Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PAPER

Mata Kuliah Wawasan Budaya Sosial


Maritim

Judul Paper:

“KEBUDAYAAN MARITIM”

Oleh:

GYNA CHRISTIN EKKE


D061201033

Program Studi S1 Teknik Geologi


Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin 2021


A. Pendahuluan

Pengertian kebudayaan adalah bentuk jamak dari budaya, atau kumpulan dari
budaya-budaya. Sedangkan budaya sendiri ialah cara hidup yang terus berkembang
dan diwariskan secara turun temurun yang meliputi budi (perilaku) dan akal manusia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni dan bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang- orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Dengan demikian budaya
dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal dan cara hidup yang selalu
berubah danberkembang dari waktu ke waktu. Ada pendapat lain yang mengupas kata
budaya sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya
dari budi. Dari masyarakat-bangsa yang besar ini dapat disusun pula sistem-sistem
sosial- budaya yang lain, seperti sistem sosial-budaya maritim; sistem sosialbudaya
pertanian; sistem sosial-budaya industri dan pasca-industri; sistem sosial-budaya
perkotaan dan sistem sosial-budaya pedesaan, dan sistem sosial-budaya adiluhung dan
sistem sosial-budaya rakyat jelata, dan lain sebagainya.

Ada tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1979: 186-187).


Pertama wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Kedua wujud
kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat. Ketiga
adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama
berbentuk absarak, sehingga tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan. Wujud ini
terdapat di dalam pikiran masyarakat. Ide atau gagasan banyak hidup bersama dengan
masyarakat. Gagasan itu selalu berkaitan dan tidak bisa lepas antara yang satu dengan
yang lainnya. Keterkaitan antara setiap gagasan ini disebut sistem. Wujud kebudayaan
yang kedua disebut dengan sistem sosial (Koentjaraningrat, 1979: 187). Sistem sosial
dijelaskan Koentjaraningrat sebagai keseluruhan aktifitas manusia atau segala bentuk
tindakan manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Aktifitas
ini dilakukan setiap waktu dan membentuk pola-pola tertentu berdasarkan adat yang
berlaku dalam masyarakat tersebut. Tindakan-tindakan yang memiliki pola tersebut
disebut sebagai sistem sosial oleh Koentjaraningrat. Sistem sosial berbentuk kongkrit
karena bisa dilihat pola-pola tindakannya dengan indra penglihatan. Kemudian wujud
ketiga kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik. Wujud kebudayaan ini bersifat
konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan,
aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.

Ciri - ciri kebudayaan maritim dan kebudayaan agraris di Asia Tenggara, antara lain
adalah Kebudayaan Maritim:

1. Pusat kerajaan nya berlokasi di daerah pesisir pantai.

2. Kegiatan perekonomian penduduknya adalah Perdagangan, Pembuatan Kapal dan


Perikanan.

3. Mempunyai pelabuhan yang menyediakan berbagai kemudahan untuk kepentingan


masyarakat.

4. Jenis barang dagangan nya antara lain adalah hasil hutan, rempah - rempah, obat -
obatan, gaharu, cendana dan kayu damar

5. Keahlian khusus masyarakatnya adalah membuat kapal, menguasai ilmu pelayaran


dan mampu berlayar hingga Afrika TImur.

Kategorisasi akses pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat maritim:

1. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan. Contohnya seperti usaha perikanan tangkap,
usaha perikanan tambak, dan usaha pengelolaan hasil perikanan yang memang
dominan dilakukan.
2. Sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan juga pasar.
3. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki oleh pihak
luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan kegiatan masyarakat relatif
homogen dan masing-masing individu merasa mempunyai kepentingan yang sama
dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah
disepakati bersama. Hal ini cenderung membuat taraf pendidikan maupun
kesejahteraan masih berada pada tingkatan yang cukup rendah.
4. Sebagian besar masyarakan pesisir bekerja sebagai Nelayan. Nelayan adalah
perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang 58 mata pencahariannya atau
kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan, khususnya di wilayah laut.

Unsur kebudayaan yang menjadi ciri kehidupan masyarakat maritim:


1. Sistem Bahasa

7 unsur kebudayaan universal yang pertama adalah bahasa. Bahasa merupakan sarana
bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau
berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa
disebut dengan istilah antropologi linguistik.

Kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman


tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya
kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian,
bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

Selain mempelajari mengenai asal usul suatu bahasa tertentu, ditinjau dari kerangka
bahasa dunia, dalam antropologi linguistik juga dipelajari masalah dialek atau logat
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi antara berbagai masyarakat yang
tinggal di satu rumpun atau satu daerah seperti Jawa. Dalam bahasa Jawa terdapat
bahasa Jawa halus seperti bahasa Jawa dialek Solo dan Yogyakarta, sedangkan dialek
bahasa Jawa yang dianggap kasar seperti dialek bahasa Jawa Timur.

2. Sistem Pengetahuan

7 unsur kebudayaan universal yang kedua adalah pengetahuan. Sistem pengetahuan


dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi
karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.

3. Sistem Organisasi Sosial

7 unsur kebudayaan universal yang ketiga adalah organisasi sosial. Unsur budaya
berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk
memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok
sosial. Tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-
aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup
dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabat, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia
akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk
organisasi sosial dalam kehidupannya. Kekerabatan juga berkaitan dengan pengertian
tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau
dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

7 unsur kebudayaan universal yang keempat adalah peralatan hidup dan teknologi.
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan
selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog
dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai
suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan
bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur
kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan
kebudayaan fisik.

5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup

7 unsur kebudayaan universal yang kelima adalah ekonomi atau mata pencaharian.
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji
bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem
perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

6. Sistem Religi

7 unsur kebudayaan universal yang keenam adalah unsur religi atau keagamaan.
Kajian antropologi dalam memahami unsur religi sebagai kebudayaan manusia tidak
dapat dipisahkan dari religious emotion atau emosi keagamaan.

7. Kesenian

Unsur kebudayaan universal yang ketujuh adalah kesenian. Perhatian ahli antropologi
mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu
masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi
mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran,
dan hiasan. Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni
ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental,
sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan
seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun
penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong.
Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

B. Kesimpulan
Kebudayaan maritim merupakan salah satu bagian yang termasuk dalam kebudayaan.
Karena kebudayaan maritim berasal dari hasil pemikiran yang berasal dari masyarakat
yang hidup di wilayah perairan dan pesisir pantai.Kebudayaan maritim dapat juga
dikatakan sebagai kebudayaan kelautan. Ada tujuh unsur kebudayaan yang berlaku
secara umum (cultural universal), diantaranya Sistem pengetahuan, Sistem bahasa ,
Sistem organisasi sosial, Sistem mata pencaharian hidup, Sistem peralatan hidup ,
Sistem religi dan kepercayaan dan Sistem kesenian. Konsep Kebudayaan Maritim •
Kebudayaan Maritim dipahami sebagai “sistem-sistem ideasional/ kognitif/ mental,
perilaku/ tindakan, dan karya/ sarana dan prasarana yang digunakan oleh masyarakat
pendukungnya (masyarakat maritim) dalam rangka pengelolaan pemanfaatan
sumberdaya alam dan merekayasa jasa-jasa lingkungan laut bagi kehidupannya.

C. Daftar Pustaka
Alfian. Ed. 1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta:
Gramedia.
Bibliografi: Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press
Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai