dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban
yang sesuai. Riwayat kesehatan dapat didokumentasikan yang biasa kita kenal dengan rekam
medis.
PALPITASI : Sensasi jantung berdenyut kencang, berdebar, tidak teratur, atau melompat-
lompat, dan sering mengganggu, namun hampir tidak pernah ada tanda-tanda penyakit
jantung.
KANKER PROSTAT : Kanker pada prostat pria ialah kelenjar kecil berukuran kenari yang
menghasilkan cairan sperma.
CORONARY ATRERY DESEASE (Penyakit jantung koroner) : Kerusakan atau penyakit
pada pembuluh darah utama jantung.
STENT : Ring jantung atau stent adalah tabung kecil yang dimasukkan untuk membuka
sumbatan pada aliran darah, sehingga aliran darah tidak lagi terhambat. Stent bisa terbuat dari
plastik atau logam dan juga dapat dilapisi obat untuk menjaga arteri tetap terbuka.
MYOCARDIAL INFARCTION : Suatu penyumbatan aliran darah ke otot jantung. Serangan
jantung adalah keadaan darurat medis. Serangan jantung biasanya terjadi ketika gumpalan
darah menghalangi aliran darah ke jantung. Tanpa darah, jaringan kehilangan oksigen dan
mati.
COPD / PPOK : Kelompok penyakit paru-paru yang menghalangi aliran udara dan membuat
sulit bernapas.
HIPERTENSI : kondisi tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmH dan dianggap parah
190/120 mmH
DISLIPIDEMIA : Kolesterol atau lemak (lipid) yang tidak normal di dalam darah.
Dislipidemia meningkatkan kemungkinan penyumbatan arteri (aterosklerosis) dan serangan
jantung, stroke, atau masalah sirkulasi darah lainnya, terutama pada perokok. Pada orang
dewasa, ini sering berhubungan dengan obesitas, diet yang tidak sehat, dan kurang olahraga.
DIABETES MELLITUS : kencing manis
RITME REGULER : pengulangan secara terus menerus dengan teratur
MURMUR : Suara darah yang mengalir melalui jantung, karena apa pun dari tenaga
kesehatan jantung selama latihan ke katup jantung yang sakit atau kelainan lainnya.
DISTRESS : Stres yang bersifat negatif, seseorang merasa kesulitan dalam melakukan suatu
hal yang akhirnya berdampak pada kesehatan mentalnya.
TACHYPNEA : Pernapasan yang sangat cepat dan sering kali pendek.
WHEEZING : Suara siulan bernada tinggi yang muncul saat bernapas.
RONCHI : Adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran nafas
yang berisi sekret/ eksudat atau akibat saluran nafas yang menyempit atau oleh oedema
saluran nafas.
NEUROLOGIS : Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang menangani kelainan
pada sistem saraf.
EKSTRIMITAS : angota tubuh melemah
KARDIOMEGALI : Pembesaran jantung, yang f merupakan tanda dari kondisi lain.
EFUSI PLEURA : Penumpukan cairan di antara jaringan yang melapisi paru-paru dan dada.
HIPERTENSI GRADE : Ketika tekanan darah sistole di atas atau sama dengan 140 mmHg,
dan tekanan darah diastole di atas atau sama dengan 90 mmHg. Diagnosis hipertensi grade I
apabila selama 2 kali pemeriksaan berturut-turut dalam rentang waktu seminggu pasien
menunjukkan tekanan darah tersebut.
ALKALOSIS : kondisi di mana darah dalam tubuh mengandung terlalu banyak basa atau
alkali
HIPERKOLESTEROLEMIA : Jumlah kolesterol yang tinggi dalam darah.
HIPERTRIGISERIDEMIA : Tingkat tinggi dari jenis lemak tertentu (trigliserida) di dalam
darah.
LABORATORIUM
(HB) Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang memberikan warna merah pada
darah dan bertugas mengangkut oksigen. Strukturnya terdiri atas empat rantai. Setiap
rantainya mengandung senyawa yang disebut heme, yang mengandung zat besi.
Kisaran kadar hemoglobin normal umumnya:
• Pria: 14-18 gram/dL
• Wanita: 12-16 gram/dL
• Bayi baru lahir: 14-24 gram/dL
• Balita: 9,5-13 gram/dL
OBAT- OBATAN
SALMETEROL-FLUTICASONE : merupakan obat kombinasi yang mengandung
fluticasone propionate dan salmeterol. Ini digunakan dalam pengelolaan asma dan penyakit
paru obstruktif kronik. Ini digunakan dengan menghirup obat ke paru-paru.
ISDN prn : Isosorbide dinitrate (ISDN) merupakan salah satu obat golongan nitrat yang
bekerja dengan mendilatasi pembuluh darah kolateral sehingga dapat meningkatkan dan
mendistribusikan aliran darah koroner. Oleh karena itu, ISDN memiliki efek yang
menguntungkan yakni mempengaruhi ketidaksesuaian antara suplai oksigen miokard dan
kebutuhan oksigen pada pasien jantung koroner (Angiolillo et al., 2013).
(http://eprints.umm.ac.id/42594/1/jiptummpp-gdl-yasinthafa-48791-1-pendahul-n.pdf)
STENT
Stent (kawat/gorong gorong) yang dipasang agar pembuluh darah tetap terbuka, pemasangan
stent dikenal dengan PCI (Percutaneous Coronary Intervention). PCI adalah tindakan
minimal invasif dengan melakukan pelebaran dari pembuluh darah koroner yang menyempit
dengan balon dan dilanjutkan dengan pemasangan stent agar pembuluh darah tetap terbuka.
(F Pratiwi, 2018) jornal uhamka.
PCI dilakukan pada treatment Coronary Artery Disease.
MI (MYOCARDIAL INFRACTION) / SERANGAN JANTUNG
• Serangan jantung terjadi ketika salah satu arteri koroner jantung tersumbat secara
tiba-tiba atau memiliki aliran darah yang sangat lambat. Serangan jantung juga disebut infark
miokard.
• Penyebab umum penyumbatan mendadak pada arteri koroner adalah pembentukan
bekuan darah (trombus). Bekuan darah biasanya terbentuk di dalam arteri koroner yang telah
menyempit oleh aterosklerosis, suatu kondisi di mana timbunan lemak (plak) menumpuk di
sepanjang dinding bagian dalam pembuluh darah.
• Kebanyakan serangan jantung terjadi akibat aterosklerosis. Faktor risiko serangan
jantung dan aterosklerosis pada dasarnya sama:
- Tingkat kolesterol darah yang sangat tinggi (hiperkolesterolemia)
- Tingkat HDL yang sangat rendah (high-density lipoprotein), biasa disebut "kolesterol
baik"
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Diabetes
- Riwayat keluarga penyakit arteri koroner pada usia dini
- Merokok
- Kegemukan
- Ketidakaktifan fisik (terlalu sedikit olahraga teratur)
• Gejala serangan jantung yang paling umum adalah nyeri dada, biasanya digambarkan
seperti meremukkan, meremas, menekan, berat, atau terkadang menusuk atau terbakar. Nyeri
dada cenderung terfokus di tengah dada atau tepat di bawah tengah tulang rusuk, dan dapat
menyebar ke lengan, perut, leher, rahang bawah, atau leher.
Gejala lain dapat berupa kelemahan mendadak, berkeringat, mual, muntah, sesak napas, atau
pusing. Kadang-kadang, ketika serangan jantung menyebabkan nyeri dada yang membara,
mual dan muntah, pasien mungkin salah mengira gejala jantungnya sebagai gangguan
pencernaan.
• Diagnosisnya
- Elektrokardiogram (EKG)
- Pemeriksaan fisik, dengan perhatian khusus pada jantung dan tekanan darah
- Tes darah untuk penanda jantung serum - bahan kimia yang dilepaskan ke dalam
darah saat otot jantung rusak. Tes darah yang paling sering dipesan dokter untuk
mendiagnosis serangan jantung disebut troponin
COPD
• COPD atau PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak
minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak
disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
• Patofisiologi
Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen bronkus, sebagian bronkus tertutup oleh
secret yang berlebihan, hal ini menyebabkan dinding bronkus menebal, akibatnya otot-otot
polos pada bronkus dan bronkielus berkontraksi, sehingga menyebabkan hipertrofi dari
kelenjar-kelenjar mucus dan akhirnya terjadi edema dan inflamasi. Penyempitan saluran
pernapasan terutama disebabkan elastisitas paru-paru yang berkurang. Bila sudah timbul
gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda obstruksi. Gangguan
ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas mengakibatkan hiperventilasi
(napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi CO2 (CO2 tertahan) dan menyebabkan
hiperkapnia (CO2 di dalam darah/cairan tubuh lainnya meningkat).
• Penyebab
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
• Gejala
Sesak napas : progresif, menetap, dan karakteristiknya memburuk dengan aktivitas.
Batuk kronis : bersifat intermittent
Produksi sputum kronis: pasien PPOK umumnya batuk berdahak
HIPERTENSI
• Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg
dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi merupakan salah satu penyakit
yang paling umum ditemukan dalam kedokteran primer. Komplikasi hipertensi dapat
mengenai berbagai organ target seperti Jantung, otak, ginjal, mata dan arteri perifer.
Kerusakan organ-organ tersebut bergantung pada seberapa tinggi tekanan darah dan seberapa
lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati. Studi menunjukkan
bahwa penurunan rerata tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko mortalitas akibat
penyakit Jantung iskemik atau stroke.
• Untuk semua pasien hipertensi diet sehat kontrol berat badan dan olahraga teratur
berpotensi memperbaiki kontrol tekanan darah dan bahkan mengurangi kebutuhan akan obat.
• Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain.
• Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg
dan/atau TDD ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.
• Klasifikasi Tekanan Darah Klinik
KATEGORI TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Optimal <120 dan <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal-tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≤180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 dan < 90
TDS=tekanan darah sistolik; TDD=tekanan darah diastolik.
DISLIPIDEMIA
• Pengertian : Dislipidemia adalah kandungan kadar lemak dalam darah yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Kadar lemak dalam darah merupakan kandungan lemak yang
umumnya terdiri dari trigliserida, kolesterol, low-density lipoproteins (LDL) dan high-density
lipoproteins (HDL). Meskipun keadaan lemak yang baik dicapai dengan diet lemak yang
cukup, beberapa orang memerlukan penanganan khusus dan obat-obatan untuk mengatasi
keadaan tersebut.
• Gejala : Pusing, Nyeri kepala hingga ke leher dan pundak, Rasa kesemutan pada
ujung jari tangan dan kaki, Keringat dingin, Mual dan muntah, Nyeri pada kaki, Nyeri dada,
Mudah lelah.
• Diagnosis : Dislipidemia ditegakkan pada pengidap yang dicurigai memiliki tanda dan
gejala umum dari dislipidemia atau riwayat penyakit jantung dan dislipidemia pada keluarga
terdekat. Dokter memerlukan pemeriksaan profil lipid pada penderita untuk memastikan
diagnosis minimal meliputi pemeriksaan kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida.
Diagnosis ditegakkan jika hasil pemeriksaan darah didapatkan salah satu dari keadaan
berikut:
- Kolesterol total > 200mg/dL
- LDL (lemak jahat) > 160mg/dL
- HDL (lemak baik) < 40mg/dL (laki-laki) dan < 50mg/dL (perempuan)
- Kolesterol total > 150mg/dL
GAGAL GINJAL
• Pengertian: Gagal ginjal adalah kondisi ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk
menyaring zat sisa dari darah dengan baik. Jika ginjal kehilangan kemampuan untuk
menyaring, akan terjadi penumpukan limbah dan zat kimia pada darah menjadi tidak
seimbang.
• Gejala : Pada awalnya, tanda dan gejala penyakit ginjal seringkali tidak spesifik dan
bisa disebabkan oleh penyakit lain. Bahkan, beberapa orang yang mengalami gagal ginjal
akut tidak merasakan gejala apapun. Kondisi ini disebabkan oleh ginjal yang mudah
beradaptasi dan mudah mengatasi kehilangan fungsi. Akibatnya, gejala penyakit ginjal
mungkin tidak akan muncul sampai kerusakan yang tidak dapat diperbaiki terjadi.
- kulit terasa gatal,
- kram otot,
- mual dan muntah,
- mudah lelah,
- hilangnya nafsu makan,
- pembengkakan pada lengan dan kaki,
- perubahan frekuensi dan volume urine,
- sesak napas, dan
- sulit tidur.
• Diagnosis :
- Glomerular filtration rate (GFR), yaitu memperlihatkan kondisi saat ginjal
menyaring.
- Uji kreatinin yang memeriksa kadar kreatinin, yaitu limbah yang dikeluarkan ginjal
dari darah.
- Tes urine albumin, yaitu pemeriksaan albumin, protein yang ada di urine ketika ginjal
rusak.
- Urinalisis, tes laboratorium untuk mengetahui masalah pada urine.
- Tes pencitraan, seperti USG yang memperlihatkan ukuran dan bentuk ginjal.
- Biopsi ginjal dengan mengambil sepotong kecil jaringan ginjal dan diperiksa dengan
mikroskop.
TACHYPNEA
Pengertian : adalah penyerapan cairan dalam paru yang terlambat
Kegunaan : melihat kondisi paru paru
Diagnosisnnya : dilihat dengan pernpasan pasien cepat atau tidak, jika cepat itu karena
penyerapan dalam cairan paru terlambat, sehingga cairan tersebut membuat pengambilan
oksigen menjadi lebih sulit sehingga harus bernafas lebih cepat
RONCHI
Pengertian : Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar baik inspirasi maupun
ekspirasi akibat terkumpulnya secret dalam trachea atau bronchus sering ditemui pada pasien
oedema paru, bronchitis.
Kegunaan : Pemeriksaan fisik paru untuk diagnosis penyakit seperti oedema paru, bronchitis.
Diagnosisnya : Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar baik inspirasi maupun
ekspirasi
WHEEZING
Pengertian : Bunyi musical terdengar “ngii...” yang bisa ditemukan pada fase ekspirasi
maupun ekspirasi akibat udara terjebak pada celah yang sempit seperti oedema pada brochus.
Kegunaan : Pemeriksaan fisik paru untuk diagnosis penyakit seperti oedema paru.
Diagnosis : Bunyi musical terdengar “ngii...” yang bisa ditemukan pada fase ekspirasi
maupun ekspiras.
DAPUS :
Hanifah, (2011) , Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan, Universitas Soedirman,
Purwokerto Email : nurhanifah@yahoo.com
John Kattwinkel, (2006), Resusitasi neonatus, edisi ke lima oleh American Academy of
Pediatrics dan American Heart Association
Kosim, (2008), Buku ajar neonatologi, edisi I cetakan pertama Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Tambunan, E. S. 2011. Panduan Pemeriksaan Fisik bagi Mahasiswa Keperawatan . Jakarta:
Salemba Medika.
Manalu, Novita Verayanti. 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh Perawat Rumah Sakit
Advent Bandar Lampung. Jurnal Skolastik Keperawatan, Vol. 2, No.1 Hlm. 13
HIPERKOLESTROLEMIA
Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol LDL puasa tanpa disertai
peningkatan kadar trigliserida.6 Penyebab hiperkolesterolemia antara lain diet tinggi
kolesterol atau tinggi asam lemak jenuh, pertambahan berat badan, proses penuaan, faktor
genetik, dan penurunan kadar estrogen pada wanita yang telah menopause.6 Angka kejadian
hiperkolesterolemia pada wanita sebelum menopause lebih rendah dibanding pria. Namun,
setelah menopause kerentanan seorang wanita terkena hiperkolesterolemia akan sebanding
dengan pria.7 Klasifikasi hiperkolesterolemia yaitu: (1) hiperkolesterolemia ringan, ditandai
dengan nilai kolesterol LDL antara 140-159 mg/dl; (2) hiperkolesterolemia sedang, bila kadar
kolesterol total antara 240-300 mg/dL dan lebih spesifik bila kadar kolesterol LDL berkisar
antara 160-189 mg/dl; (3) hiperkolesterolemia berat, dengan kolesterol LDL >190 mg/dl.6
Peran konseling pada pasien hiperkolestrolemia
Peran Konseling pada Hiperkolesterolemia Pencegahan penyakit kardiovaskular dapat
dilakukan dengan menurunkan kadar kolesterol LDL. Tatalaksana hiperkolesterolemia
mencakup perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis.5 Pada pasien hiperkolesterolemia,
dilakukan terapi non-farmakologis terlebih dahulu, yakni perubahan gaya hidup.8 Hal ini
sesuai anjuran NCEP-ATP III, yang meliputi: (1) diet sesuai anjuran therapeutic lifestyle
change (TLC), (2) penurunan berat badan, (3) peningkatan aktivitas fisik.5 Konseling
merupakan salah satu faktor yang mendukung TLC. Konseling diperlukan untuk
meningkatkan pemahaman klien serta mendorong klien untuk membuat penyelesaian
terhadap masalahnya.13 Selain itu, konseling gizi diperlukan agar terjadi perubahan perilaku
menjadi gaya hidup sehat.13 Untuk melakukan perubahan tersebut dibutuhkan motivasi yang
besar dan lingkungan yang mendukung.
Aurora, Ruth Grace, et al. "Peran konseling berkelanjutan pada penanganan pasien
hiperkolesterolemia." J Indon Med Assoc 62.5 (2012): 194-201.
Pemeriksaan Lab SPO2
pulse oximetry (spo2) berfungsi mengamati saturasi oxygen darah. Hal ini dilakukan untuk
menjamin kadar oxygen cukup pada pembuluh. Biasanya dipakai pada pasien mengalami
under anesthesia, neonates (bayi baru lahir berusia dibawah 28 hari. Stoll 2007), pasien yang
mengalami kondisi buruk. Alat ini menampilkan frekuensi denyut jantung dan saturasi
oksigen, parameter yang menjadi andalan dan sangat berguna untuk mengetahui kondisi
pasien saat pemeriksaan.
Prinsip dasar pulse oximetry
sensor pulse oximetry ini menggunakan cahaya dalam analisis spectral untuk pengukuran
saturasi oxygen, yaitu deteksi dan kuantifikasi kompenen (hemoglobin) dalam larutan.
saturasi oksigen adalah persentase total hemoglobin yang membawa atau mendukung
oksigen. Oksimeter menggabungkan dua teknologi spektrofotometri dan pletysmography
optic (mengkur denyut perubahan volume darah di arteri). Sensor pulse oximetry dibangun
dari dua LED, yang masing masing memancarkan Panjang gelombang cahaya. Probe
umumnya di tempatkan jari atau daun telinga. Sebuah fotodetektor pada sisi lain mengukur
intensitas cahaya yang berasal dari tranmisi sumber cahaya yang menembus jari. Tramisi
cahaya melalui arteri adalah denyutan yang di akibatkan pemompaan darah oleh jantung (hill
et al, 2006)
skripsi (Guruh Haryanto, rancang bangun oksimeter digital berbasis Mikrokontroler ATmega
16)
PEMERIKSAAN ABDOMEN :
Pada pemeriksaan abdomen sering akan ditemukan adanya bruit atau bising pembuluh yang
dapat disebabkan oleh stenosis dan biasanya menyangkut pemb uluhpembuluh cabang aorta.
Pada insufisiensi trikuspid yang berat, misalnya karena stenosis mitral denyutan vena
femoralis akan lebih mencolok dibandingkan dengan arteri yang pada keadaan itu akan
mengecil karena aliran sistemik yang rendah.
Inspeksi : Cara melakukan inspeksi, pemeriksa disebelah kanan. Untuk melihat kontur perut,
peristaltic, pemeriksa berjongkok sejajar perutsehingga bisa melihat perut secara tangensial. •
Permukaan dinding perut : datar, cekung, cembung ?, lihat juga daerah femoral dan inguinal.
• Kulit dinding perut : erupsi, ikterus, spider angioma, venectasi (kolateral), striae,
pigmentasi, tumor, umbilicus cekung atau datar atau menonjol ?, hernia ?, ekimosis(pada
penyakit pankreatitis hemoragik strangulasi usus, tanda ini disebut tanda gray tuner), tanda
cullen adalah umbilicus kebiru-biruan yang disebabkan karena hemoperitonium, cicatrix,
gambaran dan gerakan usus. • Bentuk perut : simetris/asimetris, perut bentuk perut katak
(frog’s like appearance)pemeriksa melihat sejajar ujung kaki • Saat bernafas apakah
adaorgan perut yang membesar • Lihat apakah terlihat gambaran peristaltic? (pada kasus
obstruksi dan pasien sangat kurus)
Auscultasi : • Diperiksa bunyi khusus (peristaltic) : normal, melemah sampai menghilang,
mengeras sampai terdengar suara logam (metelic sound). Peristaltic normal kirakira tiap 2-5
detik. Bising usus normal : 5-35 kali per menit. Diperiksa murmur/bruit yang disebabkan
adanya turbulensi aliran darah dikarenakan proses atherosclerosis dengan cara menempelkan
stetoskop pada lokasi organ yang dicurigai terdapat bruit. Jangan lupa memeriksa bruit hepar
sebagai tanda adanya neovaskularisasi pada pasien hepar kronis/karsinoma
Palapasi: • Palpasi abdomen dapat dilakukan dengan cara palpasi ringan dan palpasi dalam.
Palpasi ringan digunakan untuk menentukan nyeri tekan dan daerah spasme otot dan rigiditas.
• Rigiditas adalah spasme involunter otot-otot perut dan menunjukan iritasi peritoneum.
Rigiditas mungkin difus, misalnya pada peritonitis difus, atau setempat misalnya di atas
apendik dan kandung empedu yang mengalami infeksi. Pasien dengan peritonitis
memperlihatkan abdomen yang tegang dan nyeri (defance musculair). Sedang perut papan
didapatkan pada penderita tetanus.
• Cara palpasi ringan : palpasi perlahan disemua kuadran,identifikasi organ yang terasa nyeri.
Pada daerah yang sukar dipalpasi missal pada orang gemuk dapat melakukan palpasi dengan
2 tangan, tangan 1 berada dibawah dan lainnya diatass tangan yang lain • Palpasi dalam :
palpasi ini digunkan untuk menentukan ukuran organ dan adanya masa dalam abdomen yang
abnormal.
• Cara palpasi dalam : laukan palpasi diseruruh kwdran, menggunakan permukaan Palmaris
dan jari. Bila ada massa identifikasi lokasi, ukuran,massa bentuk, mobilitas terhadap jaringan
sekitar dan nyeri tekan. • Palpasi hati (hepar) ditentukan hati teraba atau tidak, bila teraba
berapa ukuranya, bagaimana tepinya, permukaanya, konsistensinya nyeri tekan atau tidak.
Pembesaran hati dapat disebabkan oleh kongesti vascular, hepatitis, neoplasma, atau sirosis
permulaan.
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Pemeriksaan kesadaran dan fungsi luhur, saraf otak, tanda rangsang meningeal, system
motorik, system sensorik, reflex, gait dan system koordinasi, serta pemeriksaan provokasi
pada sindroma nyeri tertentu.
Pemeriksaan neurologi dapat dilakukan :
a. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
Salah satu pemeriksaan yang penting dalam bidang neurologi adalah penilaian tingkat
kesadaran. Pemeriksaan tingkat kesadaran berguna dalam menegakkan diagnosis maupun
menentukan prognosis penderita. Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang
mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan aferen.
b. pemeriksaan GCS (GLASGOW COMA SCALE)
Pemeriksaan GCS didasarkan pada pemeriksaan respon dari mata, bicara dan motorik. Cara
penilaiannya adalah dengan menjumlahkan nilai dari ketiga aspek tersebut di atas. rentang
nilainya adalah 3 (paling jelek) sampai dengan 15 (normal). Pelaporan nilai GCS dapat juga
dilakukan dengan cara menyebutkan nilai dari masing-masing komponen,
C. Pemeriksaan Pediatric Coma Scale (PCS)
Membuka Mata Spontan membuka mata ,Terhadap rangsang suara membuka mata ,
Terhadap rangsang nyeri membuka mata , Menutup mata terhadap semua jenis rangsang ,
Respon Verbal Terorientasi , Kata-kata , Suara , Menangis ,Tidak ada suara sama sekali ,
Respon Motorik Menurut perintah , Lokalisasi nyeri , Fleksi terhadap nyeri , Ekstensi
terhadap nyeri , Tidak ada gerakan sama sekali.
D.Pemeriksaan rangsangan meningeal
Tanda-tanda meningeal timbul karena tertariknya radiks-radiks saraf tepi yang hipersensitif
karena adanya perangsangan atau peradangan pada selaput otak meninges (meningitis) akibat
infeksi, kimiawi maupun karsinomatosis. Perangsangan meningeal bisa terjadi juga akibat
perdarahan subarachnoid. Test-test untuk menguji ada tidaknya tanda meningeal banyak
sekali, namun pada dasarnya adalah variasi test pertama yang dikenalkan oleh Vladimir
Kernig pada tahun 1884.
E. Pemeriksaan skala nyeri
The International Association for the Study of Pain memberikan defenisi nyeri, yaitu:
suatu perasaan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan suatu jaringan yang nyata atau yang berpotensi rusak atau tergambarkan seperti
itu.
EFUSI PLEURA
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura. Pleura merupakan membran yang
memisahkan paru-paru dengan dinding dada bagian dalam. Kondisi ini umunya merupakan
komplikasi dari penyakit lain. Pada kondisi normal, terdapat sekitar 10 ml cairan di rongga
pleura yang berfungsi untuk membantu melancarkan pergerakan paru ketika bernapas.
Namun, efusi pleura jumlah ciran tersebut berlebihan dan menumpuk sehingga
mengakibatkan gangguan pernafasan.
pH (power of hydrogen)
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.
CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai komponen
metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.
pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar
7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk
membentuk H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami
asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas
7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar
6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.3 pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada
pH plasma karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada
jenis sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan
dan aliran darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler.pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada
status asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat
asam adalah HCl yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari
mukosa lambung.
ALKALOSIS
(Gangguan keseimbangan asam basa). Alkalosis terbagi 2 :
1) Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Alkalosis
respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal
disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi digunakan sesuai
indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan spasme bronkhial, dan
antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene pulmonari dilakukan,
ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan drainase pluren.
Hidrasi yang adekurat di indikasikan untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan
karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari.
Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi
karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi
kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang. Untuk
alasan ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam
posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.
2) Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak
asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung. Pada kasus
yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak
basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi
bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan
ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik :
a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.
Daftar Pustaka
Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, & Asam Basa.
(ed. 2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hawfield A, DuBose T. Acid-Base Balance Disorders. eLS. 2010;.
Nilai normal kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserid menurut
National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III) tahun 2001.
A. Pemeriksaan LDL
• Low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat banyak terdapat dalam darah,
menyebabkan akumulasi endapan lemak (plak) dalam arteri (proses aterosklerosis), sehingga
aliran darah menyempit.
• Pengukuran kadar LDL dapat dilakukan dengan metode direk dan indirek. Metode
direk atau secaca langsung dilakukan dengan mempresipitasikan LDL kolesterol dengan
polyvinyl sulfat atau heparin pada pH rendah. Kadar LDL dihitung sebagai selisih total
kolesterol dan kadar yang terdapat pada supernatant
• Pada metode indirek dilakukan pengukuran melalui beberapa tahapan, yaitu dengan
melakukan pemeriksaan kadar kolesterol, trigliserida dan HDL kolesterol terlebih dahulu.
Kemudian dilakukan perhitungan friedewald untuk mendapatkan hasil pemeriksaan LDL
kolesterol.
B. Pemeriksaan HDL
• HDL disebut lemak baik yang membantu membersihkan penimbunan plak pada
pembuluh darah
• Pemeriksaan HDL menggunakan metode presipitasi Trinder PEG. Metode ini
menggunakan spesimen serum yang telah di sentrifus. Reagen pengendap yang dianjurkan
adalah Poly Anion Divalent Kation dengan cara mengendapkan LDL dengan HDL pada
supernatan
• Nilai rujukan untuk kolesterol HDL pada laki-laki adalah 40- 49 mg/dL, sedangkan
nilai rujukan kolesterol HDL pada wanita adalah 50-59 mg/dL. Kadar kolesterol HDL yang
baik dalam tubuh adalah 40 mg/dL atau lebih, dan dapat dikatakan rendah bila kadarnya
kurang dari 40 mg/dL.
C. Pemeriksaan TG
• Trigliserida adalah ester dari gliserol alkohol trihidrat dengan 3 rantai panjang asam
lemak.
• Makanan-makanan yang mengandung lemak akan meningkatkan kadar trigliserida
dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol
• Peningkatan TG: risiko tinggi aterosklerosis Terjadi peningkatan bisa karena
keturunan, DM, nefrosis, obstruksi bilier, penyakit metabolic.
• Pemeriksaan trigliserida menggunakan metode GPO-PAP. Pada metode ini
trigliserida akan dihidrolisa dengan enzimatis menjadi gliserol dan asam bebas dengan lipase
khusus akan membentuk kompleks warna yang dapat diukur kadarnya mengunakan
spektrofotometer (reagen human No.10163) terhadap blanko reagen pada panjang gelombang
500 nm. Selanjutnya, dilakukan perhitungan menggunakan rumus perhitungan Absorbansi
sampel : Absorbansi standart x N standart.
• Prinsipnya adalah pengukuran Trigliserida setelah pemecahan enzimatik dengan
lipoprotein lipase. Indikatornya adalah quinoneimine yang dihasilkan dari 4 –
aminoantipyrine dan 4 – klorofenol oleh hidrogen peroxsidase di bawah aksi katalitik dari
peroxsidase.
D. Hipertrigliridemia
Hipertrigliseridemia didefinisikan sebagai kadar abnormal dari trigliserida dalam darah.
Hipertrigliseridemia dapat terjadi baik secara primer maupun sekunder. Hipertrigliseridemia
primer merupakan efek dari berbagai genetik yang menimbulkan gangguan metabolisme
trigliserida, sedangkan hipertrigliserida sekunder disebabkan oleh diet lemak tinggi, obesitas,
diabetes melitus, hipotiroidisme dan beberapa pengobatan (Bahri, 2004)
HbA1c
a. HbA1C atau A1C atau Hemoglobin-glikosilat atau hemoglobin yang mengikat
glukosa. Digunakan untuk menilai efek perubahan terapi yang dilakukan 8-12 minggu
sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi dan rencana perubahan terapi, HbA1C diperiksa
setiap 2 kali setahun (untuk pasien yang sudah mencapai tujuan terapi) dan setiap 3 bulan
(untuk pasien dengan HbA1C >10%.
b. HbA1c dapat digunakan sebagai tes diagnostik untuk diabetes
c. Parameter kadar:
a. Kreatin kinase-MB merupakan salah satu enzim yang dikeluarkan saat terjadi
kerusakan pada otot jantung (miokardium) dan digunakan sebagai biomarka nekrosis jantung
dan menjadi biomarka infark miokard. Pemeriksaan dilakukan 8-12 jam setelah awitan
angina, hal ini dilakukan karena CK-MB normal pada 4-6 jam setelah awitan angina.
Pemeriksaan CK-MB kurang spesifik dibanding Troponin, hal ini dikarenakan pada
kerusakan otot skeletal juga terjadi kenaikan kadar CK-MB
b. Nilai normal : <24 U/L
Β-NATRIURETIC PEPTIDE
a. Merupakan hormon yang meningkat sebagai respon terhadap ekspansi volume
ventrikel, tekanan yang berlebihan, dan meningkatnya tekanan dinding ventrikel. Hal ini
menyebabkan peptida ini dapat digunakan sebagai diagnosis dini adanya disfungsi pada
ventrikel. Peptida natriuretik memiliki waktu paruh panjang, meskipun tekanan ventrikel
sudah menurun, nilai peptida ini tidak langsung turun.
b. Digunakan untuk diagnosis Heart Failure
c. Nilai normal : <100 Pg/mL (Picogram/mL) . Picogram = 10-12 g
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
a. Pemeriksaan radiografi atau Rontgen adalah salah satu teknik pencitraan medis yang
menggunakan radiasi elektromagnetik untuk mengambil gambar atau foto bagian dalam
tubuh,
b. Pemeriksaan ini juga dianjurkan pada orang yang mengalami gejala-gejala
tuberkulosis, kanker paru, ataupun penyakit dada atau paru lainnya.
c. Nilai kV (kiloVoltage) akan menentukan kontras. Nilai mAs (milliAmpere second)
akan menentukan penghitaman gambar.
1) Toraks AP berdiri, duduk tegak
Nilai-nilai Pajanan kV rata-rata mAs kisaran mAs
Dewasa 120 2-2,5 1-12
Anak-anak 90 1,6-2 1-4
2) Toraks Lateral berdiri, duduk tegak
Nilai-nilai Pajanan kV rata-rata mAs kisaran mAs
Dewasa 120 4-5 2-16
Anak-anak 90 2,5 1-5
3) Toraks AP telentang
Nilai-nilai Pajanan kV rata-rata mAs kisaran mAs
Dewasa 120 2-3,2 1-16
Anak-anak 90 1,6-2 1-4
4) Toraks AP apikal
Nilai-nilai Pajanan kV rata-rata mAs kisaran mAs
Dewasa 120 2,5 2-5
5) Toraks dekubitus
Nilai-nilai Pajanan kV rata-rata mAs kisaran mAs
Dewasa 120 2 1,6-3,2
6) Iga oblik AP berdiri/duduk, telentang
Nilai-nilai Pajanan kV rata-rata mAs kisaran mAs
Dewasa 70 20-25 10-125
PEMERIKSAAN EKG
a. Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan merekam
aktivitas listrik jantung. Elektrokardio-gram jantung merupakan alat medis yang digunakan
bersama elektrokardiograf berupa catatan atau gambar grafik yang didapatkan dari tubuh
manusia melalui elektrode-elektrode yang akan menangkap pancaran potensial arus
bioelektrik jantung. Salah satu informasi penting yang dapat diambil dari sinyal EKG adalah
aktivitas kelistrikan jantung yang membentuk gelombang PQRST, Parameter ini biasanya
digunakan untuk melihat keadaan jantung normal dan tidak normal.
b. EKG umumnya dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung dan menilai efektivitas
pengobatan penyakit jantung. Pemeriksaan jantung EKG penting bagi pasien yang memiliki
gejala penyakit jantung seperti nyeri dada, kesulitan bernapas, dan detak jantung tidak teratur.
Pasien yang punya riwayat penyakit jantung juga memerlukan tes EKG.
c. Gelombang EKG, diwakilkan dengan huruf P, Q, R, S, T, dan U. Penamaan
gelombang (garis-garis penyimpangan) tersebut didasarkan pada penamaan yang dilakukan
oleh Du bois-Reymond yang mengambil huruf ‘o’ dari kata Origin (garis X) dalam diagram
kartesius sebagai garis ekulibrium atau garis keseimbangan pada aliran listrik. Sehingga
untuk menamakan penyimpangan dipilihlah huruf setelah huruf ‘o’ yaitu huruf ‘p’ dan
seterusnya. Sedangkan Einthoven menggunakan garis ‘o’ atau garis X ini sebagai garis waktu
dari diagramnya.
Kertas EKG mempunyai garis-garis baik vertikal maupun horisontal berjarak 1 mm. Garis
yang lebih tebal mempunyai jarak 5 mm. Mengenai “waktu” diukur sepanjang garis
horisontal 1 mm = 0,04 detik atau 40 milidetik, 5 mm = 0,2 detik. “Voltage” listrik diukur
sepanjang garis vertikal dan dinyatakan dalam milimeter (10 mm = imV). Untuk praktisnya
kecepatan pencatatan adalah 25 mm/detik.
Kompleks Elektrokardiografi Normal
Huruf besar QRS menunjukkan gelombang-gelombang yang relatif besar (5mm) ;
huruf kecil (qrs) menunjukkan gelombang-gelombang kecil (dibawah 5 mm).
Gelombang P (P wave) : defleksi yang dihasilkan oleh depolarisasi atrium.
Gelombang Q (q) atau Q wave : defleksi negatif pertama yang dihasilkan oleh
depolarisasi ventrikel dan mendahului defleksi positif pertama (R).
Gelombang R (r) atau R wave : defleksi positif pertama dari depolarisasi ventrikel.
Gelombang S (s) atau S wave : defleksi negatif pertama dari depolarisasi ventrikel
setelah defleksi positif pertama R.
Gelombang T (T wave) defleksi yang dihasilkan sesudah gelombang QRS oleh
repolarisasi ventrikel.
Gelombang U (U wave) : suatu defleksi (biasanya positif) terlihat setelah gelombang
T dan mendahului gelombang P berikutnya. Biasanya terjadi repolarisasi lambat pada sistem
konduksi inverventrikuler (Purkinje).
Nilai Interval Normal
Nilai R - R : jarak antara 2 gelombang R berturut-turut. Bila irama ventrikel teratur,
interval antara 2 gelombang R berturut-turut dibagi dalam 60 detik akan memberikan
kecepatan jantung permenit (heart rate). Bila irama ventrikel tidak terartur, jumlah
gelombang R pada suatu periode waktu (misalnya 10 detik) harus dihitung dan hasilnya
dinayatakan dalam jumlah permenit. Contoh : bila 20 gelombang yang dihitung dalam suatu
interval 10 detik, maka frekwensi jantung adalah 120 per menit.
Interval P-P : pada sinus ritme interval P-P akan sama dengan interval R-R. Tetapi
bila irama ventrikel tidak teratur atau bila kecepatan atrium dan venrikel berbeda tetapi
teratur, maka interval P-P diukur dari titik yang sama pada 2 gelombang P berturut-turut
dan frekwensi atrial per menit dihitung seperti halnya frekwensi ventrikel.
Interval P-R : Pengukuran interval ini untuk mengetahui waktu konduksi atrio
ventrikel. Termasuk disini waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan sebagian
depolarisasi atrium, tambah perlambatan eksitasi daripada nodus atrio ventrikuler. Diukur
mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Sebenarnya lebih tepat
interval ini disebut P-Q. Nilai normalnya : 0,12 - 0,20 detik.
Interval QRS : Interval ini adalah pengukuran seluruh waktu depolarisasi ventrikel.
Diukur dari permulaan gelombang Q (R bila tidak terlihat Q) sampai akhir gelombang S.
Batas atas nilai normalnya adalah 0,1 detik. Kadang-kadang pada sandapan prekordial V2
atau V3, interval ini mungkin 0,11 detik.
Interval Q-T : Interval ini diukur dari permulaan gelombang Q sampai akhir
gelombang T. Dengan ini diketahui lamanya sistole elektrik. Interval Q-T normal tidak
melebihi 0,42 detik pada pria dan 0,43 detik pada wanita.
Interval Q-U : pengukuran ini mulai dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang
U. Tidak diketahui arti kliniknya.
Segmen Normal
Segmen P-R : adalah bagian dari akhir gelombang P sampai permulaan kompleks
QRS. Segmen ini normal adalah isoelektris.
RS-T junction (J) : adalah titik akhir dari kompleks QRS dan mulai segmen RS-T.
Segmen RS-T (segmen S-T), diukur mulai dari J sampai permulaan gelombang T. Segmen ini
biasanya isoelektris tetapi dapat bervaraisi antara 0,5 sampai + 2 mm pada sandapam
prekordial. Elevasi dan depresinya dibandingkan dengan bagian garis dasar (base line) antara
akhir gelombang T dan permulaan gelombang P (segmen T-P).
Diagram dari kompleks, interval dan segmen elektrokardiografi.
KARDIOMEGALI
a. Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di mana besarnya
jantung lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni lebih besar dari 55% besar rongga
dada. pada Kardiomegali salah satu atau lebih dari 4 ruangan jantung membesar. Namun
umumnya kardiomegali diakibatkan oleh pembesaran bilik jantung kiri (ventrikel kardia
sinistra). (Sudoyo, 2010).
b. Penyebab yang terbanyak : (Sudoyo, 2010)
1) Penyakit Jantung Hipertensi
Pada keadaan ini terdapat tekanan darah yang tinggi sehingga jantung dipaksa kerja ekstra
keras memompa melawan gradien tekanan darah perifer anda yang tinggi.
2) Penyakit Jantung Koroner
Pada keadaan ini sebagian pembuluh darah jantung (koroner) yang memberikan pasokan
oksigen dan nutrisi ke jantung terganggu Sehingga otot-otot jantung berusaha bekerja lebih
keras dari biasanya menggantikan sebagian otot jantung yang lemah atau mati karena
kekurangan pasokan darah.
3) Kardiomiopati (diabetes, infeksi)
Yakni penyakit yang mengakibatkan gangguan atau kerusakan langsung pada otot-otot
jantung. Hal ini dapat bersifat bawaan atau karena penyakit metabolisme seperti diabetes atau
karena infeksi. Akibatnya otot jantung harus kerja ekstra untuk menjaga pasokan darah tetap
lancar.
4) Penyakit Katup Jantung
Di jantung ada 4 katup yang mengatur darah yang keluar masuk jantung. Apabila salah satu
atau lebih dari katup ini mengalami gangguan seperti misalnya menyempit (stenosis) atau
bocor (regurgitasi), akan mengakibatkan gangguan pada curah jantung (kemampuan jantung
untuk memopa jantung dengan volume tertentu secara teratur). Akibatnya jantung juga perlu
kerja ekstra keras untuk menutupi kebocoran atau kekurangan darah yang dipompanya.
5) Penyakit Paru Kronis
Mengapa penyakit paru kronis juga bisa menyebabkan kardiomegali. Karena pada penyakit
paru kronis dapat timbul keadaan di mana terjadi perubahan sedemikian rupa pada struktur
jaringan paru sehingga darah menjadi lebih sulit untuk melewati paru-paru yang kita kenal
dengan nama "Hipertensi Pulmonal". Karena itu bilik jantung kanan yang memompa darah
ke paru-paru perlu kerja ekstra keras, sehingga tidak seperti kebanyakan kardiomegali bukan
bilik kiri yang membesar tapi bilik kanan, tapi jika sudah berat bahkan bilik kiri pun akan
ikut membesar.
6) Penyakit gangguan tiroid
Masalah pada tiroid baik itu tiroid kurang aktif (hipotiroidisme) ataupun kelenjar tiroid yang
terlalu aktif (hipertiroidisme) dapat menyebabkan masalah jantung, termasuk pembengkakan
jantung.
7) Anemia
Anemia adalah suatu kondisi di mana tidak ada sel-sel darah merah yang sehat untuk
membawa oksigen yang cukup dan memadai untuk jaringan. Anemia kronis yang tidak
diobati dapat menyebabkan denyut jantung yang cepat atau tidak teratur. Hal ini terjadi
karena jantung harus memompa lebih banyak darah untuk menebus kekurangan oksigen
dalam darah.
c. Manifestasi klinik menurut sudoyo adalah sebagai berikut : (Sudoyo, 2010)
1) Tergantung dari derajat keparahannya. Tampak gejala yang berhubungan dengan
kegagalan pompa jantung untuk bekerja dengan baik.
2) Dapat disertai pusing, atau sensasi mau jatuh. Orang awam menyebutnya “vertigo”.
Dalam istilah asingnya disebut “dizziness”.
3) Sesak nafas, seperti orang yang terengah-engah.
4) Terdapat cairan di rongga perut (ascites).
5) Kaki (tungkai, pergelangan kaki) membengkak.
6) Berat badan bertambah karena pembengkakan.
7) Palpitasi atau jantung berdebar
GAGAL JANTUNG
a. Gagal jantung didefinisikan sebagai sindroma klinis akibat ketidakmampuan jantung
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dengan berbagai etiologi,
karakteristik gejala maupun tanda. Pada gagal jantung terjadi hubungan kompleks antara
sirkulasi, neurohormonal dan abnormalitas tingkat molekuler, inflamasi, perubahan biokimia
pada miosit atau interstitial jantung (Park, 2010; Daphne dkk., 2009).
b. Kemampuan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: preload, afterload, kontraktilitas miokardium, frekuensi
denyut jantung.
1) Preload Preload adalah beban volume dan tekanan yang diterima ventrikel kiri pada
akhir diastol. Preload ditentukan oleh tekanan pengisian ventrikel dan jumlah darah yang
kembali dari sistim vena ke jantung.
2) Afterload Afterload yaitu tahanan total untuk melawan ejeksi ventrikel yang
merupakan keadaan beban sistolik. Apabila afterload meningkat maka isi sekuncup dan curah
jantung menurun, sebaliknya berkurangnya afterload meningkatkan curah jantung.
3) Kontraktilitas miokardium yaitu kemampuan intrinsik otot jantung berkontraksi tanpa
tergantung preload maupun afterload. Derajat aktivitas serabut jantung ditentukan oleh
kuantitas penyediaan ion kalsium untuk protein kontraktil. Intensitas aktivitas miokardium
sangat menentukan kontraktilitas otot jantung. Perubahan kontraktilitas adalah perubahan
fungsi jantung yang tidak tergantung kepada variabilitas preload maupun afterload.
4) Frekuensi denyut jantung
Curah jantung adalah sama dengan isi sekuncup dikalikan dengan frekuensi jantung. Oleh
sebab itu, peningkatan frekuensi jantung akan memperbesar 11 curah jantung, namun
frekuensi jantung yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan turunnya curah jantung
(Braunwald dkk., 2012).
c. Menurut perubahan fisiologinya, dibedakan menjadi kelainan kelebihan beban
volume jantung, kelebihan beban tekanan, atau pun keduanya (Daphne dkk., 2009).
1) Gagal jantung dengan malformasi struktur
Malformasi jantung, shunt dari kiri ke kanan pada defek besar, sering menyebabkan gagal
jantung, akibat kelebihan volume pada ventrikel kiri. Total curah jantung meningkat sehingga
aliran darah paru tidak efektif melewati paru. Contohnya pada defek septum ventrikel dan
patent ductus arteriosus yang besar. Kelebihan volume pada jantung kiri menyebabkan
peningkatan tekanan pengisian jantung dan edema paru. Kejadian ini muncul pada usia 2-3
bulan kehidupan karena terjadi penurunan resistensi vaskular paru (Erin dkk., 2010).
Regurgitasi katup atrioventrikular dan semilunar juga dapat sebagai penyebab gagal jantung
dengan kelebihan beban volume. Derajat gagal jantung akibat regurgitasi katup ini dipicu
oleh besarnya kelainan struktur dan fungsi 8 ventrikel. Kelainan tersebut seperti anomali
Ebstein, defek septum atrioventrikuler, atau tetralogi fallot (Daphne dkk., 2009).
Lesi obstruktif jantung kiri seperti stenosis mitralis (jarang), stenosis aorta, dan koartasio
aorta (sering) menyebabkan gagal jantung akut atau aritmia letal ketika hal lesi tersebut
menyebabkan stres afterload yang berat. Pada kelainan ini, peningkatan tekanan end-diastolic
filling dan penurunan gradien tekanan antara aorta dan ventrikel pada akhir diastolik
menghasilkan iskemia subendokard sebagai akibat dari aliran koroner yang tidak adekuat.
Peningkatan afterload dan iskemia subendokard menyebabkan hipertrofi jantung, remodelling
ventrikel, dan sindrom gagal jantung (Erin dkk., 2010).
2) Gagal jantung dengan bentuk dan struktur normal
Gagal jantung tanpa kelainan struktur seperti pada kardiomiopati primer dapat dengan
dilatasi, hipertropik, dan restriktif. Kardiomiopati sekunder dapat berupa aritmia, iskemik,
toksik, infiltrat dan infeksi.
d. Tanda dan gejala gagal jantung pada anak mirip dengan dewasa, mencakup kelelahan,
intoleransi fisik, anoreksia, nyeri perut, sesak, dan batuk. Pada remaja mungkin lebih
mengeluhkan gejala abdomen dibandingkan gejala pernapasan. Peningkatan tekanan vena
sistemik dapat diukur dari tekanan vena jugularis dan pembesaran hepar. Ortopnu dan ronki
dibasal paru pada gagal jantung cukup bervariasi. Kardiomegali hampir selalu ditemukan dan
didengar adanya gallop, murmur holosistolik pada regurgitasi katup trikuspid dan mitralis
(Berghman dkk., 2011).
PEMERIKSAAN RADIOGRAFH
EKG (elektrokardiogram)
Tes diagnose umum yang dilakukan untuk mengevaluasi fungsi jantung. Kondisi jantung
normal biasanya mempunyai karakteristik dan irama yang khas. Apabila ditemukan irama
jantung yang tidak teratur atau aktivitas terganggu akibat gangguan otot jantung, maka
kondisi tersebut dapat terdeteksi. Hal ini ditunjukan dari gambar EKG yang tidak beraturan.
KARDIOMEGALI
kondisi ketika jantung mengalami pembesaran akibat penyakit tertentu (bengkak)
EFUSI PLEURA
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di antara lapisan
pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel pada dinding
dalam rongga dada.
Pada kondisi normal, terdapat sekitar 10 ml cairan di rongga pleura yang berfungsi sebagai
pelumas untuk membantu melancarkan pergerakan paru ketika bernapas. Namun, pada efusi
pleura, jumlah cairan tersebut berlebihan dan menumpuk. Hal ini bisa mengakibatkan
gangguan pernapasan.
Efusi pleura ini terjadi akibat peningkatan tekanan di pembuluh darah atau rendahnya kadar
protein di dalam darah, sehingga cairan merembes ke pleura
PEMERIKSAAN LABOLATORIUM
HEMATOKRIT
hematokrit (Hct) adalah sebuah tes yang membandingkan proporsi sel darah merah dengan
volume semua komponen darah (sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan plasma
darah) itu sendiri secara bersamaan. Tes hematokrit merupakan bagian dari pemeriksaan
darah lengkap (Complete Blood Count), dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk presentase.
Sebagai contoh, nilai hematokrit 40% berarti bahwa ada 40 mililiter sel darah merah dalam
100 mililiter darah. Tes hematokrit biasa dilakukan untuk melakukan pengujian anemia,
leukimia, dan kekurangan gizi.
kadar normal hematokrit untuk beberapa kategori:
- Bayi baru lahir : sekitar 50% – 70%
- Bayi usia 1 minggu : sekitar 37% – 49%
- Bayi usia 3 bulan : sekitar 30% – 36%
- Bayi usia 1 tahun : sekitar 28% – 45%
- Anak-anak : sekitar 36% – 40%
- Pria dewasa : sekitar 38% – 50%
- Wanita dewasa : sekitar 36% - 46%
Nilai hematokrit rendah dapat ditemukan pada :
- Anemia
Merupakan suatu keadaan kurangnya volume darah dalam tubuh yang dinyatakan dalam HB
(haemoglobin).
Anemia defisiensi besi Merupakan jenis anemia yang berhubungan dengan penurunan kadar
zat besi (Fe) dalam Hb, yang dimana telah dijelaskan sebelumnya dengan penurunan nilai
Hb, juga akan menyebabkan penurunan nilai dari Hct.
Anemia Megaloblastic Merupakan anemia yang berhubungan dengan kurangnya asupan
asam folat dan vitamin B12. Sama halnya dengan Fe, kekurangan asam folat dan B12 juga
menyebabkan penurunan nilai Hb.
- Ginjal kronis
penyakit ginjal kronis, penurunan kadar Hct biasanya berhubungan dengan penurunan
produktifiktas hormon eritropoietin, yang merupakan hormon penting dalam pembentukan sel
darah.
- Sum-sum tulang
- Kanker
Nilai hematokrit tinggi dapat ditemukan pada :
- Dehidrasi
jika volume cairan tubuh menurun, maka akan menurunkan volume cairan darah. Hal ini
membuat perbandingan jumlah volume sel darah merah dengan volume cairan darah
meningkat.
- Penyakit paru
Penurunan penyerapan jumlah oksigen akan merangsang tubuh untuk memproduksi lebih
banyak sel darah merah. Hal inilah yang membuat nilai hematokrit tinggi.
- Jantung kongenital
Penyakit jantung kongenital yang membuat kedua sisi jantung terhubung secara tidak normal.
Hal tersebut berakibat pada penurunan kadar oksigen di dalam darah. Ketika
Tubuh mengalami kekurangan oksigen maka tubuh akan meningkatkan jumlah produki sel
darah merah.
- Polycythemia vera
Polycythemia vera adalah sebuah penyakit langka di mana tubuh memproduksi sel darah
merah secara berlebih. Akibatnya, nilai hematokrit pun menjadi tinggi.
Sumber : jurnal di rani
Hal 10
LEUKOSIT
Lekosit adalah bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing,
mikroorganisme atau jaringan asing. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu
lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun
selesai jumlah normal.
Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan
pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai (Guyton and Hall, 2008).
Pemeriksaan Hitung Jumlah Lekosit
Hitung jumlah lekosit menyatakan jumlah lekosit perliter darah (lesysteme international
d’Unites = SI Unit) atau per millimeter kubik atau mikroliter (unit konvensional). Lekosit
atau sel darah putih adalah sel yang bulat berinti dengan ukuran 9 – 20 µm, jumlahnya sekitar
4.0 – 11.0 ribu/mm3 darah. Tempat pembentukannya di sumsum tulang dan jaringan limfatik.
Lekosit berasal dari sel bakal (stem cell) dan kemudian mengalami diferensiasi (mengalami
pematangan). Lekosit di angkut oleh darah ke berbagai jaringan tubuh tempat sel-sel tersebut
melakukan fungsi fisiologiknya.
Spesimen yang digunakan pada pemeriksaan hitung jumlah lekosit, yaitu:
- Darah kapiler atau darah vena EDTA;
- Tidak ada pembatasan asupan makanan dan minuman pada penderita
- Darah tidak boleh diambil pada lengan yang terpasang jalur intra-vena.
TROMBOSIT
Trombosit merupakan fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti dan terbentuk di
sumsum tulang. Trombosit berfungsi dalam hemostasis yaitu menghentikan perdarahan dan
memperbaiki pembuluh darah yang cedera. Trombosit memiliki peran penting dalam
patofisiologi penyakit kardiovaskular yang dimediasi oleh pembentukan trombus yang
patologik. Aktivasi trombosit dan trombosis pada lokasi plak ateromatosa memainkan peran
yang penting dalam patofisiologi kejadian koroner akut.
keping darah atau trombosit (platelet) dapat ditemukan dalam darah dan limpa. Sel darah ini
tidak berwarna dan memiliki siklus hidup hanya selama 10 hari. Setelah lewat 10 hari pun,
tubuh akan memperbaharui persediaan trombosit baru di sumsum tulang.
Untuk mengetahui jumlah trombosit pun biasanya akan dilakukan pemeriksaan darah
lengkap. Jumlah normalnya pun sekitar 150.000 hingga 450.000 trombosit per mikroliter.
Kondisi rendahnya trombosit ini pun biasanya merupakan efek dari konsumsi obat-obatan
tertentu dan penyakit. Penyakit yang membuat kondisi ini muncul antara lain leukimia,
gangguan ginjal, kehamilan, gangguan sistem imun, kekurangan zat besi dan asam folat, serta
infeksi sepsis dan demam berdarah.
Selain itu, trombosit juga bisa melebihi kadar yang seharusnya. Gejala yang muncul yaitu
pembekuan darah yang menghalangi suplai darah ke otak atau jantung. Penyebabnya bisa
meliputi infeksi dan pembengkakan pada sumsum tulang belakang, kanker, atau reaksi
terhadap obat-obatan.
Yang dapat meningkatkan trombosit :
- Bayam
- Jambu biji
- Kacang-kacangan
Sumber : jurnal di rani
Hal : pendahuluan
CREATININ
Creatine adalah asam amino yang diproduksi oleh hati, pankreas dan ginjal. Creatine juga
bisa diperoleh dari luar tubuh yaitu dari sumber makanan seperti ikan dan daging.
Wanita biasanya memiliki kadar kreatinin lebih rendah dibandingkan laki-laki karena
perempuan memiliki jaringan otot yang lebih sedikit. Di antara orang dewasa tanpa penyakit
ginjal, laki-laki memiliki kadar kreatinin normal sekitar 0,6-1,2 mg/dl sedangkan nilai normal
kreatinin pada wanita antara 0,5-1,1 mg/dL.
Perlu diketahui bahwa umumnya, kadar kreatinin dalam darah tetap tidak berubah dari hari ke
hari karena massa otot biasanya tetap sama. Penggunaan obat-obatan tertentu, makan banyak
daging atau latihan otot atau olahraga lainnya dapat menyebabkan kadar kreatinin tinggi,
bahkan pada mereka yang tidak memiliki penyakit ginjal kronis (CKD).
ANALISIS GAS DARAH
SPO2
SpO2 merupakan metode untuk mengukur saturasi oksigen, tanpa memasukan sensor ke
dalam tubuh, mudah digunakan dan menunjukkan hasil. SpO2 digunakan sebagai standar
pengukuran abnormal (hipoksemia) di unit rawat intensif untuk pedoman pemberian terapi
oksigen, terutama seseorang dengan kondisi kritis. Nilai kondisi normal SpO2 yaitu antara 85
% sampai 100% dan nilai kondisi abnormal yaitu < 85%
Sumber : http://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/3381/
pH
pH darah normal (arteri) : 7,38 - 7,42
HCO3
Bikarbonat (HCO3) : 22 - 28 miliekuivalen per liter
PO2
Tekanan parsial oksigen : 75 sampai 100 mm Hg
PCO2
Tekanan parsial CO2 : 38 - 42 mm Hg
SATURASI OKSIGEN
Saturasi oksigen : 94 sampai 100 persen
KOLESTEROL TOTAL
Kolesterol adalah lemak yang berguna bagi tubuh. Namun bila kadarnya di dalam tubuh
terlalu tinggi, kolesterol akan menumpuk di pembuluh darah dan mengganggu aliran darah.
Kolesterol merupakan zat yang diproduksi secara alami oleh organ hati, tetapi juga bisa
ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewan, seperti daging dan susu. Kolesterol
diperlukan oleh tubuh untuk membentuk sel-sel sehat, memproduksi sejumlah hormon, dan
menghasilkan vitamin D. Meskipun penting bagi tubuh, kolesterol dapat mengganggu
kesehatan jika kadarnya terlalu tinggi
Sumber : http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1533/1491
1. Kolesterol total adalah keseluruhan jumlah kolesterol yang ditemukan dalam darah,
terdiri dari kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan 20% Trigliserida.
2. Kolesterol LDL (low-density lipoproteins) disebut kolesterol "jahat" karena
menyebabkan penimbunan plak pada pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit
jantung dan stroke.
3. Kolesterol HDL (high-density lipoprotein) disebut kolesterol "baik" karena membantu
melindungi pembuluh darah dari penimbunan lemak (plak).
4. Trigliserida adalah jenis lemak lain yang ada dalam tubuh, fungsinya untuk
menyimpan kelebihan energi dan dapat digunakan sebagai energi cadangan. Namun kadarnya
yang berlebih harus diwaspadai karena trigliserida tinggi yang dikombinasikan dengan HDL
rendah atau LDL tinggi terkait erat dengan pebimbunan lemak di dinding arteri.
Ada dua jenis kolesterol, yakni kolesterol baik dan kolesterol jahat. Kolesterol baik (HDL-
High Density Lipoprotein) berfungsi untuk mencegah terjadinya ateroma atau penyempitan
pembuluh darah akibat lemak. Sedangkan kolesterol jahat (LDL-Low Density Lipoprotein)
merupakan salah satu penyebab utama pembentukan ateroma. Selain kolesterol baik dan
jahat, ada lemak dalam bentuk lain dalam darah yang disebut trigliserida.
LDL
Nilai normal LDL
1. LDL kurang dari 100 mg / dL (atau 2,59 mmol / L) adalah tingkat paling sehat.
2. LDL antara 100 – 129 mg / dL (atau 2,59 hingga 3,34 mmol / L) sehat tetapi perlu
diperhatikan.
3. LDL 130 hingga 159 mg / dL (atau 3,37 hingga 4,12 mmol / L) melebihi batas sehat.
4. Nilai LDL antara 160 dan 189 mg / dL (atau 4,15 hingga 4,90 mmol / L) tinggi.
5. Nilai LDL di atas 190 mg / dL (atau 4,90 mmol / l) sangat tinggi.
HDL
Sumber : https://infolaboratoriumkesehatan.wordpress.com/tag/hdl-high-density-lipoprotein/
1. Tachypnea
a. Pengertian : adalah penyerapan cairan dalam paru yang terlambat
b. Kegunaan : melihat kondisi paru paru
c. Diagnosisnnya : dilihat dengan pernpasan pasien cepat atau tidak, jika cepat itu
karena penyerapan dalam cairan paru terlambat, sehingga cairan tersebut membuat
pengambilan oksigen menjadi lebih sulit sehingga harus bernafas lebih cepat
2. Ronchi
a. Pengertian : Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar baik inspirasi maupun
ekspirasi akibat terkumpulnya secret dalam trachea atau bronchus sering ditemui pada pasien
oedema paru, bronchitis.
b. Kegunaan : Pemeriksaan fisik paru untuk diagnosis penyakit seperti oedema paru,
bronchitis.
c. Diagnosisnya : Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar baik inspirasi
maupun ekspirasi
3. Wheezing
a. Pengertian : Bunyi musical terdengar “ngii...” yang bisa ditemukan pada fase
ekspirasi maupun ekspirasi akibat udara terjebak pada celah yang sempit seperti oedema pada
brochus.
b. Kegunaan : Pemeriksaan fisik paru untuk diagnosis penyakit seperti oedema paru.
c. Diagnosis : Bunyi musical terdengar “ngii...” yang bisa ditemukan pada fase ekspirasi
maupun ekspiras.
b. Klasifikasi :
- Dislipidemia primer : akibat kelainan genetik.
- Dislipiemia sekunder : akibat suatu penyakit lain.
c. Manifestasi klinik :
Manifestasi klinik yang timbul biasanya merupakan komplikasi dari dislipidemia itu sendiri
seperti PJK dan strok. Kadar trigliserid yang sangat tinggi dapat menyebabkan pankreatitis
akut, hepatosplenomegali, parastesia, perasaan sesak napas dan gangguan kesadaran, juga
dapat merubah warna pembuluh darah retina menjadi krem (lipemia retinalis) serta merubah
warna plasma darah menjadi seperti susu. Pada pasien dengan kadar LDL yang sangat tinggi
(hiperkolesterolemia familial) dapat timbul arkus kornea, xantelasma pada kelopak mata dan
xantoma pada daerah tendon archiles, siku dan lutut.
d. Penyebab :
• Perokok aktif (level rekomendasi IC)
• Diabetes (level rekomendasi IC)
• Hipertensi (level rekomendasi IC)
• Riwayatkeluarga dengan PJK dini (level rekomendasi IC)
• Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia (level rekomendasi IC)
• Penyakit ginjal kronik (level rekomendasi IC)
• Penyakit inflamasi kronik (level rekomendasi IC)
• Lingkar pinggang >90 cm untuk laki-laki atau lingkar
• pinggang > 80 cm untuk wanita (level rekomendasi IC)
• Disfungsi ereksi
• Adanya aterosklerosis atau abdominal aneurisma
• Manifestasi klinis dari hiperlipidemia
• Obesitas. Untuk orang Asia IMT25 kg/m2
• Laki-laki usia ≥40 tahun atau wanita dengan usia 50 tahun atau sudah menopause
(level rekomendasi IIb/C).
e. Pemeriksaan :
• Total kolesterol (Level rekomendasi I C)
• Kolesterol LDL (Level rekomendasi I C)
• Trigliserida (Level rekomendasi I C)
• Kolesterol HDL (Level rekomendasi I C)
a. Diagnosis :
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa
darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma
darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer. Diagnosis
tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.Berbagai keluhan dapat ditemukan pada
penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.
b. Evaluasi Laboratorium:
▪ Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah TTGO.
▪ Pemeriksaan kadar HbA1c
b. Patofisiologi :
Kerusakan karena inflamasi terjadi di alveoli dan endotel kapiler paru karena produksi
mediator proinflamasi lokal atau yang terdistribusi melalui arteri pulmonal. Hal ini
menyebabkan hilangnya integritas barier alveolar-kapiler sehingga terjadi transudasi cairan
edema yang kaya protein. Sel tipe I (menyusun 90% epitel alveolar) merupakan jenis sel yang
paling mudah rusak, menyebabkan masuknya cairan ke dalam alveoli dan penurunan
pembersihan cairan dari rongga alveolus. Sedangkan sel tipe II tidak mudah rusak namun
memiliki peran multipel seperti produksi surfaktan, transpor ion, dan proliferasi dan
diferensiasi menjadi sel tipe I setelah trauma. Kerusakan pada kedua sel ini menyebabkan
penurunan produksi surfaktan dan penurunan komplians.Disfungsi selular dan kerusakan
yang terjadi berdampak pada terjadi Perburukan V/Q matching dengan shunting yang dapat
dilihat dari hipoksia arterial dan gradien A-a yang sangat besar, hipertensi pulmonal,
penurunan komplians paru (stiff lungs) dan hiperinflasi alveoli yang tersisa, serta gangguan
pada proses normal perbaikan paru yang berkembang menjadi fibrosis paru pada stadium
lanjut.
c. Gejala dan Tanda :
Manifestasi ARDS bervariasi tergantung pada penyakit predisposisi, derajat injuri paru, dan
ada tidaknya disfungi organ lain selain paru. Gejala yang dikeluhkan berupa sesak napas,
membutuhkan usaha lebih untuk menarik napas, dan hipoksemia. Infiltrat bilateral pada foto
polos toraks menggambarkan edema pulmonal. Multiple organ dysfunction syndrome
(MODS) dapat terjadi karena abnormalitas biokimia sistemik. Adult respiratory distress
syndrome terjadi dalam hitungan jam-hari setelah onset kondisi predisposisi. Batasan waktu
ARDS ini adalah satu minggu dari munculnya onset baru atau dari memburuknya suatu
gejala pernafasan.
d. Klasifikasi :
Kriteria Berlin mengklasifikasikan ARDS menjadi tiga kelompok berdasarkan nilai
PaO2/FiO2. Tidak ada istilah Acute Lung Injury (ALI) dalam kriteria ini. Berikut merupakan
definisi ARDS berdasarkan kriteria Berlin:
• ringan (mild), yaitu PaO2/FiO2 lebih dari 200 mmHg, tetapi kurang dari dan sama
dengan 300 mmHg dengan positive-end expiratory pressure (PEEP) atau continuous positive
airway pressure (CPAP) ≥5 cmH2O.
• sedang, yaitu PaO2/FiO2 lebih dari 100 mmHg, tetapi kurang dari dan sama dengan
200 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O.
• berat, yaitu jika PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O.
9. GAGAL JANTUNG
a. Definisi
Gagal jantung dapat diartikan sebagai abnormalitas dari fungsi struktural jantung atau sebagai
kegagalan jantung dalam mendistribusikan oksigen sesuai dengan yang dibutuhkan pada
metabolisme jaringan, meskipun tekanan pengisian normal atau adanya peningkatan tekanan
pengisian (Mc Murray, JJV., dkk., 2012).
b. Patofisiologi
Terjadi gangguan mekanik atau abnormalitas atau Kematian otot jantung, jantung tidak bisa
memompa sesuai yang harus dipenuhi terjadi gagal jantung, otak mdeteksi jantung kurang
interkasi, otak meningkatkan kerja jantng, jantung dipaksa berkerja oleh otak mengakibatkan
jantung tertekan dan kinerja jantung menurun.
Terjadi gangguan dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan. Bila semua kemampuan
mekanisme kompensasi jantung tersebut di atas sudah dipergunakan seluruhnya dan sirkulasi
darah dalam badan belum juga terpenuhi, maka terjadilah keadaan gagal jantung (Rang,
2003)
c. Penyebab
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu gangguan mekanik
(beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau bersamaan yaitu beban
tekanan, beban volume, tamponade jantung atau kontriksi perikard, jantung tidak dapat
diastole, obstruksi pengisian ventrikel, aneurisme ventrikel, disenergi ventrikel, restriksi
endokardial atau miokardial) dan abnormalitas otot jantung yang terdiri dari primer
(kardiomiopati, miokarditis metabolic (DM, gagal ginjal kronik, anemia) toksin atau
sitostatika) dan sekunder (iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltrative, dan korpulmonal).
(Lailia Nur Rachma,2014)
d. Gejala
Menurut ESC (European Society of Cardiology), gagal jantung didefinisikan suatu sindrom
yang karakteristiknya terdiri dari beberapa gejala seperti nafas pendek, menetapnya batuk dan
wheezing, pergelangan kaki bengkak dan mudah lelah, terdapat tekanan vena jugularis,
terdapat pulmonary crackles, meningkatnya frekuensi nadi serta terdapat edema perifer
(Lainscak, M., dkk., 2017).
10. HIPERTENSI
a. Definisi : Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90
mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.
b. Klasifikasi Tekanan Darah Klinik
14. Leukosit
a. Definisi: Leukosit atau sel darah putih merupakan salah satu sel yang membentuk
darah. Leukosit merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh, sel ini memberikan respon
yang cepat pada benda asing yang masuk dengan cara bergerak kearah sisi organ yang
mengalami gangguan (cunningham etal, 2014)
b. Kegunaan: Keadaan leukosit yang tinggi disebut dengan leukositosis dan penurunan
leukosit disebut dengan leukopenia (kee, 2008; subowo, 2009). Leukosit merupakan indikator
adanya infeksi dalam tubuh, sehingga peningkatan kadar leukosit di dalam darah dapat
dijadikan gambaran adanya infeksi (gomez et al, 2010). Misalnya terdapat leukosit dalam
jumlah banyak dalam urine disebut piuria, biasanya dijumpai pada kasus infeksi saluran
kemih.
c. Parameter: Dalam keadaan normal, leukosit berjumlah 3200-10.000 mm3 (khasanah
MN, dkk 2016).
15. Trombosit
a. Definisi: Trombosit atau keping darah adalah bagian dari sel darah yang berasal dari
sitoplasma megakarosit sumsum tulang. (machlus dan italiano, 2013)
b. Kegunaan: Fungsi utama dari trombosit yaitu berperan dalam proses pembekuan
darah. Bila terdapat luka, maka trombosit akan berkumpul karena adanya rangsangan kolagen
yang terbuka sehingga trombosit akan menuju luka kemudian memicu pembuluh darah untuk
vasokontriksi dan memicu pembentukan benang fibrin. Jika trombosit kurang dari 20.000
maka akan terjadi pendarahan spontan yang serius (durachim dan dewi, 2018)
c. Parameter
Kadar trombosit Keterangan
< 150.000/mm3 Rendah
150.000-400.000/mm3 Normal
>400.000/mm3 Tinggi
Sumber : (durachim dan dewi, 2018)
16. EFUSI PLEURA (IMELDA, Puspita; GABRIELLA BERTA, Berta; TRI, Umiana
Soleha. Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro pada tahun 2015. Jurnal Agromedicine, 2017,
4.1: 25-32)
a. Pengertian: Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan
melebihi normal di dalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan viseralis dapat berupa
transudat atau cairan eksudat.1 Efusi pleura merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain, jarang merupakan penyakit primer, secara normal ruang pleura mengandungsejumlah
kecil cairan (5-15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura
bergerak tanpa adanya friksi. Penyebab efusi, penyakit ganas menyumbang 41% dan
tuberkulosis untuk 33% dari 100 kasus efusi pleura eksudatif, 2 pasien (2%) memiliki
koeksistensi tuberkulosis dan keganasan yang dianalisis dengan kelompok ganas.
Parapneumoni efusi ditemukan hanya 6% kasus, penyebab lain gagal jantung kongestif 3%,
komplikasi dari operasi by pass koroner 2%, rheumatoid atritis 2%, erythematous lupus
sistemik 1%, gagal ginjal kronis 1%, kolesistitis akut 1%, etiologi tidak diketahui 8%. Gejala
yang paling sering timbul adalah sesak. Nyeri bisa timbul akibat efusi yang banyak berupa
nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Diagnosis efusi pleura dapat ditegakkan melalui
anamnesis serta pemeriksaan fisik yang teliti, diagnosis yang pasti melalui pungsi percobaan,
biopsi dan analisa cairan pleura. Efusi menunjukkan tanda dan gejala yaitu sesak nafas, bunyi
pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang berisi cairan, bunyi nafas minimal atau
tak terdengar dan pergeseran trakea menjauhi tempat yang sakit. Efusi ringan sesak bisa tidak
terjadi. Cairan pleura memiliki konsentrasi protein yang lebih rendah dari paru-paru dan
kelenjar getah bening perifer. Cairan pleura dapat menumpuk karena hal-hal berikut:
• Peningkatan tekanan hidrostatik di sirkulasi mikrovaskular. Studi mengatakan bahwa
peningkatan tekanan pada pembuluh kapiler adalah pemicu penting dalam terjadinya efusi
pleura pada penderita gagal jantung.
• Penurunan tekanan onkotik dalam sirkulasi mikrovaskular karena hipoalbuminemia
yang meningkatkan penumpukan cairan dalam rongga pleura.
• Peningkatan tekanan negatif pada rongga pleura juga membuat meningkatnya
akumulasi cairan pada rongga pleura. Hal ini dapat terjadi pada ateletaksis
• Peningkatan permeabilitas kapiler akibat mediator inflamasi. Hal tersebut
mengakibatkan lebih banyak protein dan cairan yang masuk dalam rongga pleura, contohnya
pada pneumonia.
• Gangguan drainase limfatik dari permukaan pleura karena penyumbatan oleh tumor
dan fibrosis.
b. Ada dua jenis efusi pleura transudatif dan eksudatif. Efusi pleura transudat
disebabkan oleh penyakit gagal jantung, sorosis, sindroma nefrotik. Hal ini disebabkan
adanya peningkatan tekanan hidrostatik atau tekanan onkotik kapiler yang menurun. Efusi
pleura eksudatif disebabkan oleh karena penyakit pneumonia, keganasan, emboli paru,
infeksi virus, TB paru. Efusi pleura eksudatif disebabkan karena peradangan pada pleura atau
jaringan yang berdekatan dengan pleura. Efusi pleura eksudatif merupakan efusi pleura yang
jenis cairannya adalah eksudat. Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang jenis
cairannya adalah transudate. Empyema merupakan efusi pleura eksudatif yang mengandung
mikroorganisme dalam jumlah banyak disertai dengan nanah. Mikroorganisme berupa
bakteri, virus, mikropasma, mikrobacterium merupakan penyebab terjadinya infeksi.
c. Pada anamnesis, pasien dengan efusi pleura biasanya memiliki sesak, batuk, nyeri
dada yang bersifat tajam. Riwayat gagal jantung, gagal ginjal, dan penyakit hati dapat
mengarahkan kepada efusi pleura yang bersifat transudat. Sedangkan riwayat kanker dapat
mengarah pada efusi akibat keganasan. Pembengkakan pada ekstermitas, atau deep vein
thrombosis menunjukkan efusi yang berhubungan dengan embolisme paru. Riwayat infeksi
seperti pneumonia menununjukkan efusi parapneumonic.
d. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan fremitus taktil yang menurun terutama pada
daerah basal. Perkusi tumpul, kemudian suara nafas vesikular yang menurun atau tidak ada
sama sekali pada paru yang terdapat efusi. Suara pleural friction rub mungkin juga terdengar
selama akhir inspirasi.
e. Kriteria klasifikasi dari penyebab efusi pleura merupakan :
• Efusi Tuberkulosis Efusi pleura didiagnosis sebagai tuberkulosis apabila terdapat 1
dari kriteria sebagai berikut: (1) terdapat nekrosis perkijuan pada biopsi pleura, (2)
pewarnaan Ziehl-Neelsen atau kultur Lowenstein dari cairan pleura positif, (3) Pada
pemeriksaan histologi ditemukan granuloma tanpa nekrosis perkijuan dengan pemeriksaan
sputum BTA positif.
• Efusi Parapneumoni Didefinisikan sebagai efusi pleura disertai demam dan batuk dan
terdapat efusi pleura bersifat eksudatif.
• Efusi Maligna Efusi maligna didiagnosis dengan analisis sitologi atau histologi
terdapat Sel adenocarcinoma atau sel mesentelial.
• Efusi Cardiac Efusi cardiac terdiagnosis apabila carian bersifat transudat serta
terdapat tanda klinis gagal jantung pada pasien.
• Efusi sirosis hepatis Efusi sirosis terdiagnosis apabila cairan bersifat transudat serta
terdapat tanda klinis sirosis hepatis pada pasien.
• Efusi uremik Efusi uremik terdiagnosis pada penderita dengan gagal ginjal dan ureum
tinggi, atau pada pasien dengan ureum tinggi tanpa penyebab yang jelas.
• Efusi SLE (Systematic Lupus Eritematous) Efusi pada SLE adalah efusi yang terjadi
pada pasien penderita SLE dengan kultur bakteri negatif. 7 METODE Studi ini merupakan
17. EKG (DJOJODIBROTO, R. Darmanto. Seluk-Beluk Pemeriksaan Kesehatan.
Yayasan Obor Indonesia, 2001.
a. Pengertian: Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan
merekam aktivitas listrik jantung. EKG umumnya dilakukan untuk memeriksa kondisi
jantung dan menilai efektivitas pengobatan penyakit jantung. Elektrokardiogram dilakukan
menggunakan mesin pendeteksi impuls listrik jantung yang disebut elektrokardiograf.
Dengan alat tersebut, impuls atau aktivitas listrik jantung akan terpantau dan tampak berupa
grafik yang ditampilkan di layar monitor. Salah satu manfaat dari pemeriksaan ini yaitu untuk
mendeteksi dini adanya silent coronary thrombosis, suatu penyumbatan pembuluh koroner
yang tidak memberikan gejala. Dengan pemeriksaan EKG rutin bisa diketahui adanya
perkiraan penyumbatan. Namun tidak semua penyakit jantung memberikan gambaran EKG
abnormal dan sebaliknya, orang yang tidak mempunyai penyakit jantung bisa menghasilkan
pola variasi yang berbeda dengan pola normal.
28. Hiperkolestrolemia
a. Pengertia: Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol LDL puasa tanpa
disertai peningkatan kadar trigliserida.6 Penyebab hiperkolesterolemia antara lain diet tinggi
kolesterol atau tinggi asam lemak jenuh, pertambahan berat badan, proses penuaan, faktor
genetik, dan penurunan kadar estrogen pada wanita yang telah menopause.6 Angka kejadian
hiperkolesterolemia pada wanita sebelum menopause lebih rendah dibanding pria. Namun,
setelah menopause kerentanan seorang wanita terkena hiperkolesterolemia akan sebanding
dengan pria.7 Klasifikasi hiperkolesterolemia yaitu: (1) hiperkolesterolemia ringan, ditandai
dengan nilai kolesterol LDL antara 140-159 mg/dl; (2) hiperkolesterolemia sedang, bila kadar
kolesterol total antara 240-300 mg/dL dan lebih spesifik bila kadar kolesterol LDL berkisar
antara 160-189 mg/dl; (3) hiperkolesterolemia berat, dengan kolesterol LDL >190 mg/dl.6
b. Peran konseling pada pasien hiperkolestrolemia
Peran Konseling pada Hiperkolesterolemia Pencegahan penyakit kardiovaskular dapat
dilakukan dengan menurunkan kadar kolesterol LDL. Tatalaksana hiperkolesterolemia
mencakup perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis.5 Pada pasien hiperkolesterolemia,
dilakukan terapi non-farmakologis terlebih dahulu, yakni perubahan gaya hidup.8 Hal ini
sesuai anjuran NCEP-ATP III, yang meliputi: (1) diet sesuai anjuran therapeutic lifestyle
change (TLC), (2) penurunan berat badan, (3) peningkatan aktivitas fisik.5 Konseling
merupakan salah satu faktor yang mendukung TLC. Konseling diperlukan untuk
meningkatkan pemahaman klien serta mendorong klien untuk membuat penyelesaian
terhadap masalahnya.13 Selain itu, konseling gizi diperlukan agar terjadi perubahan perilaku
menjadi gaya hidup sehat.13 Untuk melakukan perubahan tersebut dibutuhkan motivasi yang
besar dan lingkungan yang mendukung.
(Aurora, Ruth Grace, et al. "Peran konseling berkelanjutan pada penanganan pasien
hiperkolesterolemia." J Indon Med Assoc 62.5 (2012): 194-201.)