Anda di halaman 1dari 1

Isi perjanjian itu adalah bahwa penggantian pemimpin akan diserahkan kepada umat islam setelah

masa Muawiyyah berakhir. Perjanjian ini dibuat pada 661 M (41 H) dan tahun tersebut sisebut am jamaah
karena perjanjian ini mempersatukan umat islam kembali menjadi satu kepemimpinan politik, yaitu
Muawiyyah dan Muawiyyah mengubah sistem kholifah menjadi kerjaan.

Pada masa itu umat islam telah bersentuhan dengan peradaban Persia dan Bizantium. Oleh
karena itu, Muawiyyah juga bermalsud meniru cara suksesi kepemimpinan yang ada di Persia
dan Bizantium, yaitu Monarki (kerajaan). Akan tetapi gelar pemimpin pusat tidak disebut raja
(malik). Muawiyyah tetaap menggunkaan gelar kholifah dengan makna konotatifyang
diperbaharui. Jika pada zaman kholifah empat, kholifaah atau pengganti yang dimaksudkan
adalah khalifah Rasulullah SAW. ( khalifat Al Rasul) adalah pemimpin masyarakat. Sedangkan
pada zaman Bani Umayyah, yang dimaksud dengan khalifah adalah khalifah Allah (khalifat
Allah) adalah pemimpin atau penguasa yang diangkat oleh Allah. Langkah awal dalam rangka
memperlancar pengangkatan Yazid sebagai penggantinya adalah menjadikaan Yazid ibnu
Muawiyyah sebagai putra mahkota (tahun 53H).
Pemerintaahan Bani Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdi
Manaf. Dia adalah seorang tokoh penting ditengah Quraisy pada masa Jahiliyyah. Dia dan
pamannya Hasyim bin Abdu Manafselalu bertarung dalaam memperebutkan kekuaasaan dan
kedudukan.

Anda mungkin juga menyukai