Anda di halaman 1dari 14

KULTUR JARINGAN TANAMAN

Kultur Eksplan Suwek

Laporan

Dosen Pengampu :

Ir. Djensal, M.P


Rudi Wardana, S.Pd, M.Si
Jumiatun, S.P, M.Si

Teknisi :

Eko Hadi Cahyono, S.P, M.P


Indah Putri Lestari, S.St

Oleh :

Achmad Romadoni
NIM. A42170663
Golongan A

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala,


Tuhan Semesta Alam yang dengan kehendaknya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum Kultur Jaringan Tanaman yang berjudul Kultur
Eksplan Suwek, untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kultur Jaringan
Tanaman.
Dalam penulisan laporan praktikum ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Atas tersusunya laporan ini, maka penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu hingga laporan ini
terselesaikan.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna.

Jember, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1. Latar Belakang...........................................................................................4
1.2. Tujuan........................................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
BAB III. METODOLOGI........................................................................................8
3.1. Waktu dan Tempat.....................................................................................8
3.2. Alat dan Bahan...........................................................................................8
3.3. Cara Kerja..................................................................................................8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................10
4.1 Hasil.........................................................................................................10
4.2 Pembahasan.............................................................................................10
BAB V. PENUTUP................................................................................................12
5.1. Kesimpulan..............................................................................................12
5.2. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
LAMPIRAN...........................................................................................................14
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada perbanyakan tanaman secara in vitro dengan metode kultur jaringan


digunakan untuk memperoleh tanaman yang bebas akan virus, mengatasi
inkompatibilitas seksual, hibridisasi somatik, perbaikan genetik, menghasilkan
tanaman haploid, triploid, dan poliploid, seleksi mutan tahan garam tinggi,
kekeringan, herbisida, bebas hama dan penyakit (Bajaj, 1983 dalam Dwi, 2010).
Pelaksanaan teknik in vitro dapat melalui jalur organogenesis (melalui
pembentukan organ langsung dari eksplan dan embryogenesis (melalui
pembentukan embrio somatic). Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan
melalui embryogenesis somatic lebih menguntungkan daripada melalui
organogenesis dikarenakan menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang
banyak. Selain itu, juga karena embrio somatic berasal dari sel tunggal sehingga
dapat dengan mudah mengatur atau mengawasi proses pertumbuhan pada setiap
individu tanaman (Jimenez, 2001 dalam Lizawati, 2012).
Perbanyakan tanaman sangat sulit dilakukan menggunakan cara
perbanyakan konvensional seperti stek atau sambungan. Oleh karena itu, saat ini
perbanyakan tanaman selalu menggunakan teknik kultur jaringan yang
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknik konvensional yaitu,
tidak tergantung dengan musim karena lingkungan tumbuh in vitro yang sudah
terkendali, bahan tanam yang digunakan dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak
merusak pohon induk, tidak membutuhkan tempat yang sangat luas untuk
menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak. Namun di sisi lain, kendala yang di
temui dalam pelaksanaan kultur jaringan adalah tanaman hasil kultur jaringan
sering berbeda dengan tanaman induknya atau dapat mengalami mutasi. Hal ini
dikarenakan penggunaan metode yang perbanyakan yang salah, seperti frekuensi
subkultur yang terlalu tinggi, perbanyakan organogenesisi yang tidak langsung
melalui fase kalus atau konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan terlalu
tinggi (Mariska et al., 1992 dalam Deden, 2003).
Oleh karena itu subkultur yang merupakan pemindahan kultur atau planlet
dari media lama ke media baru setelah suatu masa kultur untuk memproleh
pertumbuhan baru yang diinginkan hanya dapat dilakukan selama 6 kali saja. Hal
ini dilakukan untuk mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak dikehendaki
selama proses kultur in vitro. Maka praktikum kultur jaringan dengan acara
subkultur dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan planlet (kultur) baru yang
berasal dari eksplan tembakau dan anggrek setelah dilakukan subkultur dengan
media yang baru (yang telah disediakan sesuai dengan eksplan yang digunakan).

1.2. Tujuan

1. Mengetahui sterilisasi eksplan tanaman suwek dan penanaman kultur


eksplan suwek dengan media MS ditambahkan ZPT yang berbeda.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada perbanyakan tanaman secara in vitro dengan metode kultur jaringan


digunakan untuk memperoleh tanaman yang bebas akan virus, mengatasi
inkompatibilitas seksual, hibridisasi somatik, perbaikan genetik, menghasilkan
tanaman haploid, triploid, dan poliploid, seleksi mutan tahan garam tinggi,
kekeringan, herbisida, bebas hama dan penyakit (Bajaj, 1983 dalam Dwi, 2010).
Pelaksanaan teknik in vitro dapat melalui jalur organogenesis (melalui
pembentukan organ langsung dari eksplan dan embryogenesis (melalui
pembentukan embrio somatic). Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan
melalui embryogenesis somatic lebih menguntungkan daripada melalui
organogenesis dikarenakan menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang
banyak. Selain itu, juga karena embrio somatic berasal dari sel tunggal sehingga
dapat dengan mudah mengatur atau mengawasi proses pertumbuhan pada setiap
individu tanaman (Jimenez, 2001 dalam Lizawati, 2012).

Suweg merupakan tanaman berumbi telanjang, berbentuk globose (Jansen


et all.,1996) dan memiliki batang semu dengan satu daun tunggal yang terpecah-
pecah dan tangkai daun tegak yang keluar dari umbinya (Kay,1973). Tangkainya
berwarna hijau dan memiliki belang putih yang menyebar rata diseluruh
permukaan batang. Batang juga dipenuhi dengan bintil - bintil, halus yang
menyebar rata, panjang batang berkisar antara 50-150 cm dan helaian daun
berdiameter 75-200 cm (Jansen et all.,1996). Dengan lebar daun demikian,
mengakibatkan indeks luas daun rendah sehingga populasi tanaman per hektar
menurut Soemono et al. (1986) dapat mencapai 40000 - 50000 tanaman. Suweg
dipelihara untuk dimakan umbinya dan secara tradisional parutan umbi yang segar
dapat dipakai untuk obat luka. Umbi suweg mengandung kristal kalsium oksalat
yang membuat rasa gatal, senyawa tersebut dapat dihilangkan dengan perebusan.
Sedangkan bunganya termasuk bunga mejemuk dan uniseksual(bunga
jantan dan betina ada dalam dua bunga yang terpisah). Bunga jantan dan betina
dapat terlihat hanya saat bunga mekar, tongkol bunga terdiri dari bunga betina
dibagian bawah, bunga jantan di tengah dan bagian tangkai teratas bunga mandul.
Semuanya tersusun dalam tangkai yang menjulang di tengah bunga, maka yang
disebut bunga, sebenarnya hanyalah seludang, sehingga dapat disebut bunga
semu (Sufiani,1993). Umbi suweg, berbentuk bundar agak pipih dan berkulit
kasar, dengan serabut menyerupai akar yang tumbuh jarang di permukaan
kulitnya.. Seluruh permukaan kulit umbi suweg dipenuhi dengan bintil-bintil dan
tonjolan, sebagai anak umbi dan tunas yang dapat dugunakan untuk perbanyakan
atau perkembangbiakan secara vegetative dengan menanam tunas atau umbi
anaknya. Sementara di bagian atas tepat di tengah-tengah lingkaran umbi, terletak
tunas utamanya (Sufiani.1995).
BAB III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 6 Mei 2019 pukul 09:00 –
11:00 di Laboratorium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember.

3.2. Alat dan Bahan

 Tanaman Suweg
 Cutter
 LarutanKlorox
 Fungisida
 Bak
 Aquadest steril
 Alkohol
 Aquades
 Petridis
 Hand Sprayer
 Botol Kultur beserta media
 Diseting set
 LAF
 Label
 Bunsen
 Tissue
 Wrap
 Karetgelang
 Plastik
3.3. Cara Kerja

 Mendengarkan arahan dari dosen atau teknisi


 Menyiapkan alat dan bahan
 Memotong suweg kurang lebih 3 – 4 cm
 Mencuci eksplan yang sudah dipotong ke gelas yang berisi air yang
dicampur dengan detergen
 Mencuci di air mengalir
 Merendam dengan fungisida
 Membilasnya dengan air mengalir
 Membersihkan LAF menggunakan alcohol
 Meletakkanalat dan bahan yang di perlukan dalam proses penanaman
 Membakar petridist denngan cara menyemprotkan alcohol terlebih dahulu
 Merendam potongan suweg di larutan klorox 15% selama 15 menit
 Merendam potongan suweg di larutan klorox 5 % selama 5 menit
 Membilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali pengulangan
 Memotong bagian pinggirsuweg
 Memulai penanaman dengan cara mengambil eksplan menggunakan pinset
yang telah di bakar dan didinginkan
 Meletakkan potongan suweg di Petridis dan memotong/melukai bagian
ujung kanan dnan kiri
 Meletakkan potonganeksplan kebotol kultur
 Menutup menggunakan plastic dan memberinya karet
 Memberi wrap
 Memberi label
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Total


No. Nama
T.K K T.K K T.K K Hidup
Yofta Bagus N.
1 2     2     0
A.
2 Septian Dani H.  2     2      0
Septianti Agita
3   2         0
S.
4 Sofyan Rofiur R.  2   1   1     0
5 Qurrota A'yun R.  2   1   1   1  0
6 Devinda M. C.  2   2      2  0
Achmad
7 1 1   1     0
Romadoni

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kultur jaringan dengan acara subkultur yang bertujuan


untuk mengetahui pertumbuhan kultur baru setelah dilakukan subkultur dengan
menggunakan media yang berbeda dari media awalnya. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu, Laminar Air Flow (LAF), Botol semprot yang berisi
alkohol 70%, Pinset, Pisau, Seal wrap (segel), Kertas label, Alat tulis, Bunsen dan
Petri dish, aquadest steril dan klorox 15% dan 5%. Sedangkan bahan yang harus
disediakan yaitu eksplan suweg yang telah dipotong kurang lebih 2-3 cm yang
kemudian sterilisasi diluar Laminar Air Flow (LAF) menggunakan detergen, air
mengalir dan fungisida, sedangkan sterilisasi didalam Laminar Air Flow (LAF)
menggunakan aquadest steril dan klorox 15% dan 5% .
Setelah alat dan bahan sudah lengkap tersedia, maka praktikan dapat
memulai praktikum acara kultur eksplan suweg dengan sesuai prosedur untuk
tanaman suweg sesuai dengan modul yaitu menyiapkan kultur yang sudah siap
subkultur dan media kosong, mengeluarkan tanaman dari botol kultur dan
meletakkanya di petrdish steril, memotong bagian eksplan dan melukai bagain sisi
ujungnya. Cara penanaman tanaman iles2iles hanya ditidurkan pada media MS
(Murashige and Skoog) yang telah ditambahkan zat pengatur tumbuh.
Suweg merupakan tanaman berumbi telanjang, berbentuk globose (Jansen
et all.,1996) dan memiliki batang semu dengan satu daun tunggal yang terpecah-
pecah dan tangkai daun tegak yang keluar dari umbinya (Kay,1973). Tangkainya
berwarna hijau dan memiliki belang putih yang menyebar rata diseluruh
permukaan batang. Batang juga dipenuhi dengan bintil - bintil, halus yang
menyebar rata, panjang batang berkisar antara 50-150 cm dan helaian daun
berdiameter 75-200 cm (Jansen et all.,1996). Dengan lebar daun demikian,
mengakibatkan indeks luas daun rendah sehingga populasi tanaman per hektar
menurut Soemono et al. (1986) dapat mencapai 40000 - 50000 tanaman. Suweg
dipelihara untuk dimakan umbinya dan secara tradisional parutan umbi yang segar
dapat dipakai untuk obat luka. Umbi suweg mengandung kristal kalsium oksalat
yang membuat rasa gatal, senyawa tersebut dapat dihilangkan dengan perebusan.
Pada pengamatan selanjutnya, semua eksplan suwek setelah proses
inakulasi dan pengamatan minggu pertama dan minggu kedua ternyata terjadi
kontaminasi oleh jamur. Semua permukaan media telah ditumbuhi jamur. Pada
minggu pertama, botol ulangan 1 terdapat spora jamur berwarna putih, sedangkan
pada minggu kedua, botol ulangan 2 terdapat spora jamur dan jamur berwarna
coklat.
Penyebab kontaminasi eksplan setelah penanaman oleh jamur,
kemungkinan terbesar adalah saat melakukan sterilisasi eksplan suweg dan saat
proses penanaman (inakulasi). Proses sterilisasi yang kurang sempurna atau waktu
sterilisasi yang kurang lama dan ketelitian pemulia saat melakukan kultur suweg
dapat menyebabkan kontaminasi pada eksplan suweg.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :

1. Kontaminasi disebabkan oleh jamur.

2. Kontaminasi dapat timbul dari proses stelisasi eksplan yang kurang


steril .

5.2. Saran

Perlu adanya perbaikan proses sterilisasi eksplan suweg agar praktikum


kedepannya lebih berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Deden, Sukmadjaja dan Mariska, Ika. 2003. Perbanyakan Bibit Jati melalui
Kultur Jaringan ISBN 979-95627-8-3. Bogor: Balai Penelitian
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Dwi Wahyuni Ardiana dan Ida Fitrianingsih. 2010. Teknik Kultur Jaringan Tunas
Pepaya dengan Menggunakan Beberapa Konsentrasi IBA. Dwi W Buletin
Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2:52-55

Lizawati. 2012. Proliferasi Kalus Dan Embriogenesis Somatik Jarak Pagar


(Jatropha curcas L.) dengan Berbagai Kombinasi ZPT Dan Asam Amino
(Callii Proliferation and Somatic Embryogenesis of Physic Nut (Jatropha
curcas L.) Various Combination with PGR’s and Amino Acids). Jurnal
Universitas Jambi Vol 1, No, 4 ISSN: 2302-6472.

Mariska, Ika dan Deden S. 2003. Perbanyakan Bibit Abaka melalui Kultur
Jaringan ISBN 979-95627-9-1. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian.

Jansen, P.C.M., C. van der Wilk, and W.L.A. Hetterscheid.1996. Amorphophallus


Blume ex Decaisne.In: Flach M dan F. Rumawas (eds.). Plant Resources
of South-East Asia 9: Plants yielding non-seed carbohydrates.Prosea
Foundation. Bogor.

Kay, D. E. 1973. Root Crops.Tropical Product Institute. Foreign and


Commonwealth Office.

Soemono, S. , J. S. Baharsyah, J. Wiroatmodjo dan S.Tjokrosoedirdjo. 1986.


Pengaruh bobot bibi t terhadappertumbuhan, hasil dan kualitas umbi
suweg (A.campanulatusBl. J.) pada berbagai umur. Bul. Agro. XVII (2)
17 – 23.

Sufiani, S., 1993.Suweg (Amorphophallus) jenis, syarat tumbuh, budidaya dan


standar mutu ekspornya.Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
(BALITTRO). Bogor.
LAMPIRAN

Gambar. Kultur eksplan suweg yang kontaminasi oleh spora jamur

Anda mungkin juga menyukai