Bab Iv 54-71
Bab Iv 54-71
54
55
F = Ro / Rw........................................................................................ (4.1)
Profil Resistivitas:
a. Uninvaded Formation (Formasi Tidak Terinvasi)
Resistivitas di dalam uninvaded formation dan porositas berfungsi untuk
menghitung Sw, sehingga kita bisa menghitung STOOIP (Stock Tank
Original Oil In Place) dengan menggunakan resistivitas dalam (deep
resistivity). Rt biasanya memiliki rentang antara 0.2 hingga 2000 Ohm-m.
b. Invaded Zones (Zona Invasi)
Zona invasi diukur dengan menggunakan resistivitas dangkal (shallow
resistivity). Zona invasi adalah zona dimana fluida formasi telah disapu oleh
fluida pemboran. Simbol yang digunakan pada logging di dalam lubang
sumur bisa dilihat di gambar bawah ini:
56
Matriks, minyak dan gas adalah insulator listrik yang tidak dapat
mengalirkan aliran listrik dan mengakibatkan resistivitas dari ketiga benda
tersebut bisa dikatakan tak terhingga jika dimasukkan ke rumus dibawah ini.
Ro
F= ................................................................................................... (4.2)
Rt
Air garam yang memiliki konsentrasi yang tinggi akan dapat mengalirkan
listrik dengan mudah dibandingkan dengan air tawar. Dalam suatu lapisan batuan,
pori batuan tersebut akan terisi oleh hidrokarbon dan air formasi. Zona air
dominan pada suatu lapisan batuan tersebut akan memiliki konduktivitas lebih
tinggi (resistivitas rendah) dibanding pada zona hidrokarbon dominan. Resistivity
pada suatu formasi (Ro) sendiri akan tergantung pada formation water resistivity
(Rw) dan formation resistivity factor (Fr).
Ro
Fr= ................................................................................................. (4.3)
Rw
Ketika porositas berkurang, jumlah dari air yang dapat mengalirkan listrik
pun akan berkurang, sehingga akan mengakibatkan meningkatnya formation
resistivity (Ro). Oleh karena itu didapatkan bahwa Fr adalah kebalikan dari
porositas (∅). Hubungan antara resistivity dan porosity telah diteliti oleh G.E
Archie hingga menemukan bahwa seiring perubahan dalam kompleksitas jaringan
pori mempengaruhi sifat konduktif dari fluida, dan Fr dapat berbeda tergantung
pada tipe reservoir-nya. Perubahan tersebut dinyatakan oleh tortousity factor (a)
dan cementation exponent (m).
a
Fr= .................................................................................................. (4.4)
∅m
True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun ketika sebagian dari pori
58
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas, maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengkali beberapa faktor tambahan (F’).
Ro
F'= .................................................................................................. (4.5)
Rt
b. Hydrocarbon Saturation
Shc=1−Sw........................................................................................... (4.7)
formasi kandungan air, kejenuhan air adalah 1 di daerah murni dan terkontaminasi
Sw = Sxo = 1, sehingga rumus Archie menjadi:
Rt
Rwa= ............................................................................................... (4.8)
F
Keterangan:
Rwa = Resistivitas formasi (apparent resistivity)
Rt = Resistivitas dalam formasi kandungan air
F = Faktor formasi
a. Menggunakan Rt/Rxo
Rt
Rw= × Rmf @ Tf ...................................................................... (4.9)
Rxo
Dimana:
Rw = Resistivity water
Rxo = Resistivity water pada zona terinvasi
Rt = Nilai resistivity
Rmf@Tf = Resistivitas lumpur pada formasi
b. Metode SP
Rmf
SSP=−K log ........................................................................... (4.10)
Rw
Pada zona air (SW = 1), Rxo = F x Rmf, dan Ro = F x Rw.
Rxo
Maka: SP=−K log ......................................................................... (4.11)
Ro
Dimana:
K = 60 + (0,133 x temperatur formasi)
Rxo = Nilai resistivity dangkal dari log
Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
c. Metode Pickett Plot
Metode Pickett Plot didasarkan pada observasi bahwa nilai Rt (true
resistivity) adalah fungsi dari nilai porositas (), saturasi air (Sw), dan faktor
sementasi (m). Metode ini menggunakan crossplot nilai porositas dan nilai
resistivity dalam (ILD atau LLD).
4.2.3. Dasar Penentuan Saturasi Air Archie
60
resistivitas daerah terinvasi (Invaded Zone) dengan resistivitas daerah tak terinvasi
(Uninvaded Zone). Kemudian analisa secara kuantitatif dapat meliputi meliputi
analisis porositas, tahanan jenis air formasi, tahanan air formasi, saturasi,
permeabilitas, dan ketebalan lapisan produktif. Determinasi harga Rw dapat
ditentukan dengan berbagai metode diantaranya dengan menggunakan metode
cross-plot resistivitas-neutron, resistivitas-sonic, dan resistivitas-densitas. Harga
Rw juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus SSP (statik SP) dan rumus
Archie, serta dari percobaan di laboratorium. Keakuratan dari penentuan harga
Rw dengan metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Komponen elekrokinetik dari SP diabaikan.
b. Rmf kadang-kadang jelek (filtrasi lumpur tidak baik).
c. Hubungan antara Rwe-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang tinggi.
Pada lapisan yang mengandung air dengan kondisi yang bersih dan
menunjukkan harga Rwa paling kecil serta mendekati harga Rw sumur terdekat,
merupakan harga Rw pada interval yang dievaluasi (Schlumberger, 1986; dalam
Abdurrahman C, dkk, 2008).
4.2.5. Metode-Metode Penentuan Saturasi Air
4.2.5.1. Automatic Compensated Method
Metode ini pada dasarnya menggunakan data sonic porosity dan Induction
resistivity langsung ke dalam rumus Archie. Efek dari porositas yang dihitung
sonic log dijadikan faktor kompensasi untuk mengoreksi perhitungan saturasi
(Dewan, J. T., 1983). Metode ini cocok digunakan untuk dispersed shale dan
batuan berporositas tinggi (Dewan, J. T., 1983). Metode Automatic Compensation
ini hanya menggunakan log resistivitas dan log sonic dalam melakukan analisis
saturasi air. Kehadiran shale dalam metode ini diduga mengakibatkan pembacaan
Rt menjadi terlalu kecil dan membuat pembacaan Φs terlalu tinggi, kedua faktor
tersebutlah yang dapat membuat kesalahan pada penentuan nilai saturasi air
(Dewan, J. T., 1983). Meskipun demikian penelitian tentang porositas tetap
membutuhkan adanya koreksi atas kehadiran shale untuk mendapatkan nilai
porositas efektif. (Dewan, J. T., 1983). Dalam menentukan nilai saturasi air,
metode ini menggunakan persamaan di bawah ini
62
Sw =
0,4 . R w
ϕe 2 [√ 5 . ϕe 2 V sh V sh
+ ( )−
R w . Rt R sh R sh ]
..................................................... (4.16)
adalah bahwa metode ini hanya dapat meng-cover zona dengan salinitas tinggi.
Selain itu, metode ini juga tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis
shale yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu akan menyebabkan
dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
Sw =
[√ 0,8 R w q 2 q
. +
Фs 2 R t 2
−() ]
2 .................................................................... (4.17)
(1−q )
( Фs −Фd )
q= .......................................................................................... (4.18)
Фs
V sh
d=1− atau d =1.............................................................................. (4.21)
2
65
Rmfc
7. Rweq = [ ESSP
]
Kc
10
0 , 340
= [ 56,67
]
80,84
10
= 0,064
8. Dari grafik SP-2, (Nilai Rweq < 2, dan tidak terdapat pada table SP-2) maka
dilakukan ekstrapolasi. Diperoleh Rw = 0,07 Ω
4.3.2.2. Penentuan Sw
1. Menentukan Ri = R (ILD) = 0,85
2. Rt = Ri (ILD) x Faktor Koreksi
= 0,9 x1,03
= 0,93 Ω
3. Rclay = ILD pada kedalaman GRmax = 1,25
1
(1− Vclay
2 )
4. Sw =
√ Rt [
Vclay
√ Rclay
+
σ∗C
√ ax Rw ]
1
(1− 0 ,62
2 )
=
√ 0 , 93 [
0 , 62
√ 1 , 25
+
0,23
√ 1 x 0,07 ]
Sw = 0,69
54
55
8
145,9 0,6 0,308 0,2312 80,45 0,0510 0,044 1,005 1,3 0,58
3220 0,7709
3
145,9 0,4 0.308
3222 0,231 1,58 80,457 0,0524 0,06 1,05 1,3 0,01
7
146,0
3224 0,5 0,51 0,385 0,3955 80,46 0,088 0,095 0,83 1,3 0,083
1
Rchart Rmf c
Depth Rmf (Ω Rm@Tf Rweq Rw Rt
Tf (°F) SN orr (Ω Kc Rclay Sw
(ft) m) (Ωm) (Ωm) (Ωm) (Ωm)
(Ωm) m)
146,0
3226 1 0,513 0,3851 0,7702 80,47 0,085 0,068 0,949 1,3 0,6218
6
146,1 1 0,513 0,3849 80,47 0,085 0,066 1,055 1,3 0,6287
3228 0,7699
0
146,1
3230 1,25 0,641 0,4810 175,382 80,48 0,078 0,25 1,263 1,2 0,9081
5
146,1
3232 4,5 2,308 1,7314 48,7321 80,48 0,284 0,26 2,643 1,2 0,7940
9
146,2
3234 4,6 2,359 1,7693 47,6871 80,49 0,290 0,27 2,643 1,2 0,8153
4
146,2
3236 4,7 2,409 1,8072 46,6864 80,49 0,296 0,28 3,159 1,2 0,7584
8
146,3
3238 4,8 2,460 1,8451 45,7275 80,50 0,302 0,29 3,264 1,2 0,7669
2
3240 146,3 4,75 2,433 1,824 0,7680 80,51 0,458 0,80 3,12 1,3 0,6916
56
7
146,4 0,30 0,1536 0,1152 0,7683 80,51 0,025 0,02 1,83 1,3 0,3355
3242
1
3244
146,5 1,25 0,639 0,479 0,7678 80,52 0,105 0,028 1,14 1,3 0,4968
3246
0
3248
4.4. PEMBAHASAN
Pada Praktikum minggu ke dua membahas tentang “Penentuan Saturasi Air”
yang bertujuan untuk menentukan harga saturasi air formasi. Ruang pori-pori
batuan reservoir mengandung fluida yang biasanya terdiri dari air, minyak, dan
gas. Untuk mengetahui jumlah masing-masing fluida, maka perlu diketahui
saturasi masing-masing fluida tersebut. Saturasi air dapat didefinisikan sebagai
perbandingan volume pori batuan yang diisi air dengan volume pori total. Pada
praktikum ini menggunakan metode tidak langsung yaitu dengan
menginterpretasikan data menggunakan SP Log dan Gamma Ray Log.
Penentuan tingkat saturasi air bertujuan mengetahui seberapa besar volume
fluida dalam reservoir. Dengan data saturasi air, maka dapat diketahui banyaknya
suatu fluida dalam suatu formasi. Selain itu, data Sw dapat digunakan untuk
mengetahui batas kontak antara minyak dan air (WOC) sehingga dapat menjadi
panduan untuk perforasi. Saturasi air merupakan perbandingan volume pori yang
terisi oleh air dengan volume total. Metode yang digunakan adalah dengan analisa
logging. Logging yang digunakan berupa resistivity log, SP log, gamma ray log.
Penentuan Sw dapat menggunakan rumus Archie, metode Simandoux, dan
Waxman-smitz. Percobaan ini menggunakan metode Indonesia karena hasil
saturasi dari persamaan tersebut mendekati hasil yang sebenarnya untuk model
reservoir lapangan yang ada di Indonesia. Parameter yang diukur ialah resistivitas
total, resistivitas air, resistivitas clay yang didapatkan dari interpretasi resistivity
log, SP log, dan parameter lainnya pada GR log.
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini untuk mendapatkan harga
saturasi air yaitu dengan menggunakan metode Indonesia Water Saturation.
Metode ini digunakan karena di Indonesia, lapangan-lapangannya mempunyai
harga saturasi yang mendekati dengan metode ini, maka dari itu kita
menggunakan metode Indonesia Water Saturation. Metode ini memiliki kelebihan
diantaranya adalah, metode ini dapat dengan baik menentukan nilai saturasi air
pada batu pasir yang memiliki kandungan dispersed shale, selain itu metode ini
juga dapat dengan baik menentukan saturasi air pada batupasir yang memiliki
porositas menengah hingga tinggi. Selain memiliki kelebihan adapula kekurangan
54
55
diantaranya adalah bahwa pada metode ini cara persebaran shale dan jenis shale
yang belum diperhatikan secara maksimal sehingga dapat mengurangi nilai
keakuratan perhitungan saturasi air.
Langkah yang pertama dilakukan adalah menentukan temperatur formasi,
menentukan Rchart dengan kurva SN sehingga didapatkan Rmf dan Rweq dengan
rumus yang telah diketahui. Selanjutnya menentukan Ri (ILD) pada kedalaman
yang dianalisa sehingga dapat digunakan untuk mencari resistivitas total dengan
mengalikan Ri (ILD) dengan faktor koreksi. Menentukan Rclay pada saat GR
maksimum. Terakhir, menghitung nilai saturasi air dengan rumus yang telah
diketahui.
Dalam perhitungan Rw diperoleh hasil Tf = 148,88 Fahrenheit; Rchart (SN)
= 0,9 ohmm; Rmf = 0,45 ohmm; Rmfc = 0,340; ESSP = -56,67 mV; Rmf@Tf =
0,75 ohmm; Kc = 80,84; Rweq = 0,064; Rw = 0,07; dan Sw sebesar 0,69
Dari hasil data diatas menunjukan nilai Sw yang relatif tinggi. Dari data
tersebut dapat ditentukan bahwa pada kedalaman 3200 ft tidak prospek karena
lebih dijenuhi oleh air.
Aplikasi lapangan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah dengan
mengetahui harga Sw pada suatu lapisan formasi, maka dapat juga digunakan
dalam menentukan OOIP (Original Oil In Place) dan OGIP (Original Gas In
Place), serta akan berpengaruh terhadap pemodelan dinamis suatu reservoir.
56
4.5. KESIMPULAN
1. Dari percobaan didapatkan hasil;
- Tf = 148,88 ℉
- Rchart (ILM) = 0,9 Ω
- Rmf = 0,45 Ω
- Rmfc = 0,340 Ω
- SSP = -56,67 mV
- Rm@Tf = 0,75 Ω
- Kc = 80,84
- Rweq = 0,064 Ω
- Rw = 0,07 Ω
2. Perhitungan Sw diperoleh :
- R (ILD) = 0,9
- Rt = 0,93
- Sw = 0,69
3. Dari nilai Sw mengindikasikan saturasi air pada batuan sebesar 69%. Hal ini
dikatakan masih di bawah cut off (50%).
4. Saturasi air adalah perbandingan antara volume pori yang terisi oleh air
dengan volume total pori.
5. Prinsip log resistivitas adalah mengukur tahanan listrik dari formasi yaitu
berupa batuan dan fluida yang terisi di dalamnya, sehingga dapat berfungsi
mengetahui litologi dan jenis fluida.
6. Dalam penentuan saturasi digunakan metode Indonesia karena hasil dari
persamaannya akan mendekati sesungguhnya dengan reservoir di wilayah
lapangan Indonesia.
7. Aplikasi lapangan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah dengan
mengetahui harga Sw pada suatu lapisan formasi, maka dapat juga digunakan
dalam menentukan OOIP dan OGIP, serta akan berpengaruh terhadap
pemodelan dinamis suatu reservoir.