang dapat menurunkan hasil budidaya, dari
hal ini diperoleh bahwa pestisida memiliki manfaat yang luar biasa bagi keberhasilan
pertanian di Indonesia. Oleh karena itu selain jenis perstisida yang paling umum
diketahui yakni insektisida terdapat pula beberapa jenis pestisida yang sering digunakan
oleh petani dalam proses budidayanya. Diantaranya :
Selain dampak positf yang diperoleh dari pestisida, pestisida juga membei
dampak negative bagi penggunanya apabila diberikan atau diaplikasikan secara
berlebihan atau sembarangan dan tidak mengikuti kaidah atau aspek 5T.
Dampak Negatif yang ditimbulkan meliputi :
1. Organoklorin
Senyawa- senyawa OK (Organoklorin, Chlorinated hydrocarbon) sebagian
besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung sel syaraf
(Schwann cells) sehingga fungsi syaraf terganggu. Peracunan dapat
menyebabkan kematian atau pulih kembali. Kepulihan bukan disesbabkan
karena senyawa OK telah keluar dari tubuh tetapi karena disimpan dalam
lemak tubuh, semua insektisida OK sulit terurai oleh factor-faktor lingkungan
yang bersifat peresisten. Kebanyakan residu dari pestisida tersebut menempel
dalam lemak maupun dalam tanah sehingga efek keracunan yang ditimbulkan
biasanya muncul dalam waktu yang relative lama karena residu pestisida
tersebut terakumulasi dalam tubuh atau manusia sehingga dapat meracuni.
2. Organofosfat dan Karbamat
Menghambat aksi pseudokholinestrerase dalam plasma dan kholinesterase
dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal
menghidrolisis asetycholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim
dihambat, mengakibatkan jumlah asetykholin meningkat dan berikatan dengan
reseptor muskarinik dan nikotinik pada system syaraf pusat dan perifer. Hal
tersebut dapat menyebabkan timbulnya gejala keracunan pada seluruh tubuh
bagian tubuh manusia.
Efek Gejala
Saliva, lacrimasi, Urinase dan Diare
(SLUD)
Kejang Perut
Nausea dan vomitus
Muskarinik Bradicardia
Miosis
Berkeringat
Pegal-Pegal, lemah
Tremor
Paralysis
Nikrotinik
Dyspnea
Tachicardia
Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
sakit kepala, emosi tidak stabil
Bicara terbata bata
Sistem Saraf Pusat
Kelemahan umum Convuls
Depresi respires
dan gangguan jantung
Semua senyawa OF (Organofosfat, organophospates) dan KB (Karbamat,
carbamates) bersifat perintang ChE (enzim cholinesterase), enzim yang
berperan dalam penerusan rangsangan syaraf. Peracunan dapat terjadi karena
gangguan dalam fungsi susunan syaraf yang akan menyebabkan kematian atau
pulih kembali. Unsur keracunan lingkungan oleh senyawa OF dan KB tidak
berlangsung lama, karena lingkungan dapat menguraikan residu senyawa
tersebut. Tetapi tetap saja unsur OF dan KB mengandung racun yang akut,
sehingga dalam penggunaanya tetap memerlukan Alat Perlindungan diri.
Cara pengobatannya Pengobatan keracunan pestisida harus cepat
dilakukan terutama untuk senyawa Organophosphat. Karena apabila terjadi
keterlambatan maka dapat menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan
dilakukan berdasarkan terjadinya gejala penyakit dan kejadian sebelum
sebelumnya yang terkait.
1. Paparan Kulit
Kasus keracunan pestisida yang paling sering terjadi ialah paparan
melalui kulit hal ini dapat terjadi karena adanya kontak yang tidak
sengaja dilakukan dengan bahan pestisida dan tidak menggunakan
ADP dengan benar. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
paparan melalui kulit yakni :
a. Cuci dengan air dan sabun
b. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi
2. Paparan Melalui Mulut
Paparan melalui mulut terjadi akibat adanya wadah atau makanan
yang tercemar dari residu pestisida, tidak sengaja tertelan atau
bahkan sengaya menelan pestisida. Cara pengobatan yang dapat
dilakukan ialah :
a. Bilas mulut dengan air
b. Jangan memaksakan muntah jika :
Korban tidak sadar
Mengalami kejang
Pestisida korosif
Label mengatakan tidak menyebabkan muntah
3. Paparan Melalui Pernapasan
Paparan Melalui pernapasan dapat terjadi ketika melakukan
penyemprotan. Paparan pestisida ini dapat menyebabkan rusaknya
hidung, mulut, tenggorokan dan paru-paru akibat terhirupnya debu
atau uap yang terkandung dalam pestisida. Langkah yang dapat
dilakukan untuk mengobati keracunan ini antara lain :
a. Pindahkan korban ke Udara segar
b. Melonggarkan pakaian ketat
c. Melakukan pernapasan buatan jika diperlukan
4. Paparan Melalui Mata
Mata juga dapat dengan mudah menyerap residu dari pestisida,
paparan pestisida melalui mata dapat menyebabkan kebutaan.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengobati hal tersebut ialah :
a. Cuci mata dengan air bersih pada aliran air kurang lebih selama
15 menit
b. Bawa ke dokter jika ada rasa sakit dan kemerahan pada mata
1. Pengujian sejumlah besar tumbuhan atau organisme lain yang dipilih secara
acak.
2. Penapisan senyawa aktif dalam tumbuhan atau organisme lain berdasarkan
penggunaanya dala pengendalian hama secara tradisional.
3. Pengujian sifat pestisida tumbuhan atau organisme lain berdasarkan
penggunaan sebagai obat tradisional.
4. Pengujian pestisida jenis tumbuhan atau organisme lain yang sekerabat.
5. Pengujian pestisida dari tumbuhan atau organisme lain berdasarkan
pengamamatan ekologi.
6. Pendekatan manapun yang digunakan untuk memperolehnya sebaiknya :
a. Konsentrasi yang digunakan kurang dari 0,5% jika menggunakan pelarut
organic
b. Kurang dari 5 ppm apabila menggunakan senyawa murni, dan
c. Kurang dari 50 gram (biji), 100 gram (daun) bahan tanaman perliter air
yang menggunakan ekstrak sederhana.
Aktivitas biologi yan dilakukan oleh pestisida yang berasal dari alam yakni
meliputi :
1. Dari segi biaya, pembuatan pestisida nabati relative lebih mahal dalam hal
biaya karena apabila dibandingkan dengan pestisida sintetik yang dengan
harga murah saja sudah dapat digunakan dan memiliki efek yang lebih cepat.
Sedangkan pestisida alami harus memelalui beberapat tahapan atau proses
agar dapat diaplikasikan sebagai pestisida alami.
2. Yang kedua dari segi pola piker petani yang ada, pola pikir yang tertanam
pada kebanyakan petani mengarah pada gunakan pestisida sintetik sebanyak
mungkin agar tidak kehilangan hasil produksi. Pola piker petani yang seperti
itu menyebabkan tidak dapat berkembangnya pestisida nabati di Indonesia.
Hal ini pula yang menyebabkan banyaknya pestisida alami yang telah
berhasil dibuat terbuang sia-sia karena tidak ada yang memanfaatkan.
3. Kendala ketiga yang dialami yakni sector pasar yang ada didominansi oleh
produk produk pestisida sintesis, sehingga dalam segi pemasaran pestisida
nabati jauh tertinggal dari pada pestisida sintesis, hal ini pula yang
menyebabkan para petani cenderung tidak mengenal dan tidak mengetahui
adanya pestisida alami atau nabati.
Bakterisida
Nematisida,
Rodentisida
Moluskisida
Herbisida
Contoh Pestisida Nabati Seperti yang telah dibuat yakni dari daun nimba, daun
pepapya, bawang putih, dan lainnya.
Ardra. Pestisida Nabati Untuk Hama dan Penyakit Tanaman di. Diakses melalui
FAO. 1997. Code of conduct for the import andrelease of exotic biological control
agents. Biocontrol News and Information 18(4): 119N−124N.
https://ardra.biz/sain-teknologi/bio-teknologi/pestisida-nabati-untuk-hama dan-
penyakit-tanaman/. Diakses pada 08 Juni 2019
Muchlisin riadi. 2017. Pengertian, Formulasi dan Jenis Pestisida di. Diakses melalui
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-formulasi-dan-jenis jenis-
pestisida.html. diakses pada 02 Juni 2019