Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH FISIOTERAPI DADA DALAM UPAYA PENINGKATAN

PENGELUARAN SEKRET PADA PENDERITA TB PARU DI


BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT
(BBKPM) MAKASSAR

Indra Dewi1, Irmayani2, Hasanuddin3


1STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Alamat korespondensi : (indradewi@stikesnh.ac.id / 082394509509)

ABSTRAK

TB Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberculosis dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia. Pada penderita
TB Paru akan mengalami produksi sekret yang berlebihan. Sputum atau dahak adalah bahan yang
keluar dari bronchi atau trachea, bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau
tenggorokan. Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
postural drainase, clapping, dan vibrating pada pasien dengan ganggguan sistem pernapasan, yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sekret pada
penderita TB Paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar. Penelitian ini
dilaksanakan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar pada tanggal 11
Desember 2017 sampai dengan 11 Januari 2018. Jenis penelitian ini menggunakan pre-experimental
design dengan pendekatan one group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dengan cara
pusposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang. Dari hasil uji paired sample t-test
didapatkan p value 0.001 (p<0.05) yang berarti terdapat perbedaan jumlah pengeluaran sputum yang
bermakna sebelum dan sesudah dilakukan fisioterapi dada, sehingga ada pengaruh fisioterapi dada
dengan pengeluaran sekret pada penderita TB Paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM) Makassar. Penerapan fisioterapi dada secara tepat, yaitu menggunakan prinsip-prinsip
intervensi yang sesuai akan dapat meningkatkan pengeluaran volume sputum secara signifikan pada
penderita TB Paru.

Kata Kunci: Fisioterapi Dada, Sekret/Sputum, TB Paru

PENDAHULUAN ke-33 di dunia dengan penyakit tuberkulosis


Saat ini, penyakit TB Paru masih terbanyak pada tahun 2015 (WHO, Global
menjadi masalah kesehatan dunia. TB paru Tuberculosis Report, 2016).
(Tuberkulosis) adalah suatu penyakit menular Provinsi dengan CNR semua kasus
yang paling sering mengenai parenkim paru, tuberkulosis tertinggi yaitu Sulawesi Utara
biasanya disebabkan oleh Mycobacterium (238), Sedangkan CNR semua kasus
tuberculosis. TB dapat menyebar hampir ke tuberculosis terendah yaitu Provinsi Bali (70).
setiap bagian tubuh, termasuk meninges, Di Sulawesi Selatan CNR semua kasus
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer, tuberculosis sebanyak 153/100.000 penduduk
2013). (Kemenkes RI, 2016).
World Health Organization (WHO) Prevalensi penderita TB Paru di Balai
melaporkan bahwa setengah persen dari Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)
penduduk dunia terserang penyakit ini, Makassar tahun 2016 tercatat sebanyak 499
sebagian besar berada di negara berkembang kasus dengan TB Paru BTA (+), angka ini
di antara tahun 2009-2011 hampir 89% menurun jika dibandingkan dengan kasus
penduduk dunia menderita TB (Nizar, 2017). pada tahun 2015 sebanyak 545 kasus. Pada
Berdasarkan konferensi dunia yang dilakukan tahun 2017 (Januari-September), ditemukan
oleh WHO dalam agenda SDGs yang jumlah TB Paru BTA (+) sebanyak 344 kasus
dilakukan pada Desember 2016 dikatakan (Rekam Medik BBKPM Makassar).
bahwa tuberkulosis merupakan salah satu dari Penyakit TB paru seringkali
10 penyebab kematian di seluruh dunia. Dan menimbulkan berbagai masalah keperawatan,
Indonesia merupakan negara dengan urutan di antaranya adalah ketidakefektifan bersihan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 10 Nomor 6 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
713
jalan nafas. Untuk mengatasi masalah (Hidayat, 2017). Dalam penelitian ini, data
tersebut, ada beberapa intervensi akan dikumpulkan dengan cara
keperawatan untuk meningkatkan kebersihan mengukur/menghitung jumlah sekret
jalan nafas, salah satunya adalah dengan sebelum dan setelah subjek diberikan
fisioterapi dada (Nurarif & Kusuma, 2015). perlakuan (fisioterapi dada) dengan
Fisioterapi dada merupakan suatu menggunakan botol ukur sputum.
tindakan yaitu perkusi, vibrasi dan postural 2. Dokumentasi
drainase, yang mana tindakan tersebut sangat Dalam penelitian ini, data jumlah kasus TB
penting untuk membersihkan dan Paru di BBKPM diperoleh dari rekam
meningkatkan kelancaran jalan nafas pada medik. Dan untuk memilih subjek penelitian
pasien dengan gangguan jalan nafas berdasar kriteria yang ditentukan, data
(Ernawati, 2012). diperoleh dari status pemeriksaan pasien.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis akan melakukan penelitian tentang Pengolahan Data
“Pengaruh Fisioterapi Dada dalam Upaya 1. Editing
Peningkatan Pengeluaran Sekret pada Editing adalah upaya untuk memeriksa
Penderita TB Paru di Balai Besar Kesehatan kebenaran data yang diperoleh atau
Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar”. dikumpulkan. Dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data
BAHAN DAN METODE terkumpul.
Lokasi, Populasi, dan Sampel 2. Coding
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Merupakan kegiatan pemberian kode
Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) numeric (angka) terhadap data yang terdiri
Makassar, pada tanggal 11 Desember 2017 atas beberapa kategori.
sampai dengan 11 Januari 2018. Populasi 3. Memasukkan Data (Data Entry)
dalam penelitian ini adalah semua pasien baru Kegiatan memasukkan data yang telah
TB Paru BTA (+) yang dirawat inap di BBKPM dikumpulkan ke dalam master tabel atau
Makassar dalam rentang waktu Januari- database computer, kemudian membuat
September 2017 sebanyak 157 orang. Teknik distribusi frekuensi sederhana.
pengambilan sampel yang digunakan dalam 4. Pembersihan Data (Cleaning)
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu Merupakan suatu kegiatan yang apabila
berdasarkan kriteria yang ditentukan untuk semua data selesai dimasukkan, perlu
dapat dilakukan fisioterapi dada. dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
1. Kriiteria Inklusi kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
a. Pasien baru menderita TB Paru BTA (+) kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya.
yang dirawat inap di BBKPM Makassar 5. Analisis Data
b. Pasien TB Paru yang bersedia menjadi Pada analisis univariat, data yang diperoleh
subjek penelitian hingga penelitian dari hasil pengumpulan data disajikan
selesai dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
c. Pasien TB Paru yang mengalami Analisis bivariat merupakan analisis untuk
penumpukan sekret dan atau sulit mengetahui interaksi dua variabel, baik
mengeluarkan atau membatukkan berupa komparatif, asosiatif ataupun
sekresi yang terdapat pada saluran korelatif terdapat uji parametrik dan non
pernapasan. parametrik pada analisis bivariat.
d. Pasien TB Paru dalam rentang usia 20- (Notoatmodjo, 2014).
64 tahun.
2. Kriteria Eksklusi HASIL PENELITIAN
a. Pasien TB Paru BTA (-) 1. Analisis Univariat
b. Pasien TB Paru yang disertai komplikasi Tabel 1 Distribusi Karakteristik Subjek
atau riwayat penyakit lain, seperti HIV- Penelitian di BBKPM Makassar
Aids, Penyakit Jantung, status Karakteristik n %
asmatikus, renjatan, perdarahan massif, Jenis Kelamin
dan sebagainya. Laki-laki 9 56.25
c. Pasien TB Paru yang mengalami Perempuan 7 43.75
deformitas struktur dinding dada dan Pendidikan
SD 3 18.75
tulang belakang.
SMP 6 37.50
d. Pasien lama menderita TB Paru. SMA 4 25.00
Pengumpulan Data S1 3 18.75
1. Tes Merupakan cara pengumpulan data Umur
melalui pengukuran atau pengujian Mean (SD) 43.63 (10.98)

714 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 10 Nomor 6 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
Tabel 3 menunjukkan hasil nilai p=0.001
Pada tabel 1 diperoleh hasil bahwa (p <0.05) dengan nilai rata-rata selisih 0.16.
subjek penelitian penderita TB Paru Sehingga secara statistik terdapat
mayoritas berjenis kelamin laki-laki perbedaan jumlah pengeluaran sputum
sebanyak 9 orang (56.25%). Untuk yang bermakna sebelum dan sesudah
karakteristik pendidikan terakhir, subjek dilakukan fisioterapi dada. Nilai p <0.05
penelitian lebih banyak dengan pendidikan menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima
terakhir SMP sebanyak 6 orang (37.50%). sehingga ada pengaruh fisioterapi dada
Sedangkan untuk karakteristik umur tidak dengan pengeluaran sekret pada penderita
dilakukan pengelompokan data karena TB Paru di Balai Besar Kesehatan Paru
umur subjek penelitian sangat bervariasi, Masyarakat (BBKPM) Makassar.
namun rerata subjek penelitian berumur 44
tahun. PEMBAHASAN
Pada penderita TB Paru akan
2. Analisis Bivariat mengalami produksi sputum yang berlebihan
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Distribusi yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
Selisih Data Jumlah Sputum Sebelum dan tuberculosis. Hal ini menyebabkan proses
Sesudah Dilakukan Fisioterapi Dada pada pembersihan tidak berjalan secara
Penderita TB Paru di BBKPM Makassar adekuat/normal, sputum atau dahak
Mean
Standar Interval menumpuk dan menjadi kental sehingga sulit
Deviasi Kepercayaan 95% untuk dikeluarkan, terganggunya transportasi
0.16 0.13 0.10 – 0.23 pengeluaran dahak ini dapat menyebabkan
P Value = 0.121 penderita semakin kesulitan untuk
mengeluarkan dahaknya. Penderita pada
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa umumnya belum bisa mengeluarkan dahak
nilai rata-rata selisih jumlah sputum atau sputum dengan sendiri secara efektif.
sebelum dan sesudah tindakan fisioterapi Bahkan ketika penderita mengeluarkan dahak
dada adalah 0.16 dengan standar deviasi dengan sendiri, volume pengeluaran sputum
0.13. Dan diperoleh hasil nilai p=0.121 (p > pun tidak maksimal. Oleh sebab itu, untuk
0.05) yang berarti distribusi data selisih mempermudah hal tersebut dapat dilakukan
normal. Sehingga untuk membuktikan dengan fisioterapi dada.
hipotesis dalam penelitian ini Fisioterapi dada merupakan tindakan
menggunakan uji statistic T-test sample keperawatan yang dilakukan dengan cara
berpasangan. postural drainase, clapping, dan vibrating pada
pasien dengan ganggguan sistem
Tabel 3 Hasil Uji Paired Sample T-Test pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan
Pengaruh Fisioterapi Dada terhadap tujuan meningkatkan efisiensi pola
Pengeluaran Sekret pada Penderita TB pernapasan dan membersihkan jalan napas
Paru di BBKPM Makassar (Hidayat, 2012).
Jumlah Sebelum subjek penelitian diberikan
Mean
Sputum (ml) tindakan fisioterapi dada, peneliti terlebih
Subjek
Pre Post
Pre Post dahulu mengukur jumlah pengeluaran sputum
(SD) (SD)
1 3.5 3.5
subjek penelitian, dengan menganjurkan
2 2.5 2.5 subjek penelitian untuk membatukkan sekret
3 2.8 3 dengan upaya batuk yang dimiliki, dan
4 4.3 4.5 diperoleh hasil rerata pengeluaran sputum
5 4.2 4.3 sebelum fisioterapi dada (pretest) adalah 3.91
6 4 4.2 ml.
7 3.8 4 Peneliti melakukan fisioterapi dada
8 5 5 3.91 4.08 selama 10-15 menit. Subjek penelitian
9 4.5 4.6 (0.69) (0.69) diposisikan sesuai kebutuhan. Selanjutnya
10 4 4
11 3.2 3.5
melakukan perkusi, dengan menepuk
12 3.5 3.8 punggung subjek penelitian dengan kedua
13 4.1 4.5 tangan dan posisi tangan membentuk
14 5 5.2 mangkok kemudian dilakukan vibrasi dengan
15 4.3 4.4 menganjurkan subjek penelitian untuk menarik
16 3.9 4.2 napas dalam dan mengeluarkannya lewat
Mean Selisih (SD) = 0.16 (0.13) mulut secara perlahan, lalu peneliti
P Value = 0.001 menggetarkan tangan dari arah bawah ke
arah leher ketika subjek penelitian ekspirasi.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 10 Nomor 6 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
715
Lalu menganjurkan subjek penelitian batuk peningkatan pengeluaran sputum, hal itu
dengan teknik batuk efektif dan mengeluarkan disebabkan karena ada subjek penelitian yang
sekret ke dalam pot sputum. keadaan umumnya lemah ketika dilakukan
Setelah dilakukan fisioterapi dada, pengukuran kedua oleh peneliti, yang
peneliti mengukur kembali pengeluaran menyebabkan teknik batuk efektif yang
sputum subjek penelitian (posttest) dan diinstruksikan kepada subjek penelitian untuk
diperoleh hasil rerata jumlah pengeluaran mengeluarkan sekret setelah diberikan
sputum subjek penelitian sesudah fisioterapi fisioterapi dada menjadi tidak terkontrol.
dada adalah 4.08 ml. Hasil dari pengukuran Dengan kondisi tersebut, subjek penelitian
sputum sebelum dan sesudah fisioterapi dada mengalami penurunan kemampuan untuk
dicatat dalam lembar observasi untuk membatukkan sekret. Sehingga, pengeluaran
dilakukan analisis lebih lanjut. sekret pada subjek penelitian pun tidak
Dalam penelitian ini diperoleh hasil nilai mengalami perubahan. Kemungkinan
p=0.001 (p<0.05) dengan nilai rata-rata selisih penyebab lain dikarenakan pemberian
0.16 menunjukkan perbedaan yang signifikan. fisioterapi dada oleh peneliti pun tidak
Yang berarti bahwa ada pengaruh fisioterapi maksimal dengan adanya beberapa
dada dengan pengeluaran sekret pada keterbatasan dalam penelitian.
penderita TB Paru di Balai Besar Kesehatan Dengan meningkatnya pengeluaran
Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar. sputum pada sebagian besar subjek
Terjadinya peningkatan pengeluaran sekret penelitian, juga berarti bahwa masalah
pada subjek penelitian ini disebabkan karena keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
adanya rangsangan pada otot pernapasan nafas yang dialami oleh penderita TB Paru
untuk menghasilkan tenaga yang melebihi (subjek penelitian) perlahan-lahan mulai
tenaga yang biasa dihasilkan oleh otot teratasi. Ariasti et al. (2014) telah
pernapasan tersebut. Dengan kata lain, membuktikan bahwa ada pengaruh pemberian
peningkatan tersebut disebabkan oleh karena fisioterapi dada terhadap kebersihan jalan
adanya adaptasi otot terhadap pemberian napas pada pasien ISPA di Desa Pucung
tindakan fisioterapi dada sehingga Eromoko Wonogiri, dengan nilai p=0.000
merangsang sistem pernapasan untuk (p<0.05). Pemberian tindakan keperawatan
beradaptasi secara struktural maupun khususnya pada penderita TB Paru dalam
metabolik. Kondisi ini sesuai dengan tujuan meningkatkan pengeluaran volume sputum,
fisioterapi dada menurut Muttaqin (2012) di dapat diberikan dengan menggunakan
mana salah satunya adalah meningkatkan fisioterapi dada. Penerapan fisioterapi dada
efisiensi otot-otot pernapasan. secara tepat, yaitu menggunakan prinsip-
Hasil penelitian ini memperkuat prinsip intervensi yang sesuai akan dapat
penelitian yang telah dilakukan oleh Aryayuni meningkatkan pengeluaran volume sputum
& Siregar (2015) yang menyatakan bahwa ada secara signifikan pada penderita TB Paru.
pengaruh fisioterapi dada terhadap
pengeluaran sputum pada anak dengan KESIMPULAN
penyakit gangguan pernafasan di Poli Anak 1. Jumlah pengeluaran sekret sebelum
RSUD Kota Depok, dengan p value 0.000 <α dilakukan fisioterapi dada pada penderita
0.025. TB Paru di Balai Besar Kesehatan Paru
Penelitian yang lebih dulu pun telah Masyarakat (BBKPM) Makassar adalah
dilakukan oleh Soemarno & Astuti (2005) yang rerata sebanyak 3.91 ml.
menunjukkan hasil yang sama di mana nilai 2. Jumlah pengeluaran sekret setelah
p=0.000 yang berarti terjadi peningkatan yang dilakukan fisioterapi dada pada penderita
sangat signifikan, dengan kesimpulan bahwa TB Paru di Balai Besar Kesehatan Paru
pemberian latihan intervensi inhalasi, chest Masyarakat (BBKPM) Makassar adalah
fisioterapi (postural drainage, huffing, rerata sebanyak 4.08 ml.
caughing, tapping + clapping) memberi 3. Terdapat perbedaan jumlah pengeluaran
pengaruh yang sangat bermakna terhadap sekret yang bermakna sebelum dan
pengeluaran volume sputum pada penderita sesudah dilakukan fisioterapi dada (jumlah
asma bronchiale. sekret sebelum dilakukan fisioterapi dada
Berdasarkan hasil penelitian ini, lebih kecil dibandingkan jumlah sekret
sebagian besar subjek penelitian mengalami sesudah tindakan fisioterapi dada) pada
peningkatan pengeluaran sekret dan penderita TB Paru di Balai Besar
menyatakan bahwa setelah dilakukan Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)
fisioterapi dada, merasa lebih enak/relaksasi Makassar, dengan mean selisih
dibandingkan dengan sebelumnya. Adapun pengeluaran sekret/sputum sebesar 0.16
subjek penelitian yang tidak mengalami ml.

716 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 10 Nomor 6 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
SARAN satu alternatif pilihan dalam mengatasi
1. Bagi instansi pendidikan, hasil penelitian ini pengeluaran sekret pada penderita TB
kiranya dapat disosialisasikan menjadi Paru.
masukan dalam proses pembelajaran 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat
mahasiswa keperawatan agar dapat menambah jumlah penelitian tentang
digunakan untuk pengembangan pengaruh fisioterapi dada terhadap
pengetahuan bagi peserta didik di pengeluaran sekret (sputum) pada
lingkungan keperawatan terutama pada penderita TB Paru, dan menjadikan
penatalaksanaan TB Paru dalam proses penelitian ini sebagai landasan awal
asuhan keperawatan. dengan pendekatan yang berbeda,
2. Bagi instansi kesehatan, hasil penelitian ini misalnya dengan menggunakan dua
diharapkan dapat digunakan oleh perawat kelompok (kelompok perlakuan dan
sebagai masukan dalam proses kelompok kontrol).
memberikan asuhan keperawatan melalui
tindakan fisioterapi dada sebagai salah

DAFTAR PUSTAKA

Ariasti, D., Aminingsih, S., & Endrawati. (2014). Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada terhadap Kebersihan
Jalan Napas pada Pasien ISPA di Desa Pucung Eromoko Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan Kosala. 2 (2):
27-34. [Online]. Available: https://ejurnal.akperpantikosala.ac.id/index.php/jik/article/download/12/12
[Accessed 18 Januari 2018]

Aryayuni, C. & Siregar, T. (2015). Pengaruh Fisioterapi Dada terhadap Pengeluaran Sputum pada Anak dengan
Penyakit Gangguan Pernafasan di Poli Anak RSUD Kota Depok. Jurnal Keperawatan Widya Gantari. 2
(2): 34-42. [Online]. Available: http://library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/Artikel_jurnal_FIKES/jkwgi-vol2-no2-
des2015/34-42.pdf [Accessed 18 Januari 2018]

Ernawati. (2012). Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: TIM.

Hidayat, A.A.A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.

Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika.

Nizar, Muhammad. (2017). Pemberantasan dan Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi Revisi. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc, Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction.

Rekam Medik Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar. (2017).
Soemarno, S. & Astuti, D. (2005). Pengaruh Penambahan MWD pada Terapi Inhalasi, Chest Fisioterapi (Postural
Drainage, Huffing, Caughing, Tapping dan Clapping) dalam meningkatkan Volume Pengeluaran Sputum
pada Penderita Asma Bronchiale. Jurnal Fisioterapi Indonesia. 5 (1): 56-71. [Online]. Available:
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Fisio/article/view/572 [Accessed 18 Januari 2018]

Smeltzer, S.C. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. (Ed.12). Jakarta: EGC.

WHO. (2016). Global Tuberculosis Report 2016

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 10 Nomor 6 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
717
718 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 10 Nomor 6 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531

Anda mungkin juga menyukai