KELAS : DDIT – F
KELOMPOK : 15
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I. PENDAHULUAN
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan
yang demikian berada dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad
mikro. Sebagai akibat, bahan itu berubah terus dan dan selalu diperbaharui
melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Pairunan, 1985).
Bahan organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesuburan tanah.
Tanah yang subur memiliki kandungan bahan organik tinggi. Sedangkan tanah
yang tidak subur memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan
tanah penting untuk menyamin produktivitas pertanian (Hardjowigeno, 1987).
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah.
Bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih besar dari pada kaloid
tanah yang liat. Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah,
maka makin tinggi pula Kapasitas tukar kationnya. Ketentuan ini berlaku apabila
faktor-faktor lainnya relatif sama (Hardjowigeno, 1987).
Proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah
penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan
dalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada
sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses yaitu
penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan binatang dan perombakan tersebut
oleh jasad mikroorganisme tanah. Bahan yang telah diubah membentuk bahan
yang berwarna coklat dan bersifat koloid, yang dikenal sebagai humus. Humus
merupakan senyawa yang resisten berwarna coklat atahu hitam (Hakim, 1986).
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan praktikum mengenai
bahan organik dan perannya untuk mengetahui kandungan bahan organik suatu
jenis tanah pada setiap lapisan tanah serta peran bahan organik didalam tanah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum bahan organik tanah adalah untuk mencirikan tanah
dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan yang rendah, melihat kualitas
tanah secara visual antara tanah yang memiliki bahan organik yang cukup dan
yang kurang, dan cara mengetahui persentase bahan organik yang terkandung
pada lapisan tanah di laboratorium. Adapun kegunaan praktikum ini untuk
mengetahui kandungan bahan organik di dalam tanah serta peran bahan organik di
dalam tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Di antara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan
nitrogen tanah, faktor penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan
drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar
bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%).
Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang (Hakim, 1986).
Faktor iklim yang juga berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke
daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama
kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata
turun 100 C. Bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga
bertambah. Hal itu menunjukkan hambatan kegiatan organisme tanah. Tekstur
tanah berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik
dan N tanah (Hardjowigeno,1987).
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih tertampung. Hal ini
menyebabkan bertambahnya kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah
berdrainase baik. Di samping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam
tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan
berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling
berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim, 1986).
Tanah memiliki kandungan bahan organik yang berbeda-beda hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kedalaman tanah, iklim, drainase,
vegetasi tanah dan tekstur serta struktur tanah. Faktor-faktor ini dapat
meningkatkan kandungan bahan organik maupun sebaliknya (Hakim,1986).
Pengaruh struktur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara
langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada
tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak
dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah
berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur
ringan atau remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada
tanah kompak. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara
maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat.
Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang
bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya
karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar
tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat,
sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik (Hardjowigeno, 1987).
2.3 Hubungan Bahan Organik dengan Kesuburan Tanah
Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, labu erlenmeyer, pipet tetes,
gelas ukur, buret 50 ml dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah sampe tanah kering udara aquades, larutan K2Cr2O7, larutan
H2SO4, indikator diphenilamin, dan ammonium ferrosulfat atau FeSO4.
3.3 Prosedur Kerja
4.1 Hasil
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa bahan organik
tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang sebagian telah
mengalami perombakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam
tanah adalah kedalaman tanah, iklim (curah hujan dan suhu), drainase, tekstur
tanah dan vegetasi. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, Lapisan I
menunjukkan kandungan bahan organik yang paling tinggi dibanding kedua
lapisan lainnya yaitu sebesar 2,06 %, lapisan II yaitu 1,62 dan lapisan III adalah
1,43. Pada tanah yang memiliki kandungan bahan organik, terjadi banyak
aktivitas biota khususnya biota di dalam tanah yang berperan dalam meningkatkan
kesuburan tanah.
5.2 Saran
Arsyad. 1989. Peranan Bahan Organik terhadap Sifat Fisik Tanah. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Hakim. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Hanafiah, A. 2005. Dasar- dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Hardjowigwno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo.
Pairunan. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Pairunan. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur.
Harjadi, S. 1999. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutedjo dan Kartasapoetra AG. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Tangkaisari dan Burhanuddin. 1993. Hand Out Praktikum Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
LAMPIRAN
Lapisan I:
Penyelesaian :
(mL B – mL t) N x 3 x 1,33
%C = x 100 %
mg contoh tanah tanpa air
Lapisan II
Penyelesaian :
(mL B – mL t) N x 3 x 1,33
%C = x 100 %
Mg contoh tanah tanpa air
Lapisan III
Penyelesaian :
(mL B – mL t) N x 3 x 1,33
%C = x 100 %
Mg contoh tanah tanpa air
(16,8) 0,997
= x 100 % = 0,83 %
2000