OLEH :
MILITIA SUNDALANGI , S.KEP
1
LAPORAN PENDAHULUAN GOUT ARTHTRITIS
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat
yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat
yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407). Jadi, Gout atau sering
disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat
mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan
langsung dari pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat
metabolisme purin atau gangguan ekresi asam urat urin karena sebab
1 % saja
2
pasien leukemia Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan
atau ekresi asam urat yang berkurang akibar proses penyakit lain atau
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
etambutol.
9) Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distalginjal yang
3
sehat. Penyabab tidak diketahui. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan
(salvage pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam
yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu:
berlebihan.
purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini
tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas
prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua
fosforibosiltransferase (APRT).
4
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara
bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil
rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan kristal
1) Hiperutisemia asimtomatik
3) Gout interkritikal
Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan sesudah
menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui pada usia
50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout
adalah pria. Urat serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg per 100 mI, lebih
awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien
mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah putihmeningkat. Serangan
akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol
dan stres emosional. Meskipun yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu
5
jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin lanjutnya
penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku
dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri.
plasma dan cairan tubuh. Ini diikuti dengan pengendapan kristal-kristal urat di
luar cairan tubuh dan endapan dalarn dan seldtar sendi. Tetapi serangan gout
sering merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptura tofi (endapan natrium urat)
yang merupakan penyebab peningkatan konsentrasi asam urat yang cepat. Tubuh
asam urat ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit dan waktu leukosit
endapan kristal asam urat. Reaksi peradangan mungkin merupakan proses yang
dari serum.
Periode antara serangan gout akut dikenal dengan nama gout inter kritikal.
Pada masa ini pasien bebas dari gejala-gejala klinik. Gout kronik timbul dalarn
jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa nyeri, kaku dan pegal.
Akibat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan kronik, sendi yang
bengkak akibat gout kronik sering besar dan berbentuk nodular. Serangan gout
6
Aut dapat terjadi secara simultan diserta gejala-gejala gout kronik. Tofi timbul
pada gout kronik karena urat tersebut relatif tidak larut. Awitan dan ukuran tofi
sebanding dengan kadar urat serum. Yang sering terjadi tempat pembentukan tofi
bawah, bursa infrapatella dan helix telingaTofi-tofi ini mungkin sulit dibedakan
secara klinis dari rheumatoid nodul. Kadang-kadang tofi dapat membentuk tukak
dan kemudian mengering dan dapat membatasi pergerakan sendi. Penyakit ginjal
dapat terjadi akibat hiperurisemia kronik, tetapi dapat dicegah apabila gout
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
b. Pemeriksaaan fisik
1) Inspeksi
Deformitas
Eritema
2) Palpasi
Nyeri tekan
Krepitus
Artritis monoartikular
Adanya tofus
Hiperurisemia
1. Medikasi
Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0 mg
Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan inflamasi.
Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
asam urat.
probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang tidak
2. Perawatan
purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan
badan.
Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan
ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
b. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan
asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan
sedikit juga bias meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton
kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,ginjal, otak, paru dan limpa.
e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-
tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alcohol akan meningkatkan
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat
dari tubuh.
Asam urat dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit ginjal. Tiga komplikasi
hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut dan kronis
akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout primer.
Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang basa.
Gout dapat merusak ginjal sehingga pembuangan asam urat akan bertambah buruk.
Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan dari
sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat
pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal
akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan gangguan
ginjal kronik.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Autoanamnese : Alloanamnese:
I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. P.R
Umur : 62 tahun
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak : 3
Agama/ suku : Kristen Protestan/Minahasa
Warganegara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Manado
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat rumah : Perumahan Gritma
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny.O.W
Umur : 61 tahun
Alamat rumah : Perumahan Gritma
TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos
mentis saat dilakukan pengkajian respon
motoric 6 yaitu pasien spontan dalam
pergerakan. Responmmembuka mata baik 4 dan
verbal klien berbicara dan merspon dengan
spontan 5.
2. Tekanan Darah : 130/90 mmHg
MAP : 103,3 mmHg
Tekanan darah pasien masuk dalam kategori
Kesimpulan :
Hipertensi grade I
3. Nadi : 82x/m x/mnt
Teratur Tachycard
Irama : √ Bradicardi
i
Kuat Lemah
4. Suhu : 36,7 Oral √ Axilla
5. Pernafasan : 20 x/mnt
Teratur Kusmaul Cheynes-
Irama : √
Stokes
Jenis : √ Dada Perut
B. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 160 cm
Berat badan : 65 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 25,39
Kesimpulan : Klien termasuk dalam kategori normal
C. GENOGRAM
F. POLA ELIMINASI
1. Keadaan Sebelum sakit :
BAK Baik normal 5-6 kali/hari, BAB 1 hari sekali normal dan tidak ada kesulitan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus : 12 x/menit
b. Palpasi kandung : Ascites Full blast Normal
kemih
c. Nyeri ketuk ginjal : Positif Negatif
anus, selama dirumah sakit juga dilakukan pembersihan anus
d Anus :
baik saat mandi dan BAB serta BAK.
n. Lesi
Peradangan : Tidak ada perasadangan
Hemorroid : Tidak ada hemorroid
Pemeriksaan
4. :
diagnostik
Eosinofil:8%, Netrofil Batang : 0%, Monosit: 9%, Eritrosit :
Laboratorium :
3,13, Hematokrit : 25,7%, Asam Urat : 8,3
USG : Tidak ada pemeriksaan USG
Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy :
Paracetamol 500 mg
Colchicine 500 mg
Kidmin 7,2 % 200 ml
3. Observasi
a. Aktivitas harian
Makan : 0 0 :mandiri
Mandi : 2 1 :bantuan dengan alat
Pakaian : 2 2 :bantuan orang
Kerapihan : 0 3 :bantuan alat dan orang
Buang air besar : 0 4 :bantuan penuh
Buang air kecil : 0
Mobilisasi di : 0
Tempat tidur
b. Postur Tubuh : Tidak ada kelainan bentuk tubuh
c. Gaya jalan : Gaya berjalan normal tidak ada kelainan
d. Disabilitas anggota : Tidak ada
tubuh
4. Pemeriksaan Fisik :
a. CRT : < 3 detik
b. Thorax & Paru
Inspeksi
Bentuk Thorax : Bentuk thoraks normaltidak ada deformitas
Sianosis : Tidaka ada sianosis
Palpasi
Vocal Premitus : Teraba sama pada lapang nafas
Perkusi
Batas hepar : Sonor Redup Pekak
Kesimpulan : Bunyi normal
Auskultasi
Suara nafas : Suara nafas vesikuler
Suara ucapan : Suara ucapan jelas tidak ada hambatan
Suara tambahan : Tidak adaa suara tamabahan
Stridor : Tidak ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak terlihat
Palpasi
Ictus cordis : Teraba kuat pada ruang intercostal kiri V
Perkusi
Batas atas : Bunyi pekak pada ICS 3
Batas kanan : Bunyi pekak pada ICS ke 2linea sternalis kanan
Batas kiri : Bunyi pekak pada ICS ke 5 linea midea klavikularis
Auskultasi
BJ II Aorta : Terdengar pada ICS 2 parasternal kanan
BJ II :
Terdengar pada ICS 2 parasternal kiri
Pulmonal
BJ I Triskupid : Terdengar pada ICS 4 parasternal kiri
BJ II Mitral : Terdengar pada ICS 5 mid klavikula kiri
BJ II Irama :
Reguler
Gallop
Murmur : Tidak Ada
HR : 89x/m
d. Ekstremitas
Atrofi otot : Positif Negatif
Rentang gerak : Normal
Kaku sendi : Tidak ada
Uji kekuatan otot
Atas Kiri : 1 2 3 4 5
Atas Kanan : 1 2 3 4 5
Bawah Kiri : 1 2 3 4 5
Bawa kanan : 1 2 3 4 5
Refleks patologi :
Babinski, : Positif Negatif
Kiri
Kanan : Positif Negatif
Clubbing finger : Tidak ada
Varises Tungkai : Tidak terdapat varises
Columna
e.
Vetebralis
Inspeksi
Kelainan :
Tidak ada, bentuk normal
bentuk
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
N. III – IV - VI : Dapat digerakkan dilateral, medial, atas bawah, pupil isokor,
N. V Motorik : Normal tidak ada deviasi rahang dan rahang dapat digerakkan
N. VII Motorik : Normal, tidak ada kelumpuhan wajah
N. VIII Romberg : Positif Negatif
Test
N.XI : Normal. Kekuatan otot sama kiri kanan
Kaku kuduk : Kaku kuduk negative (normal)
Pemeriksaan
5. :
diagnostik
Laboratorium : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
6. Therapy : Tidak ada
H. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan Sebelum sakit :
Tidur normal tidak ada gangguan, tidur 6 jam per hari
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan
Cornea : Normal warna putih tidak ada perubahan warna
Visus : Normal tidak ada penurunan ketajaman penglihatan
Pupil : Isokor, reflex cahaya positif
Lensamata : Tidak ada kekeruhan lensa
b. Pendengaran
Kanalis : Normal tidak ada masalah
Membran
: Normal tidak ada gangguan
Timpani
c. N I : Normal tidak ada gangguan
d. N II : Normal tidak ada gangguan
e. N V Sensorik : Normal tidak ada gangguan
f. N VII Sensorik : Normal tidak ada gangguan
N VIII
g. : Pendengaran normal, pasien dapat mendengar dengan baik
Pendengaran
Pemeriksaan
4.
diagnostik
Laboratorium : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy : Tidak ada
3. Observasi
Kontak mata positif pasien menggunakan kontak mata saat
a. Kontak mata :
bercakap-cakap
b. Rentang Perhatian : Klien memperhatikan setiap pembicaraan
c. Suara, cara bicara : Suara jelas dan cara bicara dapat dimengerti
d. Postur Tubuh : Postur tubuh baik tidak ada kelainan bentuk tubuh
4. PemeriksaanFisik
a. Kelainan Kongenital : Tidak ada kelainan kongenital
b. Abdomen
Bentuk : Konkaf
Bayangan Vena : Tidak ada
Benjolan massa : Tidak ada
c. Kulit (Masalah : Tidak ada
Kulit)
d. Penggunaan Protesa : Tidak ada
Gangguan Mobilitas Fisik Rabu, 21 April 2021 Mengidentifikasi factor penyebab kaku Rabu, 21 April 2021
berhubungan dengan sendi 14.00 WITA
kekakuan sendi ditandai 09.00 Hasil : riwayat penyakit Asam Urat 15 S:
dengan tahun, Asam Urat 8,3, nyeri pada - Klien mengatakan akan melatih rentang
DS pergelangan kaki dan tangan akibat proses gerak jika terjadi kekakuan padaa sendi
- Klien mengatakan penyakit O:
nyeri saat 10.00 Latih ROM Aktif - TTV : TD 140/80 mmHg, N : 90x/m, R :
bergerak Hasil: Klien mengikuti setiap latihan gerak 18x/m S : 36,9
- Klien mengatakan aktiv yang diberikan dan klien kooperatif - Asam Urat : 8,3
kaku pada kedua dalam melakukan setiap tindakan - Klien dapat menggerakkan kaki dan
pergelangan sendi tangan secara mandiri
kaki dan tangan - Klien tampak mengikuti setiap anjuran
DO gerak latihan yang diberikan
- Kekuatan Otot A:
5 4 - Kekakuan sendi menurun
4 4
- Pergelangan - Dapat melakukan gerak aktiv secara
tangan dan kaki mandiri
mengalami kaku
sendi - Dapat mendemonstrasikan gerak rom
- Riwayat Gout aktiv saat nyeri dirasakan
Arthritis 15 tahun
P:
- Latih gerak ROM Aktiv
SAP
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga Tn.P.R mampu memahami
tentang penyakit asam urat.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan mampu:
1. Mengetahui tentang penyakit asam urat
2. Mengetahui pembagian asam urat
3. Mengetahui tanda dan gejala asam urat
4. Mengetahui penyebab asam urat
5. Mengetahui komplikasi asam urat
6. Mengetahui diet bagi penderita asam urat
C. Materi (terlampir)
Asam urat
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
E. Media/alat
Leaflet
F. Kegiatan penyuluhan
No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran
1. Pembukaan 5 menit - Membuka kegiatan - Menjawab
dengan mengucapkan salam
salam - Mendengarkan
- Memperkenalkan diri - Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan - Mendengarkan
dari penyuluhan dan
- Menyebutkan materi memperhatikan
yang akan
disampaikan
2. Penyampaian 25 menit - Menjelaskan tentang - Mendengarkan
materi penyakit asam urat - Memperhatikan
- Menjelaskan tentang dan
pembagian asam urat mendengarkan
- Menjelaskan tentang - Memperhatikan
tanda dan gejala asam dan
urat mendengarkan
- Menjelaskan tentang
penyebab asam urat
- Menjelaskan tentang
komplikasi asam urat
- Menjelaskan tentang
diet bagi penderita
asam urat
3. Evaluasi 15 menit - Mempersilahkan - Mengajukan
Tn.P.R untuk pertanyaan
mengajukan - Mendengarkan
pertanyaan
- Menjawab
pertanyaan
4. Penutup 5 menit - Menyimpulkan - Menjawab
materi yang telah salam
disampaikan
- Menutup
penyuluhan dengan
salam
G. Evaluasi
1. Proses : selama penyuluhan berlangsung
2. Hasil :
Dapat secara subyektif (lisan) menyebutkan
TUJUAN : menganalisis diberi perlakuan (Brocopp prosedur penelitian, serta luas gerak sendi perawatan ROM
pengaruh latihan ROM & HastingTolsma, 2000). resiko potensial yang hiperekstensi pada
pasif terhadap luas gerak mungkin dialami oleh pinggul, sebelum
sendi pinggul pada lansia subjek, kemudian diberikan latihan
di BPLU Senja Cerah menandatangani surat ROM pasif dan
Paniki kesediaan menjadi subjek sesudah diberikan
penelitian. Strategi ini ROM pasif
terdiri dari diskusi dan - Terdapat perbedaan
demonstrasi. Setelah itu, yang bermakna, pada
peneliti mengukur luas luas gerak sendi
gerak sendi subjek abduksi pada
(pretest) dengan pinggul, sebelum
goniometerpada gerakan diberikan latihan
fleksi, hiperekstensi, ROM pasif dan
abduksi, dan adduksi pada sesudah diberikan
pinggul. Kemudian subjek ROM pasif.
diberikan latihan ROM - Terdapat perbedaan
pasif selama 3 minggu, yang bermakna, pada
dalam seminggu luas gerak sendi
dilakukan 5 kali, dalam adduksi pada
sehari dilakukan 1 kali pinggul, sebelum
selama 10-15 menit, dan diberikan latihan
dengan 5 kali ROM pasif dan
pengulangan gerakan. sesudah diberikan
Setelah 3 minggu ROM pasif.
kemudian, peneliti
mengukur kembali luas
gerak sendi subjek
(posttest) pada gerakan
fleksi, hiperekstensi,
abduksi, dan adduksi pada
pinggul. Hasilnya
kemudian dianalisis
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Volume 2.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarts: DPP
PPNI
Tim Pokja DKII PPNI. 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarts: DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarts: DPP
PPNI.