Anda di halaman 1dari 7

Pemeriksaan Lab

 Hb pasien : 12,8 g/dL. Menurut WHO untuk perempuan > 12 g/dL. Wanita 12-16 g/dL .
pada pria 13-18 g/dL. Hasil anamnesa normal. Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk
menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan
penyakit yang berhubungan dengan anemia.
 Hematokrit ( Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume
darah total).: 40%. Hematokrit normal pada wanita 35%-45% . pada prita : 40-50%.
 Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah total.
 Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru
kronik, polisitemia dan syok.
 Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada ukuran eritrosit
normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.
 Leukosit : 6000 mcL. Kadar normal leukosit : 3200-10.000 /mm3 (normal ).
 Trombosit : 250000 mcL . nilai normal nya 150 rb- 400 rb. ( normal ).
 Creatinine : 1,8 . nilai normal 0,6-1,3 mg/dL. Peningkatan pada gangguan fungsi ginjal
baik karena gangguan fungsi ginjal disebabkan nefritis.
 SPO2 ; 90%. SPO2 harus 95% atau >. Jika SPO2 94% atau di bawahnya, pasien harus dinilai
dengan cepat untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebabnya. atau di bawahnya,
pasien harus dinilai dengan cepat untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebabnya.
Darurat saturasi rendah (hipoksia) yaitu SpO2 <90%.
 pH : 7,491. Nilai normal : 7,35-7,45. Nilai kritis< 7,25 / >7, 55. Umumnya nilai pH
menurunkan dalam keadaan asidemia ( penurunan pembentukan asam ).
 PCO2: 27,6. Nilai normal 35-45 mmHg . jika penurunan PCO2 dapat terjadi pada hipoksia.
Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat
pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mgHg perlu mendapat perhatian. Biasanya penurunan 1
mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1,3 mmHg.
 PO2 : 53,6. Nilai normal ; 75-100 mmHg. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi
akibat gangguan fisik atau neuromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2
kurang dari 40 mmHg perlu mendapat perhatian khusus. Peningkatan nilai PaO2 dapat
terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu (contoh: nasal prongs, alat
ventilasi mekanik), hiperventilasi, dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya
angkut oksigen).
 HCO3 : 20,6. Nilai normal 21-28 mEq/L. Peningkatan bikarbonat menunjukan asidosis
respiratori akibat penurunan Ventilasi. Penurunan bikarbonat menunjukan adanya
alkalosis respiratori (akibat peningkatan ventilasi alveolar dan pelepasan CO2 dan air)
atau adanya asidosis metabolik (akibat akumulasi asam tubuh atau hilangnya bikarbonat
dari cairan ekstraseluler).
 Kolesterol total : 267 mg/dL (Tinggi ). Nilai diinginkan <200. Sedikit tinggi 200-239. Tinggi
> 240 . Jumlah kolesterol yang terlalu banyak di dalam darah dapat menyebabkan
pembuluh darah mengeras atau menyempit (aterosklerosis). Jika aliran darah menuju
jantung terganggu, maka dapat terjadi penyakit jantung. Jika tidak diobati, kondisi ini
dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, yaitu serangan jantung.
 LDL : 165 mg/dL. Nilai normal :< 130 nilai batas 130-159 risiko tinggi : >160nmg/dL. Nilai
LDL tinggi dapat terjadi pada penyakit pembuluh darah koroner atau hiperlipidemia
bawaan. Peninggian kadar dapat terjadi pada sampel yang diambil segera. Hal serupa
terjadi pula pada hiperlipoproteinemia tipe Ha dan Hb, DM, hipotiroidism, sakit kuning
yang parah, sindrom nefrotik, hiperlipidemia bawaan dan idiopatik serta penggunaan
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen. Penurunan LDL dapat terjadi pada pasien
dengan hipoproteinemia atau alfa-beta-lipoproteinemia.
 HDL :38 mg/dL. Normal dewasa : 30-70 . rendah <40 tinggi >60 (rendah ) Terdapat
hubungan antara HDL – kolesterol dan penyakit arteri koroner. Peningkatan HDL dapat
terjadi pada alkoholisme, sirosis bilier primer, tercemar racun industri atau poliklorin
hidrokarbon. Peningkatan kadar HDL juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan
klofi brat, estrogen, asam nikotinat, kontrasepsi oral dan fenitoin. Penurunan HDL terjadi
dapat terjadi pada kasus fi brosis sistik, sirosis hati, DM, sindrom nefrotik, malaria dan
beberapa infeksi akut. Penurunan HDL juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan
probucol, hidroklortiazid, progestin dan infus nutrisi parenteral.
 TG : 220 mg/dL. ( Tinggi Normal : <150. Sedikit tinggi 150-199. Tinggi : 200-499. Sangat
tinggi : >500. Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien yang mengidap sirosis
alkoholik, alkoholisme, anoreksia nervosa, sirosis bilier, obstruksi bilier, trombosis
cerebral, gagal ginjal kronis, DM, Sindrom Down’s, hipertensi, hiperkalsemia, idiopatik,
hiperlipoproteinemia (tipe I, II, III, IV, dan V), penyakit penimbunan glikogen (tipe I, III, VI),
gout, penyakit iskemia hati hipotiroidism, kehamilan, porfi ria akut yang sering kambuh,
sindrom sesak nafas, talasemia mayor, hepatitis viral dan sindrom Werner,s. Penurunan
trigliserida dapat terjadi pada obstruksi paru kronis, hiperparatiroidism,
hipolipoproteinemia, limfa ansietas, penyakit parenkim hati, malabsorbsi dan malnutrisi.
 HbA1C : 8,6 % (tinggi ) . normal < 5,7 prediabetes 5,7-6,5 , diabetes >6,5% .
kadar HbA1C berubah secara perlahan, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui
'kualitas' dari kontrol gula darah. Pada penderita diabetes

No DRP Keterangan
1
Adanya indikasi penyakit yang tidak
tertangani

2 Tidak ada
Pemberian obat tanpa indikasi

3
Pemilihan obat tidak tepat/salah
obat

4
Dosis obat sub terapeutik

5
Dosis obat berlebih (over dosis)

6
Efek obat yang tidak dikehendaki
(adverse drug reactions)

7
Interaksi obat

8
Penderita gagal menerima obat
1. Simvastatin
- Indikasi:
hiperkolesterolemia primer (hiperlipidemia tipe Ila) pada pasien yang tidak cukup
memberikan respons terhadap diet dan tindakan-tindakan lain yang sesuai; untuk
mengurangi insiden kejadian koroner klinis dan memperlambat progresi aterosklerosis
koroner pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan kadar kolesterol 5,5 mmol/l
atau lebih.
- Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas; juga porfiria.

- Efek Samping:
lihat keterangan di atas; juga ruam kulit, alopesia, anemia, pusing, depresi, parestesia,
neuropati perifer, hepatitis, sakit kuning, pankreatitis; sindrom hipersensitivitas
(termasuk angioedema) jarang dilaporkan.

- Dosis:
Hiperkolesterolemia, 10 mg sehari malam hari, disesuaikan dengan interval tidak kurang
dari 4 minggu; kisaran lazim 10-40 mg sekali sehari malam hari. Penyakit jantung
koroner, awalnya 20 mg sekali sehari malam hari.
2. Salmeterol fluticasone
- Indikasi:
obstruksi saluran napas reversibel termasuk asma. Obstruksi Paru Kronis termasuk
bronkritis kronis dan emfisema.

- Peringatan:
tidak untuk gejala asma akut, bronkodilator yang bekerja cepat dan singkat, tidak boleh
dihentikan secara mendadak, tuberkulosis paru, penyakit kardiovaskular berat (aritmia),
diabetes melitus, hipokalemi, tirotoksikosis, menyusui.

- Interaksi:
substrat atau penghambar CYP3A4, penghambat beta.

- Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap salmeterol dan flutikason.

- Efek Samping:
lihat 3.1.2.1, juga suara serak dan kandidiasis di mulut atau tenggorokan, reaksi
hipersensitif pada kulit, jarang ditemukan udema wajah dan oropharingeal, mungkin
menyebabkan efek sistemik supresi adrenal, pertumbuhan terhambat pada anak-anak,
menurunkan densitas mineral pada tulang, katarak, glaukoma.

- Dosis:
Obstruksi saluran nafas kronis: 12 tahun keatas: 2 inhalasi 25 mcg salbutamol dan 50
mcg flutikason atau 2 inhalasi 25 mcg salbutamol dan 125 mcg flutikason atau 2 inhalasi
25 mcg salbutamol dan 250 mcg flutikason; Obstruksi paru kronis: 2 inhalasi 25/125-
25/250 dua kali sehari; tidak perlu penyesuaian dosis pada lansia dan pasien dengan
gangguan ginjal atau hati.
3. Isosorbid mononitrat
- Indikasi:
profilaksis angina; tambahan pada gagal jantung kongesif.
- Peringatan:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

- Kontraindikasi:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

- Efek Samping:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

- Dosis:
dosis awal 20 mg 2-3 kali sehari atau 40 mg 2 kali sehari (10 mg 2 kali sehari pada pasien
yang belum pernah menerima nitrat sebelumnya); bila perlu sampai 120 mg sehari
dalam dosis terbagi.
4. Clopidogrel
- Indikasi:
menurunkan kejadian aterosklerotik (infark miokardia, stroke, dan kematian vaskuler)
pada pasien dengan riwayat aterosklerosis yang ditandai dengan serangan stroke yang
baru terjadi, infark miokardia yang baru terjadi atau penyakit arteri perifer yang
menetap.

- Peringatan:
hati-hati digunakan pada pasien dengan risiko terjadinya pendarahan seperti pada
keadaan trauma, pembedahan atau keadaan patologi lainnya; Penggunaan bersamaan
dengan obat yang meningkatkan risiko pen darahan. Pada pasien yang akan menjalani
pembedahan dan tidak diperlukan efek anti platelet, klopidogrel harus dihentikan 7 hari
sebelumnya. Hati-hati digunakan pada pasien dengan kegagalan fungsi hati karena
pengalaman penggunan masih terbatas; gangguan fungsi ginjal (lampiran 3); kehamilan
(lampiran 4).

- Interaksi:
lampiran 1 (Klopidogrel).

- Kontraindikasi:
hipersensitivitas, perdarahan aktif seperti ulkus peptikum atau perdarahan intrakranial,
menyusui (lampiran 5).

- Efek Samping:
Dispepsia, nyeri perut, diare; perdarahan (termasuk perdarahan saluran cerna dan
intrakranial); lebih jarang mual, muntah, gastritis, perut kembung, konstipasi, tukak
lambung dan usus besar, sakit kepala, pusing, paraestesia, leukopenia, platelet menurun
(sangat jarang trombositopenia berat), eosinofilia, ruam kulit, dan gatal; jarang vertigo;
sangat jarang kolitis, pankreatitis, hepatitis, vaskulitis, kebingungan, halusinasi,
gangguan rasa, gangguan darah (termasuk trombositopenia purpura, agranulositosis,
dan pansitopenia), dan reaksi seperti hipersensitivitas (termasuk demam,
glomerulonefritis, nyeri sendi, sindrom Steven Johnson, linchen planus.

- Dosis:
75 mg sekali sehari dengan atau tanpa makanan. Tidak diperlukan penyesuaian dosis
pada pasien lanjut usia atau dengan kelainan fungsi ginjal.
5. Isosorbid dinitrat
- Indikasi:
profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.

- Peringatan:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

- Kontraindikasi:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

- Efek Samping:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

- Dosis:
Sublingual, 5-10 mg.

Oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg; gagal jantung kiri 40-160 mg, sampai
240 mg bila diperlukan.

Infus intravena, 2-10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam mungkin diperlukan.
6. Aspirin atau acetosal
- Indikasi:
nyeri ringan sampai sedang; demam (lihat keterangan di atas).

- Peringatan:
asma; penyakit alergi; gangguan fungsi ginjal (lampiran 3); menurunnya fungsi hati;
dehidrasi; sebaiknya hindarkan pengunaan pada demam atau infeksi virus pada remaja
(risiko Sindrom Reye, lihat keterangan di bawah); kehamilan (lampiran 4); pasien lansia;
defisiensi G6PD (lihat 9.1.5);

Interaksi:
Lampiran 1 (asetosal).

- Kontraindikasi:
anak dan remaja di bawah usia 16 tahun dan ibu menyusui (Sindrom Reye; lihat bawah);
riwayat maupun sedang menderita tukak saluran cerna; hemofilia; tidak untuk
pengobatan gout. HIPERSENSITIVITAS. Asetosal dan AINS lainnya tidak boleh diberikan
kepada penderita dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lain;
termasuk mereka yang terserang asma; angioudema; urtikaria atau rinitis yang
ditimbulkan oleh asetosal atau AINS lain. SINDROM REYE. Karena hubungannya dengan
Sindrom Reye, maka sediaan yang mengandung asetosal tidak diberikan pada anak dan
remaja di bawah usia 16 tahun, kecuali ada indikasi yang spesifik misalnya untuk
pengobatan Sindrom Kawasaki.

- Efek Samping:
biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk terjadinya iritasi
saluran cerna dengan perdarahan ringan yang asimptomatis; memanjangnya bleeding
time; bronkospasme; dan reaksi kulit pada pasien hipersensitif. Overdosis: lihat
Pengobatan Darurat pada Keracunan.

- Dosis:
300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan; maksimum 4 g per hari. Anak dan remaja tidak
dianjurkan (lihat keterangan di atas).
7. Amlodipin
- Indikasi:
hipertensi, profilaksis angina.

- Peringatan:
lihat kehamilan (lampiran 4), gangguan fungsi hati (lampiran 2).

- Interaksi:
lihat lampiran 1 (antagonis kalsium).

- Kontraindikasi:
syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta yang signifikan, menyusui (lampiran
5
- Efek Samping:
nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema, gangguan tidur, sakit kepala,
pusing, letih;

Jarang terjadi, gangguan saluran cerna, mulut kering, gangguan pengecapan, hipotensi,
pingsan, nyeri dada, dispnea, rhinitis, perubahan perasaan, tremor, paraestesia,
gangguan kencing, impoten, ginekomastia, perubahan berat badan, mialgia, gangguan
penglihatan, tinitus, pruritus, ruam kulit (termasuk adanya laporan eritema multiform),
alopesia, purpura dan perubahan warna kulit;
Sangat jarang, gastritis, pankreatitis, hepatitis, jaundice, kolestasis, hiperplasia pada gusi,
infark miokard, aritmia, vaskulitis, batuk, hiperglikemia, trombositopenia, angioedema
dan urtikaria.

- Dosis:
hipertensi atau angina, dosis awal 5 mg sekali sehari; maksimal 10 mg sekali sehari.
8. Metformin
9. Vit D
10. Hydrocholoro thiazide
ndikasi:
edema, hipertensi.

Peringatan:
Pengurangan volume intravaskular: gejala hipotensi khususnya setelah dosis pertama
dapat terjadi pada pasien yang kehilangan volume dan/atau garam oleh karena terapi
diuretika, pembatasan diet garam, diare atau muntah; Arteri stenosis ginjal; Hipertensi
renovaskular; Pasien dengan gangguan ginjal dan transplantasi ginjal; Pasien dengan
gangguan hati: tiazid tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati
atau penyakit hati progresif sejak alterasi minor dari larutan dan keseimbangan elektrolit
dapat mempercepat koma hepatik; Pasien penderita katup jantung stenosis aorta dan
mitral, hipertrofi obstruktif kardiomiopati; Pasien dengan aldosterisme primer;
Metabolik dan efek endokrin: tiazid dapat mengganggu toleransi glukosa.

Pada pasien diabetes diperlukan penyesuaian dosis insulin atau agent oral hipoglikemik;
Kondisi lain yang distimulasi oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron;
Ketidakseimbangan elektrolit: tiazid dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
(hipokalemia, hiponatremia dan hipokloremik alkalosis). Tiazid dapat menurunkan
eksresi kalsium urin dan dapat menyebabkan peningkatan serum kalsium sedikit demi
sedikit dengan tidak adanya gangguan yang diketahui dari metabolisme kalsium.
Hiperkalsemia ditandai dengan adanya hiperparatiroidisme yang tersembunyi.

Penggunaan tiazid harus dihentikan sebelum melakukan test untuk fungsi paratiroid.
Tiazid juga menunjukkan peningkatan eksresi magnesium urin yang dapat
mengakibatkan hipomagnesemia.

Interaksi:
alkohol, barbiturat atau narkotik; obat-obat antidiabetik (oral dan insulin); kolestiramin
dan resin kolestipol; kortikosteroid, ACTH; glikosida digitalis; AINS; pressor amine
(seperti noradrenalin); relaksan otot skelet nondepolarizing; garam kalsium; atropin,
beperiden, siklofosfamid, metotreksat.

Kontraindikasi:
gangguan hati berat, gangguan ginjal berat (kreatinin klirens < 30 mL/menit),
hipokalemia refraktori, hiperkalsemia, hamil dan menyusui (lihat lampiran 4 dan 5).

Efek Samping:
anoreksia, penurunan nafsu makan, iritasi lambung, diare, konstipasi, sialadenitis,
pankreatitis, jaundice, xanthopsia, gangguan penglihatan sementara, leukopenia,
neutropenia/ agranulositosis, thrombositopenia, anemia aplastik, anaemia hemolitik,
depresi sumsum tulang belakang, reaksi fotosensitivitas, ruam, reaksi seperti cutaneous
lupus erythematosus, reaktivasi cutaneous lupus erythematosus, urtikaria, vaskulitis,
cutaneous vasculitis, reaksi anafilaksis, keracunan epidermal nekrolisis, demam,
penekanan saluran pernafasan, gangguan ginjal, nefritis interstisial, kejang otot, lemas,
gelisah, kepala terasa ringan, vertigo, paraesthesia, hipotensi postural, kardiak aritmia,
gangguan tidur dan depresi.

Dosis:
edema, dosis awal 12,5-25 mg sehari, untuk penunjang jika mungkin dikurangi; edema
kuat pada pasien yang tidak mampu untuk mentoleransi diuretika berat, awalnya 75 mg
sehari.

Hipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 25 mg sehari (lihat
juga keterangan diatas). Usia Lanjut. Pada pasien tertentu (terutama usia lanjut) dosis
awal 12,5 mg sehari mungkin cukup.

Anda mungkin juga menyukai