Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Dasar-dasar Ilmu Tanah

PROFIL TANAH

NAMA : RAHMAT NUR

NIM : G111 15501

KELAS : DDIT – F

KELOMPOK : 15

ASISTEN : NUR SYAHIRA BINTI TAHIR

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia
dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari bahan
induknya karena interaksi antara hidrosfer, atmosfer, litosfer dan biosfer ini
adalah campuran dari konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat,
gas, dan cair (Soegiman, 1982).
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi
bahan induk tanah, diikuti oleh poses pencampuran bahan organik dengan bahan
mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan
bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain. Sehingga
apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan lapisan tanah
yang berbeda sifat fisik, kimia dan biologinya, lapisan lapisan inilah yang disebut
horizon tanah yang terbentuk dari mineral akar. Susunan horizon tanah tersebut
biasa disebut profil tanah (Mukhlis, 2007).
Dengan kata lain profil tanah adalah suatu irisan melintang pada tubuh tanah
yang menunjukan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai
lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan tersebut dipengaruhi oleh perbedaan
bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan
yang beulang-ulang oleh genangan air (Hanafiah, 2005).
Dalam kehidupan, tanah sangat berperan penting bagi manusia, karena tanah
memberikan sebagian besar kebutuhan hidup manusia dan dengan kemampuan
dalam memberikan atau menentukan berbagai bahan yang dihasilkan dari tanah
yang baik berupa jumlah dan mutu serta jenis yang sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dalam melaksanakan kegiatan produksi, khususnya produksi di bidang
pertanian (Hardjowigeno, 1987).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan pengamatan tentang
horizon-horizon yang terbentuk pada suatu profil tanah dan proses yang terlibat
dalam pembentukan tanah dari suatu bahan induk.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat dari setiap lapisan
tanah dan serta mengetahui faktor pembentukan tanah dari bahan induknya.
pengamatan langsung di lapangan mengenai profil tanah dan untuk mengamati
lapisan tanah.
Kegunaan praktikum ini adalah praktikan dapat melihat karakteristik dari
setiap lapisan atau horizon tanah. Selain itu, praktikan dapat memberikan
rekomendasi terhadap vegetasi yang sesuai dengan jenis tanah, perbandingan
antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah

Profil tanah adalah penampang melintang tegak lurus (vertikal) tanah yang terdiri
dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah adalah bagian
dari profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah pada horizon A
dan B. Dengan profil tanah dapat dilihat adanya perbedaan lapisan satu dengan
lapisan lainnya. Perbedaan dapat berupa warna tanah, kekasaran tanah dan
keadaan kerikil atau batuan. Perbedaan warna tanah pada horizon umumnya
disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik, dimana makin tinggi
kandungan bahan organik menunjukkan warna yang semakin gelap. Horizon
tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses
pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon akan menghasilkan
benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah tersebut
menunjukkan susunan horizon yang disebut profil tanah (Hanafiah, 2005).
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral, sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan
dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat
tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad
hidup, bentuk wilayah, dan lamanya waktu pertumbuhan (Hanafiah, 2005).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dianamakan
muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak
demikian karena ada rongga-rongga udara (Pairunan, 2007).
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga
kelapisan batuan induk tanah, lapisan itu terbentuk karena pengendapan yang
berulang-ulang yang disebabkan karena genangan air serta disebabkan oleh
pembentukan tanah itu sendiri (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005).
Secara vertikal tanah berdiferensiasi membentuk horizon-horizon yang
berbeda-beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan warnanya, maupun
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologis masing-masingnya sebagai konsekuensi
bekerjanya faktor lingkungan terhadap (1) bahan induk asalnya maupun (2)
bahan-bahan eksternal, berupa bahan organik sisa-sisa biota yang hidup di atasnya
dan mineral non bahan-induk yang berasal dari letusan gunung api, atau yang
terbawa aliran air. Susunan horizon-horizon tanah dalam lapisan permukaan bumi
setebal 100-120 cm disebut sebagai profil tanah (Hanafiah, 2005).
Profil tanah merupakan irisan melintang tanah dari lapisan paling atas
hingga ke batuan induk tanah (regolit), yang bisanya terdiri dari horizon-horizon
O-A-B-C, empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum
tanah, horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan horizon B-C disebut juga
lapisan tanah bawah (Hanafiah, 2005).
2.2 Sifat-Sifat Tanah

2.2.1 Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah adalah karakteristik, proses, atau reaksi dari tanah yang
diakibatkan oleh berbagai gaya atau kekuatan yang dapat dinyatakan atau
diekspresikan dengan istilah atau persamaan fisik. Contoh sifat fisik adalah
kerapatan isi (bulk density), kapasitas penyimpanan air, daya hantar air, porositas,
sebaran ukuran pori, dan lain-lain (Bailey, 1986).
Sifat fisik tanah meliputi tekstur, struktur, kerapatan, konsistensi, porositas,
warna, dan temperatur. Sifat fisik tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dan produksi tanaman. Sebab, sifat fisik tanah menentukan retensi
(penahanan air), drainase, aerasi (pengudaraan tanah), dan nutrisi tanaman. Sifat
tanah bergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan, komposisi mineral dari
partikel tanah, jumlah bahan organik tanah, volume dan ukuran pori-porinya, serta
perbandingan air dan udara yang menempatinya (Mulyani, 2005).
Sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan
komposisi mineral dan partikel-partikel tanah, tetapi selain itu dipengaruhi pula
oleh macam dan jumlah bahan organik, volume, bentuk pori, serta perbandingan
air dan udara yang menempati pori-pori tanah pada waktu tertentu. Sifat fisik juga
mempengaruhi sifat-sifat kimia dan biologi tanah (Mulyani, 2005).
2.2.2 Sifat Kimia Tanah

Sistem tanah tersusun oleh tiga fase yaitu padat, cairan, dan gas. Fase padat
merupakan campuran mineral dan bahan organik dan membentuk jaringan
kerangka tanah. Fase cairan yang juga disebut larutan tanah terdiri atas air dan
zat-zat terlarut. Zat terlerut ini kadang berupa garam bebas dan seringkali ion dari
garam-garam tersebut terikat pada lempung. Fase gas atau udara tanah merupakan
campuran dari beberapa gas. Kandungan dan komposisi udara tanah ditentukan
oleh hubungan air tanah dengan tanaman (Tan dan Goenadi, 1991).
Koloid tanah terdiri atas liat dan bahan organik merupakan dasar dari
terjadinya penyerapan (absorbsi) dan pertukaran ion dalam tanah. Koloid liat
terdiri atas mineral liat kristalan dan amorf serta mineral liat bukan silikat. Sifat
koloid liat antara lain berbentuk kristal umumnya, mempunyai permukaan yang
luas karena itu relatif, bermuatan negatif karena penyerap kation, juga ada
bermuatan positif karena itu penyerap anion menyerap dan mempertukarkan ion
serta menyerap air, mudah mengalami substitusi isomorfik sehingga bermuatan
negatif, merupakan suatu garam yang bersifat masam (Bailey, 1986).
Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar
kation dan basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada
umumnya sedang hingga rendah. Kejenuhan basa tanah berbeda-beda, pada
daerah yang bertanah kering umumnya jenuh dengan demikian akan mempunyai
lebih banyak ion H+ dan Al3+ dari pada tanah lembab, menurunnya kejenuhan basa
karena tanah kehilangan banyak kalsium (Soegiman, 1982).
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang
ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen.
Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa
mendekati 100 % tanah bersifat alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang
positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat
dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah
dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan
nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi
ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Hardjowigeno, 1987). 
Kapasitas Tukar Kation tanah adalah jumlah muatan negatif tanah baik yang
bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) muatan koloid organik (humus)
yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Bahan organik tanah kation
adalah ion bermuatan positif seperti Ca2+, Mg+, K+, Na+, H+, Al3+ dan sebagainya.
Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut dalam air tanah atau diserap oleh
koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam mili ekuivalen) yang dapat diserap
oleh tanah persatuan berat tanah (biasanya per 100 gram) dinamakan Kapasitas
Tukar Kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut
sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat
di dalam larutan tanah (Foth, 1994). 
2.3 Tanah Alfisol

Tanah alfisol yaitu tanah-tanah yang menyebar di daerah-daerah semiarid


(beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembap). Tanah ini terbentuk dari
proses-proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-
unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah
bagian bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk
tanaman. Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas
tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat
kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik, pH-nya rata-rata mendekati netral.
Di seluruh dunia diperkirakan tanah alfisol menyebar meliputi 10 % daratan. Pada
tanah alfisol memilki kandungan P dan K sangat tergantung dengan umur dan
macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan kapur tidak
memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan (Mukhlis, 2007). 
Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah menjadi bahan
pada banyak penelitian dalam alfisol dan tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya
diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara tanaman. Translokasi fosfor dalam
albaqualfs dan menemukan adanya penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya
yang tergolong aquoll. Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P
berkurang dalam profil yang terlapuk sementara Fe- P meningkat. Horizon-
horizon dengan liat maksimum umumnya mengandung total P minimal yang
menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P (Lopulisa, 2004). 
Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horizon B (Horizon
argilik) dibedakan menjadi Afisol (pelapukan belum lanjut) dan Ultisol
(pelapukan lanjut). Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang,
tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-
tempa dengan tingkat pelapukan sedang (Hardjowigeno, 1987). 
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses
pembentukan alfisol memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses
akumulasi liat untuk membentuk horizon argilik. Alfisol terbentuk di bawah
tegakan hutan berdaun lebar (Hardjowigeno, 1987). 
Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan untuk pertanian,
rumput ternak, atau hutan. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas
tukar kation tinggi, cadangan unsur hara tinggi (Hardjowigeno, 1987). 
Alfisol merupakan tanah yang relatif muda masih banyak mengandung
mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara.
Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK dan cadangan unsur hara
tinggi. Alfisol merupakan tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon
bawah. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya
dan tercuci kebawah bersama gerakan air perkolasi (Foth, 1994).
III. METODOLOGI

3.1 Letak Geografis dan Administrasi

Letak geografis lokasi pengamatan profil tanah berada antara 119o 28.708' LS dan
05o 07.658' BT. Berdasarkan letak astronomis dengan batas administratifnya yaitu
 Sebelah utara : Empang
 Sebelah selatan : Pemukiman Penduduk
 Sebelah timur : Jalan
 Sebelah barat : Tegalan
3.2 Tempat dan Waktu
Praktikum pengamatan profil tanah dilaksanakan pada hari Minggu, 11 Oktober
2015, pukul 08.30 WITA sampai selesai. Bertempat di Kebun Percobaan Ex-Farm
Universitas Hasanuddin, Kecamatan Tamalanrea.
3.3 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada saat mengambil sampel profil tanah adalah skop,
linggis, cangkul, meteran, cutter dan ring sampel. Bahan yang digunakan adalah
air, kertas label, kantong plastik gula, dan DIP (Daftar Isian Profil).
3.4 Prosedur Kerja
3.3.1 Penggalian Profil Tanah

Adapun prosedur kerja dalam pelaksanaan penggalian profil tanah adalah sebagai
berikut:
a. Membuat lubang penampang harus besar, agar seseorang dapat dengan
mudah duduk atau berdiri didalamnya, agar memudahkan dalam pengamatan.
b. Menggali tanah dengan ukuran penampang 1,5 m x 1 m dan pengamatan
dipilih pada sisi lubang yang mendapat penerangan dari sinar matahari yang
cukup.
c. Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi penampang pengamatan.
d. Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya
timbunan serta jauh dari pemukiman.
e. Jika berair, maka air yang berada dalam penampang dikeluarkan sebelum
pengamatan.
f. Melakukan pengamatan profil tanah pada sinar matahari yang cukup (tidak
terlalu pagi atau sore).
3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah Terganggu

Adapun prosedur kerja dalam pelaksanaan pengambilan sampel tanah terganggu


adalah sebagai berikut:
a. Ambil tanah denga sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan
diambil, mulailah dengan lapisan yang paling bawah.
b. Masukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.
3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah Utuh

Adapun prosedur kerja dalam pelaksanaan pengambilan sampel tanah utuh adalah
sebagai berikut:
a. Ratakan dan bersihkan lapisan yang diambil, kemudian letakkan ring sampel
tegak lurus.
b. Tekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
c. Ring sampel beserta tanah di dalamnya digali dengan skop atau linggis.
d. Potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel
sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel.
e. Tutuplah ring sampel dengan plastik, lalu simpan dalam kotak yang telah
disediakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan diperoleh data sebagai


berikut :
Tabel 2. Pengamatan Profil Tanah

Lapisan
Parameter
Pengamatan
I II III
Kedalaman 0-25 cm 25-50 cm 50-75 cm

Ketersediaan Bahan Ada Tidak ada Tidak ada


Organik

Topografi Batas Lapisan Berombak Berombak Berombak

Warna Cokelat Gelap Cokelat Agak Gelap Cokelat Terang

Tekstur Pasir Lempung berpasir Liat

Struktur Kasar Sedang Halus

Sumber : Data primer, 2015


4.2 Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh untuk parameter pengamatan tanah, kedalaman


lapisan I berkisar 0-25 cm, lapisan II berkisar 25-50 cm dan lapisan III berkisar
50-75 cm Hal ini didukung oleh (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005) yang
menyatakan bahwa lapisan tanah atas (top soil) memiliki ketebalan solum sekitar
20 sampai 35 cm.

Bahan organik dalam tanah juga hanya dijumpai pada lapisan top soil saja
pada lapisan II dan III tidak dijumpai pada lapisan tersebut hal ini didukung oleh
teori (Pairunan, 2007) bahwa lapisan yang paling atas memilikikandungan bahan
organik. Hal ini disebabkan karena lapisan paling atas (top soil) merupakan
campuran dari bahan organik dan mineral.
Batas lapisan pada setiap horizon dari data yang diperoleh dari lapanagan
ialah berombak ditandai dengan perbedaan warna pada setiap lapisan. Lapisan I
berwarna cokelat gelap, lapisan II berwarna cokelat agak gelap, dan pada lapisan
III berwarna cokelat terang. Ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1987)
menyatakan bahwa lapisan-lapisan yang terbentuk pada profil tanah tidak
selamanya tegas dan nyata tetapi kerap kali batasnya berombak dan agak kabur.
Lapisan I, II, dan III memiliki tekstur yang berbeda-beda. Pada lapisan I
bertekstur pasir, pada lapisan II bertekstur lempung berpasir, sedangkan pada
lapisan III bertekstur liat. Ini didukung dengan pendapat Hardjowigeno (1987)
yang menyatakan bahwa di lapangan, tekstur tanah dapat ditentukan dengan
memijit tanah basah diantara jari-jari, sambil dirasakan halus dan kasarnya yaitu
dirasakan adanya butir-butir pasir, debu dan liat.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Dalam
praktek di lapangan, diperoleh struktur tanah tiap lapisan berbeda. Pada lapisan I
struktur tanah kasar sedangkan lapisan II dan III masing-masing berstruktur
sedang dan halus. Menurut Hardjowigeno (1987) gumpalan-gumpalan kecil ini
mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum mengenai profil tanah ini kita dapat menyimpulkan bahwa setiap
jenis tanah memiliki sifat dan ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Tanah alfisol
merupakan tanah yang relatif muda masih banyak mengandung mineral primer
yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Dapat kita lihat pada
lapisan I yang banyak menganduk bahan organik yg berfungsi untuk
menyuburkan tanaman. Pada setiap tanah juga memiliki warna lapisan yang
berbeda-beda itu dikarenakan kandungan pada setiap lapisan juga berbeda, begitu
pula dengan tekstur dan struktur tanah yang banyak dipengaruhi oleh komposisi
pasir, debu dan liat dalam tanah.
5.2 Saran

Agar pada praktikum selanjutnya bisa berjalan lebih lancar, baiknya


dilakukan dengan teliti agar data yang diperoleh akurat, terlebih jika hasil
pengamatan ini akan digunakan untuk pengolahan tanah lebih lanjut. Selain itu,
kelengkapan alat dan bahan percobaan sebaiknya lebih diperhatikan sebelum
percobaan berlangsung, agar percobaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Bailey. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah (TNH). Bandar Lampung: Penerbit


Universitas Lampung.
Foth. 1994. Soil Fertility. Michigan: Michigan State University.
Hanafiah, A.L. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Cetakan Pertama. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persanda.
Hardjowigeno. 1987. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademi
Pressindo.
Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Edisi Baru.
Cetakan Keempat. Jakarta: Rineka Cipta.
Kim, H. Tan dan Goenadi. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Lopulisa. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Rajagara Findo Persada.

Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman.Terbitan Pertama. Medan: USU Press.


Pairunan. 2007. Geografi Tanah. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Soegiman. 1982. Ilmu Tanah Bermanfaat. Yogyakarta: Gadja Mada University
Press.
LAMPIRAN

PENGGALIAN PROFIL TANAH

LAPISAN (HORIZON) TANAH


YANG TERBENTUK

PENGAMBILAN SAMPEL
TANAH TERGANGGU

Anda mungkin juga menyukai